• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Pendirian Pesantren

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Makalah Pendirian Pesantren"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

SEJARAH BERDIRI DAN PERKEMBANGAN

PONDOK PESANTREN

Disusun Oleh : Elin Nurparida

Leli

Erwin

Tito

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Wr.Wb.

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya,maka penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sehingga makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Pesantren. Makalah ini membahas tentang Sejarah Berdiri dan Perkembangan Pondok Pesantren.

Sistematika dalam makalah ini disajikan dalam bentuk sistematika yang telah disesuaikan dengan Dosen yang bersangkutan dengan mata kuliah ini.

Penulis menyadari dengan sangat bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, mohon segala kritik dan saran untuk menjadi perbaikan sehingga bisa menyusun makalah yang lebih baik.

Penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini bisa memenuhi tugas mata kuliah mashalul fiqhliyah dan bisa bermanfaat bagi pembacanya.

Wassalamua’laikum Wr.Wb.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar...i

Daftar Isi...ii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ...1

BAB II PEMBAHASAN...2

A. Pengertian Pondok Pesantren...2

B. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren...3

C. Perkembangan Pondok Pesantren ...6

1. Pesantren Salaf ...5

2. Pesantren Khalaf ...8

BAB III PENUTUP... 10

A. Kesimpulan... 10

B. Saran... 10

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fenomena lembaga pendidikan pondok pesantren sangat menarik, karena pondokpesantren merupakan lembaga pendidikan islam tertua di Indonesia. meskipun di daerah lain seperti Aceh atau Sumatera Barat menggunakan istilah lain untuk menyebut pondok pesantren, tetapi esensinya sama. Jika ada lembaga survey yang menghitung seluruh pondok pesantren se-Indonesia mungkin ada beribu-ribu pondok pesantren, karena biasanya dalam satu desa ada lebih dari satu pondok pesantren. Seperti di Desa Air Emas, Singingi, Kuantan Singingi, Riau,ada dua lembaga pendidikan pondok pesantren yakni Pondok Pesantren Bahrul Ulum dan Pondok Pesantren Rodhotut Tholibin. Oleh sebab itu tidak afdol jika seorang mahasiswa tidak mengetahui sejarah pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan islam tertua di Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH

1.Bagaimana Definisi Pondok Pesantren? 2.Bagaimana Sejarah Pondok Pesantren?

3.Bagaimana Perkembangan Pondok Pesantren? 4.Apa Peranan Pondok Pesantren?*.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pondok Pesantren

(5)

memiliki beberapasebutan lain. Di Sumatera barat disebut ‘surau’ sementara di Aceh disebut ‘dayah’ atau ‘meunasah’. Sebutan pesantren atau pondok pesantren pada mulanya hanya berlaku di Jawa, meskipun sekarang ini sudah menjadi nomenklatur paling umum.Penting diungkapkan bahwa sebagai lembaga pendidikan keislaman tradisional, pesantren juga di temukan wilayah Asia Tenggara. Di Thailand dan Malaysia untuk menyebut contoh lembaga pendidikan disebutpondok, Menurut Manfred Ziemek, kata pondok berasal darifunduq(Arab) yang berarti ruang tidur, wisma, atau hotel sederhana, karena pondok memang merupakan tempat penampungan sederhana bagi para pelajar yang jauh dari tempat asalnya.

Pesantren berasal dari santri, yang berarti “terpelajar” (learned) atau “ulama” (scholar). Jika santri menunjuk pada murid, maka pesantren menunjuk kepada lembaga pendidikan. Jadi, pesantren adalah tempat belajar bagi para santri. Pesantren disebut juga ‘pondok pesantren’. Kedua sebutan ini sering kali digunakan secara bergantian dengan pengertian yang sama. Menurut Greetz, pengertian pesantren diturunkan dari bahasa India Shastri yang berarti ilmuan Hindu yang pandai menulis, maksudnya adalah pesantren tempat bagi orang-orang yang pandai membaca dan menulis.Greetz menanggap bahwa pesantren dimodifikasi dari pura Hindu.

Kamus besar bahasa Indonesiamenyebut ‘pondok’ dan ‘pesantren’ dengan pengertian sama, yaitu “asrama dan tempat murid-murid belajar mengaji’. Pendeknya, kedua sebutan tersebut mengandung arti lembaga pendidikan islam yang didalamnya terdapat unsur-unsur ‘kiai’ (pemilik sekaligus guru), ‘santri’(murid), ‘masjid’ atau mushalla’ (tempat belajar), asrama (penginapan santri, dan kitab-kitab klasik Islam (bahan pelajaran).

