• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KEWAJIBAN SUAMI KEPADA ISTRI DALAM KELUARGA JAMAAAH TABLIGH : STUDI KASUS DI JALAN IKAN GURAME SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KEWAJIBAN SUAMI KEPADA ISTRI DALAM KELUARGA JAMAAAH TABLIGH : STUDI KASUS DI JALAN IKAN GURAME SURABAYA."

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

SITI HARISEH NIM: C01212054

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah dan Hukum Jurusan Hukum Perdata Islam

Prodi Ahwalus Syakhsiyah Surabaya

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Penelitian yang berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap Kewajiban Suami kepada Istri dalam Keluarga Jamaah Tabligh (Studi Kasus di Jalan Ikan Gurame Surabaya)”. Penelian ini bertujuan untuk menjawab dari pertanyaan

tentang bagaimana kewajiban suami kepada istri dalam keluarga jamaah tabligh dan analisis hukum islam terhadap kewajiban suami kepada istri dalam keluarga jamaah tabligh.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan jenis penelitian lapangan (field research), yang mana peneliti terjun langsung ke lapangan untuk menggalih tentang kewajiban suami dalam keluarga jamaah tabligh, serta wawancara kepada para pihak diantaranya Ahmad Fathoni, Nur Choirul Umamah, nurul Qomariyah, K.H. Samsul Hadi, Nur Jannah, Nabila.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kewajiban suami kepada istri dalam keluarga Jamaah Tabligh adalah menjaga dan melindungi serta memperlakukan istrinya dengan baik, memberi nafkah, memberikan pelajaran/mendidik istri. Namun berbeda dengan teori yang diberikan, dalam pemenuhan kadar/ukuran nafkahnya tidak sesuai sehingga menyebabkan keluarga yang ditinggal menjadi kekurangan. Dalam hukum islam dijelaskan suami adalah pemimpin bagi kaum wanita, suami adalah orang yang bertanggung jawab terhadap setia individu dan apa yang berhubungan dengannya dalam keluarga tersebut dan membina keluarga yang sehat dan bertugas untuk memenuhi nafkah keluarganya.

(7)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah... 9

D. Kajian Pustaka ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 12

G. Definisi Operasional ... 12

H. Metode Penelitian ... 14

I. Sistematika Pembahasan ... 18

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI ... 22

A. Pengertian Umum Tentang Hak dan Kewajiban Suami Istri ... 22

1. Pengertian Hak dan Kewajiban ... 22

2. Dasar Hukum Hak dan Kewajiban Suami Istri ... 22

3. Macam-macam Hak dan Kewajiban Suami Istri ... 25

4. Hak dan Kewajiban Suami Atas Istri ... 30

5. Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan dalam KHI ... 32

BAB III KEWAJIBAN SUAMI KEPADA ISTRI DALAM KELUARGA JAMAAH TABLIGH ... 38

(8)

1. Sejarah Berdirinya Jamaah Tabligh ... 38

2. Sejarah Jamaah Tabligh ke Surabaya... 47

B. Kewajiban Suami Kepada Istri dalam Keluarga Jamaah Tabligh. ... 51

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KEWAJIBAN SUAMI KEPADA ISTRI DALAM KELUARGA JAMAAH TABLIGH ... 56

A. Analisis Dasar tentang Kewajiban Suami Kepada Istri dalam Keluarga Jamaah Tabligh ... 56

B. Analisis Hukum Islam Terhadap Kewajiban Suami Kepada Istri dalam Keluarga Jamaah Tabligh ... 60

BAB V PENUTUP... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku pada

semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan maupun

tumbuh-tumbuhan1. Pada pasal 1 Undang-undang nomor 1 tahun 1974 yang berbunyi

‚Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2 Pernikahan

akan berperan setelah masing-masing pasangan siap melakukan peranannya

yang positif dalam mewujudkan tujuan dan pernikahan itu sendiri.3

Perkawinan merupakan cara yang dipilih Allah sebagai jalan bagi manusia

untuk beranak pinak, berkembang biak, dan melestarikan hidupnya setelah

masing-masing pasangan siap melakukan perannya yang positif dalam

mewujudkan tujuan perkawinan. Allah SWT. berfirman dalam surat An-Nisa:

1 yang berbunyi sebagai berikut:

1 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Bogor: Kencana, 2008), 10.

(10)

Artinya:

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanyaAllah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu.4

Allah tidak menjadikan manusia seperti makhluk lainnya yang hidup

bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan secara anarki tanpa aturan. Demi

menjaga kehormatan dan martabat kemuliaan manusia, Allah mengadakan

hukum sesuai dengan martabatnya, sehingga hubungan antara laki-laki dan

perempuan diatur secara terhormat dan berdasarkan rasa saling meridhai,

dengan ucapan ijab kabul sebagai lambang adanya rasa ridha-meridhai, dan

dengan dihadiri dengan para saksi yang menyaksikan bahwa pasangan

laki-laki ddan perempuan itu telah saling terikat. Bentuk perkawinan ini telah

memberikan jalan yang aman pada naluri seks, memelihara keturunan dengan

baik, dan menjaga kaum perempuan agar tidak laksana rumput yang bisa

dimakan oleh binatang ternak dengan seenaknya. Pergaulan suami istri

menurut ajaran Islam diletakkan dibawah naluri keibuan dan kebapaan

sebagaimana ladang yang baik yang intinya menumbuhkan tumbuh-tumbuhan

yang baik dan menghasilkan buah yang bai pula.5

Sebagai perintah agama tentu saja setiap umat Islam harus

melaksanakannya, dan sebagai perintah agama pula pernikahan haruslah

dilakukan dengan penuh pertimbangan agar dalam penataan kehidupan

(11)

keluarga dapat terpelihara dengan baik sehingga dapat tercapainya tujuan

berkeluarga yaitu dapat menciptakan keluarga yang saki>nah, mawaddah

warahmah. Sebagaimana Firman Allah SWT. dalam surat Ar-Rum ayat 21:



Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.6

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah telah menetapkan jodoh dan

pasangan tiap-tiap manusia dari jenis yang sama yaitu manusia juga, laki-laki

dan perempuan. Allah selalu menciptakan rasa kasih dan rasa sayang antara

keduanya, sehingga mereka dapat hidup tenteram dan saling mencintai dalam

rumah tangga yang tenang dan damai. Pada waktu mudanya mereka

senantiasa diliputi rasa cinta dan senang antara keduanya, dan ketika sudah

tua nanti mereka diliputi rasa sayang dan senantiasa menaruh rasa kasihan.

Demikian hubungan suami istri dalam rumah tangga yang saki>nah atau

tenteram dan damai, selalu diliputi kebahagian dan kesejahteraan sepanjang

hidup mereka.7

Kehidupan keluarga, apabila diibaratkan sebagai suatu bangunan demi

terpeliharanya bangunan itu dari hantaman badai dan goncangan gempa, maka

ia harus didirikan di atas satu fondasi yang kuat dengan bahan bangunan yang

(12)

kokoh serta jalinan perekat yang lengket. Pondasi kehidupan kekeluargaan

adalan ajaran agama, disertai dengan kesiapan fisik dan mental calon-calon

ayah dan ibu. Bagi yang belum siap fisik, mental dan keuangan, dianjurkan

untuk bersabar dan tetap memelihara kesucian diri agar tidak terjerumus

kelembah kehinaan.8

Dan kawinkanlah orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.9

Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah menyerukan kepada semua pihak

yang memikul tanggung jawab atas kesucian dan kebersihan akhlak umat, agar

mereka menikahkan laki-laki yang tidak beristri, baik duda atau jejaka dan

perempuan yang tidak bersuami baim janda atau gadis. Demikian pula

terhadap hamba sahaya laki-laki atau perempuan yang sudah patut dinikahkan,

hendaklah diberikan pula kesempatan yang serupa. Seruan ini berlaku untuk

semua para wali (wali nikah) seperti bapak, paman, dan saudara yang memikul

tanggung jawab atas keselamatan keluarganya, berlaku pula untuk

orang-orang yang memiliki hamba sahaya, janganlah mereka menghalangi anggota

keluarga atau budak yang dibawah kekuasaan mereka untuk nikah, asal saja

(13)

