KOMUNITAS JAMAAH TABLIGH DI KALANGAN
MAHASISWA SURABAYA
(1990 -2015 M)
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)
Oleh:
HAMDAN UMAR
NIM: A0.22.12.054
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Komunitas Jamaah Tabligh di Kalangan Mahasiswa Surabaya (1990-2015)”. Adapun fokus penelitian yang dibahas dalam skripsi adalah (1) Bagaimana sejarah masuk Jamaah Tabligh di kalangan mahasiswa Surabaya? (2) Bagaimana perkembangan dan aktivitas Jamaah Tabligh di kalangan mahasiswa Surabaya?
Dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan pendekatan sosio-historis. Metode sejarah digunakan untuk mendeskripsikan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Pendekatan sosio-historis digunakan untuk dapat menjelaskan perkembangan Jamaah Tabligh di kalangan mahasiswa Surabaya. Untuk menganalisa perkembangan Jamaah Tabligh di kalangan mahasiswa Surabaya digunakan teori Challenge and Respons ( Tantangan dan Jawaban), teori yang menggambarkan bahwa setiap rangsangan dapat menimbulkan tindakan yang bisa menunjukkan sebuah perubahan, baik kemajuan atau kemunduran.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) Jamaah Tabligh masuk di kalangan mahasiswa Surabaya pada tahun 1983 di kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), namun aktivitas di kampus dimulai tahun 1986 yang dikomandani oleh Rahmat, Habib Muhammad, Sugeng Romdoni, Ribut dan Sugiono. (2) Perkembangan Jamaah Tabligh di kalangan mahasiswa Surabaya sangat signifikan, terbukti sebagian besar kampus yang ada di Surabaya dimasuki oleh Jamaah Tabligh, namun beberapa tahun belakangan ini Jamaah Tabligh di kalangan mahasiswa Surabaya mengalami kemunduran. Sedangkan aktivitas Jamaah Tabligh di kalangan mahasiswa Surabaya adalah taklim, musyawarah,
ABSTRACT
This thesis entitled "Community Tablighi Jamaat among students Surabaya (1990-2015)". The focus of the research discussed in the paper are: (1) How to enter the history of Tablighi Jamaat among students Surabaya? (2) How is the development and activity of Tablighi Jamaat among students Surabaya?
In this study, using historical and socio-historical approach. The method used to describe the historical events that happened in the past. Socio-historical approach used to explain the development of Tablighi Jamaat among students Surabaya. To analyze the growth of Tablighi Jamaat among the students used the theory of Surabaya Chagllange and Response (Challenge and Response), which described the theory that any stimulus can lead to actions that could indicate a change in either progression or regression.
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
TRANSLITERASI ... xiv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Kegunaan Penelitian ... 6
E. Penelitian Terdahulu ... 7
F. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ... 8
G. Metode Penelitian ... 9
H. Sistematika Pembahasan ... 12
BAB II : SEJARAH JAMAAH TABLIGH A. Sejarah Berdirinya Jamaah Tabligh ... 14
B. Kitab-Kitab Rujukan Jamaah Tabligh ... 22
BAB III : JAMAAH TABLIGH DI KALANGAN MAHASISWA
SURABAYA
A. Sejarah Masuknya Jamaah Tabligh ke Surabaya ... 39
B. Sejarah dan Perkembangan Jamaah Tabligh
di Kalangan Mahasiswa Surabaya ... 42
C. Aktivitas Jamaah Tabligh di Kalangan Mahasiswa Surabaya 49
BAB IV : PANDANGAN ULAMA DAN CENDEKIAWAN
TERHADAP JAMAAH TABLIGH
A. Pandangan Ulama dan Cendekiawan ... 59
B. Pandangan Mahasiswa... 68
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pluralitas yang ada di Indonesia memungkinkan terjadinya berbagai
perbedaan persepsi, interpretasi ataupun ekspresi keagamaan, bahkan dalam
kalangan penganut agama yang sama. Perbedaan itu baik berupa ajaran-ajaran,
ritual, paham ataupun ideologinya. Seringkali terdengar ajaran dari suatu
kelompok agama dianggap penting namun bagi kelompok agama lain hal itu
dianggap biasa saja, bahkan ada pula kelompok agama lain yang menganggapnya
sebagai suatu kemungkaran. Perbedaan inilah yang sering disebut aliran-aliran
keagamaan, sistem pemujaan ataupun gerakan keagamaan baru.1Seperti kita
ketahui bahwa Indonesia mempunyai beragam gerakan keagamaan yang
eksistensinya begitu kuat, seperti Sarekat Islam (SI), Muhammadiyah dan
Nahdlatul Ulama. Paska reformasi, di Indonesia mulai muncul pula gerakan
keagamaan lain seperti Hitzbut Tahrir Indonesia (HTI), Front Pembela Islam
(FPI), dan masih banyak lagi. Walaupun begitu, fenomena ini sebenarnya bukan
suatu hal yang baru karena paska wafatnya Nabi Muhammad SAW juga telah
bermunculan aliran keagamaan seperti halnya Khawarij, Syi’ah, Muktazilah dan lain-lain.
Saat ini terjadi fenomena menarik dari gerakan keagamaan Islam yakni
munculnya Jamaah Tabligh yang kian hari kian merebak. Jamaah Tabligh
merupakan gerakan Islam yang didirikan oleh Syeikh Muhammad Ilyas bin
1
2
Syeikh Muhammad Ismail, bermazhab Hanafi, Dyupandi, al-Jisyti, Kandahlawi
(1303-1364 H).2
Mazhab Hanafi adalah sebagai nisbah dari nama imamnya, Abu Hanifah.
Jadi mazhab Hanafi adalah nama dari kumpulan-kumpulan pendapat yang berasal
dari Imam Abu Hanifah dan murid-muridnya serta pendapat-pendapat yang
berasal dari para pengganti mereka sebagai perincian dan perluasan pemikiran
yang telah digariskan oleh mereka yang kesemuanya adalah hasil daripada cara
dan metode ijtihad ulama-ulama Irak.3
Di Indonesia, hanya dibutuhkan waktu dua dekade bagi Jamaah Tabligh
(JT) untuk menggurita. Hampir tidak ada kota di Indonesia yang belum tersentuh
oleh model dakwah mereka. Tanda kebesaran dan keluasan pengaruhnya sudah
ditunjukkan pada saat mengadakan “Pertemuan Nasional”di Pesantren Al-Fatah Desa Temboro, Magetan, Jawa Timur pada tahun 2004. Bahkan pada tahun 2009
diadakan pertemuan dunia di kawasan Bumi Serpong Damai, Tanggerang.
Pertemuan yang berskala dunia itu dihadiri para ulama yang berasal dari berbagai
negara di belahan dunia. Dalam pertemuan itu juga dikirim
rombongan-rombongan jamaah yang berdakwah ke seluruh dunia. Kenyataan ini sungguh di
luar dugaan untuk sebuah organisasi yang relatif baru dan tidak mempunyai akar
di Indonesia.
Dalam gerakan Islam kontemporer, Jamaah Tabligh adalah gerakan
dakwah yang mempunyai pengikut terbesar, pengikutnya hampir ada di setiap
negara baik yang dihuni oleh mayoritas Muslim maupun non Muslim. Banyaknya
pengikut Jamaah Tabligh di berbagai negara tidak terlepas dari pemikiran yang
ditawarkan Jamaah Tabligh kepada pengikutnya. Ada dua prinsip yang sangat
fundamental bagi Jamaah Tabligh yaitu tidak melibatkan diri dalam politik praktis
dan tidak membahas masalah keagamaan yang bersifat khilafiyah. Pergerakan ini
berdasarkan atas asas Islam, dalam prakteknya mereka berusaha untuk
merealisasikan ajaran-ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dapat
dikatakan tujuan utama pergerakan ini adalah untuk menyebarkan agama Islam
dan menghidupkan makna-makna yang terkandung di dalam hadits-hadits Nabi
SAW.
Salah satu ciri khas gerakan Jamaah Tabligh adalah adanya konsep
khurūj. Khurūj berasal dari bahasa arab yaitu kharaja yang mempunyai arti
keluar. “Keluar” yang dimaksud adalah suatu usaha amal untuk keluar
berdakwah untuk mengajak manusia beribadah kepada Allah, meninggalkan
apa yang dilarang-Nya, selain itu khurūj hukumnya wajib bagi setiap
manusia.4
Jamaah Tabligh merupakan gerakan Islam yang memfokuskan diri di
bidang dakwah. memiliki tujuan yaitu kembali ke ajaran Islam yang kaffah,
menyeru dan membangkitkan jiwa spiritual dalam diri dan kehidupan kaum
muslimin dari keterpurukan yang diakibatkan oleh merajalelanya kemaksiatan di
tubuh umat Islam.
langkah pertama dan yang terpenting untuk perbaikan umat adalah
hendaknya setiap muslim mengubah maksud hidupnya dari maksud-maksud
keduniaan menjadi li i’lā-i kalimatillāh (meninggikan agama Allah SWT) dan
4
4
menyebarkan Islam, serta menjadikan kehidupannya semata-mata untuk taat
kepada Allah. Kemudian berjanji dengan sungguh-sungguh akan mentaati seluruh
hukum-hukum dan berusaha keras mengamalkannya tanpa mendurhakai Allah
sedikitpun.
