• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS TRADISI PONDOK PESANTREN BAGI SANTRI Oleh : Ida Dwi Septiningsih (STIKI{ Catur Sakti Yogyakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS TRADISI PONDOK PESANTREN BAGI SANTRI Oleh : Ida Dwi Septiningsih (STIKI{ Catur Sakti Yogyakarta)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Ida Dwi Septiningsih

15 EFEKTIVITAS TRADISI PONDOK PESANTREN

BAGI SANTRI

Oleh : Ida Dwi Septiningsih (STIKI{ Catur Sakti Yogyakarta)

A. Latar Belakang Masalah

Al-Quran adalah kitab suci merupakan sumber utama dan pertama ajaran Islam. Al-Quran menjadi petunjuk kehidupan umat manusia diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad S.A.W didalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman, dan pelajaran bagi siapa yang mempercayai serta mengamalkannya. Al-Quran adalah kitab suci yang terakhir diturunkan Allah SWT, yang isinya mencakup segala pokok-pokok syariat yang terdapat dalam kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya. Karena itu, setiap orang yang mempunyai Al-Quran akan bertambah cinta kepada Al-Al-Quran, cinta untuk membacanya, untuk mempelajari dan memahami serta pula untuk mengamalkan dan mengajarkan.

Menghafal Al-Quran merupakan aktifitas ibadah yang sangat berat, tapi sangat mulia. Berat karena memerlukan kifah (perjuangan yang luar biasa) dan konsentrasi penuh. Berbagai tantangan silih berganti akan menghadang di hadapan para calon hafidz Al-Quran (sebutan bagi penghafal Al-Quran).

Sebuah pesantren pada dasamya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional dimana para siswanya atau santrinya tinggal bersama dan belajar dibawah bimbingan seorang atau lebih guru yang dikenal dengan sebutan “Kyai“. Asrama untuk para siswanya tersebut berada dalam lingkungan komplek pesantren dimana Kyai bertempat tinggal yang juga menyediakan sebuah masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar dan kegiatan-kegiatan keagamaan lain. Komplek pesantren ini biasanya dikelilingi dengan tembok untuk mengawasi keluar dan masuknya para

(2)

PELANGI PENDIDIKAN, Vol. XIV Nomor 2, Januari 2014

16

santri sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Demikian pula pada pondok pesantren Tahfidzul Quran (PPTQ) “Baitul Abidin Darussalam“ yang berada di Desa Kalibeber Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo, memiliki kekhasan tersendiri dan memiliki tradisi sendiri yang tentunya berbeda dengan pondok pesantren lainnya. Pondok pesantren ini mengkhususkan pada kegiatan menghafal Al-Quran dengan metode tersendiri dan pembiasaan-pembiasaan atau tradisi sendiri yang telah diterapkan sejak pondok pesantren tersebut didirikan, dan tentunya dengan pengembangan-pengembangan ilmu disesuaikan dengan kebutuhan santri dan perkembangan ilmu pendidikan yang dapat menunjang atau membantu proses pembelajaran bagi santrinya yang juga sebagian besar merupakan mahasiswa di Perguruan Tinggi Swasta yang letaknya tidak jauh dari pondok pesantren tersebut.

Rasa keinginan penulis yang masih awam tentang para penghafal Al-Quran mendorongnya untuk melakukan penelitian terhadap para penghafal Al-Quran. Rasa keingintahuan tersebut meliputi bagaimana mereka dapat menghafal Al-Quran, sedang Al-Quran tersusun dengan menggunakan Bahasa Arab yang mungkin belum mereka kuasai dengan baik. Metode apa yang diterapkan dalam keinginan menghafal Al-Quran dalam keseharian para penghafal Al-Quran.

Menurut penuturan K.H. As’ad, S.Sy.Alh selaku pemimpin PPTQ “Baitul Abidin Darussalam“ ada perbedaan masa dulu dengan masa sekarang dalam kaitannya kegiatan menghafal Al-Quran. Pada masa dulu belumlah banyak hambatan dalam menghafal karena perkembangan jaman dan teknologi belumlah secanggih masa sekarang untuk itu dibutuhkan metode dan pembiasaan-pembiasaan yang tepat disesuaikan hambatan yang ada, terkait dengan semakin majunya dengan perkembangan jaman dan ditengah kecanggihan teknologi yang semakin hari semakin

(3)

Ida Dwi Septiningsih

17 berkembang, sehingga metode dan pembiasaan yang dilakukan dalam rangka kegiatan penghafal Al-Quran menjadi efektif dan sesuai harapan dapat terus menciptakan generasi penghafal Al-Quran.