syarat-syarat untuk nikah itu sudah dipenuhi. Dengan demikian terbentuklah

keluarga yang sehat bersih dan terhormat. Dari keluarga inilah akan terbentuk

suatu umat dan pastilah umat atau bangsa itu menjadi kuat dan terhormat

pula. Oleh sebab itu Rasulullah saw bersabda:10

Dan didalam berumah tangga ada kewajiban memelihara diri dan

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.11

Ayat enam diatas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus

bermula dari rumah. Ayat diatas walau secara redaksional tertuju kepada

kaum pria (ayah), tetapi itu bukan berarti hanya tertuju kepada mereka. Ayat

ini tertuju kepada perempuan dan lelaki (Ibu dan Ayah) sebagaimana

ayat-ayat yang serupa (misalnya ayat-ayat yang memeritahkan berpuasa) yang juga

tertuju kepada lelaki dan perempuan. Ini berarti kedua orang tua bertanggung

jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan masing-masing sebagaimana

masing-masing bertanggung jawab atas kelakuannya. Ayah atau ibu sendiri

(14)

tidak cukup untuk menciptakan satu rumah tangga yang diliputi oleh

nilai-nilai agama serta dinaungi oleh hubungan yang harmonis.12

Ada beberapa tanggung-jawab dan fungsi seorang suami: pertama,

menyadari bahwa istrinya sebagai amanat dari Allah SWT yang harus

dipertanggungjawabkan di hadapan Allah dalam segala sesuatu yang menjadi

kewajibannya. Kedua, menafkahi istri dan keluarga. Selain itu, suami juga

harus menjaga keluarganya dari bencana dan bahaya. Ketiga, menjadi

pemimpin dalam beribadah kepada Allah SWT. keempat, menjadi kepala

rumah tangga dan pemimpin keluarga yang adil, bijaksana dan lemah lembut.

Kelima, selalu bersabar bila melihat sesuatu yang tisdak disukai dari istrinya

dan berusaha untuk membimbingnya ke arah yang lebih baik. Keenan, suami

adalah pemimpin, pelindung dan pembimbing dalam keluarga, seperti

tercantum dalam QS. An-Nisa Ayat 34:

 Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan

(15)

pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.13

Dari ayat diatas dapat kita peroleh kepastian bahwa Islam menganjurkan

pernikahan. Islam memandang pernikahan mempunyai nilai keagamaan

sebagai ibadah kepada Allah swt, mengikuti sunnah Nabi, guna menjaga

keselamatan hidup keagamaan yang bersangkutan. Dari segi lain, pernikahan

dipandang mempunyai nilai kemanusiaan, untuk memenuhi naluri hidupnya,

guna melangsungkan kehidupan jenis, mewujudkan ketentraman hidupnya,

dan melangsungkan kehidupan jenis, mewujudkan ketentraman hidupnya, dan

menumbuhkan serta menumpuk rasa kasih sayang dalam hidup bermasyarakat.

Oleh karenanya, sengaja hidup membujang tidak dapat dibenarkan.14

Jika akad nikah telah sah dan berlaku, maka ia akan menimbulkan akibat

hukum, dan dengan demikian akan menimbulkan pula hak serta kewajiban

selaku suami istri dalam keluarga.

Masing-masing suami istri jika menjalankan kewajibannya dan

memperhatikan tanggugjawabnya, akan terwujudkan ketentraman dan

ketenangan hati, sehingga sempurnalah kebahagian suami-istri tersebut.15

Didalam sunnah diterangkan bahwa pembagian aktifitas rumah tangga antara

suami-istri adalah tuntutan fitrah. Islam adalah agama fitrah. Allah swt

memuliakan suami yang memiliki kekuatan fisik dan akal. Dengan dua

13Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya.., 161.

14 Ahmad Azhar Bayir, Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta: UII Press, 2004), 13.

(16)

keutamaan itu, ia lebih mampu berusaha, menjaga dan mempertahankan

keluarga khususnya, serta umat dan negara pada umumnya. Karena itu, Allah

swt mewajibkan nafkah keluarga padanya. Dengan itu pula, kaum laki-laki

memimpin kaum wanita. Laki-laki mengurusi kepemimpinan umum dan

khusus. Dimana tidak ada tatanan umum dan khusus yang mengelolanya.16

Menurut fitrah, laki-laki wajib menanggung semua urusan di luar rumah. Ini

berlaku pada semua umat peradaban. Sedangkan wanita, menurut fitrahnya

bertugas untuk mengandung anak, menyusuinya, mengasuhnya dan mendidik

mereka, selain mengurusi perkara-perkara rumah tangga, wanita menguasai

semua urusan internal rumah.17 Demikian pendapat as-Sayyid Muhammad

Ridha.

Adapun tanggung-jawab dan fungsi seorang istri, meliputi: pertama,

menyadari dirinya adalah bagian dari amanat yang diserahkan Allah SWT

pada suaminya. Kedua, pembina seklaigus ibu rumah tangga yang

bertanggung-jawab atas harta benda milik suami dan pendidik atas

anak-anaknya. Keempat, berusaha menjadi istri yang salehah, yang mengetahui

kewajiban terhadap Tuhannya dan suaminya. Kelima, selalu berusaha

menyenangkan bila dilihat suaminya, selalu menuruti kehendak suaminya

selama tidak bertentangan dengan perintah Allah SWT dan tidak

menyelewengkan dirinya serta hartanya ke jalan yang tidak disukai suaminya.

Gambaran dari tugas dan tanggung-jawab suami-istri, tidak lain untuk saling

16 As-Sayyid Muhammad Rasyid Ridha, Risalah Hak dan Kewajiban Wnita, alih bahasa Isnando (Jakarta: Pustaka Qalami, 2004),53.

(17)

membantu dan menyempurnakan atas segala kekurangan dari kedua belah

pihak agar dapat mewujudkan keluarga saki>nah.18

Untuk masa sekarang ini telah banyak kelompok-kelompok atau jama’ah

muslim yang memfokuskan diri bekerja disektor dakwah dan salah satunya

yang cukup besar menamakan dirinya dengan Jama’ah Tabligh. Jama’ah

Tabligh adalah jamaah Islamiah yang dakwahnya berpijak pada penyampaian

tentang keutamaan-keutamaan ajaran Islam kepada tiap orang yang dapat

dijangkau oleh jama’ah ini.

Jama’ah yang didirikan oleh Syeh Muhammad Ilyas an-Kandahlawi ini

adalah jama’ah yang sering berpindah-pindah mencari ilmu dan menyebarkan

dakwah. Jama’ah tabligh ini menempuh dakwahnya dengan metodekhuru>j fi>

sab>ililla>h (keluar untuk berdakwah), di mana 4 bulan untuk seumur hidup, 40

hari pada tiap tahun, tiga hari setiap bulan, atau 2 kali berkeliling pada tiap

minggunya. Yang pertama dengan menetap pada suatu daerah dan yang kedua

dengan berpindah-pindah dari suatu daerah ke daerah yang lain.19 Ketika

dalam masa berdakwah meninggalkan istri dan anak, kewajiban sebagai

seorang suami terhadap istri dan anak harus tetap terpenuhi karena setiap

anggota keluarga telah memiliki hak dan kewajiban masing-masing.

Jama’ah Tabligh dalam berdakwahnya dengan meninggalkan keluarga

dan semua kesibukan yang sifatnya duniawi. Dan berupaya untuk

mewujudkan ajaran islam secara konsisten sesuai dengan ajaran dan yang

18Uus Uswatussholihah, Komunika Jurnal Dakwah dan Komunikasi, No. 1, Vol, 6 (Januari-juni, 2012), 69-70.

(18)

dilakukan oleh Nabi saw pada masa itu. Sehingga terkadang apa yang

dilakukan oleh anggota Jama’ah Tabligh tidak sesuai lagi dengan zamannya

terutama masalah yang berhubungan dengan keseimbangan hak dan kewajiban

di dalam rumah tangga.20

Dengan melihat latar belakang di atas maka penulis tertarik melakukan

kajian dengan merumuskan judul sebagai berikut ‚Analisis Hukum Islam

Terhadap Kewajiban Suami kepada Istri dalam Keluarga Jamaah tabligh

(Studi Kasus Di Jalan Ikan Gurame Surabaya)‛.