Pesantren merupakan pendidikan Islam tertua di Indonesia. Kendatipun sejarah tidak mencatat secara pasti, kapan munculnya pesantren pertama kali di Indonesia, namun paling tidak lembaga ‘pesantren’ telah ada ketika masa walisongo, sekitar abad 16-17 M., misalnyasebuah pesantren yang didirikan oleh Maulana Malik Ibrahim di Gresik. Disamping itu juga ada keterangan bahwasetelah raden Patah berguru kepada sunan Ampel, kemudian ditugaskan menuju Glagah Wangi untuk mendirikan perguruan islam atau pesantren. Namun sejauh ini belum terdapat keterangan yang pasti tentang bagaimana bentuk pesantren yang ada pada waktu itu.

B. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren

(6)

samping rumah kyai. Pada zaman dahulu kyai tidak merencanakan bagaimana membangun pondoknya itu, namun yang terpikir hanyalah bagaimana mengajarkanilmu agama supaya dapat dipahami dan dimengerti oleh santri. Kyai saat itu belum memberikan perhatian terhadap tempat-tempat yang didiami oleh para santri, yang umumnya sangat kecil dan sederhana.Mereka menempati sebuah gedung atau rumah kecil yang mereka dirikan sendiri di sekitar rumah kyai.Semakin banyak jumlah santri, semakin bertambah pula gubug yang didirikan. Para santri selanjutnya memopulerkan keberadaan pondok pesantren tersebut, sehingga menjadi terkenal kemana-mana, contohnya seperti pada pondok-pondok yang timbul pada zaman Walisongo.Tidak bisa dipungkiri pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia, meskipun masih banyak perbedaan pendapat tentang kapan munculnya pondok pesanten tersebut.

Hasil studi Ronald Alan Lukens Bull (1977),doctor yang menekuni studi pondok pesantren asal Amerika, menunjukan bahwa sebagai lembaga pendidikan islam, pondok pesantren pertama kali dirintis oleh syaikh Maulana Malik Ibrahim pada tahun 1399 M untuk menyebarkan islam diJawa. Selanjutnya, dia menelusuri bahwa tokoh yang berhasil mendirikan dan mengembangkan pondok pesantren adalah Raden Rahmat (Sunan Ampel). Pertama kali didirikan pondok pesantren di kembangkuning dan waktu itu hanya memiliki tiga orang santri, yaitu : Wiryo Suroyo, Abu Hurairah, dan Kiai Bangkuning. Setelah itu pindah ke Ampel Denta Surabaya dan mendirikan pondok pesantren, sehingga akhirnya dikenal dengan sebutan Sunan Ampel. Selanjutnya , muncul pondok pesantren baru yang didirikan oleh para santri dan putranya, seperti pondok pesantren Giri oleh Sunan Giri, Pondok Pesantren DemakOleh Raden Patah, dan Pondok Pesantren Tuban oleh sunan Bonang.

(7)

lembaga pendidikan Islam.Kedua, “catatan perjalanan” Snock Hurgronje pada abad ke-19 di beberapa wilayah Indonesia. Catatan itu mengkorfirmasi adanya sejumlah pesantren yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Snouck Hurgronje antara lain mengunjungi Garut di Jawa Barat dan mencatat Pesantren Caringin (Haji Muhammad Rafi’i), pesantren Sukaregang (Kiai Adrangi), dan pesantren Kiara Koneng (Haji Muallim). Daerah lain di Jawa Barat dalah Cianjur, Bandung, Bogor, Cirebon dan beberapa wilayah lain. Catatan perjalanan ini juga merekam pesantren di berbagai wilayah diJawa Tengah dan Jawa Timur. Souck Hurgronje menemukan kenyataan bahwa sebagian pimpinan pesantren pernah menuntut ilmu di Mekkah.