Perkembangan Jamaah Tabligh yang cepat tersebar pada daerah-daerah di
Indonesia. Bahkan saat ini Jamaah Tabligh telah berkembang ke seluruh pelosok
dunia, dan gerakan dakwah mereka hampir ditemukan di setiap negara, termasuk
di Indonesia. Jamaah Tabligh masuk ke Indonesia pertama kali di bawa oleh
seorang amir bernama Miaji Isa pada tahun 1952 dan berkembang pada tahun
1974.5
Dalam jamaah ini juga sangat ditekankan bagaimana menjaga adab-adab
dalam berdakwah. Hal ini dilakukan karena usaha dakwah dan tabligh merupakan
ibadah penting dan karunia yang besar. Usaha ini adalah warisan para Nabi
Alaihimus salam. Maksud usaha ini bukan hanya untuk menghasilkan hidayah
bagi orang lain, namun yang paling utama untuk memperbaiki diri sendiri dan
menunaikan penghambaan kita kepada Allah SWT, juga sebagai usaha untuk
mentaati perintah-Nya dan mencari ridha-Nya.
Meski belum ada survei yang valid, indikasi pertumbuhan Jamaah
Tabligh di Indonesia secara jelas bisa dilihat dari semakin maraknya aktivitas
mereka di tengah-tengah kaum muslim negeri ini, hingga anggota Jamaah
Tabligh sekarang dengan mudah dapat ditemukan, bukan hanya di kalangan orang
umum saja melainkan pada kalangan mahasiswa/ pelajar.
5Ruhaiman, “Jama’ah Tabligh Surabaya 1984
Perkembangan Jamaah Tabligh yang cepat tersebar di Indonesia bukan
hanya pada kalangan orang umum saja melainkan di kalangan akademisi,
terkhusus di kalangan mahasiswa merupakan suatu hal yang menarik untuk
diamati dan diteliti.
Penelitian ini akan mengangkat permasalahan-permasalahan seputar
kelompok transnasional yang bernama Jamaah Tabligh tersebut, baik dari segi
sejarah maupun ajaran-ajarannya, khususnya sejarah dan perkembangan maupun
aktivitas gerakan ini di Indonesia, dengan mahasiswa Surabaya sebagai salah satu
poros utamanya.
Dengan demikian, peneliti akan mengambil objek tentang ”Komunitas
Jamaah Tabligh di Kalangan Mahasiswa Surabaya pada tahun 1990-2015 M.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
Sebelum memasuki rumusan masalah, mengingat begitu banyak Perguruan
Tinggi atau kampus yang ada di wilayah Surabaya yang mahasiswanya aktif di
Jamaah Tabligh, maka dalam pembahasan penelitian ini tidak akan dibahas semua
Perguruan Tinggi atau kampus. Oleh karena keterbatasan ilmu dan waktu, maka
peneliti hanya mengambil beberapa kampus yang akan menjadi fokus
pembahasan ialah ITS (Institut Teknologi Sepuluh November), UINSA
(Universitas Islam Negeri Surabaya) dan UNESA (Universitas Negeri Surabaya).
Permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini sebagaimana tersebut di
atas, dapat peneliti rumuskan sebagai berikut;
1. Bagaimana Sejarah Masuk Jamaah Tabligh di kalangan Mahasiswa
6
2. Bagaimana perkembangan dan aktivitas Jamaah Tabligh di kalangan
Mahasiswa Surabaya 1990 – 2015 M?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti dengan penelitian ini adalah;
1. Mengetahui Sejarah masuk Jamaah Tabligh di kalangan Mahasiswa
Surabaya.
2. Mengetahui perkembangan dan aktivitas Jamaah Tabligh di kalangan
Mahasiswa Surabaya 1990-2015 M.
D. Kegunaan Penelitian
Hasil-hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Kegunaan akademis; penelitian ini dapat menjadi rujukan/ referensi atau
bahan informasi bagi masyarakat tentang komunitas Jamaah Tabligh ialah
salah satu gerakan dakwah Islam di Indonesia.
2. Kegunaan praktis, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat menambah dan
melengkapi khazanah dalam keilmuan islam, khususnya Sejarah Islam di
Indonesia.
3. Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S-I)
E. Penelitian Terdahulu
Berikut beberapa penelitian terdahulu serta penjelasannya sebagai bahan
perbandingan, sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang dilakukan ini tidak
merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian/penelitian yang telah ada.
Beberapa penelitian yang terkait dengan judul Skripsi ini antara lain:
1. “Dinamika Dakwah Jamaah Tabligh ishlah ala nafs (Studi Diskriktif dengan Kiprah dan Metode Jamaah Tabligh di Masjid Nurul Hidayah Perak
Surabaya)” oleh M. Muallimin yang lebih banyak membahas tentang kiprah
perkembangan metode dakwah Jamaah Tabligh terhadap perbaikan jiwa.6
2. “Studi Keberadaan Jamaah Tabligh di Desa Temboro kec. Karas Kab.
Magetan” oleh Mursyid Muttaqin yang lebih banyak membahas tentang
pengaruh Jamaah Tabligh terhadap masyarakat Temboro.7
3. “Jamaah Tabligh Surabaya 1984-2008 (Studi Sejarah dan Aktivitas Keagamaannya)” oleh Ruhaiman yang lebih fokus membahas sejarah dan perkembangan Jamaah Tabligh Surabaya.8
4. “Sejarah dan Perkembangan Jamaah Tabligh di Desa Temboro kec. Karas Kab. Magetan” oleh Rowi Darhawi yang lebih fokus membahas sejarah dan perkembangan Jamaah Tabligh di Temboro.9
Penelitian ini berbeda dengan karya-karya tersebut, karena penelitian ini
akan menekankan pada sejarah perkembangan, aktifitas-aktifitasnya, yakni
6 M. Muallimin,”
Dinamika Dakwah Jamaah Tabligh ishlah ala nafs (Studi Diskriktif dengan Kiprah dan Metode Jamaah Tabligh di Masjid Nurul Hidayah Perak Surabaya)”,(Skripsi IAIN Sunan Ampel Fakultas Dakwah, Surabaya, 2000).
7 Mursyid Muttaqin,”
Studi Keberadaan Jamaah Tabligh di Desa Temboro kec. Karas Kab. Magetan”, (Skripsi IAIN Sunan Ampel Fakultas Usuludin, Surabaya, 2005).
8
Ruhaiman, Jamaah Tabligh Surabaya 1984-2008.
9
8
tentang “Komunitas Jamaah Tabligh Di Kalangan Mahasiswa Surabaya yang
belum memperoleh perhatian dalam penelitian terdahulu.
F. Pendekatan dan Kerangka Teoritik
Penelitian ini menggunakan pendekatan sosio-historis. Dengan pendekatan
ini peneliti berusaha mengungkapkan sejarah perkembangan Jamaah Tabligh di
kalangan Mahasiswa Surabaya sebagai sebuah gerakan dakwah yang tidak bisa
lepas dari interaksi-interaksi sosial demi kemajuan dakwahnya.
Secara umum obyek dakwah Jamaah Tabligh adalah masyarakat. Namun
oleh karena penelitian ini di kalangan mahasiswa Surabaya ,maka obyeknya
adalah Mahasiswa Surabaya. Dalam penelitian sejarah ini peneliti berusaha
menggunakan perspektif teoritis sebagai kerangka analisis terhadap
fenomena-fenomena sejarah yang dikaji. Penggunaan disiplin keilmuan yang lain, seperti
sosiologi sangat penting dijadikan sabagai pisau analisis untuk menganalisis
peristiwa sejarah yang berkaitan dengan “Komunitas Jamaah Tabligh di Kalangan
Mahasiswa Surabaya (1990-2015 M).”
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori challenge and respons
yang dikemukan oleh Arnold Toynbee untuk menganalisis gerak sejarah yang
dalam hal ini mengenai“Perkembangan dan Aktivitas Jamaah Tabligh di Kalangan Mahasiswa Surabaya 1990-2015 M”.