B. Identifikasi Masalah Dan Batasan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat diidentifikasikan permasalahn yang

akan timbul antara lain:

1. Kewajiban seorang suami kepada istri dalam keluarga jamaah tabligh

2. Analisis hukum Islam terhadap kewajiban suami kepada istri dalam

keluarga jamaah tabligh

3. Mengutamakan dakwah dari pada keluarga.

4. Tidak menafkahi secara batin kepada istri.

5. Tidak melakukan tanggung-jawab sebagai seorang suami.

Pokok masalah pelaksanaan diatas meliputi berbagai aspek bahasan

yang masih bersifat umum sehingga dapat terjadi berbagai macam masalah

dan pemikiran yang berkaitan dengan itu, sebagai tindak lanjut agar lebih

praktis dan khusus diperlukan batasan masalah yang meliputi:

(19)

1. Kewajiban suami kepada istri dalam keluarga jamaa tabligh

2. Analisis Hukum Islam terhadap kewajiban suami kepada istri dalam

keluarga jamaah tabligh

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kewajiban suami kepada istri dalam keluarga jamaah tabligh?

2. Bagaimana analisis Hukum Islam terhadap kewajiban suami kepada istri

dalam keluarga jamaah tabligh

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat penelitian

serupa sehingga dapat menimbulkan penelitian yang berulang. Topik utama

yang dijadikan objek penelitian dalam karya tulis ilmiah adalah keluarga

sakinah.

Pembahasan tentang keluarga sakinah banyak yang dikaji oleh

beberapa penulis, diantaranya:

1. Skripsi yang disusun oleh Abdullah Murtafi’ yang berjudul ‚Pengaruh

Istri Berpenghasilan Terhadap Pengambilan Keputusan Keluarga

(Analisa Konsep Keluarga Sakinah Di Kelurahan Kemasan

Kecamatan Krian Kabupaten Sidoarjo)‛. Kesimpulan dari skripsi ini

istri yang berpenghasilan mempunyai peran yang dominan dalam

pengambilan keputusan keluarga, baik dalam menentukan menu

(20)

keluarga saki>nah salah satu indikasinya adalah adanya sifat

demokratis dalam keluarga.21

2. Skripsi yang di susun oleh Anis Rohmatun Ulya yang berjudul ‚Hak

dan Kewajiban Suami terhadap Istri dalam Al-Quran Perspektif M.

Quraish Shihab dan M. Ali Ash Shobuni‛. Kesimpulan dari skripsi ini

bahwa antara M. Qurais Shihab dan M. Ali Ash Shihab berbeda

pendapat dalam memaparkan hak dan kewajiban suami terhadap istri.

M. Qurais Shihab dalam menafsirkan ayat-ayat alquran selalu

menggunakan pendekatan dari segi kebahasaan sehingga

penafsirannya yang muncul lebih diwarnai penjelasan dengan meneliti

perkara baik dari segi asal kata maupun bentuknya. Sedangkan Ali ash

Shobuni dalam menafsirkan ayat-ayat alquran lebih banyak

menghubungkan antara satu ayat dengan ayat yang lain dan tafsirnya

lebih cenderung mengikuti Tafsir Ibnu Katsir, jadi kelihatannya

seperti terjemahannya saja, sehingga kurang dapat dimengerti

bagaimana karakter penafsirannya yang sesungguhnya.22

3. Skripsi yang disusun oleh Kurniatullah Silaturrahmi yang berjudul

‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Putusan PA Sampang No.

114/pdt.G/2010/PA.Spg Tentang Hak dan Kewajiban Suami dalam

Cerai Talak‛. Kesimpulan dari Skripsi ini suami belum dapat

21 Abdullah Murtafi’, ‚Pengaruh Istri Berpenghasilan Terhadap Pengambilan Keputusan Keluarga (Analisa Konsep Keluarga Sakinah Di Kelurahan Kemasan Kecamatan Krian Kabupaten

Sidoarjo)‛ (Skripsi-- IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2002), 67.

(21)

memenuhi kewajibannya kepada istrinya secara utuh, apabila si istri

tidal melakukan kewajibannya sebagai istri tidak dapat dipersalahkan

sepenuhnya, sementara suami yang juga tidak melaksanakan

kewajiban dan hanya menuntut haknya tidak dipersalahkan sehingga

dalam perkara ini hakim memutuskan mengabulkan nafkah iddah,

nafkah madiyah istri dan nafkah anak akan tetapi hakim menolak

nafkah madiyah anak karena di dalam perkara tersebut istri tidak

dianggap nusyuz sehingga layak mendapatkan haknya dalam gugatan

rekonvensinya.23

4. Skripsi yang disusun oleh Yahya Afriandi yang berjudul ‚Tinjauan

Hukum Islam Terhadap Pemenuhan Hak dan Kewajiban Suami Istri

Dalam Keluarga TKI Tahun 2005-2008 (Studi Di Desa Khiyang

Kecamatan Binong Kabupaten Subag Jawa Barat)‛. Kesimpulan dari

skripsi ini adalah keberlangsungan hak dan kewajiban suami istri

dalam keluarga TKI yang sifatnya interaksi secara langsung antara

suami istri tentunya tidak dapat dijalankan, karena adanya jarak jauh

antara suami yang berada di rumah (Indonesia) sedangkan istri berada

di luar negeri (Saudi Arabia, Abu Dhabi dan Taiwan). Akan tetapi

keberlangsungan kehidupan dapat dijalankan dengan adanya sosok

nenek/mertua yang ikut membantu keluarga TKI. Istri bekerja di luar

rumah dengan izin suami dalam islam memang dibolehkan, karena

(22)

keadaan tertentu yang menuntut istri bekerja. Begitu juga dengan istri

bekerja sebagai TKW, Islam membolehkan selama istri yang bekerja

sebagai TKW mendapatkan izin dari suaminya, akan tetapi kebolehan

tersebut dapat berubah manakala adanya kemudlaratan yang

disebabkan oleh istri bekerja sebagai TKW, yaitu adanya ancaman

keharmonisan keluarga dan kurang diperhatikannya anak.24

E. Tujuan Penelitian

Pembahasan-pembahasan dalam penelitian ini mempunyai tujuan

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana kewajiban suami kepada istri dalam

keluarga jamaah tabligh.

2. Untuk mengetahui bagaimana analisis Hukum Islam terhadap

kewajiban suami kepada istri dalam keluarga jamaah tabligh.

F. Kegunaan Penelitian

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat

sekurang-kurangnya dalam 2 hal sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

a. Sebagai tamabahan pemikiran, wawasan keilmuan dan

memperkaya pengalaman mahasiswa dalam pengembangan dan

(23)

penerapan ilmu hukum keluarga Islam khususnya didalam bidang

perkawinan.

b. Bagi fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri

Surabaya, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat

menambah referensi ilmiah dan pustaka bagi peneliti selanjutnya.

2. Secara Praktis, yakni dapat digunakan sebagai acuan dalam upaya

melakukan kewajiban suami terhadap istri, khususnya dalam

membinan keluarga yang baik, penuh cinta kasih menurut islam.

G. Definisi Operasional

Untuk memudahkan dan menghindari dari kesalahpahaman serta

kekeliruan dalam memahami judul skripsi yang telah penulis ajukan yakni

‚Analisis Hukum Islam Terhadap Kewajiban Suami Kepada Istri dalam

Keluarga Jamaah Tabligh‛, maka penulis memandang perlu untuk

mendefinisikan dan mengemukakan secara jelas dan terperinci maksud dari

judul tersebut diatas guna menghindari kerancuhan, sebagai spesifikasi

masalah akan tampak lebih jelas:

Hukum Islam: Hukum Islam disini adalah ketentuan

berdasarkan Al-Qur’an, Hadist, Fiqh para ulama

serta ketentuan-ketentuan yang terkandung

(24)

Kewajiban Suami: seseuatu yang harus dilakukan oleh seseorang

oleh karena kedudukannya. Kewajiban timbul

karena hak yang melekat pada subyek hukum.

Jamaah Tabligh: Jamaah Islamiah yang dakwahnya berpijak pada

penyampaian tentang keutamaan-keutamaan

ajaran Islam kepada tiap orang yang dapat

dijangkau oleh jama’ah ini.