(8)

kelana. Pada periode ini , pesantren tidak menerapkan sistem kelas, sistem ujian, dan tidak memberikan ijazah.Metode pembelajaran di pesantren biasanya menggunakan metodebandongandansorogan. Bandonganatau seringkali disebutwetonsekelompok santri mendengarkan kiai membaca, menterjemahkan, menerangkan, dan mengulas kitab berbahasa arab. Santri menyimak danMa’nani(menulis arti dibawah kata-kata dalam kitab yang sedang dibaca oleh kiai). Karena sifatnya yang seringkali massal, dalam metode ini, santri tidak dituntut untuk memahami dan menguasai penjelasan kiai.Bandongansering kali di lakukan pada saat bulan ramadhan dengan mengkaji beberapa kitab klasik dengan cepat (kilat).Sorogan, dalam metode ini seorang santriakan membaca kitab tertentu dihadapan kiai. Sementara itu kiai hanya akan memberikan koreksi yang bersifat mendasar dan memberikan petunjuknya, khususnya berkaitan dengan cara membaca dan memahami teks secara benar sesuai dengan struktur bahasa arab.Dalam kerangka sorogan ini secara tidak langsung, pesantren menanamkan semangat untuk belajar secara mandiri kepada santrinya.Di samping itu,Musyawarah(diskusi) juga sering digunakan sebagai metode pentingdi pesantren. Kiai atau santri senior memimpin ‘kelas musyawarah’ seperti dalam suatu seminar; proses pembelajaran banyak dilakukan dalam bentuk Tanya jawab. Ini merupakan sarana latihan bagi para santri untuk menguji keterampilanya dalam memahami sumber-sumber argumentasi dalam kitab-kitab islam klasik.

(9)

santri yang tinggal di luar pondok pesantren dan yang mengunjungi pondok pesantren secara teratur untuk belajar agama. Termasuk dala kategori ini adalah mereka yang mengaji di langgar-langgar atau masjid-masjid pada malam hari saja, sementara pada siang hari mereka pulang rumah.Masjid, adalah sebagi unsure yang tidak dapat dipisahkan dengan pondok pesantren serta dianggap sebagai tempat yang paling strategis untuk mendidik parasantri, misalnya dalam praktik salat berjamaah lima waktu, khutbah, sembahyang jum’at, dan pengajian-pengajian kitab klasik.Kitab-kitab Islam klasik,terutama karangan ulama syafi’iyah, merupakan satu-satunya teks pengajaran formal yangdiberikan di lingkungan pondok pesantren. Tujuan utama pengajaran kitab ini adalah untuk mendidik calon-calon ulama.

C. Perkembangan Pondok Pesantren

Pondok pesantren pada mulanya hanya mengkaji ilmu-ilmu agama saja. Seiring perkembangan pendidikan di Indonesia, yang mewajibkan belajar hingga Sembilan tahun (SD-SMP) pondok pesantren mulai mendirikan lembaga-lembaga pendidikan formal, tujuanya adalah agar para santri bisa mengikuti perkembangan zaman. Akan tetapi masih banyak juga pesantren yang hanya mempelajari ilmu-ilmu agama(salaf). Dibawah ini akan dijelaskan mengenai pesantren salaf dan khalaf (modern).

1. Pesantren Salaf

(10)
(11)

pula dengan ilmu mantiq (logika), tarikh (sejarah, dan tasawuf untuk para santri senior.Kendati demikian, tidak berarti ilmu-ilmu keislaman yang diajarkan di pesantren-peantren sama dan seragam. Pada umumnya, setiap pesantren mempunyai penekanan atau cirri-ciri tersendiri dalam hal ilmu-ilmu yang diberikan.Dari sisi kelembagaan dan status pesantren, semua bangunan yang berada di lokasi pesantren umumnya adalah milikkiai. Kiai adalah pemilik dan penguasa tunggal di pesantren. Beliaulah yang menentukan segala kebijakan yang berlaku didalamnya. Para ustadz dan pembantu lainya berkedudukan sebagai tenaga operasional.Oleh karena itu, kiai mempunyai kedudukan khusus. Ini karena dalam pesantren salaf, segala bangunan pesantren dan pembiayaan pesantren memang didanai dari uang pribadi kiai. Dialah yang mendirikan, membangun, danmenghidupi jalanya kegiatan pesantren. Sehingga wajar bila kiai mempunya pengaruh dan kekuasaan yang besar atas pesantrenya. Sebagaimana kita lihat dalam sebuah perusahaan penanam saham terbanyak adalah yang paling menentukan kebijakan perusahaan.

2. Pesantren Khalaf (Pesantren Modern)

(12)

pelestari ajaran-ajaran islam akan memudar. Kegiatan pendalaman ajaran islam akan tergeser oleh kegiatan-kegiatan lain yang sebenarnya lebih cocokdilakukan oleh lembaga lain. Dikhawatirkan pada akhirnya pesantren tidak berbeda dengan lembaga-lembaga pendidikan umum. Bila hal itu sampai terjadi, maka pesantren yang memasukanilmu-ilmu umum dan berbagai keterampilan akan rugi dan tidak dipandang lagi oleh masyarakat.Kondisi pesantren salaf dan khalaf di Indonesia berbeda dengan pesantren di Negara-negara islam yang lain. Misalnya dimekkah dan madinah, syekh (kiai) menetap di kota dan mengajarkan ilmu-ilmu agama di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Para santri yang dating dari jauh menetap di koloni-koloni atau menyewa tempat tinggal di dekat gurunya, yang biasanya memang tersedia cukup banyak. Begitu pula di al-Azhar, Kairo, Mesir. Berbeda dengan pesantren, al-Azhar bermula dar system pendidikan masjid tradisional. Pemerintah memeganginisiatif penting dalam pembangunan lembaga pendidikan al-Azhar, tetapi kemudian menjadi instansi milik masyarakat sepenuhnya.Pentingya pondok pesantren sebagai asrama para santri bergantung pada jumlah santri yang dating dari daerah jauh. Pada pesantren kecil, yang kebanyakan santrinya tidak berasal dari daerah jauh, banyak santri yang menetap di rumahnya sendiri. Mereka menggunakan pesantren untuk belajar aatu kegiatan lain yang terkait. Sedangkan di pesantrren besar seperti Pesantren Tambakberas Jombang, para santri tidak boleh menetap di luar komplek pesantren, kecuali yang berasal dari desa-desa sekitarnya. Alasanya , agar kiai dapat mengawasi dan menguasai mereka secara mutlak. Ini karena kiai tidak hanya berfungsi sebagai guru yang mentransfer ilmu, tetapi juga pengganti orang tua yang bertanggung jawab terhadap pembinaan perilaku dan moral santri.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

(13)

salaf adalah pesantren yang hanya mengkaji ilmu-ilmu agama sedangkan pesantren modern selain mengkaji ilmu-ilmu agama juga memasukan pendidikan umum didalamnya.Dalam perananya Pesantren menjadi lembaga sosial yang hidup yang terus merespons carut marut persoalan masyarakat di sekitarnya. Membentuk santri yang berkarakter dan mampu memecahkan segala persolan agama di masyarakat.

B. Saran

Pondok pesantren pada zaman sekarang harus mencakup berbagai bidang, tidak hanya terpokus kepada bidang keagamaan tetapi harus diimbangi dengan ilmu pendidikan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://lembagaislam.blogspot.com

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Pondok pesantren merupakan suatu komunitas tersendiri, dimana kyai, ustadz, santri dan pengurus pondok pesantren hidup bersama dalam satu kampus, berlandaskan nilai-nilai agama

Pertama santri konsumtif dalam hal makanan, santri lebih memilih membeli makanan atau makan siang diluar asrama mereka dari pada makan makanan yang disediakan

Komunikasi satu arah seringkali dilakukan seorang kiai, ustadz, dan santri pada saat acara-acara di media komunikasi (Rasda FM), mereka menyampaikan pesan kepada komunikan sementara

terhadap Bimbingan Belajar di Pondok Pesantren Hubungannya dengan Motivasi Mereka dalam Mengikuti Pengajian Rutin”.. (Penelitian terhadap santri asrama puteri

Demikian pula, secara langsung santri mendapat pendidikan multikultural setelah mereka mengikuti pengajian kitab-kitab salaf (kuning) yang diajarkan di

Pendapat Manfred Ziemek yang dikutip oleh Binti Maunah yaitu: Pesantren berarti tempat santri tinggal dan mendapatkan pengajaran dari seorang kyai dan guru (ulama atau

mereka, karena masyarakat menganggap mereka mendatangkan ajaran yang tidak baik. Jamaah tabligh selalu melakukan pengajian siang dan malam bersama santri didikan

Selain untuk membentuk dan mengasah keterampilan santri, dengan adanya life skill ini santri secara tidak sadar akan dengan arahan dari Kyai mereka akan memahami potensi yang ada pada