Teori challange and respons ini menyatakan bahwa pola gerak sejarah
adalah kausalitas antara challange (tantangan) dan respons (tanggapan), antara
krisis dan revivalisme. Pendekatan teori ini masih tetap relevan menjelaskan
peristiwa-peristiwa kekinian islam bahkan “sejarah masa depan”.10
10
Sementara itu untuk menganalisis aktifitas dan karakteristik Jamaah
Tabligh di kalangan Mahasiswa Surabaya digunakan teori tingkah laku kumpulan
masa (collective behavior) yang dikemukakan oleh Neil Smelser. Dalam teori ini
dinyatakan bahwa suatu kumpulan massa adalah satu kelompok yang saling
bertindak secara fisik dan hampir berhubungan dengan minat atau perhatian yang
sama serta tujuan yang sama pula. Dalam kumpulan massa diperlukan
kebersamaan secara keseluruhan. Dalam keadaan demikian, melalui interaksi
dalam kelompok mengikuti tingkah laku dan cara yang sama.11
G. Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian, orang dapat menggunakan berbagai macam
metode. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah,
yaitu sebuah proses yang meliputi analisis, gagasan pada masa lampau, untuk
menemukan generalisasi yang berguna dalam usaha untuk memahami kenyataan
kenyataan sejarah. Metode ini juga dapat berguna untuk memahami situasi
sekarang dan meramalkan perkembangan yang akan datang.12
Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh adalah sebagai berikut:
1. Pemilihan Topik, dalam hal ini peneliti memilih topik tentang Komunitas
Jamaah Tabligh Di Kalangan Mahasiswa Surabaya dalam tahun 1990 -2015
M.
2. Heuristik (Pengumpulan data)
11
Joseph Roucek, Pengantar Sosiologi, terj. Sahat Sinamora (Surabaya: PT Bina Aksara, 1984), 63.
12
10
Dalam penelitian ini yang berjudul “Komunitas Jamaah Tabligh Di Kalangan Mahasiswa Surabaya” Peneliti mengumpulkan data dengan cara datang dan meminta arsip atau referensi yang lain langsung kepada tokoh
penggerak Jamaah Tabligh khususnya di kalangan akademik yakni dosen dan
mahasiswa Surabaya, dalam hal ini yang bersangkutan adalah 1) Saudara
Andri, sebagai penanggung jawab Jamaah Tabligh di kalangan pelajar
Surabaya. 2) Mahasiswa Surabaya yang aktif di Jamaah Tabligh. 3) Dosen
ataupun pegawai yang aktif di beberapa Perguruan Tinggi di Surabaya.
Sehubungan dengan hal itu peneliti juga akan menggali sumber-sumber
primer baik dalam bentuk literatur buku yang dimiliki Jamaah Tabligh di
Surabaya.
Adapun sumber yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
a. Sumber lisan
Sumber lisan adalah sumber yang disampaikan secara lisan dari
mulut ke mulut, sehingga membentuk tradisi, adat istiadat, kebiasaan,
kepercayaan dan lain-lain. Pada penelitian ini, sumber lisan yang
digunakan adalah sumber yang berasal dari pelaku peristiwa atau saksi
mata, atau yang sering disebut oral history.13
Dalam hal ini, untuk mendapatkan sumber lisan tersebut peneliti
melakukan wawancara dengan para pelaku sejarah Jamaah Tabligh.
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dipakai oleh peneliti
untuk mendapatkan keterangan lisan dengan berhadapan langsung
13
dengan informan.14Wawancara adalah istilah yang sekarang lazim
digunakan dalam penelitian kualitatif. Dalam wawancara ini dilakukan
terhadap informan-informan yang merupakan tokoh-tokoh Jamaah
Tabligh yang dilakukan secara terbuka, dalam suasana informal agar
informan merasa tidak diwawancarai sehingga informasinya lebih utuh
apa adanya.15
b. Sumber Tertulis
Sumber tertulis yang digunakan pada penelitian ini adalah
dokumen dan arsip. Dokumen berupa catatan yang dibuat oleh para
tokoh Jamaah Tabligh sebagai sebuah sumber untuk menguatkan
keberadaan sejarah yang ditulis. Dokumen tersebut berupa catatan yang
ditulis pada papan kegiatan maupun catatan yang ditulis dalam sebuah
buku.
Selain itu, sumber tertulis yang dipakai adalah literatur-literatur
yang berhubungan dengan sejarah dan kegiatan Jamaah Tabligh serta
literatur-literatur penelitian mengenai hal tersebut, misalnya kitab-kitab
yang dijadikan rujukan dalam Jamaah Tabligh dan sebagainya.
3. Verifikasi (Kritik Sumber)
Setelah data diperoleh peneliti berusaha melakukan kritik sumber.
Dalam tahap ini peneliti berusaha menyelidiki keotentikan sejarah baik
bentuk maupun isinya. Penulis menyelidiki literatur-literatur yang telah
diperoleh terutama yang berkaitan dengan Sejarah dan Perkembangan Jamaah
14
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktik) (Jakarta: Renika Cipta, 1998), 155.
15
12
Tabligh di Kalangan Mahasiswa Surabaya. Berdasarkan hal tersebut penulis
mendapatkan beberapa fakta sejarah yang dapat dipercaya keotentikannya.
4. Interpretasi
Dalam langkah ini, peneliti berusaha menafsirkan data yang telah
diverifikasi. Berdasarkan pendekatan perkembangan intelektual yang
digunakan dalam penelitian ini sehingga akan menghasilkan suatu penelitian
atau skripsi yang benar-benar otentik.
5. Historiografi
Sebagai fase terakhir dalam metode sejarah, historiografi merupakan
cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian yang telah
dilakukan. Penulis berusaha menulis data yang dapat dipertanggungjawabkan
sehingga menjadi suatu kisah yang disusun secara sistematis dengan
penulisan karya ilmiah.
H. Sistematika Pembahasan
Bab pertama ialah pengantar kepada pembahasan berikutnya, yang mana isi
dari bab ini merupakan uraian yang harus diketahui terlebih dahulu agar
senantiasa dipahami lebih tepat dan benar tentang pembahasan berikutnya. Bab ini
meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
pendekatan dan kerangka teoritik, penelitian terdahulu dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua ialah Sejarah Jamaah Tabligh. Dalam bab ini akan dipaparkan
sejarah berdirinya Jamaah Tabligh, kitab-kitab rujukan Jamaah Tabligh dan
Bab ketiga ialah Jamaah Tabligh di kalangan mahasiswa Surabaya. Pada bab
ini akan dipaparkan tentang sejarah masuknya Jamaah Tabligh di Surabaya,
sejarah dan perkembangan Jamaah Tabligh di kalangan mahasiswa Surabaya dan
aktifitasnya.
Bab keempat ialah pandangan beberapa ulama terhadap eksistensi Jamaah
Tabligh. Dalam bab ini akan dipaparkan pandangan ulama dari organisasi soaial
keagamaan seperti Muhammadiyah, NU dan juga dari ulama Salafi terhadap
Jamaah Tabligh serta pandangan dari mahasiswa.
Bab kelima merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Dalam
bab ini akan disimpulkan hasil penelitian yang merupakan jawaban dari rumusan
BAB II
SEJARAH JAMAAH TABLIGH
A. Sejarah Berdirinya Jamaah Tabligh
Jamaah Tabligh bukanlah organisasi yang berasal dari Indonesia akan
tetapi sebuah organisasi transnasional yang berasal dari India. Pendiri Jamaah
Tabligh adalah Muhammad Ilyas al-Kandahlawy, lahir pada tahun 1303 H di
desa Kandahlah di kawasan Muzhafar Nagar, Utara Banladesh India. Ia wafat
pada tanggal 11 Rajab 1363 H. Nama lengkap beliau ialah Muhammad Ilyas bin
Muhammad Isma'il Al-Hanafi Ad-Diyubandi Al-Jisyti Al-Kandahlawi kemudian
Ad-Dihlawi. Al-Kandahlawi merupakan asal kata dari Kandahlah, sebuah desa
yang terletak di daerah Sahranfur. Sementara Ad-Dihlawi adalah nama lain dari
Dihli (New Delhi) ibukota India. Di negara inilah markas gerakan Jamaah
Tabligh berada. Adapun Ad-Diyubandi adalah asal kata dari Diyuband yaitu
madrasah terbesar bagi penganut madzhab Hanafi di semenanjung India.
Sedangkan Al-Jisyti dinisbatkan kepada tarekat Al- Jisytisiyah yang didirikan
oleh Mu’inuddin Al-Jisyti.1 Ayahnya bernama Syaikh Ismail dan Ibunya
bernama Shafiyah al-Hafidzah. Dia menerima pendidikan pertamanya di rumah
dan menghafal AlQuran dalam usia yang sangat muda.2 Dia belajar kepada
1
Ahmad Syafi’i Mufid, Perkembangan Paham Keagamaan Transnasional Indonesia (Jakarta: Kementrian Agama RI; Badan Litbang Dan Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2011), 147.
2
kakaknya sendiri yaitu Syeikh Muhammad Yahya, setelah itu melanjutkan
belajar di Madhāirul Ulum di kota Saharanpur. Pada tahan 1326, ia mengenyam
pendidikan agama Islam di Madrasah Islam Deoband India. Di sini dia belajar
mengenai AlQuran, Hadits, Fiqh dan ilmu Islam yang lain. Dia juga belajar
al hadist Jam’ Shāhihu al Turmuzdi dan Shāhihu al-Bukhari dari seorang alim
yang bernama Mahmud Hasan.3 Kemudian melanjutkan belajar Kutubu al-Sittah
pada kakaknya sendiri Muhammad Yahya yang wafat pada tahun 1334 H.4
Pergerakan ini berdasarkan atas asas Islam, dalam prakteknya, mereka
berusaha untuk merealisasikan ajaran-ajaran agama Islam dalam kehidupan
sehari-hari. Dapat dikatakan tujuan utama pergerakan ini adalah untuk
menyebarkan agama Islam dan menghidupkan makna-makna yang terkandung di
dalam hadits-hadits Nabi.