H. Metode Penelitian

Metode sebagai usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan

menguji kebenaran suatu pengetahuan,25agar sebuah karya ilmiah (dari sebuah

penelitian) dapat mencapai apa yang diharapkan dengan tepat dan terarah

dengan menggunakan metode ilmiah. Adapun metode yang digunakan adalah

sebagai berikut:

1. Data yang dikumpulkan

Data yang dikumpulkan untuk mendapatkan pemecahan masalah

dalam rumusan masalah skripsi ini. Dihimpun beberapa data,

diantaranya:

a. Pemikiran jama’ah tabligh tentang keluarga sakinah

b. Konsep keluarga sakinah

2. Sumber data

(25)

Peneliti ini merupakan penelitian lapangan, sumber yang

digunakan yaitu sumber data primer dan sekunder, terdiri dari:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang bersifat

utama dan penting yang memungkinkan untuk mendapatkan

sejumlah informasi yang diperlukan dan berkaitan dengan

penelitian.26 Sumber data primer di skripsi ini data yang diperoleh

langsung dari informan dan responden, yang terdiri dari:

1) Ahmad Fathoni

2) Nur Choirul Umamah

3) Nurul Qomariyah

4) K.H. Samsul Hadi

5) Nur Jannah

6) Nabila

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh dari

buku-buku, artikel, karya ilmiah yang mempunyai hubungan dengan

penelitian, terdiri dari:

1) Abd. Rohman Ghazali, Fiqh Munakahat.

2) Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan.

3) M. Quraish shihab, Membumikan Al-Qur’an.

4) Baso Mufti Alwi, Perkawinan Dalam Islam

(26)

5) Hammudah Abd Al’Ati, Keluarga Islam

6) Slamet Abidin, Aminudin, Fiqih Munakahat 1

7) Mohd, Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam

8) Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam

9) Al-Qur’an dan Hadits.

10)Dan lain-lain

c. Obyek Penelitian

Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah keluarga dari

kelompok jama’ah tabligh.

3. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dalam

kelompok jama’ah tabligh. Adapun proses memperoleh data dalam

penelitian ini sebagai berikut:

a. Wawancara

Dalam penelitian ini juga digunakan teknik wawancara.

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat

dikontruksikan makna dalam suatu topic tertentu.27 Wawancara

kepada kelompok jama’ah tabligh yang digunakan sebagai alat

pengumpulan data dengan melalui tanya jawab, diantaranya

adalah:

1) Ahmad Fathoni

(27)

2) Nur Choirul Umamah

3) Nurul Qomariyah

4) K.H. Samsul Hadi

5) Nur Jannah

6) Nabila

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang

diperoleh melalui dokumen-dokumen, atau menyelidiki

benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, peraturan-peraturan,

catatan harian. Data-data yang dikumpulkan dengan metode ini

cenderung mengumpulkan data sekunder.28

c. Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu

proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis.

Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan

dan ingatan.29 Adapun observasi yang dilakukan penulis yaitu

dengan melakukan pengamatan secara langsung kepada kelompok

jama’ah tabligh.

4. Teknik analisis data

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yaitu data

yang dihasilkan dari penelitian lebih berkenan dengan interpretasi

28 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), 158.

(28)

terhadap data yang ditemukan di lapangan,30 sehingga teknis analisis

data yang digunakan adalah deskriptif. Analisis deskriptif adalah

menggambarkan dan menguraikan secara menyeluruh mengenai objek

yang diteliti. Dalam mendeskripsikan data yang telah diperoleh,

penulis menggunakan pola pikir deduktif, yakni memaparkan

data-data kasus yang didapatkan kemudian menjadi kesimpulan yang

dipadukan dengan kewajiban suami kepada istri dalam keluarga

jamaah tabligh.31

I. Sistematika Pembahasan

Untuk dapat memberikan gambaran secara umum dan mempermudah

pembahasan dalam menyusun skripsi ini, maka diperlukan suatu sistematika

pembahasan.

Bab Pertama Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

identifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode

penelitian, dan yang terakhir sistematika pembahasan.

Bab Kedua Tinjauan Umum tentang hak dan kewajiban suami terhadap

istri yang berisi pengertian umum hak dan kewajiban, dasar hukum hak dan

kewajiban, macam-macam hak dan kewajiban.

Bab Ketiga Data Penelitian yang berisi tentang pemenuhan kewajiban

suami terhadap istri dalam keluarga jamaah tabligh yang meliputi profil

30Lexi J. Moeloeng, Penelitian Kualitatif, (Bandung: Osdakarya, 2002), 164.

(29)

jamaah tabligh, dan kewajiban suami terhadap istri dalam keluarga jamaah

tabligh.

Bab Keempat Analisis Hukum Islam terhadap kewajiban suami kepada

istri dalam keluarga jamaah tabligh.

(30)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI

A. Pengertian Umum Tentang Hak dan Kewajiban Suami Istri

1. Pengertian Hak dan Kewajiban

Hak adalah sesuatu yang dapat dimiliki dan dikuasai sedangkan

kewajiban adalah sesuatu yang harus diberikan, baik berupa benda baik

berupa benda maupun berupa perbuatan.1

Apabila akad nikah telah berlangsung dan sah memenuhi syarat

maka menimbulkan akibat hukum. Dengan demikian akan menimbulkan

hak serta kewajibannya suami istri dalam keluarga, yang meliputi: hak

suami istri secara bersama, hak suami atas istri dan istri atas suami.2

2. Dasar Hukum Hak dan Kewajiban Suami Istri

Menurut hukum Islam , suami dan istri dalam membina rumah

tangga haru berlaku dengan cara yang baik (ma’ruf) sebagaimana firman

Allah

Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan

1

Ibnu mas’ud, Fiqh Madzhab Syafi’i, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2007), 312. 2

(31)

mereka Karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang Telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) Karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.3

Maksud dari ayat diatas, para suami agar bergaul dengan istri

dengan baik. Jangan kikir dalam memberi nafkah, jangan sampai

memarahinya dengan kemarahan yang melewati batas atau memukulnya

atau selalu bermuka muram terhadap mereka. Seandainya suami

membenci istri dikarenakan istri itu mempunyai cacat pada tubuhnya atau

terdapat sifat-sifat yang tidak disenangi atau kebencian serius kepada

istrinya timbul karena hatinya telah terpaut kepada perempuan lain, maka

hendaklah suami bersabar, jangan terburu-buru menceraikan mereka.

Mudah-mudahan yang dibenci oleh suami itu justru yang akan

mendatangkan kebaikan dan kebahagian kepada mereka.4

Selanjutnya dikatakan pula dalam Alquran bahwa (pria adalah

pemimpin bagi wanita) dan wanita (istri) itu mempunyai hak yang

seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Tetapi suami

mempunyai satu tingkatan kelebihan dari istrinya.

Selain itu juga Allah dalam ayat Alquran surat al-Baqarah/2:228.

(32)



Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'. tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.5

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa perempuan itu mempunyai hak

yang seimbang dengan laki-laki dan laki-laki mempunyai kelebihan satu

tingkat dari istrinya, adalah menjadi dalil bahwa dalam amal kebajikan

mencapai kemajuan dalam segala aspek kehidupan, lebih-lebih dalam

lapangan ilmu pengetahuan, perempuan dan laki-laki sama-sama

mempunyai hak dan kewajiban. Meskipun demikian hak dan kewajiban

itu disesuaikan dengan fitrahnya baik fisik maupun mental. Umpamanya

seorang istri mempunyai kewajiban mengurus rumah tangga, menjaga

kebersihan dan rahasia rumah tangga dan lain-lain. Sedang suami sebagai

kepala keluarga bekerja dan berusaha untuk mencari nafkah yang halal

guna membelanjai istri dan anak-anak. Dalam keluarga/rumah tangga,

suami dan istri adalah mitra sejajar, saling tolong menolong dan bantu

membantu dalam mewujudkan rumah tangga sakinah yang diridhai Allah

swt. Perbedaan yang ada adalah untuk saling melengkapi dan kerjasama,

(33)

bukan sebagai sesuatu yang bertentangan dalam membina rumah tangga

bahagia.6

Dari ayat diatas dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa kaum

laki-laki deperintahkan untuk bergaul dengan istrinya dengan cara yang

paling baik. Kemudian hal itu yang perlu diperhatikan adalah para wanita

memiliki hak yang seimbang dengan hak dan kewajibannya dengan cara

yang ma’ruf.7

3. Macam-macam Hak dan Kewajiban Suami Istri

Hak terdiri dari dari dua macam yaitu Hak Allah dan Hak Adam.8

Yang dimaksud dengan Hak Allah adalah segala seseuatu yang di

kehendaki dengannya untuk meletakkan diri kepada Allah,

mengagungkannya, menegakkan syiar agama Nya. Sedangkan hak Adam

(Hamba) adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kemaslahatan

manusia.