B. Analisa Data

1. Profil Pondok Pesantren Tahfdzul Quran (PPTQ) Baitul Abidin Darussalam

a. Letak Geografis

Pondok pesantren Tahfidzul Al-Quran Baitul Abidin Darussalam berada di Kabupaten Wonosobo tepatnya di Dusun Sarimulyo, Desa Kalibeber, Kecamatan Mojotengah. Dengan dukungan cuaca di daerah Wonosobo yang tenang dan sejuk ini maka santri dapat melaksanakan kegiatan menghafal Al-Quran sepanjang waktu dengan suasana yang nyaman dan tentram. Dan juga letak asrama pondok pesantren yang jauh dari perkotaan sehingga jauh dari hiruk pikuk keramaian kota.

Asrama pondok pesantren dibangun di atas tanah seluas 515 M2. Data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan pengasuh

pondok pesantren. Tempatnya yang strategis dekat dengan salah satu perguruan tinggi swasta yang berbasis Al-Quran dan pesantren. Dan sebagian besar hampir 70 % para santri adalah mahasiswa pada perguruan tinggi tersebut.

b. Sejarah dan tujuan berdirinya

Asal mula pondok pesantren Tahfidzul Quran Baitul Abidin Darussalam merupakan rumah dari K.H. As’ad, S.Sy, Alh dan Hj.

(4)

PELANGI PENDIDIKAN, Vol. XIV Nomor 2, Januari 2014

18

Badi’ah, Alh. Beliau adalah salah satu santri dari K.H. Muntaha, Alh, Pendiri Pondok Pesantren Al-Asyariyah Kalibeber. Setelah K.H. Muntaha, Alh wafat, pengajian Al-Quran (hafalan) diteruskan oleh K.H. As’ad, S.Sy, Alh.

Awalnya ada beberapa santri yang datang kerumahnya untuk khusus memperdalam atau memperlancar hafalannya yang pondok ini dengan yang lain yang peneliti ketahui ketika melakukan penelitian di pondok pesantren ini adalah, pengasuh pondok pesantren yaitu Bapak K.H. As’ ad, S.Sy, Alh yang juga sebagai pemilik dan pendiri pondok pesantren menyerahkan sepenuhnya pengurusan dan keberlangsungan segala kegiatan belajar santri kepada pengurus organisasi santri, mulai dari administrasinya pembayaran syahriyah atau SPP santri, perekrutan santri dan kegiatan pendukung di pondok pesantren, beliau hanya khusus mengajar hafalan Al-Quran saja.

c. Visi dan Misi PPTQ Baitul Abidin Darussalam

PPTQ Baitul Abidin Darussalam memiliki Visi yaitu menjadikan Al-Quran sebagai pedoman hidup dengan menanamkan nilai-nilai Al-Quran dalam kehidupan. Adapun Misi PPTQ Baitul Abidin Darussalam yaitu sebagai berikut:

1) Melahirkan para penghafal Al-Quran yang berjiwa Qurani dan memiliki ilmu pengetahuan yang modern.

2) Mencetak kader yang mempunyai sumber daya manusia yang berakhlakul karimah, cerdas, dan terampil.

3) Mengembangkan santri berpotensi dan berkualitas, yang mampu membantu dalam pembangunan bangsa, baik jasmani maupun rohani.