Jamaah Tabligh berdiri di India, jamaah ini muncul dilatar belakangi oleh
aib yang merata di kalangan umat Islam. Maulana Ilyas menyadari bahwa
orang-orang Islam telah terlena jauh dari ajaran-ajaran iman. Dia juga merasakan bahwa
ilmu agama sudah tidak dimaksudkan untuk tujuan agama. Dia mengatakan
“ilmu-ilmu sudah tidak berharga karena tujuan dan maksud mereka
mendapatkannya telah keluar dari jalur semestinya dan hasil serta keuntungan dari
pengajian-pengajian mereka itu tidak akan tercapai lagi. Dua hal inilah yang
mengganggu pikiranku, maka aku melakukan usaha ini dengan cara tabligh untuk
3
An Nadwi, Sejarah Maulana Ilyas Menggerakkan Jamaah Tabligh, 14.
4
16
usaha atas nama iman”.5 Selain itu keadaan umat Islam India yang saat itu sedang
mengalami kerusakah akidah, dan kehancuran moral. Umat Islam sangat jarang
mendengarkan syiar-syiar Islam.
Di samping itu, juga terjadi pencampuran antara yang baik dan yang
buruk, antara iman dan syirik, antara sunnah dan bid’ah. Bukan hanya itu, mereka
juga telah melakukan kemusyrikan dan pemurtadan yang diawali oleh para
misionaris Kristen, di mana Inggris saat itu sedang menjajah India. Gerakan
misionaris ini, didukung Inggris dengan dana yang sangat besar. Mereka berusaha
membolak-balikkan kebenaran Islam, dengan menghujat ajaran-ajarannya dan
menjelek-jelekkan Rasulullah SAW.
Muhammad Ilyas berusaha dan berpikir bagaimana membendung
kristenisasi dan mengembalikan kaum Muslimin yang lepas ke dalam pangkuan
Islam. Itulah yang menjadi kegelisahan Muhammad Ilyas. Muhammad Ilyas
mengkhawatirkan umat Islam India yang semakin hari semakin jauh dengan
nilai-nilai Islam, khususnya daerah Mewat yang ditandai dengan rusaknya moral dan
mengarah kepada kejahiliyahan dengan melakukan kemaksiatan, kemusyrikan dan
kosongnya masjid-masjid yang tidak digunakan untuk ibadah dan melakukan
dakwah-dakwah Islam.6 Hal ini kemudian menguatkan i‘tikadnya untuk
berdakwah yang kemudian diwujudkannya dengan membentuk gerakan jamaah
pada tahun 1926 yang bertujuan untuk mengembalikan masyarakat dalam ajaran
Islam, guna menata kegiatan jamaah ini dibentuklah suatu cara dakwah jamaah
5
Muhammad Mansur Nomani, Riwayat Hidup Syaikh Maulana Ilyas Rah. (Bandung : Zaadul Ma’ad), 172-173.
6
yang disebut hirarki, yang berbeda dari organisasi dakwah lainnya, yang
kemudian dikenal dengan gerakan Jamaah Tabligh. Maulana Ilyas mengatakan,
“Tersingkaplah bagiku usaha dakwah tabligh ini dan diresapkan ke dalam hatiku,
dalam mimpi tafsir Surat Ali Imran ayat 110, yaitu “Kamu adalah umat yang
terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan
mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” Sesungguhnya engkau
dikeluarkan untuk umat manusia seperti halnya para nabi.7
Pada kesempatan hajinya yang kedua, Allah membukakan pintu hatinya
untuk memulai usaha dakwah dengan pergerakan agama yang menyeluruh. Dia
mengakui dirinya lemah, sedangkan usaha dakwahnya merupakan sebuah usaha
yang besar. Namun demikian, dia telah bertekad untuk melaksanakan usaha
dakwah tersebut. Dia yakin bahwa pertolongan Allah akan menyertainya,
sehingga dia merasa lega. Selanjutnya dia meninggalkan kota Madinah setelah
tinggal disana selama lima bulan dan tiba di Kandahlawi pada tanggal 13 Rabi’ul
Akhir 1345, bertepatan pada tanggal 25 September 1926. Setelah pulang dari haji
beliau memulai usaha dakwah dan mengajak orang lain untuk bergabung dalam
usaha yang sama. Dia mengajarkan kepada khalayak ramai tentang rukun-rukun
Islam, seperti sahadat, shalat, dan lain sebagainya.
Pada tahun 1351 H/1931 M, ia menunaikan haji yang ketiga ke Tanah
Suci Makkah. Kesempatan tersebut dipergunakan untuk menemui tokoh-tokoh
India yang ada di Arab untuk mengenalkan usaha dakwah. Ketika beliau pulang
7
18
dari haji, beliau mengadakan kunjungan ke Mewat, dengan disertai jamaah
dengan jumlah seratus orang. Dalam kunjungan tersebut ia selalu membentuk
jamaah-jamaah yang dikirim ke kampung-kampung untuk berjaulah (berkeliling
dari rumah ke rumah) untuk menyampaikan pentingnya agama.
Nama Jamaah Tabligh merupakan sebuah nama bagi mereka yang
menyampaikan. Jamaah ini awalnya tidak mempunyai nama, akan tetapi cukup
Islam saja. Bahkan Muhammad Ilyas mengatakan seandainya aku harus
memberikan nama pada usaha ini maka akan aku beri nama "gerakan iman".8Ada
ungkapan terkenal dari Maulana Ilyas; ”Aye Musalmano! ‘Wahai umat muslim!
Jadilah muslim yang kaffah (menunaikan semua rukun dan syari’ah seperti yang
dicontohkan Rasulullah).9 Jamaah Tabligh resminya bukan merupakan
kelompok atau ikatan, tapi gerakan muslim untuk menjadi muslim yang
menjalankan agamanya, dan hanya satu-satunya gerakan Islam yang tidak
memandang asal-usul mahdzab atau aliran pengikutnya.
Tujuan Muhammad Ilyas mendirikan gerakan ini, untuk menciptakan
sistem dakwah baru, yang tidak membedakan antara ahlus-sunnah dan
golongan-golongan lain. Serta larangan-larangan untuk mempelajari dan mengajar masalah
furu’iyah. Menurut mereka, hanya cukup mengajarkan keutamaan-keutamaan
amal dari risalah-risalah tertentu.
8
Mulwi Ahmad Harun Al Rosyid, Meluruskan Kesalahpahaman terhadap Jaulah (Jamaah Tabligh), (Magetan: Pustaka Haromain,2004), 21.
9
Sepeninggal Syaikh Muhammad Ilyas Kandahlawi kepemimpinan Jamaah
diteruskan oleh puteranya Syaikh Muhammad Yusuf Kandahlawi. Ia dilahirkan di
Delhi, ia sering berpindah-pindah mencari ilmu dan menyebarkan dakwah dan
juga sering pegi ke Saudi Arabia untuk menunaikan ibadah haji dan ke Pakistan.
Ia wafat di Lahore dan jenazahnya dimakamkan di samping orang tuanya di
Nizham al-Din Delhi.
Dalam berdakwah, mereka turun ke masyarakat baik itu di perkotaan atau
di pedesaan, mereka mengajak masyarakat sekitar untuk menjalankan
ajaran-ajaran agama Islam secara maksimal dan merealisasikan makna-makna hadits
Nabi Muhammad SAW, sehingga dalam berdakwah mereka sering kali
mengenakan pakaian-pakaian bernuansa Arab seperti Jubah dengan panjang di
atas mata kaki, imamah atau ikat kepala yang mereka anggap semua itu adalah
termasuk dari Sunnah Nabi. 10
Dalam kegiatan melakukan dakwah, mereka terbagi menjadi beberapa
kelompok dan setiap kelompok membawa bekal masing-masing untuk mencukupi
kebutuhannya selama berdakwah. Biasanya mereka membawa uang saku
secukupnya, peralatan masak, peralatan tidur serta peralatan-peralatan yang lain
sesuai dengan kebutuhannya. Setelah semuanya dipersiapkan, mulailah mereka
turun menyebar ke berbagai tempat di perkotaan atau di pedesaan dan biasanya
mereka menjadikan masjid atau mushalla sebagai tempat kegiatan mereka, setelah
itu mereka berkunjung ke masyarakat untuk menyampaikan ajaran-ajaran agama
Islam dan mengajak mereka untuk meramaikan masjid atau musholla. Setelah
10
20
masyarakat berkumpul di masjid atau mushalla, mulailah mereka menerangkan
tentang pentingnya persatuan Islam, Iman, amal, musyawarah, mudzakarāh, dan
ajaran-ajaran agama Islam yang lainnya. Akan tetapi, hal yang terpenting yang
mereka lakukan adalah berdakwah yang dikemas dalam bentuk dakwah. Kitabnya
yang terkenal ialah Amani Akhbar berupa komentar kitab Ma’ani antara lain Atsar
karya Syaikh Thahawi dan Hayat al-Shahabah.
Jamaah Tabligh juga tersebar ke seluruh dunia, antara lain tersebar di
Pakistan dan Bangladesh negara-negara Arab dan ke seluruh dunia Islam. Jamaah
ini mempunyai banyak pengikut di Suriah, Yordania, Palestina, Libanon, Mesir,
Sudan, Irak dan Hijaz. Dakwah mereka telah tersebar di sebagian besar
negara-negara Eropa, Amerika, Asia dan Afrika. Mereka memiliki semangat dan daya
juang tinggi serta tidak mengenal lelah dalam berdakwah di Eropa dan Amerika.
Bahkan pada Tahun 1978, Liga Muslim Dunia mensubsidi pembangunan Masjid
Tabligh di Dewsbury, Inggris, yang kemudian menjadi markas besar Jamaah
Tabligh di Eropa. Pimpinan mereka disebut Amir atau Zamidār atau Zumindār.
Sedangkan Pimpinan pusatnya berkantor di Nizhamuddin Delhi. Dari sinilah
semua urusan dakwah internasionalnya diatur.
Jamaah Tabligh juga mempunyai tokoh-tokoh yang terkenal antara lain:
1. Maulana Muhammad Ilyas. Ia lahir pada tahun 1303 H/1885 M, di Kandhla
India.11 Penggagas pertama berdirinya Jamaah Tabligh sekaligus pemimpin
pertama Jamaah Tabligh.
11
2. Maulana Muhammad Yusuf, putra Maulana Muhammad Ilyas, pengganti
ayahnya setelah Muhammad Ilyas meninggal dunia.12 Beliau menyusun kitab
antara lain al-Muntakhab al-Hadits, dan buku Khurūj Fī Sabīlillāh Menurut
AlQuran dan Hadits, yang menjadi buku rujukan bagi para pengikut Jamaah
Tabligh dalam berdakwah.
3. Maulana Istihyamul Hasan, pemimpin Jamaah Tabligh setelah Maulana
Muhammad Yusuf. Ia mengarang buku antara lain: Satu-Satunya Cara
Memperbaiki Kemerosotan Umat Islam di Zaman ini.
4. Maulana Zakariya al-Kandhalawi, lahir 11 Ramadhan 1315 H di kandla India.
Ia adalah keponakan dari Maulana Muhammad Ilyas.13 Ayah Zakariya, Syekh
Muhammad Yahya saudara sekandung dengan Maulana Muhammad Ilyas.
Maulana Zakariya ini seorang penulis buku aktif. Banyak bukunya yang
menjadi pedoman bagi para Jamaah Tabligh. Diantara buku-bukunya yang
sangat terkenal di kalangan Jamaah Tabligh adalah Himpunan Fadhāilul
Amal. Maulana Zakariya al-Kandhalawi, sebagaimana Maulana Ilyas,
pamannya, juga punya hubungan yang sangat dekat dengan Syekh Rasyid
Ahmad, seorang pembaharu pengikut Wahabi, bahkan menganggapnya
sebagai mursyidnya. Berkata Maulana Zakariyya: dan teman akrab ayah saya,
Syaikh mursyid saya, yaitu Syaikh Rasyid Ahmad Rah., yang jika ditulis
segala kebaikan dan keutamaannya, tentu memerlukan sebuah buku yang
cukup tebal.14
12
Al Rosyid, Meluruskan Kesalahpahaman terhadap Jaulah(Jamaah Tabligh), 7.
13
Ibid., 8.
14
22
5. Maulana Manzhur Nu’mani, Seorang tokoh Jamaah Tabligh yang sangat
dekat dengan Maulana Muhammad Ilyas. Beliau ini salah seorang anggota
pengurus Rabithah Alam Islami, sering menyertai Maulana Muhammad
Ilyas saat Khurūj Fī Sabīlillāh. Ia menyusun buku Malfūdhat Hazhrat
Maulana Muhammad Ilyas. Buku sudah diterjemah dalam Bahasa Indonesia
dengan judul Mutiara Hikmah Ulama Ahli Dakwah.
6. Abul Hasan Ali Nadwi, sering bersama Maulana Ilyas. Ia mengarang buku
antara lain Riwayat hidup Maulana Muhammad Ilyas. Menurut Manzhur
Nu’mani, Abul Hasan Ali Nadwi mempunyai hubungan khusus dengan
Maulana Muhammad Ilyas, karena ada hubungan yang erat dalam usaha
agama dan dakwah antara keluarga Maulana Ilyas dengan keluarga Abul
Hasan Ali Nadwi.
7. Syekh Muhammad Sa’ad al-Kandhalawi, cucu dari Maulana Muhammad
Yusuf. Ia telah melakukan penyempurnaan buku Khurūj Fī Sabīlillāh
Menurut AlQuran dan Hadits, karangan kakeknya, Maulana Muhamammad
Yusuf.
B. Kitab-Kitab Rujukan Dan Ajaran Jamaah Tabligh
Jamaah Tabligh dalam mengamalkan ilmu mereka juga mempunyai
kitab-kitab rujukan yang digunakan untuk pegangan dalam menyelesaikan suatu
perkara. Kitab yang banyak dijadikan rujukan di kalangan tabligh adalah kitab
Tablighin Nishshab yang dikarang oleh salah seorang tokoh mereka yang
bernama Muhammad Zakaria Al Kandahlawi. Mereka sangat mengagungkan
Bukhari dan Shahih Muslim serta kitab hadits lain. Kitab-kitab rujukan Jamaah
Tabligh antara lain:
1. Kitab-kitab Fadhilah Amal karya Maulana Zakaria Rah. Terdapat kitab-kitab
fadhilah amal yang disusun secara tematik atau merupakan himpunan dari
beberapa kitab, yaitu Kitab Fadhilah Shalat, Kitab Fadhilah Dzikir, Kitab
Fadhilah Tabligh, Kitab Fadhilah AlQuran, Kitab Fadhilah Ramadhan,
Kitab Fadhilah Shadaqah, Kitab Fadhilah Haji, Kitab Fadhilah Dagang,
FadhilahJanggut, Hikayat Kisah-Kisah Para Shahabat RA.15
2. Kitab Hayatush Shahābah karya Maulana Yusuf Rah. Kitab ini dicetak
dalam empat jilid (diterbitkan di beberapa negara). Kitab ini dan kitab-kitab
berikutnya masih dalam bahasa Arab, maka para ulamalah yang dianjurkan
untuk menelaahnya.
3. Kitab Al-Hadistul Muntakhabah karya Malauna Yusuf Rah. Kitab ini
merupakan himpunan hadist-hadist pilihan untuk Enam Sifat Para Shahabat
RA.
4. Kitab Riyadlush Shalihin karya Imam Nawawi Ad Damasyqi Rah.
Dianjurkan bagi semua kalangan untuk menelaahnya sebanyak dan sesering
mungkin. Bagi orang-orang yang berbahasa Arab, Riyadlush Shalihin adalah
sebagai ganti Fadhail A’mal dan dibacakan untuk umum.
5. Kitab At Targhib Wat Tarhib karya Hafizh Al Mundziri Rah.
6. Kitab Fadlail Haji dan Fadlail Shalawat karya Syaikul Hadist Maulana
Muhammad Zakaria Kandhlawi Rah. Masing-masing satu jilid dalam bahasa
15
24
Urdu dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Fadlail Haji dibacakan
menjelang musim haji, sedangkan Fadlail Shalawat bisa dibaca sendiri.
Dalam menyampaikan dakwahnya Jamaah Tabligh mempunyai ajaran pokok
atau enam prinsip (doktrin) yang menjadi asas dakwahnya, yaitu:
1. Kalimah agung (syahadat) atau disebut sebagai Kalimah Tayyibah.
Makna dari kalimat tersebut ialah bahwa semua makhluk hidup tidak
mempunyai kekuatan apapun selain kekuatan dari Allah SWT. Menetapkan
dan menyakini bahwa hanya Allah yang mengurus dan mengatur semua
makhluk dan segala sifat-sifatnya (rubuiyah).16 Sedangkan Muhammadar
rasūlullāh bermakna mengakui bahwa satu-satunya jalan hidup untuk
mendapatkan kejayaan dunia dan akhirat hanya dengan mengikuti cara hidup
Rasulullah SAW. Cara hidup lain hanya akan membawa kita kepada
kegagalan.17
2. Menegakkan shalat.
Setelah menyakini kalimat sahadatain maka harus melakukan kewajiban
yaitu shalat dengan penuh kekhusu’an. Shalat dengan konsentrasi batin dan
rendah diri dengan mengikuti cara yang dicontohkan Rasulullah. Maksud dan
tujuannya membawa sifat-sifat ketaatan kepada Allah dalam shalat ke dalam
kehidupan sehari-hari. Shalat adalah suatu ritual ibadah sebagai cara untuk
menyambungkan hubungan antara hamba-Nya dengan Allah. Sedangkan cara
16
An Nadhr M. Ishaq Shahab, Khuruj fisabilillah : Sarana Tarbiyah Untuk Membentuk Sifat Imaniyah, terj. Abu Sayyid Akmal (Bandung: Pustaka Zaadul Ma’aad), 106.