Apabila suatu akad nikah terjadi (perjanjian perkawinan), maka

seorang laki-laki yang menjadi suami memperoleh berbagai hak dalam

keluarga, demikian juga seorang perempuan yang menjadi istri dalam

perkawinan memperoleh berbagai hak pula. Desamping itu mereka pun

memikul kewajiban-kewajiban sebagai akibat dari mengikatkan diri

dalam perkawinan itu.9

6 Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya.., 337-338

7

Khoiruddin Nasution, Islam: Tentang Relasi Suami dan Istri, (Yogyakarta: Academia dan Tazzafa, 2004), 241.

8

Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-kaidah Hukum Islam, Ilmu Ushul Fiqh, alih bahasa Noer Iskandar al Barsany, Moh. Tolchah Mansoer, Ed, cet VII (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), 340.

9

(34)

Terkait hak dan kewajiban suami istri terdapat dua hak, yaitu

kewajiban yang bersifat materiil dan kewajiban yang bersifat inmateriil.

Bersifat materiil berarti kewajiban zhahir atau yang merupakan harta

benda, termasuk mahar dan nafkah. Sedangkan kewajiban yang bersifat

inmateriil adalah kewajiban bathin seorang suami terhadap istri, seperti

memimpin istri dan anak-anaknya, serta bergaul dengan istrinya dengan

cara baik.10

Dalam islam, untuk menentukan suatu hukum terhadap sesuatu

masalah harus berlandaskan atas nash Alquran dan sunnah Nabi. Kedua

sumber ini harus dirujuk secara primer untuk mendapatkan predikat absah

sebagai suatu hukum Islam. Dalam Alquran tidak semua permasalahan

manusia bisa diketemukan ketentuannya, namun pada biasanya, dalam

menyikapi masalah cabang (furu’iyah) yang tidak ada penjelasan rincinya,

Alquran hanya memberikan ketentua secara umum.11

Ketentuan umum yang ada dalam Alquran tersebut adakalanya

mendapatkan penjelasan dari Alquran senduri, adakalanya mendapatkan

penjelasan dari sunnah Nabi sebagai fungsi penjelas. Namun adakalanya

tidak ada penjelasan dari dua sumber primer tersebut. Masalah hak dan

kewajiban suami relatif menapatkan bnayak penjelasan hak yang berupa

prinsip-prinsip maupun detail penjelasannya.

Hak dan kewajiban suami istri dalam rumah tangga ditegaskan

dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 228:

10Mahmudah ‘Abd Al’ Ati,

(35)

Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'. tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.12

Maksud dari ayat tersebut adalah bahwa hak yang dimiliki oleh

seorang istri adalah seimbang denga kewajiban istri tersebut terhadap

suaminya. Karena hak yang diterima satu pihak adalah merupakan

kewajiban bagi pihak yang lain. Nafkah merupakan hak seoarng istri, dan

sebaliknya pemberian hak ini kewajiban suami terhadap istri. Selain

nafkah materiil, seorang suami juga berkewajiban untuk memberikan

nafkah batin terhadap istrinya dalam bentuk interaksi dengan istrinya

dengan baik.

Seorang suami memiliki hak-hak yang merupakan kewajiban bagi

istrinya. Dalam konteks ini yang akan dikemukakan adalah kewajiban

istri untuk taat kepada suami. Dasar dari kewajiban seorang istri ini

(36)

terkait dengan peran kepemimpinan dalam keluarga yang diberikan

kepada suami berdasarkan Alquran surat An-Nisa’ ayat 34:

 Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.13

Pada setiap perkawinan, masing-masing pihak suami dan istri

dikenakan hak dan kewajiban. Pembagian hak dan kewajiban disesuaikan

dengan porsinya masing-masing. Bagi pihak yang dikenakan kewajiban

lebih besar berarti ia mendapatkan hak yang lebih besar pula. Sesuai

dengan fungsi dan perannya.14

Selanjutnya mengenai hak dan kewajiban suami istri, Alquran

telah secara rinci memberikan ketentuan-ketentuannya.

13Depag RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya.., 161.

(37)

ketentuan tersebut diklasifikasi menjadi: ketentuan mengenai hak dan

kewajiban bersama antara suami istri, ketentuan mengenai kewajiban

suami yang menjadi hak istri, ketentuan mengenai kewajiban istri yang

menjadi hak suami.

Secara teoritik, untuk menetapkan suatu hukum dalam Islam harus

merujuk kepada Alquran dan Sunnah Nabi sebagai sumber primer,

Alquran digunakan sebagai pentunjuk hukum dalam suatu masalah kalau

terdapat ketentuan praktis didalamnya. Namun apabila tidak ditemukan,

maka selanjutnya berujuk kepada Sunnah Nabi.

Sementara itu terkait dengan ketentuan praktis mengenai hak dan

kewajiban antara suami istri, banyak ditemukan dalilnya dalam Alquran.

Dalil-dalil tersebut meliputi hak dan kewajiban bersama antara suami dan

istri, kewajiban suami terhadap istri, kewajiban istri terhadap suami.

Sesuai dengan ketentuan-ketentuan Alquran diatas dalam kaidah fiqh

yaitu kaidah Asasiyyah seperti:

‚Kemudharatan itu harus ditinggalkan sedapat mungkin‛15

Maksud dari kaidah ini ialah, kewajiban menghindarkan terjadinya

suatu kemudharatan, atau dengan kata lain, kewajiban melakukan

usaha-usaha preventif agar terjadi suatu kemudharatan, dengan segala daya

upaya mungkin dapat diusahakan.16

Tidak jarang dalam suatu perbuatan bergantung pada perbuatan

yang lain. Dan tak jarang pula perbuatan inti sangat bergantung pada

(38)

perbuatan perantara. Seperri dalam perkawinan, bahwa tujuan perkawinan

adalah mewujudkan rumah tangga yang harmonis yang didasari rasa kasih

sayang (mawaddah warahmah). Tujuan tersebut tidak akan berwujud

manakala tidak ada pembagian tugas-tugas dalam kehidupan rumah

tangga. Seperti misalnya semua tugas-tugas yang berkaitan rumah tangga

dikerjakan oleh suami atau istri saja, sementara kemampuan istri atau

suami sangat terbatas. Oleh karena itu diperlukan adanya pembagian

tugas-tugas yang berbentuk hak dan kewajiban (sebagai langlah

preventif), dan masing-masing pihak bertindak atas haknya.

4. Hak dan Kewajiban Suami atas Istri

Hak-hak suami yang wajib dipenuhi istri hanya merupakan

hak-hak bukan kebedaan, sebab menurut hukum Islam istri tidak dibebani

kewajiban kebendaan yang diperlukan untuk mencukupkan kebutuhan

hidup keluarga. Bahkan, lebih diutamakn istri tidak usah ikut bekerja

mencari nafkah jika suami memang mampu memenuhi kewajiban nafkah

keluarga dengan baik.

Hal ini dimaksudkan agar istri dapat mencurahkan perhatiannya

untuk melaksanakan kewajiban membina keluarga yang sehat dan

mempersiapkan generasi yang shaleh. Kewajiban ini cukup berat bagi istri

yang memang benar-benar akan melaksanakan dengan baik. Namun, tidak

dapat dipahamkan bahwa Islam dengan demikian menghendaki agar istri

tidak pernah melihat dunia luar agar istri selalu berada dirumah saja.17

(39)

Diantara hak dan kewajiban suami terhadap istri yaitu:

1. Bersikap baik dan bijaksana dalam berbicara dan mengatur

waktu untuk istri

2. Suami hendaknya mengajarkan istri apa yang menjadi

kebutuhan agamanya, dari hukum-hukum bersuci seperti

mandi, haid, janabat, wudlu dan tayamum.

3. Hendaknya dapat menahan diri, tidak mudah marah apabila

istri menyakiti hatinya.

4. Suami hendaknya menyuruh istri nya melkaukan perbuatan

yang baik dan tidak bermuka masan dihadapan suami.

5. Suami harus mengajarkan berbagai macam ibadah kepada istri

baik ibadah fardlu maupun sunnah serta tidak menunjukkan

keadaan yang tidak disenangi suami.

6. Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah

tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga

yang penting-penting diputuskan oleh suami istri bersama.

7. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala

sesuatu keperluan hidup rumah tangga sesuai dengan

kemampuannya.

8. Suami wajib memberikan mas kawin dan nafkah dari jalan

yang halal.

(40)

10.Suami hendaknya mengajar budi pekerti yang baikkepada

keluarganya, serta menyuruh istrinya melakukan perbuatan

yang baik, dan suami menundukkan dan menyenangkan hati

istri dengan menuruti kehendaknya dengan kebaikan.