(5)

Ida Dwi Septiningsih

19

4) Mengembangkan kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan Emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ) bagi santri seutuhnya.

d. Tutor atau Ustadz/dzah

Tutor atau biasa disebut ustadz atau ustadzah pada PPTQ Baitul Abidin Darussalam adalah Bapak K.H. As’ ad, S.Sy, Alh dan istri, mereka berdua mengajarkan hafalan Al-Quran kepada santri-santrinya. Dan biasanya di kalangan santri biasa untuk berbagi ilmu, bagi yang sudah lancar bacaan Al-Quran dan hafalannya sudah banyak menjadi tutor bagi santri yang masih belum lancar dan hafalannya masih sedikit. Untuk kajian ilmu agama lainnya yang mendukung kegiatan belajar santri biasanya mengundang tutor dari luar yang berkompeten dan disesuaikan kebutuhan santri.

e. Karyawan

Pada PPTQ Baitul Abidin Darussalam hanya mempekerjakan satu orang karyawan untuk memasak makanan bagi santri dan pengasuh pondok.

f. Pedoman Penerimaan Santri

Untuk penerimaan santri baru biasanya ada pengurus khusus yang menyeleksi santri baru.

2. Kondisi Fasilitas PPTQ Baitul Abidin Darussalam a. Sarana dan Prasarana

PPTQ Baitul Abidin Darussalam memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai dan mendukung bagi proses

(6)

PELANGI PENDIDIKAN, Vol. XIV Nomor 2, Januari 2014

20

berlangsungnya kegiatan menghafal Al-Quran. Sarana dan prasrana tersebut antara lain adalah :

Nama Barang Jumlah Keterangan

Putra Putri

Kamar pengasuh 1 ruang

Kamar santri 2 bangunan 4 ruang

Ruang tamu/aula 1 ruang

Ruang makan 1 ruang 1 ruang Kamar mandi 3 unit 5 unit

Kolam ikan 3 kolam

Kotak P3K 1 1

Almari 28 buah 44 buah

Dapur 1 ruang 1 ruang

Tempat jemuran 1 1

a. Jumlah Santri

Jumlah santri secara keseluruhan pada PPTQ Baitul Abidin Darussalam pada waktu dilakukan penelitian dan menurut hasil wawancara dengan santri pengurus pondok, baik pengurus pondok putra maupun putri adalah sebagai berikut:

Quran, sarana dan prasrana tersebut antara lain adalah : Jenjang

Pendidikan

Jenis Kelamin Jumlah

Santri

Putra Putri

SMP 8 6 14

SMA 8 10 18

(7)

Ida Dwi Septiningsih

21

Tahfiz 13 30 43

Jumlah 60 90 150

C. Efektivitas Tradisi Pondok Pesantren pada PPTQ Baitul Abidin Darussalam

a. Aktifitas Harian Santri

Selama peneliti berada di pondok pesantren untuk melakukan observasi, dan berbaur bersama para santri dan juga peneliti melakukan aktivitas yang sama dengan para santri. Berdasarkan hasil observasi tersebut aktifitas harian santri setiap harinya mulai mengaji Al-Quran telah dimulai dari pagi pukul 03.00 para santri telah dibangunkan untuk bersama-sama melakukan sholat tahajud dan sholat sunah lainnya. Setelah (Ba' da ) sholat subuh mulai “ngaji” hingga selesai jam 06.000.

Bagi santri yang juga menempuh pendidikan formal di SMP, SMA maupun bangku kuliah setelah kegiatan mengaji mereka mempersiapkan diri untuk aktifitasnya di sekolah. Bagi santri yang tidak bersekolah hanya mengaji saja di pondok pesantren, mereka melakukan aktifitasnya dengan “nderes“ Al-Quran, bisa dilakukan oleh seorang diri atau simak-simakan dengan dengan rekan sesama penghafal Al-Quran.

Di pondok pesantren juga para santri mendapat giliran untuk bersama-sama mengurus pondok pesantren mulai dari bersih-bersih pondok, maupun memasak bersama untuk seluruh penghuni pondok, mereka membentuk kelompok-kelompok dan bekerja bergilir, bahkan Bapak K.H. As’ad, S.Sy, Alh sendiri selaku pemilik dan pendiri pondok juga terlibat dalam kegiatan tersebut

(8)

PELANGI PENDIDIKAN, Vol. XIV Nomor 2, Januari 2014

22

bersama para santri bahkan untuk makan sama dengan apa yang dimakan oleh santri.

Kegiatan sore hari dimulai dengan sholat Ashar berjamaah dilanjutkan dengan mengaji Al-Quran, hingga menjelang Maghrib. Ba’da Maghrib aktifitas santri selanjutnya dengan mengaji Al-Quran, biasanya untuk santri putra para santri mengaji dengan santri senior mereka di pondok, bagi yang bacaannya dan hafalannya sudah baik dan benar menyimak santri yang masih baru belajar. Untuk santri putri juga sama mereka saling simak-menyimak, bagi santri putri yang sedang berhalangan (haid/menstruasi) mereka biasanya menyimak Bapak kyai yang sedang nderes Quran. Setelah sholat isya dilanjutkan dengan kegiatan binadhoran bersama-sama, santri putra dengan seluruh santri putra begitu juga dengan seluruh santri putri. Mereka saling menyimak satu sama lain dan membetulkan bacaannya jika ada yang keliru dalam membaca Al-Quran. Terkadang juga ada hari tertentu untuk setiap ba’da isya mengaji kitab yang mengkaji ilmu agama Islam, biasanya mendatangkan guru/ustadz dari luar pondok. Aktifitas ini berlangsung setiap hari kecuali hari Kamis sore atau malam Jumat dan hari Jumat semua kegiatan belajar Al-Quran santri libur. Untuk sejenak melepaskan beban pikiran dan menghindari kejenuhan. Untuk hari libur ini biasanya ada santri yang ijin pulang ke rumah mereka masing-masing. Dan aktifitas harian belajar santri dimulai lagi hari Sabtu pagi.

b. Jadwal Kegiatan

Jadwal mengaji Santri Putra

(9)

Ida Dwi Septiningsih

23 Ba’da Shubuh Takroran ½ jus sampai 1 juz

Simak-simakan Ba’da Ashar Setoran tambahan

hafalan dan binadhor ayat yang akan dihafalkan

¼ juz

Ba’da Maghrib Binadhoran langsung kepada K.H. As’ad, S.Sy, Alh

Sesuai kemampuan santri paling banyak 2 ½ halaman

Binadhoran yang dilakukan secara klasikal seluruh santri Ba’da Isya Binadhoran secara

klasikal Takroran Simak-simakan

Jadwal mengaji santri putri

Waktu Kegiatan Keterangan

Ba’da Shubuh Takroran ½ jus sampai 1 juz Simak-simakan

Ba’da Ashar Setoran tambahan hafalan dan binadhor ayat yang akan dihafalkan

¼ juz

Ba’da Maghrib Musyafahah Kegiatan ini tidak wajib

(10)

PELANGI PENDIDIKAN, Vol. XIV Nomor 2, Januari 2014

24

Ba’da Isya Binadhoran secara klasikal

Ngaji

Simak-simakan

c. Metode yang digunakan dalam menghafal Al-Quran

Setelah peneliti mengadakan penelitian di PPTQ Baitul Abidin Darussalam, dengan melakukan observasi dan wawancara, maka berdasarkan hasil wawancara dengan pengasuh pondok pesantren, yaitu Bapak K.H. As’ad, S.Sy, Alh bahwa beliau menerapkan metode setoran yaitu santri diharuskan setiap hari nyetor hasil hafalannya, dan saling simakan dengan teman agar hasil hafalannya lebih baik dan ingatan akan hafalannya semakin kuat. Tujuannya agar santri mengulang-ulang bacaan Al-Quran yang dihafalnya.

Pengulangan adalah sesuatu yang harus dilakukan agar kita tidak kehilangan apa yang telah dihafal sebelumnya, seorang penghafal Al-Quran dituntut untuk mengulas dan mengulang-ulang setiap apa yang telah ia hafal dari Al-Quran. (Amjad Qasim, 2008)

Menurut K.H. As’ad, S.Sy, Alh kepada santrinya beliau mengharuskan santrinya melakukan kebiasaan-kebiasaan baik atau tradisi yang sudah beliau tanmkan kepada santrinya agar senantiasa rajin nderes Al-Quran dengan kegiatan selapanan (Kegiatan rutin yang didasarkan pada penanggalan Jawa) yaitu setiap Jumat kliwon bersama-sama seluruh santri baik santri putra maupun santri putri melaksanakan simakan Quran 30 juz. Dan setiap ba’da Isya binadzor Quran secara individual dan klasikal. (Amjad Qasim,

(11)

Ida Dwi Septiningsih

25 2008)

Metode yang dilakukan untuk menghafal ayat-ayat Al-Quran yakni menghafalnya kemudian memperdengarkan ayat-ayat tersebut satu-persatu dari ayat pertama hingga ayat terakhir.

Beliau juga selalu menanamkan rasa ikhlas kepada para santrinya, yaitu melakukan semua kegiatan dengan tidak mengharap imbalan suatu apapun, semata-mata hanya mengharap ridho Allah SWT khususnya dalam kegiatan menghafal Al-Quran, beliau tidak pernah memberikan iming-iming hadiah apapun kepada santrinya hanya nasihat-nasihat dan motifasi kepada santrinya agar berhasil dalam mencapai tujuan yaitu menghafal Al-Quran dengan baik dan benar khatam 30 jus dan dapat di sima ’ oleh orang lain.

Disamping nasihat dan motifasi juga ada sanksi bagi mereka yang malas melakukan kegiatan-kegiatan yang telah diterapkan dalam hal menghafal Al-Quran, malas ini ditunjukan dengan setoran yang tidak naik jusnya menetap pada ayat-ayat tertentu saja, biasanya beliau memberikan peringatan-peringatan dan nasihat. Jika hal ni tidak diperhatikan oleh santrinya maka dia harus menerima konkuensinya dikembalikan kepada orang tuanya dan disarankan untuk memilih pondok pesantren lainnya yang mungkin lebih efektif pembelajarannya bagi santri tersebut.

d. Penerapan Metode Menghafal Al-Quran

Penerapan metode menghafal Al-Quran di PPTQ Baitul Abidin Darussalam terdiri-dari beberapa tahap yang harus dilakukan oleh para santri pondok pesantren tersebut. Tahapan-tahapan tersebut adalah:

(12)

PELANGI PENDIDIKAN, Vol. XIV Nomor 2, Januari 2014

26

guru secara dilihat) terlebih dahulu sebanyak satu halaman atau sesuai dengan kemapuan santri maksimal 2 % halaman.

2. Ayat yang telah dibinadharkan kemudian dihafalkan dengan baik dan benar.

3. Jika ayat yang dibaca telah dihafalkan dirasa sudah benar dan lancar selajutnya setoran (dibacakan secara hafalan di hadapan guru).

4. Jika setoran hafalan sudah dinyatakan benar dan lancar selanjutnya bisa menambah hafalan kembali dengan membinadhorkan ayat yang akan dihafalnya untuk hari berikutnya.

5. Setelah hafalan sudah sampai satu juz, maka dilakukan takror (mengulang hafalan yang sudah dihafal) mulai dari awal juz. 6. Adapun perpindahan ke-juz berikutnya, dibinadhorkan seperti

semula.

7. Setelah menyelesaikan hafalan sampai 5 juz, kemudian diteruskan kepada akhir surat dan dilakukan takror kembali. 8. Adapun ketentuan takror sebagai berikut:

No. Keterangan Juz Keterangan Ayat 1. Juz 1 s.d 5 Al Baqarah – An-Nisa 2. Juz 6 s.d 10 Al Maidah – At-Taubat 3. Juz 11 s.d 15 Yunus - Al-Kahfi 4. Juz 15 s.d 20 Maryam – Al-Ankabut 5. Juz 20 s.d 25 ArRum – Al-Jatsiyah 6. Juz 25 s.d 30 Al-Ahqof – An-Nass

(13)

Ida Dwi Septiningsih

27 dari juz awal, takror dilakukan mulai dari juz 5, 4, 3, 2, 1 kemudian dilanjutkan 1, 2, 3, 4, 5 sedangkan bagi yang mulai dari juz terakhir dilakukan mulai dari juz 26, 27, 28, 29, 30 kemudian dilanjutkan 30, 29, 28, 27, 26 proses ini dilakukan begitu juga pada juz-juz seterusnya.

10. Setelah melakukan takror genap 5 juz dan kemudian telah dinyatakan lancar oleh guru ngaji, kemudian disimakan kepada para santri yang lain dari keseluruhan hafalan yang diperoleh, kemudian dapat melanjutkan hafalan ke-juz berikutnya.

11. Jika hafalan telah selesai sampai 30 juz (khatam), maka dilakukan simakan dari juz 1 sampai juz 30 dalam kalangan santri terkenal dengan istilah “glondongan” selanjutnya khataman Al-Quran bertempat di Makam Deroduwur (makam K.H. Muntaha, Alh).

Adapun tahapan-tahapan tersebut dilakukan dengan tujuan agar para santri yang sudah menyelesaikan setiap per-juz langsung bisa di simak dan begitu seterusnya secara bertahap sampai selesai 30 juz, dan ketika sudah selesai 30 juz diharapkan bisa langsung disimak satu glondong (30 juz), dan agar para santri bisa menjaga hafalan mereka, serta menyelesaikan hafalan dengan baik dan benar.

e. Pelaksanaan Proses Menghafal Al-Quran

Pelaksanaan proses menghafal Al-Quran di PPTQ Baitul Abidin Darussalam menggunakan beberapa strategi sebagai berikut: 1. Strategi pengulangan ganda.

2. Tidak beralih pada ayat berikutnya sebelum ayat yang sedang dihafal benar-benar hafal.

(14)

PELANGI PENDIDIKAN, Vol. XIV Nomor 2, Januari 2014

28

jumlah setelah benar-benar hafal ayat-ayatnya. 4. Menggunakan satu jenis mushaf.

5. Memahami (mengerti) ayat-ayat yang dihafalnya. 6. Memperhatikan ayat-ayat yang serupa.

7. Disetorkan kepada seorang pengasuh atau seorang guru.

Selain strategi yang telah diuraikan ada beberapa faktor pendukung pelaksanaan hafalan Al-Quran, faktor-faktor tersebut antara lain :

1 Tahsin yaitu usaha untuk memperbaiki bacaan sesuai kaidah tajwid.

2 Memilih waktu yang tepat. 3 Memilih tempat yang kondusif. 4 Menggunakan satu macam mushaf. 5 Membuat jadwal dan target hafalan.

6 Tasmi’ yaitu memperdengarkan kepada seorang syekh atau hafidz yang mutqin atau teman sesama penghafal.

7 Mengeraskan bacaan ketika menghafal.

8 Menyeimbangkan hafalan baru dengan hafalan yang lama. 9 Memelihara hafalan Al-Quran dengan cara menggunakan

hafalan sebagai dzikir, dibaca didalam sholat, istiqomah dalam muraja’ ah (nderes) Al-Quran.

Dari seluruh pembahasan tersebut dari mulai metode, penerapan metode dan pelaksanaan metode menghafal Al-Quran pada PPTQ Baitul Abidin Darussalam. Seluruh uraian tersebut menjelaskan semua informasi yang peneliti dapatkan selama meneliti di PPTQ yang diperoleh melalui observasi dan wawancara baik dengan pengasuh pondok maupun dengan para santri.

(15)

Ida Dwi Septiningsih

29 ada dilaksanakan agar santri mudah menghafalkan Al-Quran dan yang terpenting lagi tidak hanya hafal saja tapi dapat melestarikannya dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari para santri.

Tentunya dalam kegiatan menghafal Al-Quran ada hambatan- hambatan tidak semuanya berjalan dengan lancar, hal ini menurut pengasuh pondok pesantren, hambatan yang sering terjadi yaitu hafalan yang semakin bertambah semakin sulit mengingat-ingat jika kita tidak rajin untuk menghafal, hal ini dirasakan semakin berat bagi para penghafal Al-Quran. Adanya pengaruh lingkungan dari teman, atau bagi mereka yang telah beranjak dewasa kesukaan pada lawan jenis, atau sekedar bermain-main dengan teman.

Berdasarkan pengakuan salah satu santri berhasil diwawancarai oleh peneliti hambatan-hambatan untuk menghafal Al-Quran sering sekali dia alami, tetapi berkat motifasi dan nasihat dari bapak dan ibu pengasuh pondok yang dengan penuh kasih sayang dan kesabaran membimbing dan memberi nasihat untuk kembali rajin nderes Al- Quran.

Menurut dia motifasi yang kuat untuk menghafal Al-Quran yaitu semata-mata hanya untuk mengharap ridho Allah SWT dan syafaat Nabi Muhammad SAW. Dan tanggung jawab yang penuh dan dengan ikhlas melaksanakan tradisi-tradisi yang telah diterapkan dalam pondok, seperti setoran dan sima’an.

Untuk menambah motifasi dalam menghafal Al-Quran bagi para santri ada kegiatan JHQ (Jami’ atul Hufadz Walquro) dimana para santri penghafal Quran memperdengarkan hasil hafalan Al-Quran. Hafalan Al-Quran yang baik dan benar yaitu hafalan yang dapat disima oleh orang lain.

(16)

PELANGI PENDIDIKAN, Vol. XIV Nomor 2, Januari 2014

30

Di PPTQ Baitul Abidin Darussalam santri yang dinyatakan lulus yaitu mereka yang telah berhasil menyelesaikan setoran 30 juz dan mampu disima’ 30 juz.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai efektivitas tradisi pondok pesantren di pondok pesantren Tahfidzu1 Quran Baitul Abidin Darussalam bagi santri penghafal Al-Quran, dapat disimpulkan bahwa tradisi yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Tahfidzul Quran Baitul Abidin Darussalam mendukung kegiatan para santri dalam menghafal Al-Quran. Tradisi seperti setoran dan sima’an dirasa efektif bagi para santri, karena dengan mengulang-ulang hafalan menjadi hafalan mereka semakin baik, lancar dan semakin kuat ingatan akan hafalan Al- Quran. Dan kegiatan memperdengarkan hasil hafalan kepada orang lain juga menjadi motivasi bagi para penghafal Al-Quran untuk semakin rajin menghafal Al-Quran.

Kesabaran, ketekunan dan kasih sayang pengasuh pondok pesantren juga menjadikan motifasi yang baik bagi para santri. Disamping itu ilmu dan pengalaman yang dimiliki oleh pengasuh pondok juga menjadi pendukung dalam kegiatan menghafal Al-Quran.

DAFTAR PUSTAKA

Alsa, A. 2004. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Amjad. Qosim, 2008. Hafal Al-Quran dalam Sebulan. Solo Qiblat Press.

Lisya, Chairani, 2010. Psikologi Santri Penghafal Al-Quran Peranan Regulasi Diri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(17)

Ida Dwi Septiningsih

31 Mulyana, Deddy, 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.

Remaja Rosda Karya.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif-Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfubeta.

Zamakhsyari Dhofier, 1980. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: Lembaga Peneliti Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial LP3ES.

Referensi

Dokumen terkait

Perdagangan daging tradisional meskipun merupakan skala usahanya kecil, namun populasi usaha besar dan daerah penyebaran populasinya luas, terutama di pasar-pasar di kota,

Perkembangan penelitian terkait jasa lingkungan sudah banyak dilakukan (Groot et al ., 2017). Di Indonesia,belum banyak penelitian yang mengkaitkannya secara langsung

Penulis mengaplikasikan teori hierarki tokoh dari Tom Bancroft untuk merancang proporsi tokoh Kontraktor dengan menggunakan tokoh seperti Jafar dan Captain Hook yang memiliki

Tanaman meniran (Phyllanthus niruri L.) telah banyak digunakan sebagai obat baik pada manusia maupun pada binatang ternak. Dalam tulisan ini akan dibahas tentang efektivitas ekstrak

Belum memberikan perlindungan hukum yang memadai bagi pendonor dan pasien karena kepastian hukum dalam peraturan yang terkait dengan donor hidup belum memenuhi

2 Sistem informasi inventori obat memudahkan karyawan gudang untuk mengetahui sirkulasi obat di gudang Apotek K24, membantu karyawan dalam hal mencari informasi mengenai data

Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi factor atau multi kriteria menjadi suatu bentuk hirarki,Dari hasil pengujian tersebut rengking dan

Meskipun humor relatif jarang digunakan daam perikanan majalah ( dibanding dengan TV dan radio), Pemakaian humor dalam periklanan menunjukkan bahwa daya tarik yang berisifat