17
mendapatkan hakikat shalat khusu’ wa al Khudu’ adalah dengan
mendakwahkan pentingnya shalat Khusu’, latihan shalat khusu’, belajar
menyelesaikan masalah dengan shalat dan berdo’a kepada Allah agar diberikan
taufiq untuk mengerjakan shalat dengan khusu’.18
3. Ilmu dan dzikir.
Ilmu dan dzikir adalah sebuah kesatuan tanpa dipisahkan yang saling
berkaitan. Orang melakukan dzikir tanpa mengetahui ilmu sama sekali akan
melakukannya dengan ngawur. Begitu juga dengan ilmu tanpa dzikir ibaratkan
berjalan tanpa tahu arah tujuan. Ilmu untuk mengetahui perintah Allah dalam
setiap suasana dan keadaan, dzikir adalah menghadirkan Allah dalam setiap
perintah-Nya. Melaksanakan perintah Allah dalam setiap dan keadaan dengan
menghadirkan keagungan Allah mengikuti cara Rasulullah. Ilmu di bagi
menjadi dua yaitu ilmu fadlail dan ilmu masa’il. Untuk mendapatan ilmu ma’a
dzikir adalah dakwah pentinya ilmu fadlail, memperbanyak duduk di halaqah
taklim, mempraktikkannya dan berdo’a kepada Allah SWT. Sedangkan untuk
mendapatkan hakikat ilmu masa’il adalah berdakwah mengikuti halaqah
masa’il dan bertanya kepada ulama. Sedangkan untuk mendapatkan hakikat
dzikir, banyak membaca AlQuran berdzikir mengucap kalimat-kalimat
tayyibah, mengamalkan do’a-do’a masnunah dalam kehidupan sehari-hari.19
4. Memuliakan setiap Muslim.
Menunaikan kewajiban pada sesama muslim tanpa menuntut hak kita
ditunaikannya dan tidak mau merepotkan muslim yang lain. Karena menurut
18
Mustofa Sayani, Mudzakarah Enam Sifat Para Sahabat RA. (Bandung: Pustaka, 2006), 12- 13.
19
26
mereka merepotkan orang lain hanya akan merusak amal. Tujuan memuliakan
sesama muslim adalah agar kita dapat menyampaikan hak dan kewajiban
kepada sesama muslim.20
5. Ikhlas.
Ikhlas berarti meluruskan, memperbaikinya, dan membersihakan niat.
Membersihkan niat dalam beramal, semata-mata hanya karena Allah. Tanpa
memandang apa yang kita lakukan dalam beramal. Ikhlas adalah suatu rahasia
antara hamba dengan Tuhannya yang tidak diketahui oleh siapapun. Ikhlas
merupakan ruh dari semua amal perbuatan yang kita lakukan. Maksud dan
tujuan kita beramal hanya karena Allah, mengerjakan perintah dan
meninggalkan laranganNya hanya karena ridho Allah.21
6. KhurūjFī Sabīlillāh(keluar).
Memperbaiki diri, yaitu menggunakan diri, harta, dan waktu seperti yang
diperintahkan Allah.22Menghidupkan agama pada diri sendiri dan manusia di
seluruh alam dengan menggunakan harta dan diri mereka. Ajaran dakwah dari
Jamaah Tabligh ini bukan monopoli Jamaah Tabligh. Akan tetapi ada
perbedaan dakwah versi Jamaah Tabligh dengan gerakan Islam lain,
diantaranya:
1. Dakwah Jamaah Tabligh mendatangi kaum Muslim dengan upaya sendiri
tanpa diundang.
2. Modal dakwah Jamaah Tabligh adalah harta, diri dan waktu.
3. Dakwah Jamaah Tabligh berhubungan dengan inti ajaran Islam yaitu
tauhid (akar) dan bukan masalah fiqh (ranting).
4. Dakwah Jamaah Tabligh tidak ikut suasana dan keadaan setempat dan juga
tidak mempengaruhi, karena sifat Jamaah Tabligh adalah menghindari
khilafiah.23
5. Dakwah Jamaah Tabligh dimulai dari keutamaan Amal.
6. Sasaran dakwah Jamaah Tabligh biasanya adalah kaum Muslim yang
imannya lemah.
7. Dakwah Jamaah Tabligh selalu menghindari politik atau kekuasaan.
8. Dakwah Jamaah Tabligh tidak terkesan dengan harta.
9. Dakwah Jamaah Tabligh tidak berharap upah.24
Jamaah Tabligh juga dibangun di atas empat jenis tarekat sufi: Jiystiyah,
Qadiriyah, Sahrawardiyah, dan Naqsyabandiyah. Di atas empat tarekat sufi inilah
In’amul Hasan sebagai Amir sekarang, membaiat para pengikutnya yang telah
dianggap pantas untuk dibaiat. Secara umum, Jamaah Tabligh menggunakan
manhaj sufi, dan berbaiat kepada sang Amir dan sebagian para syaikhnya.
Rujukan kitab mereka membatasi pengertian Islam hanya dengan sebagian amalan
Islam, mereka dianggap meremehkan ilmu dan ulama, karena mereka
menekankan untuk berdakwah tanpa dibekali dulu dengan ilmu agama yang
memadai.25
23
Al Rosyid, Meluruskan Kesalahpahaman terhadap Jaulah, 24.
24
Mufid, Perkembangan Paham Keagamaan, 168. 25
28
C. Gerakan dan Amaliyah Jamaah Tabligh
Gerakan dakwah yang dikembangkan oleh Jamaah Tabligh merupakan
upaya menghidupkan perjuangan Islam di masa Rasulullah. Dakwah yang
dilakukan Jamaah Tabligh merupakan upaya pencerahan sebagai penerus misi
risalah kenabian Nabi Muhammad SAW yang diutus oleh Allah SWT. Mereka
mengajak umat Islam untuk kembali kuat seperti pada masa Rasulullah dan para
Sahabat. Semangat inilah yang menjadikan Jamaah Tabligh melakukan dakwah
dengan cara berkeliling dari masjid ke masjid. Anggota Jamaah Tabligh percaya
dan yakin dengan menolong agama Allah maka mereka akan ditolong oleh
Allah.26 Selanjutnya tujuan mereka adalah menumbuhkan kesadaran beragama
dan kesadaran memahami ajaran agama untuk diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari.27 Jamaah Tabligh dalam melakukan dakwahnya mempunyai 6 prinsip
dasar yaitu:
1. Mengajak umat Islam untuk berdakwah menyebarkan agama Islam yang
merupakan tanggung jawab setiap muslim.
2. Tidak menunggu orang datang, akan tetapi berinisiatif mendatangi mereka.
3. Berbaur dengan masyarakat tanpa memandang status sosial.
4. Objek yang mendasar adalah materi dakwah mengenai keyakinan atau iman.
5. Sebaik-baik umat adalah pendakwah yang menarik secara langsung jamaah
yang non muslim.
26Ruhaiman, “Jama’ah Tabligh Surabaya , 30. 27
6. Tidak mempermasalahkan perbedaan pendapat (khilafiyah) dan tidak boleh
ikut campur dalam urusan perpolitikan.
Jamaah Tabligh dalam melakukan dakwahnya mempunyai cara tersendiri
yang tidak sama dengan gerakan dakwah yang berada di Indonesia pada
umumnya yang dilakukan seperti NU, Muhammadiyah, Hizbut Tahrir Indonesia,
LDII dan lain-lainnya. Mereka melakukan dakwahnya dengan cara berkeliling
dari masjid ke masjid. Jamaah Tabligh menganggap bahwa dari Masjidlah
dakwah Islam pertama kali disebar oleh Nabi Muhammad SAW. Keberadaan
Masjid begitu signifikan pada masa awal perkembangan Islam. Masjid juga
mempunyai tempat yang strategis untuk menyampaikan dakwah. Pada masa Nabi
SAW menyebarkan Islam, Masjid benar-benar berperan secara multifungsi, yaitu
sebagai tempat sembahyang, musyawarah, pengajian, tempat mengatur siasat
perang dan mengurusi masalah politik, sosial dan ekonomi umat. Karena itulah
Jamaah ini menggunakan masjid sebagai tempat mereka melakukan kegiatan
dakwah yang berbeda dengan yang dilakukan organisasi Islam lainnya.
Dalam istilah Dr. H. Abdul Jalil, M.Pd. Jamaah Tabligh disebut sebagai
dakwah yang fenomenal, yaitu suatu bentuk dakwah yang dirancang secara
faktual (sesuai dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat).28 Cara atau model
dakwah Jamaah Tabligh ini dibuat berbeda agar menarik perhatian masyarakat.
Kegiatan dakwah Jamaah Tabligh biasanya dilakukan dengan dakwah bi al hal
bi al lisan. Dalam mengaplikasikan dakwah tersebut Jamaah Tabligh
membentuk beberapa model dakwah yang terdiri dari khurūj fī sabīlillāh,
28
30
Jamaah jaulah, dan menjadikan masjid sebagaibasis pergerakan dakwah tersebut.
Istilah-istilah dakwah Jamaah Tabligh dapat dijelaskan sebagi berikut:
a. KhurūjFī Sabīlillāh
Khurūj fī sabīlillāh adalah meluangkan waktu untuk secara total
berdakwah, yang biasanya dari masjid ke masjid dan dipimpin oleh seorang
Amir. Ketika keluar seorang Karkun (orang yang keluar) tidak boleh
memikirkan keluarga, harta benda itu semuanya harus di tinggalkan dan
pergi untuk memikirkan agama. Menurut KH. Uzairon selaku pimpinan
pondok pesantren Al-fatah yang notabene ialah amir Jamaah Tabligh di
daerah Jawa Timur pernah mengatakan kepada jamaahnya di dalam salah
satu khutbahnya bahwa pentingnya Khurūj Fī Sabīlillāh berkaitan tentang
Tasykil atau tawaran untuk Khurūj secara berombongan. Beliau berkata
bahwa disaat pendakwah pergi meninggalkan rumah mereka ada 75 malaikat
yang akan menjaga anak, istri dan keluarganya.29Orang yang khurūj tidak
boleh meninggalkan masjid tanpa seizin amir. Khurūj yang dilakukan oleh
Jamaah Tabligh yang dilakukan dengan cara berkelompok dan mencari masjid
atau mushalla-mushalla sebagai tempat tinggal mereka dan sebagai tempat
pusat komando dakwahnya. Khurūj ini dilakukan agar masyarakat terangsang
agar mau menghidupkan masjid dan mushalla mereka. Khurūj ini biasanya
terdiri dari 3 orang dan maksimal 10 orang yang di komandoi oleh salah satu
diantara mereka.
29Syafi’i,
Seruan Jamaah Tabligh dilakukan kepada semua orang yang berada
di sekitar masjid atau mushalla yang mereka tempati. Mereka melakukannya
dengan cara-cara mereka sendiri tanpa ditentukan oleh pimpinan pusat
Jamaah Tabligh. Adapun ketentuan-ketentuan mengikuti khurūj fī sabīlillāh
anggota Jamaah Tabligh harus mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut.30
a. Setiap anggota dalam setiap hari harus khurūj fī sabīlillāh selama 2,5 jam
setiap hari.
b. Dalam seminggu harus mengikuti khurūjselama sehari
c. Setiap bulan minimal 3 hari.
d. Setiap setahun minimal 40 hari.
e. Seumur hidup minimal 1 tahun.
Dengan demikian mereka harus mempunyai program atau jadwal
untuk melakukan khurūj atau keluar di jalan Allah. Khurūj ini dilakukan
dengan tujuan membangun akhlak yang mulia dan berbudi luhur yang
selanjutnya mereka dapat berdakwah kepada orang lain yang ada di sekitar
mereka sendiri. Selain itu khurūj bertujuan menghidupkan masjid-masjid dan
mushalla agar masyarakat senantiasa melaksanakan perintah-perintah
Allah yang wajib maupun yang sunnah, meluruskan keyakinan yang sesuai
dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah dan para Sahabatnya.
Sebelum berangkat khurūj terdapat pembekalan yang dilakukan oleh
pimpinannya, antara lain:
30
32
a) Bayan Hidayah
Bayan hidayah adalah bayan yang dilakukan ketika sebelum
pemberangkatan jamaah ke tempat pengiriman da’i. Supaya da’i paham
dan mengerti apa saja yang harus dilakukan ketika sampai tujuan. Bayan
hidayah ini berupa motivasi–motivasi penyemangat untuk berdakwah agar
Khurūj yang dilaksanakan berjalan dengan lancar dan semangat dari dalam
hati.
b) Musyawarah
Musyawarah di sini adalah musyawarah tentang keperluan yang perlu
dipersiapkan dalam khurūj fī sabīlillāh, dan mudzakarah tentang adab-adab
safar.
c) Bayan Wabsi
Bayan wabsi adalah bayan yang dilakukan setelah pulang dari
jihad atau pulang dari berdakwah atau laporan yang diberikan oleh
karkun kepada penggurus markas. Adapun yang dilaporkan adalah
tentang kondisi tempat yang telah di tuju, kondisi karkun yang ada,
agenda yang telah dilakukan selama bepergian di jalan Allah dan
jamaah diminta untuk bermusyawarah terkait rancangan waktu pergi untuk
khurūj lagi.
d) Bayan Karghozari
Bayan ini dilakukan setelah kembali dari khurūj, mereka para
jamaah dianjurkan untuk melaporkan kondisi Islam di daerah yang
mendapatkan beberapa nasehat-nasehat atau amalan-amalan yang harus
dijaga ketika di dalam rumah.
b. Jawlah
Jawlah dalam bahasa arab berarti berkeliling. Jawlah merupakan
suatu poros atau sebuah tulang punggung dakwah, dan dakwah adalah tulang
punggung agama. Jawlah ibarat menebar benih-benih hidayah kepada hati
manusia.31Jawlah dapat juga diartiakan kegiatan yang dilakukan secara
berkeliling dari satu rumah ke rumah yang lain untuk mengajak umat Islam
shalât di masjid sekaligus untuk mendengarkan bayan atau ceramah agama
yang disampaikan setelah shalat fardhu. Silaturahmi atau yang sering disebut
dengan jawlah yang dilakasnakan oleh Jamaah Tabligh dibagi menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok yang berada di dalam masjid.
Mereka di dalam masjid diibaratkan sebagai penyambung hidayah-hidayah
Allah kepada masyarakat sekitar. Biasanya mereka melakukan berbagai hal
yang berkenaan dengan berdzikir, menyebut asma Allah dengan penuh
kekhusu’an dan berdoa sampai kelmpok yang lain kembali ke masjid.
Sedangkan kelompok yang kedua keluar masjid untuk berdakwah menunjukan
jalan yang diridhai oleh Allah dan berdzikir menyebut asma Allah dalam hati.
Mereka melakukannya penuh dengan keikhlasan yang sangat-sangat
mendalam.
31
34
Jamaah Tabligh dalam melaksanakan dakwahnya mempunyai
beberapa pendekatan terhadap orang-orang tertentu. Pendekatan itu biasanya
dilakukan kepada:
1) Ulama
Jamaah Tabligh biasanya pertama kali yang akan mereka
datangi ketika melakukan dakwahnya adalah ulama. Mereka
menganggap, bahwa ulama adalah seorang yang harus di datangi dan
dimintai do’a agar mereka mendapatkan barokah dari sang ulama
tersebut. Jamaah Tabligh ketika berdakwah juga tidak mau
mempengaruhi ulama agar masuk ke dalam rombongan dakwahnya.
Mereka melaksanakan apa yang telah mereka pelajari dari sang amir,
sehingga ulama tersebut dengan sendirinya akan masuk dan tertarik
pada Jamaah Tabligh yang sedang berdakah tersebut. Apabila sudah
tertarik maka baru kita jelaskan tentang hakekat usaha dakwah ini.
2) Umaro’
Menghadap bukan hanya sekedar pemberitahuan atau setor identitas akan
tetapi juga kita jelaskan tentang pentingnya usaha dakwah dihidupkan di
tengah-tengah masyarakat.
3) Karkun atau Da’i
Karkun atau da’i adalah seseorang yang pernah bergabung
dengan usaha dakwah jamaah tablig atau pernah khurūj fī sabīlillāh.
Mereka melakukan pendekatan terhadap karkun atau da’i dengan
harta bendanya dan meluangkan waktu untuk berdakwah. Mereka juga tidak
memaksa terhadap karkun untuk ikut dengan mereka, akan tetapi cukup
dengan mendo’akannya.
4) Orang Yang Belum Shalat
Orang yang sebelum shalat tidak akan diajak shalat terlebih dahulu.
Biasanya seandainya diajak shalat mereka akan menolak, akan tetapi
mereka diajak untuk belajar atau taklim. Kalau mereka sudah belajar pasti
mereka suatu saat akan melaksanakan shalat dengan sendirinya.
5) Anak Yang Belum Baligh
Pendekatan terhadap anak yang belum baligh adalah hal yang
termudah diantara yang lain, karena anak yang belum baligh cukup diajak
mengaji saja.
6) Pemuda atau Pelajar
Pendekatan yang dilakukan terhadap pemuda atau pelajar ialah
dengan cara mencari tahu siapa yang menanggung biayanya. Selain itu
pemuda ini akan diajak ke masjid seandainya tidak mau akan diajak ke
rumahnya dan seandainya tidak mau juga maka akan diantar ke tempat
nongkrongnya.32
7) Fuqara’ atau Masakin
Fuqara’ atau Masakin akan diberikan tentang pentingnya iman,
islam. Para pendakwah ini juga akan menceritakan tentang kisah-kisah
Nabi dan Rasul. Mereka juga akan menyantuni para fuqara’ dan
32
36
masakin setiap minggunya dan setiap bulannya. Selain khurūj fī sabīlillāh
dan jawlah, Jamaah Tabligh juga mengadakan malam Ijtima’ yang diadakan
satu tahun sekali di markas pusat nasional. Biasanya malam Ijtimā’ dihadiri
oleh karkun yang ada di seluruh pelosok Indonesia. Malam Ijtimā’ biasanya
diisi dengan bayan (ceramah agama) yang pembicaranya adalah ulama,
kyai, dan tamu dari luar negeri. Selain itu para Karkun tersebut juga
ditawari Khurūj ke luar negeri bagi yang mampu. Dalam hal ini mereka
disuruh ke India, Pakistan, dan Bangladesh untuk mempertebal keimanan
mereka.
c. Mastūrah
Dalam ajaran gerakan Tabligh juga ada yang namanya Mastūrah.
Mastūrah ialah dakwah yang dilakukan oleh seorang wanita yang sudah
berkeluarga. Tugas dakwah bukan untuk kaum laki-laki saja, tetapi juga
tanggung jawab seorang perempuan. Usaha dakwah Mastūrah juga mempunyai
tata tertib atau peraturan yang sangat ketat karena melibatkan perempuan.
Peraturan dan tata tertib yang harus dipatuhi oleh Mastūrah ialah:
1. Jamaah Masturah
a) Jama’ah Mastūrah harus musyawarah dengan markas, tidak boleh
mastrūah tanpa musyawarah markas oleh laki-laki.33
b) Dengan mahram haqiqi bagi jamaah mastūrah tiga hari ialah istri,
anak wanita, ibu dan saudara wanita. Sedangkan untuk mastūrah
yang lebih tiga hari hanya boleh dilakukan oleh istri.
33
c) Dengan purdah yang sempurna, pakaian yang dapat menutupi wajah,
kaki dan tangan. Purdah tidak boleh bermotif tetapi warnanya boleh
disesuaikan dengan keadaan.
d) Dakwah mastūrah ialah dakwah yang dilakukan oleh laki-laki dan
wanita, tetapi harus dengan musyawarah laki-laki.
2) Jamaah mastūrah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.
a) Jama’ah mastūrah tiga hari harus laki-laki yang pernah khurūj tiga
hari, sedangkan wanita harus pernah datang dalam acara malam
ijtimā’ atau taklim mastūrah. Sedangkan untuk amir jamaah
mastūrah harus pernah khurūj selama 40 hari dan pernah menjadi
amir.34
b) Jamaah mastūrah 15 hari harus pasangan suami isteri yang pernah
khurūj mastūrah selama 3 hari, sedangkan amir mastūrah harus
harus pernah khurūj selama 40 hari dan sudah pernah khurūj
mastūrah selama 15 hari.
c) Jamaah mastūrah 40 hari dalam negeri dan negeri tetangga harus
pernah khurūj 4 bulan, khurūj mastūrah 15 hari atau lima kali khurūj
mastūrah tiga kali dan ditafaqud oleh Syura Indonesia.
d) Jamaah mastūrah 2 bulan ke India dan Pakistan harus pernah
khurūj mastūrah 15 hari atau 40 hari, ditafaqud oleh Syura
Indonesia dan mendapatkan izin Syura Nizamuddin.
3) Harus mendapatkan izin dari tempat yang akan di tuju.
34
38
4) Tidak dibolehkan membawa anak.
5) Wanita yang hamil boleh mengikuti mastūrah selama 3 hari.
6) Wanita yang ikut mastūrah harus tinggal di rumah, tidak boleh tinggal di
masjid.
7) Jumlah mastūrah minmal 4 pasang suami istri dan maksimal tujuh
pasang suami istri.
8) Sebelum berangkat jamaah mastūrah harus mendengarkan bayan hidayah
dan ketika pulang diberikan bayan wabsi.35
35
BAB III
JAMAAH TABLIGH DI KALANGAN MAHASISWA SURABAYA
A. Sejarah Jamaah Tabligh Surabaya
Pada dekade 1980-an ketika Jamaah Tabligh masuk ke Surabaya, terjadi
berbagai gejolak antara Islam dan negara. Munculnya gerakan-gerakan yang
dianggap radikal, UU yang mengharuskan menggunakan asas tunggal pancasila
dalam organisasi dan lain-lain. Dalam beberapa dasawarsa terakhir, umat Islam
sedang bergerak dari minoritas politik ke mayoritas budaya. Mereka tidak lagi
memandang aktifitas politik sebagai satu-satunya wadah perjuangan dalam rangka
memperjuangkan Islam dengan segala kandungan makna yang diyakini dan dihayati
dalam kehidupanya. Gerak Islam tengah bergerak ke suatu spektrum baru yang lebih
dominan bersifat kebudayaan ketimbang politik. Seperti hal NU, ormas terbesar di
Indonesia ini keluar dari pentas politik pada tahun 1983.1 Hal ini juga dapat dilihat
dari besarnya animo masyarakat terhadap gerakan-gerakan keagamaan yang
berkembang yang mulai muncul sejak akhir dekade 1970-an termasuk terhadap
gerakan Jamaah Tabligh. Banyak masyarakat yang tertarik dengan gerakan ini karena
praktek-praktek keagamaannya lebih menonjolkan pada apa-apa yang dicontohkan
oleh Rasulullah SAW dan para Sahabatnya, misalnya dalam hal berpakaian. Anggota
Jamaah Tabligh sering memakai jubah panjang dan sorban di kepala. Jamaah Tabligh
1
40
juga sangat memperhatikan adab-adab sehari-hari, sehingga sangat menarik
masyarakat untuk mengikutinya, meskipun Jamaah Tabligh tidak berasal dari
Indonesia sendiri.
Gerak budaya Islam yang terus berkembang juga berimbas kepada
daerah-daerah termasuk Surabaya. Jamaah Tabligh masuk ke Surabaya pada tahun 1984 dan
mendapat tempat di masyarakat. Penentangan dari masyarakat pasti ada dan itu
terjadi pada awal kedatangan Jamaah Tabligh. Pada perkembangannya banyak
masyarakat sekitar masjid menjadi pengikut Jamaah Tabligh atau anggota Jamaah
Tabligh. Hal ini tidak mengherankan lagi, karena Jamaah Tabligh menjadikan masjid
sebagai basis gerakannya, sehingga yang menjadi target adalah orang-orang yang
rumahnya berdekatan dengan masjid.2
Jamaah Tabligh masuk di Surabaya setelah beberapa tahun keberadaannya di
Indonesia. Jamaah Tabligh masuk ke Surabaya ketika kondisi perpolitikan terutama
hubungan Islam dengan pemerintah yang banyak terjadi pertentangan dan
kecurigaan, meskipun pada akhir dekade 1980-an, satu rombongan yang terdiri dari
sepuluh orang, jamaah gabungan dari Pakistan dan Malaysia yang dipimpin oleh
Abdussobar tiba di Surabaya. Tempat pertama kali dikunjungi adalah Masjid Nurul
Hidayah, Jl. Ikan Gurami Gg. IV Perak Barat Surabaya. Orang yang pertama kali
didekati adalah H. Amin Said yamg merupakan Takmir Masjid Nurul Hidayah.
2
Setelah itu jamaah ini mendekati Abdul Wahid yang berasal dari Madura, seorang
warga sekitar masjid.3
Kedatangan Jamaah ini tidak langsung diterima atau dipercaya oleh H. Amin
Said. Ia khawatir gerakan Jamaah Tabligh ini termasuk gerakan-gerakan yang
dilarang perkembangannya oleh negara yang sebelumnya juga pernah ditumpas
pemerintah. Gerakan-gerakan yang pernah ditumpas seperti Darul Qur’an, Darul
Hadits, Lemkari dan lain-lain.
Kegigihan dan keinginan suci untuk mengembangkan dakwah Islam tidak
menyurutkan jamaah dari Pakistan dan Malaysia tersebut untuk memberikan
pemahaman kepada H. Amin Said dan akhirnya H. Amin Said mengerti bahwa
Jamaah Tabligh bukanlah bagian dari gerakan terlarang yang pernah ditumpas
sebelumnya oleh pemerintah. Sejak saat itu, H. Amin Said langsung menjadi anggota
Jamaah Tabligh. Setelah meyakinkan H. Amin Said selaku Takmir Masjid Nurul
Hidayah, maka masjid tersebut dijadikan sebagai markas Jamaah Tabligh di Surabaya
sekaligus markas wilayah Jawa Timur selain dari Temboro dan Malang. Dari masjid
tersebut gerakan dakwahnya terus dikembangkan. Program kerja Jamaah Tabligh
juga dimusyawarahkan bersama di masjid tersebut.
Setelah mendapatkan tempat untuk mengomando gerakannya (amal maqāmi),
muncul masalah baru yakni banyak kecurigaan yang datang dari warga sekitar. Tidak
hanya itu, kecurigaan sampai pada aparat pemerintah. Pengikut Jamaah Tabligh
3