11.Suami wajib memberi pendidikan agama kepada istrinya dan

memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan

bermanfaat bagi agama dan bangsa.18

12.Memberikan nafkah sandang dan pangan sesuai dengan usaha

dan kemampuannya, suami menanggung:

1. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri.

2. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya

pengobatan bagi istri dan anak.

3. Biaya pendidikan bagi anak.19

5. Hak dan Kewajiban Suami Istri dalam UU No. 1 Tahun 1947 Tentang

Perkawinan dan dalam KHI (Kompilasi Hukum Islam)

1. Kewajiban-kewajiban suami

a. UU No. 1 Tahun 1947

Pasal 34 ayat (1)

Suami wajib melindungi istrinya dan memberi segala sesuatu

keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.

b. Kompilasi Hukum Islam

Pasal 80

(41)

(1) Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah

tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga

yang penting diputuskan oleh suami istri bersama.

(2) Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala

sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan

kemampuannya.

(3) Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada istrinya

dan memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna

dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa.

(4) Sesuai dengan penghasilannya, suami menanggung:

a. Nafkah, kiswah dan tempat kediaman bagi istri;

b. Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya

pengibatan bagi istri dan anak;

c. Biaya pendidikan bagi anak;

(5) Kewajiban suami terhadap istrinya tersebut pada ayat (4) hurif

a dan b diatas berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari

istrinya.

(6) Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap

dirinya sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.

(7) Kewajiban suami sebagaimana yang dimaksud ayat (5) gugur

apabila istri nusyuz.

(42)

(1) Suami yang mempunyai istri lebih dari seorang berkewajiban

memberi tempat tinggal dan biaya hidup kepada

masing-masing istri secara berimbang menurut besar kecilnya jumlah

keluarga yang ditanggung masing-masing istri, kecuali jika

ada perjanjian perkawinan.

(2) Dalam hal para istri rela dan ikhlas, suami dapat menempatkan

istrinya dalam satu tempat kediaman.

2. Kewajiban-kewajiban istri

a. UU No. 1 Tahun 1974.

Pasal 34 ayat (2).

Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.

b. Kompilasi Hukum Islam

Pasal 83

(1) Kewajiban utama seorang istri ialah berbakti lahir dan batin

kepada suami didalam batas-batas yang dibenarkan oleh

hukum Islam.

(2) Istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga

sehari-hari dengan sebaik-baiknya.

Pasal 84

(1) Istri dapat dianggap nusyuz jika tidak mau melaksanakan

kewajiban-kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 83

(43)

(2) Selama istri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap istrinya

tersebut pada pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku

kecuali hal-hal untuk kepentingan anaknya.

(3) Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) diatas berlaku kembali

sesudah istrinya tidak nusyuz.

(4) Ketentuan ada atau tidak adanya nusyuz dari istri harus

didasarkan atas bukti yang sah.

3. Kewajiban dan hak suami istri

a. UU No. 1 Tahun 1974

Pasal 30

Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan

rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.

Pasal 31

(1) Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan

kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan

pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.

(2) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan

hukum.

(3) Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah

tangga.

Pasal 32

(44)

(2) Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) paasal

ini ditentukan oleh suami istri bersama

Pasal 33

Suami istri wajib saling cinta mencintai hormat menghormati,

setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang

lainnya.

b. Kompilasi Hukum Islam

Pasal 77

(1) Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan

ruamh tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah yang

menjadi sendi dasar susunan masyarakat.

(2) Suami istri wajib saling mencintai, hormat menghormati, setia

dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.

(3) Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan

memelihara anak-anak mereka, baik mengenai pertumbuhan

jasmani, rohani maupun kecerdasannya dan pendidikan

agamanya.

(4) Suami istri wajib memelihara kehormatannya.

(5) Jika suami istri melalaikan kewajiban, masing-masing dapat

mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama.

Pasal 78

(45)

(2) Rumah kediaman yang dimaksud ayat (1), ditentukan oleh

suami istri bersama.

Pasal 79

(1) Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah

tangga.

(2) Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan

kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan

pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.

(3) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan

(46)

BAB III

KEWAJIBAN SUAMI KEPADA ISTRI DALAM KELUARGA JAMAAH

TABLIGH

A. Profil Jamaah Tabligh

1. Sejarah Berdirinya Jamaah Tabligh

Jamaa’ah Tabligh bukanlah organisasi yang berasal dari Indonesia

akan tetapi sebuah organisasi tradisional yang berasal dari India.

Pendiri Jma’ah Tabligh adalah Muhammad Ilyas al-Kandahlawy, lahir

pada tahun 1303 H di desa kandalah di kawasan Muzhafar Nagar,

Utara Bandalesh India. Ia wafat pada tanggal 11 Rajab 1363 H. Nama

lengkap beliau ialah Muhammad Ilyas bin Muhammad Isma’il Al

-Hanafi Ad-Diyubandi Al-Jisyti Al-Kandahlawi kemudian Ad-Dihlawi.

Al-Kandahlawi merupakan asal kata dari Kandahlah, sebuah desa

yang terletak di daerah Sahranfur. Sementara Ad-Dihlawi adalah

nama lain dari Dihli (New Delhi) ibukota India. Di negara inilah

markas gerakan Jama’ah Tabligh. Adapun Ad-Diyubandi adalah asal

kata Diyubandi yaitu madrasah terbesar bagi penganut madzhab

Hanafi di semenanjung India. Sedangkan Al-Jisyti.1 Ayahnya bernama

Syaikh Ismail dan Ibunya bernama Shafiyah al-Hafidzah. Dia

menerima pendidikan pertamanya di rumah dan menghafal Al-Qur’an

(47)

dalam usia yang sangat muda.2 Dia belajar kepada kakaknya sendiri

yaitu Syeikh Muhammad Yahya, setelah itu melanjutkan belajar di

Madha>irul Ulum di kota Saharapur. Pada tahun 1326, ia mengenyam

pendidikan agama Islam di Madrasah Islam Doeband India. Di sini dia

belajar mengenai Al-Qur’an, Hadits, Fiqh, dan ilmu Islam yang lain.

Dia juga belajar al hadist Jam’ Sha>hihu al Turmudzi dan Sha>hihu

al-Bukhari dari seorang alim yang bernama Mahmud Hasan.3 Kemudian

melanjutkan belajar Kutubu al-Sittah pada kakaknya sendiri

Muhammad Yahya yang wafat pada tahun 1335 H.4

Pergerakan ini berdasarkan atas asas Islam, dalam prakteknya,

mereka berusaha untuk merealisasikan ajaran-ajaran agama Islam

dalam kehidupan sehari-hari. Dapat dikatakan tujuan utama

pergerakan ini adalah untuk menyebarkan agama Islam dan

menghidupkan makna-makna yang terkandung di dalam hadits-hadits

Nabi.

Jama’ah Tabligh berdiri di India, jama’ah ini muncul dilatar

belakangi oleh aib yang merata dikalangan umat Islam. Maulana Ilyas

menyadari bahwa orang-orang Islam telah terlena jauh dari

ajaran-ajaran iman. Dia juga merasakan bahwa ilmu agama sudah tidak

dimaksudkan untuk tujuan agama. Dia mengatakan ‚ilmu-ilmu sudah

tidak berharga karena tujuan dan maksud mereka mendapatkannya

2 Abul Hasan An-Nadwi, Sejarah Dakwah dan Tabligh Maulana Muhammad Ilyas Rah, (Bandung: Al Hasyimiy, 2009), 53.

(48)

telah keluar dari jalur semestinya dan hasil serta keuntungan dari

pengajian-pengajian mereka itu tidak akan tercapai lagi. Dua hal

inilah yang mengganggu pikiranku, maka aku melakukan usaha ini

dengan cara tabligh untuk usaha atas nama iman‛.5 Selain itu keadaan

umat Islam India yang saat itu sedang mengalami kerusakan akidah,

dan kehancuran moral. Umat Islam sangat jarang mendengarkan

syair-syair Islam.

Di samping itu, juga terjadi percampuran antara yang baik dan

yang buruk, antara iman dan syirik, antara sunnah dan bid’ah. Bukan

hanya itu, mereka juga telah melakukan kemusyrikan dan pemurtadan

yang diawali oleh para misionaris Kristen, di mana Inggris saat itu

sedang menjajah India. Gerakan minioris ini, didukung Inggris dengan

dana yang sangat besar. Mereka berusaha membolak-balikkan

kebenaran Islam, dengan menghujat ajaran-ajarannya dan

menjelek-jelekkan Rasulullah SAW.

Muhammad Ilyas berusaha dan berpikir bagaimana membendung

kristenisasi dan mengembalikan kaum Muslimin yang lepas ke dalam

pangkuan Islam. Itulah yang menjadi kegelisahan Muhammad Ilyas.

Muhammad Ilyas mengkhawatirkan umat Islam India yang semakin

hari semakin hari semakin jauh dengan nilai-nilai Islam, khususnyaa

daerah Mewat yang ditandai dengan rusaknya moral dan kosongnya

masjid-masjid yang tidak digunakan untuk ibadah dan melakukan

(49)

dakwah-dakwah Islam.6 Hal ini kemudian menguatkan i’tikadiyah

untuk berdakwah yang kemudian diwujudkannya dengan membentuk

gerakan jamaah pada tahun 1926 yang bertujuan untuk

mengembalikan masyarakat dalam ajaran Islam, guna menata kegiatan

jamaah ini dibentuklah suatu cara dakwah jama’ah yang disebut

hirarki, yang berbeda dari organisasi dakwah lainnya, yang kemudian

dikenal dengan gerakan Jama’ah Tabligh. Maulana Ilyas mengatakan,

‚Tersingkaplah bagiku usaha dakwah tabligh ini dan di resapkan

kedalam hatiku, dalam mimpi tafsir Surat Ali Imran ayat 110, yaitu

‚Kamu adalah umat yang terbaik yang dikeluarkan untuk manusia,

menyuruh kepada Allah.‛ Sesungguhnya engkau dikeluarkan untuk

umat manusia seperti halnya para nabi.7

Pada kesempatan hajinya yang kedua, Allah membukakan pintu

hatinya untuk memulai usaha dakwah dengan pergerakan agama yang

menyeluruh. Dia mengakui dirinya lemah, sedangkan usaha

dakwahnya merupakan sebuah usaha yang besar. Namun demikian, dia

telah bertekad untuk melaksanakan usaha dakwah tersebut. Dia yakin

bahwa pertolongan Allah akan menyertainya, sehingga dia merasa

lega. Selanjutnya dia meninggalkan kota Madinah setelah tinggal

disana selama lima bulan dan tiba di Kandahlawi pada tanggal 13

Rabi’ul Akhir 1345, bertepatan pada tanggal 25 september 1926.

6 An-Nadwi, Sejarah Da’wah dan Tabligh..., 78.

(50)

Setelah pulang dari haji beliau memulai usaha dakwah dan mengajak

orang lain untuk bergabung dalam usaha yang sama. Dia mengajarkan

kepada khalayak ramai untuk bergabung dalam usaha yang sama. Dia

mengajarkan kepada Khalayak ramai tentang rukun-rukun Islam,

seperti sahadat, shalat, dan lain sebagainya.

Pada tahun 1351 H/1931 M, ia menunaikan haji yang ketiga ke

tanah suci Makkah. Kesempatan tersebut dipergunakan untuk

menemui tokoh-tokoh India yang ada di Arab untuk mengenalkan

usaha dakwah. Ketika beliau pulang dari haji, beliau mengadakan

kunjungan ke Mewat, dengan disertai jama’ah dengan jumlah seratus

orang. Dalam kunjungan tersebut ia selalu membentuk jama’ah

-jama’ah yang dikirim ke kampung-kampung untuk berjaulah

(berkeliling dari rumah ke rumah) untuk menyampaikan pentingnya

agama.

Nama Jama’ah Tabligh merupakan sebuah nama bagi mereka yang

menyampaikan Jama’ah ini awalnya tidak mempunyai nama, akan

tetapi cukup Islam saja. Bahkan Muhammad Ilyas mengatakan

seandainya aku harus memberikan nama pada usaha ini akan aku ber

nama ‚gerakan iman‛.8 Ada ungkapan terkenal dari maulana Ilyas;

‚Aye Musalmano! ‘Wahai umat muslim! Jadilah muslim yang kaffah

(menunaikan semua rukun dan syari’ah seperti yang dicontohkan

(51)

Rasulullah).9 Jama’ah Tabligh resminya bukan merupakan kelompok

atau ikatan, tapi gerakan muslim untuk menjadi muslim yang

menjalankan agamanya, dan hanya satu-satunya gerakan Islam yang

tidak memandang asal-usul madzhab atau aliran pengikutnya.

Tujuan Muhammad Ilyas mendirikan gerakan ini, untuk

menciptakan sistem dakwah baru, yang tidak membedakan antara

ahlus-sunnah dan golongan-golongan lain. Serta larangan-larangan

untuk mempelajari dan mengajar masalah furu ‘iyah. Menurut mereka,

hanya cukup mengajarkan keutamaan-keutamaan amal dari

risalah-risalah tertentu.

Sepeninggal Syaikh Muhammad Ilyas Kandahlawi kepemimpinan

Jama’ah diteruskan oleh puteranya Syaikh Muhammad Yusuf

Kandahlawi. Ia dilahirkan di delhi, ia sering berpindah-pindah mencari

ilmu dan menyebarkan dakwah dan juga sering pergi ke Saudi Arabia

untuk menunaikan ibadah haji ke Makkah. Ia wafat di Lahore dan

jenazahnya dimakamkan disamping orang tuanya di Nzham al-Din

Delhi.

Dalam berdakwah, mereka turun ke masyarakat baik itu perkotaan

atau di pedasaan, mereka mengajak masyarakat sekitar untuk

menjalankan ajaran-ajaran agama Islam secara maksimal dan

merealisasikan makna-makna hadits Nabi Muhammad SAW, sehingga

dalam berdakwah mereka sering kali mengenakan pakaian-pakaian

(52)

bernuansa Arab seperti Jubah dengan panjang di atas mata kaki,

imamah atau ikat kepala yang mereka anggap semua itu adalah

termasuk dari Sunnah Nabi.10

Dalam kegiatan melakukan dakwah, mereka terbagi menjadi

beberapa kelompok dan setiap kelompok membawa bekal

masing-masing untuk mencukupi kebutuhannya selam aberdakwah. Biasanya

mereka membawa uang saku secukupnya, peralatan masak, pelaratan

tidur serta peralatan-peralatan yang lain sesuai dengan kebutuhannya.

Setelah semuanya dipersiapkan, mulailah mereka turun menyebar ke

berbagai tempat di perkotaan atau di pedesaan dan biasanya mereka

menjadikan masjid atau mushalla sebagai tempat kegiatan mereka,

setelah itu mereka berkunjung ke masyarakat untuk menyampaikan

ajaran-ajaran agama Islam dan mengajak mereka meramaikan masjid

atau mushalla. Setelah masyarakat berkumpul di masjid atau

mushalla, mulailah mereka menerangkan tentang pentingnya

persatuan Islam, Iman, amal, musyawarah, mudzakara>h, dan

ajaran-ajaran agama Islam yang lainnya. Akan tetapi, hal yang terpenting

yang mereka lakukan adalah berdakwah yang dikemas dalam bnentuk

dakwah. Kitabnya yang terkenal ialah Amani Akhbar berupa

komentar kitab Ma’ani abtara lain Atsar karya Syaikh Thalawi dan

Hayat al-Slahabah.

(53)

Jama’ah Tabligh juga tersebar ke seluruh dunia, antara lain

tersebar di Pakistan dan Bangladesh negara-negara Arab dan

keseluruh dunia Islam. Jama’ah ini mempunyai banyak pengikut di

Suriah, Yordania, Palestina, Libanon, Mesir, Sudan, Irak, dan Hijaz.

Dakwah mereka telah tersebar di sebagian besar negara-negara Eropa,

Amerika, Asia, dan Afrika. Mereka memiliki semnagat dan daya juang

tinggi serta tidak mengenal lelah dalam berdakwah di Eropa dan

Amerika. Bahkan pada tahun 1978, Liga Muslim Dunia mensubsidi

pembangunan Masjid Tabligh di Dewsbury, Inggris, yang kemudian

menjadi markas besar Jma’ah Tabligh di Eropa. Pimpinan mereka

disebut Amir atau Zamida>r atau Zuminda>r. Sedangkan Pimpinan

pusatnya berkantor di Nizhamuddin Delhi. Dari sinilah semua urusan

dakwah internasioanalnya diatur.

Jama’ah Tabligh juga mempunyai tokoh-tokoh yang terkenal

antara lain:

1. Maulana Muhammad Ilyas. Ia lahir pada tahun 1303 H/1885 M, di

Kandahla India.11 Penggagas pertama berdirinya Jama’ah Tabligh

sekaligus pemimpin pertama Jama’ah Tabligh.

2. Maulana Muhammad Yusuf, putra Maulana Ilyas, pengganti

ayahnya setelah Muhammad Ilyas meninggal dunia.12 Beliau

menyusun kitab antara lain al-Muntakhab al-Hadist, dan buku

Khuru>j Fi> Sabi>lilla>h Menurut Al-Qur’an dan Hadist, yang menjadi

11 An-Nadwi, Sejarah Maulana Ilyas..., 7.

(54)

buku rujukan bagi para pengikut Jama’ah Tabligh dalam

berdakwah.

3. Maulana Istihyamul Hasan, pemimpin Jama’ah Tabligh setelah

Maulana Muhammad Yusuf. Ia mengarang buku antara lain:

Satu-satunya Caara Memperbaiki Kemerosotan Umat Islam di Zaman

ini.

4. Maulana Zakariya al-Kandahlawi, lahir 1 Ramadhan 1315 H di

kandla India. Ia adalah keponakan dari Maulana Muhammad

Ilyas.13 Ayah Zakariya, Syekh Muhammad Yahya saudara

sekandung dengan Mulana Muhammad Ilyas. Maulana Zakariya

ini seorang penulis buku aktif. Banyak bukunya yang menjadi

pedoman bagi para Jama’ah Tabligh. Diantara buku-bukunya yang

sangat terkenal di kalangan Jama’ah Tabligh adalah Himpunan

Fadha>ilul Amal. Maulana Zakariya al-Kandahlawi, sebagaimana

Maulana Ilyas pamannya, juga punya hubungan yang sangat dekat

dengan Syekh Rasyid Ahmad, seorang pembaharu pengikut

Wahabi, bahkan menganggapnya sebagai musyiidnya. Berkata

Mulana Zakariya dan teman akrab ayah saya, Syaikh mursyid

saya, yaitu Syaikh Rasyid Ahmad Rah, yang jika ditulis segala

kebaikan dan keutamaanya, tentu memerlukan sebuah buku yang

cuku tebal.14

13 Ibid., 8.

(55)

5. Maulana Manzhur Nu’mani, seorang tokoh Jama;ah Tabligh yang

sangat dekat dengan Maulana Muhammad Ilyas. Beliau ini salah

seorang anggota pengurus Rabithah Alam Islami, sering menyertai

Maulana Muhammad Ilyas saat Khuru>j Fi> Sabi>lilla>h. Ia menyusun

buku Malfudha>t Hazhrat Maulana Muhammad Ilyas. Buku sudah

diterjemah dalam Bahasa Indonesia dengan judul Mutiara Hikmah

Ulama Ahli Dakwah.

6. Abdul Hasan Ali Nadwi, sering bersama Maulana Ilyas. Ia

mengarang buku antara lain Riwayat hidup Maulana Muhammad

Ilyas. Menurut Manzhur Nu’mani, Abdul Hasan Ali Nadwi

mempunyai hubungan khusus dengan Maulana Muhammad Ilyas,

karena ada hubungan yang erat dalam usaha agama dan dakwah

antara keluarga Maulana Ilyas dengan keluarga Abdul Hasan Ali

Nadwi.

7. Syekh Muhammad Sa’ad al-Kandahlawi, cucu dari Maulana

Muhammad Yusuf. Ia telah melakukan penyempurnaan buku

Khuru>j Fi> Sabi>lillah Menurut Al-Qu’an dan Hadits, karangan

kakeknya, Maulana Muhammad Yusuf.

2. Sejarah Jama’ah Tabligh Ke Surabaya

Pada dekade 1980-an ketika Jamaah Tabligh masuk ke Surabaya,

terjadi berbagai gejolak antara Islam dan negara. Munculnya

gerakan-gerakan yang dianggap radikal, UU yang mengharuskan menggunakan

(56)

dasarwasa terakhir, umat Islam sedang bergerak dari minoritas politik

ke mayoritas budaya. Mereka tidak lagi memandang aktifitas politik

sebagai satu-satunya wadah perjuangan dalam rangka

memperjuangkan Islam dengan segala kandungan makna yang

diyakini dan dihayati dalam kehidupannya. Gerak Islam tengah

bergerak ke suatu spektrumbaru yang lebih dominan bersifat

kebudayaan ketimbang politik. Seperti hal NU, omas terbesar di

Indonesia ini keluar dari pentas politik pada tahun 1983.15 Hal ini juga

dapat dilihat dari besarnya animo masyarakat terhadap

gerakan-gerakan keagamaan yang berkembang yang mulai muncul sejak akhir

dekade 1970-an termasuk terhadap gerakan Jamaah Tabligh. Banyak

masyarakat yang tertarik dengan gerakan ini karena praktek-praktek

keagamaannyaa lebih menonjolkan pada apa-apa yang dicontohkan

oleh Rasulullah SAW dan para Sahabatnya, misalnya dalam hal

berpakaian. Anggota Jamaah Tabligh sering memakai jubah panjang

dan sorban di kepala. Jamaah Tabligh juga sangat memperhatikan

adab-adab sehari-hari, sehingga sangat menarik masyarakat untuk

mengikutinya, meskipun Jamaah Tabligh tidak berasal dari Indonesia

sendiri.

Gerak budaya Islam yng berkembang juga berimbas kepada

daerah-daerah termasuknya Surabaya. Jamaah Tabligh masuk ke

Surabaya pada tahun 1948 dan mendapat tempat di masyarakat.

(57)

Penentang dari masyarakat pasti ada dan itu tetjadi pada awal

kedatangan Jamaah Tabligh. Hal ini tidak mengherankan lagi, karena

Jamaah Tabligh menjadikan masjid sebagai baris gerakannya,

sehingga yang menjadi target adalah orang-orang yang rumahnya

berdekatan dengan masid.16\

Jamah tabligh masuk di Surabaya setelah beberapa tahun

keberadaannya di Indonesia. Jamaah Tabligh masuk ke Surabaya

ketika kondisi perpolitikan terutama hubungan Islam dengan

pemerintah yang banyak terjadi pertentangan dan kecurigaan,

meskipun pada akhir dekade 1980-an, satu rombongan yang terdiri

dari sepuluh orang, jamaah gabungan dari Pakistan dan Malasyia yang

dipimpin oleh Abdussobar tiba di Surabaya. Tempat pertama

dikunjungi adalah Masjid Nuru Hidayah, Jl. Ikan Gurami Gg. IV Perak

Barat Surabaya. Orang pertama kali didekati adalah H. Amin Said

yang merupakan Takmir Masjid Nurul Hidayah. Setelah itu jamaah ini

mendekati Abdul Wahid yang berasal dari Madura, seorang warga

sekitar masjid.17

Kedatangan Jamaah ini tidak langsung diterima atau dipercaya

oleh H. Amin Said. Ia khawatir gerakan Jamaah Tabligh ini termasuk

gerakan-gerakan yang dilarang perkembangannya oleh negara yang

sebelumnya juga pernah ditumpas pemerintah. Gerakan-gerakan yang

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) hasil belajar siswa yang diberikan strategi pembelajaran PBL lebih tinggi dari siswa yang diberikan strategi

Menurut Kasmir dan Jakfar (2008), pengertian kelayakan adalah penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk menentukan apakah usaha yan akan dijalankan akan

Variabel Lingkungan Kerja dan Motivasi Intrinsik secara simultan dan parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai bagian sekretariat pada

Dengan adanya hal yang penulis jelaskan diatas, penulis ingin mengetahui apakah pedagang muslim di Kelurahan Tuban yang hidup di lingkungan mayoritas beragama Hindu tetap

menggunakan beberapa pelarut untuk ekstraksi seperti air, etanol dan metanol dan didapatkan hasil bahwa pelarut yang efektif untuk ekstraksi adalah metanol dan etanol

Penelitian untuk mengetahui karakteristik kimia dan fisika Andisol yang berkembang dari beberapa sifat dan umur geologi bahan induk di Jawa Barat telah dilakukan dalam

berwarna hijau kecuali pada bagian telapak kudanya; 4) Jari tangan dan jari kaki berikut webnya berwarna hijau muda kekuningan; 5) Iris didominasi warna merah. Richards et

Penggunaan pupuk organik makin meningkat seiring dengan berkembangnya pertanian organik. Pangan organik makin diminati sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat