• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNITAS JAMAAH TABLIGH DI KALANGAN MAHASISWA SURABAYA (1990-2015).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMUNITAS JAMAAH TABLIGH DI KALANGAN MAHASISWA SURABAYA (1990-2015)."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

KOMUNITAS JAMAAH TABLIGH DI KALANGAN

MAHASISWA SURABAYA

(1990 -2015 M)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh:

HAMDAN UMAR

NIM: A0.22.12.054

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Komunitas Jamaah Tabligh di Kalangan Mahasiswa Surabaya (1990-2015)”. Adapun fokus penelitian yang dibahas dalam skripsi adalah (1) Bagaimana sejarah masuk Jamaah Tabligh di kalangan mahasiswa Surabaya? (2) Bagaimana perkembangan dan aktivitas Jamaah Tabligh di kalangan mahasiswa Surabaya?

Dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan pendekatan sosio-historis. Metode sejarah digunakan untuk mendeskripsikan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Pendekatan sosio-historis digunakan untuk dapat menjelaskan perkembangan Jamaah Tabligh di kalangan mahasiswa Surabaya. Untuk menganalisa perkembangan Jamaah Tabligh di kalangan mahasiswa Surabaya digunakan teori Challenge and Respons ( Tantangan dan Jawaban), teori yang menggambarkan bahwa setiap rangsangan dapat menimbulkan tindakan yang bisa menunjukkan sebuah perubahan, baik kemajuan atau kemunduran.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) Jamaah Tabligh masuk di kalangan mahasiswa Surabaya pada tahun 1983 di kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), namun aktivitas di kampus dimulai tahun 1986 yang dikomandani oleh Rahmat, Habib Muhammad, Sugeng Romdoni, Ribut dan Sugiono. (2) Perkembangan Jamaah Tabligh di kalangan mahasiswa Surabaya sangat signifikan, terbukti sebagian besar kampus yang ada di Surabaya dimasuki oleh Jamaah Tabligh, namun beberapa tahun belakangan ini Jamaah Tabligh di kalangan mahasiswa Surabaya mengalami kemunduran. Sedangkan aktivitas Jamaah Tabligh di kalangan mahasiswa Surabaya adalah taklim, musyawarah,

(6)

ABSTRACT

This thesis entitled "Community Tablighi Jamaat among students Surabaya (1990-2015)". The focus of the research discussed in the paper are: (1) How to enter the history of Tablighi Jamaat among students Surabaya? (2) How is the development and activity of Tablighi Jamaat among students Surabaya?

In this study, using historical and socio-historical approach. The method used to describe the historical events that happened in the past. Socio-historical approach used to explain the development of Tablighi Jamaat among students Surabaya. To analyze the growth of Tablighi Jamaat among the students used the theory of Surabaya Chagllange and Response (Challenge and Response), which described the theory that any stimulus can lead to actions that could indicate a change in either progression or regression.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

TRANSLITERASI ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Penelitian Terdahulu ... 7

F. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ... 8

G. Metode Penelitian ... 9

H. Sistematika Pembahasan ... 12

BAB II : SEJARAH JAMAAH TABLIGH A. Sejarah Berdirinya Jamaah Tabligh ... 14

B. Kitab-Kitab Rujukan Jamaah Tabligh ... 22

(8)

BAB III : JAMAAH TABLIGH DI KALANGAN MAHASISWA

SURABAYA

A. Sejarah Masuknya Jamaah Tabligh ke Surabaya ... 39

B. Sejarah dan Perkembangan Jamaah Tabligh

di Kalangan Mahasiswa Surabaya ... 42

C. Aktivitas Jamaah Tabligh di Kalangan Mahasiswa Surabaya 49

BAB IV : PANDANGAN ULAMA DAN CENDEKIAWAN

TERHADAP JAMAAH TABLIGH

A. Pandangan Ulama dan Cendekiawan ... 59

B. Pandangan Mahasiswa... 68

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pluralitas yang ada di Indonesia memungkinkan terjadinya berbagai

perbedaan persepsi, interpretasi ataupun ekspresi keagamaan, bahkan dalam

kalangan penganut agama yang sama. Perbedaan itu baik berupa ajaran-ajaran,

ritual, paham ataupun ideologinya. Seringkali terdengar ajaran dari suatu

kelompok agama dianggap penting namun bagi kelompok agama lain hal itu

dianggap biasa saja, bahkan ada pula kelompok agama lain yang menganggapnya

sebagai suatu kemungkaran. Perbedaan inilah yang sering disebut aliran-aliran

keagamaan, sistem pemujaan ataupun gerakan keagamaan baru.1Seperti kita

ketahui bahwa Indonesia mempunyai beragam gerakan keagamaan yang

eksistensinya begitu kuat, seperti Sarekat Islam (SI), Muhammadiyah dan

Nahdlatul Ulama. Paska reformasi, di Indonesia mulai muncul pula gerakan

keagamaan lain seperti Hitzbut Tahrir Indonesia (HTI), Front Pembela Islam

(FPI), dan masih banyak lagi. Walaupun begitu, fenomena ini sebenarnya bukan

suatu hal yang baru karena paska wafatnya Nabi Muhammad SAW juga telah

bermunculan aliran keagamaan seperti halnya Khawarij, Syi’ah, Muktazilah dan lain-lain.

Saat ini terjadi fenomena menarik dari gerakan keagamaan Islam yakni

munculnya Jamaah Tabligh yang kian hari kian merebak. Jamaah Tabligh

merupakan gerakan Islam yang didirikan oleh Syeikh Muhammad Ilyas bin

1

(10)

2

Syeikh Muhammad Ismail, bermazhab Hanafi, Dyupandi, al-Jisyti, Kandahlawi

(1303-1364 H).2

Mazhab Hanafi adalah sebagai nisbah dari nama imamnya, Abu Hanifah.

Jadi mazhab Hanafi adalah nama dari kumpulan-kumpulan pendapat yang berasal

dari Imam Abu Hanifah dan murid-muridnya serta pendapat-pendapat yang

berasal dari para pengganti mereka sebagai perincian dan perluasan pemikiran

yang telah digariskan oleh mereka yang kesemuanya adalah hasil daripada cara

dan metode ijtihad ulama-ulama Irak.3

Di Indonesia, hanya dibutuhkan waktu dua dekade bagi Jamaah Tabligh

(JT) untuk menggurita. Hampir tidak ada kota di Indonesia yang belum tersentuh

oleh model dakwah mereka. Tanda kebesaran dan keluasan pengaruhnya sudah

ditunjukkan pada saat mengadakan “Pertemuan Nasional”di Pesantren Al-Fatah Desa Temboro, Magetan, Jawa Timur pada tahun 2004. Bahkan pada tahun 2009

diadakan pertemuan dunia di kawasan Bumi Serpong Damai, Tanggerang.

Pertemuan yang berskala dunia itu dihadiri para ulama yang berasal dari berbagai

negara di belahan dunia. Dalam pertemuan itu juga dikirim

rombongan-rombongan jamaah yang berdakwah ke seluruh dunia. Kenyataan ini sungguh di

luar dugaan untuk sebuah organisasi yang relatif baru dan tidak mempunyai akar

di Indonesia.

Dalam gerakan Islam kontemporer, Jamaah Tabligh adalah gerakan

dakwah yang mempunyai pengikut terbesar, pengikutnya hampir ada di setiap

negara baik yang dihuni oleh mayoritas Muslim maupun non Muslim. Banyaknya

(11)

pengikut Jamaah Tabligh di berbagai negara tidak terlepas dari pemikiran yang

ditawarkan Jamaah Tabligh kepada pengikutnya. Ada dua prinsip yang sangat

fundamental bagi Jamaah Tabligh yaitu tidak melibatkan diri dalam politik praktis

dan tidak membahas masalah keagamaan yang bersifat khilafiyah. Pergerakan ini

berdasarkan atas asas Islam, dalam prakteknya mereka berusaha untuk

merealisasikan ajaran-ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dapat

dikatakan tujuan utama pergerakan ini adalah untuk menyebarkan agama Islam

dan menghidupkan makna-makna yang terkandung di dalam hadits-hadits Nabi

SAW.

Salah satu ciri khas gerakan Jamaah Tabligh adalah adanya konsep

khurūj. Khurūj berasal dari bahasa arab yaitu kharaja yang mempunyai arti

keluar. “Keluar” yang dimaksud adalah suatu usaha amal untuk keluar

berdakwah untuk mengajak manusia beribadah kepada Allah, meninggalkan

apa yang dilarang-Nya, selain itu khurūj hukumnya wajib bagi setiap

manusia.4

Jamaah Tabligh merupakan gerakan Islam yang memfokuskan diri di

bidang dakwah. memiliki tujuan yaitu kembali ke ajaran Islam yang kaffah,

menyeru dan membangkitkan jiwa spiritual dalam diri dan kehidupan kaum

muslimin dari keterpurukan yang diakibatkan oleh merajalelanya kemaksiatan di

tubuh umat Islam.

langkah pertama dan yang terpenting untuk perbaikan umat adalah

hendaknya setiap muslim mengubah maksud hidupnya dari maksud-maksud

keduniaan menjadi li i’lā-i kalimatillāh (meninggikan agama Allah SWT) dan

4

(12)

4

menyebarkan Islam, serta menjadikan kehidupannya semata-mata untuk taat

kepada Allah. Kemudian berjanji dengan sungguh-sungguh akan mentaati seluruh

hukum-hukum dan berusaha keras mengamalkannya tanpa mendurhakai Allah

sedikitpun.

Perkembangan Jamaah Tabligh yang cepat tersebar pada daerah-daerah di

Indonesia. Bahkan saat ini Jamaah Tabligh telah berkembang ke seluruh pelosok

dunia, dan gerakan dakwah mereka hampir ditemukan di setiap negara, termasuk

di Indonesia. Jamaah Tabligh masuk ke Indonesia pertama kali di bawa oleh

seorang amir bernama Miaji Isa pada tahun 1952 dan berkembang pada tahun

1974.5

Dalam jamaah ini juga sangat ditekankan bagaimana menjaga adab-adab

dalam berdakwah. Hal ini dilakukan karena usaha dakwah dan tabligh merupakan

ibadah penting dan karunia yang besar. Usaha ini adalah warisan para Nabi

Alaihimus salam. Maksud usaha ini bukan hanya untuk menghasilkan hidayah

bagi orang lain, namun yang paling utama untuk memperbaiki diri sendiri dan

menunaikan penghambaan kita kepada Allah SWT, juga sebagai usaha untuk

mentaati perintah-Nya dan mencari ridha-Nya.

Meski belum ada survei yang valid, indikasi pertumbuhan Jamaah

Tabligh di Indonesia secara jelas bisa dilihat dari semakin maraknya aktivitas

mereka di tengah-tengah kaum muslim negeri ini, hingga anggota Jamaah

Tabligh sekarang dengan mudah dapat ditemukan, bukan hanya di kalangan orang

umum saja melainkan pada kalangan mahasiswa/ pelajar.

5Ruhaiman, “Jama’ah Tabligh Surabaya 1984

(13)

Perkembangan Jamaah Tabligh yang cepat tersebar di Indonesia bukan

hanya pada kalangan orang umum saja melainkan di kalangan akademisi,

terkhusus di kalangan mahasiswa merupakan suatu hal yang menarik untuk

diamati dan diteliti.

Penelitian ini akan mengangkat permasalahan-permasalahan seputar

kelompok transnasional yang bernama Jamaah Tabligh tersebut, baik dari segi

sejarah maupun ajaran-ajarannya, khususnya sejarah dan perkembangan maupun

aktivitas gerakan ini di Indonesia, dengan mahasiswa Surabaya sebagai salah satu

poros utamanya.

Dengan demikian, peneliti akan mengambil objek tentang ”Komunitas

Jamaah Tabligh di Kalangan Mahasiswa Surabaya pada tahun 1990-2015 M.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Sebelum memasuki rumusan masalah, mengingat begitu banyak Perguruan

Tinggi atau kampus yang ada di wilayah Surabaya yang mahasiswanya aktif di

Jamaah Tabligh, maka dalam pembahasan penelitian ini tidak akan dibahas semua

Perguruan Tinggi atau kampus. Oleh karena keterbatasan ilmu dan waktu, maka

peneliti hanya mengambil beberapa kampus yang akan menjadi fokus

pembahasan ialah ITS (Institut Teknologi Sepuluh November), UINSA

(Universitas Islam Negeri Surabaya) dan UNESA (Universitas Negeri Surabaya).

Permasalahan-permasalahan dalam penelitian ini sebagaimana tersebut di

atas, dapat peneliti rumuskan sebagai berikut;

1. Bagaimana Sejarah Masuk Jamaah Tabligh di kalangan Mahasiswa

(14)

6

2. Bagaimana perkembangan dan aktivitas Jamaah Tabligh di kalangan

Mahasiswa Surabaya 1990 – 2015 M?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti dengan penelitian ini adalah;

1. Mengetahui Sejarah masuk Jamaah Tabligh di kalangan Mahasiswa

Surabaya.

2. Mengetahui perkembangan dan aktivitas Jamaah Tabligh di kalangan

Mahasiswa Surabaya 1990-2015 M.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil-hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Kegunaan akademis; penelitian ini dapat menjadi rujukan/ referensi atau

bahan informasi bagi masyarakat tentang komunitas Jamaah Tabligh ialah

salah satu gerakan dakwah Islam di Indonesia.

2. Kegunaan praktis, peneliti berharap hasil penelitian ini dapat menambah dan

melengkapi khazanah dalam keilmuan islam, khususnya Sejarah Islam di

Indonesia.

3. Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S-I)

(15)

E. Penelitian Terdahulu

Berikut beberapa penelitian terdahulu serta penjelasannya sebagai bahan

perbandingan, sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang dilakukan ini tidak

merupakan pengulangan atau duplikasi dari kajian/penelitian yang telah ada.

Beberapa penelitian yang terkait dengan judul Skripsi ini antara lain:

1. “Dinamika Dakwah Jamaah Tabligh ishlah ala nafs (Studi Diskriktif dengan Kiprah dan Metode Jamaah Tabligh di Masjid Nurul Hidayah Perak

Surabaya)” oleh M. Muallimin yang lebih banyak membahas tentang kiprah

perkembangan metode dakwah Jamaah Tabligh terhadap perbaikan jiwa.6

2. “Studi Keberadaan Jamaah Tabligh di Desa Temboro kec. Karas Kab.

Magetan” oleh Mursyid Muttaqin yang lebih banyak membahas tentang

pengaruh Jamaah Tabligh terhadap masyarakat Temboro.7

3. “Jamaah Tabligh Surabaya 1984-2008 (Studi Sejarah dan Aktivitas Keagamaannya)” oleh Ruhaiman yang lebih fokus membahas sejarah dan perkembangan Jamaah Tabligh Surabaya.8

4. “Sejarah dan Perkembangan Jamaah Tabligh di Desa Temboro kec. Karas Kab. Magetan” oleh Rowi Darhawi yang lebih fokus membahas sejarah dan perkembangan Jamaah Tabligh di Temboro.9

Penelitian ini berbeda dengan karya-karya tersebut, karena penelitian ini

akan menekankan pada sejarah perkembangan, aktifitas-aktifitasnya, yakni

6 M. Muallimin,”

Dinamika Dakwah Jamaah Tabligh ishlah ala nafs (Studi Diskriktif dengan Kiprah dan Metode Jamaah Tabligh di Masjid Nurul Hidayah Perak Surabaya)”,(Skripsi IAIN Sunan Ampel Fakultas Dakwah, Surabaya, 2000).

7 Mursyid Muttaqin,”

Studi Keberadaan Jamaah Tabligh di Desa Temboro kec. Karas Kab. Magetan”, (Skripsi IAIN Sunan Ampel Fakultas Usuludin, Surabaya, 2005).

8

Ruhaiman, Jamaah Tabligh Surabaya 1984-2008.

9

(16)

8

tentang “Komunitas Jamaah Tabligh Di Kalangan Mahasiswa Surabaya yang

belum memperoleh perhatian dalam penelitian terdahulu.

F. Pendekatan dan Kerangka Teoritik

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosio-historis. Dengan pendekatan

ini peneliti berusaha mengungkapkan sejarah perkembangan Jamaah Tabligh di

kalangan Mahasiswa Surabaya sebagai sebuah gerakan dakwah yang tidak bisa

lepas dari interaksi-interaksi sosial demi kemajuan dakwahnya.

Secara umum obyek dakwah Jamaah Tabligh adalah masyarakat. Namun

oleh karena penelitian ini di kalangan mahasiswa Surabaya ,maka obyeknya

adalah Mahasiswa Surabaya. Dalam penelitian sejarah ini peneliti berusaha

menggunakan perspektif teoritis sebagai kerangka analisis terhadap

fenomena-fenomena sejarah yang dikaji. Penggunaan disiplin keilmuan yang lain, seperti

sosiologi sangat penting dijadikan sabagai pisau analisis untuk menganalisis

peristiwa sejarah yang berkaitan dengan Komunitas Jamaah Tabligh di Kalangan

Mahasiswa Surabaya (1990-2015 M).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori challenge and respons

yang dikemukan oleh Arnold Toynbee untuk menganalisis gerak sejarah yang

dalam hal ini mengenai“Perkembangan dan Aktivitas Jamaah Tabligh di Kalangan Mahasiswa Surabaya 1990-2015 M”.

Teori challange and respons ini menyatakan bahwa pola gerak sejarah

adalah kausalitas antara challange (tantangan) dan respons (tanggapan), antara

krisis dan revivalisme. Pendekatan teori ini masih tetap relevan menjelaskan

peristiwa-peristiwa kekinian islam bahkan “sejarah masa depan”.10

10

(17)

Sementara itu untuk menganalisis aktifitas dan karakteristik Jamaah

Tabligh di kalangan Mahasiswa Surabaya digunakan teori tingkah laku kumpulan

masa (collective behavior) yang dikemukakan oleh Neil Smelser. Dalam teori ini

dinyatakan bahwa suatu kumpulan massa adalah satu kelompok yang saling

bertindak secara fisik dan hampir berhubungan dengan minat atau perhatian yang

sama serta tujuan yang sama pula. Dalam kumpulan massa diperlukan

kebersamaan secara keseluruhan. Dalam keadaan demikian, melalui interaksi

dalam kelompok mengikuti tingkah laku dan cara yang sama.11

G. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian, orang dapat menggunakan berbagai macam

metode. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah,

yaitu sebuah proses yang meliputi analisis, gagasan pada masa lampau, untuk

menemukan generalisasi yang berguna dalam usaha untuk memahami kenyataan

kenyataan sejarah. Metode ini juga dapat berguna untuk memahami situasi

sekarang dan meramalkan perkembangan yang akan datang.12

Adapun langkah-langkah yang akan ditempuh adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan Topik, dalam hal ini peneliti memilih topik tentang Komunitas

Jamaah Tabligh Di Kalangan Mahasiswa Surabaya dalam tahun 1990 -2015

M.

2. Heuristik (Pengumpulan data)

11

Joseph Roucek, Pengantar Sosiologi, terj. Sahat Sinamora (Surabaya: PT Bina Aksara, 1984), 63.

12

(18)

10

Dalam penelitian ini yang berjudul “Komunitas Jamaah Tabligh Di Kalangan Mahasiswa Surabaya” Peneliti mengumpulkan data dengan cara datang dan meminta arsip atau referensi yang lain langsung kepada tokoh

penggerak Jamaah Tabligh khususnya di kalangan akademik yakni dosen dan

mahasiswa Surabaya, dalam hal ini yang bersangkutan adalah 1) Saudara

Andri, sebagai penanggung jawab Jamaah Tabligh di kalangan pelajar

Surabaya. 2) Mahasiswa Surabaya yang aktif di Jamaah Tabligh. 3) Dosen

ataupun pegawai yang aktif di beberapa Perguruan Tinggi di Surabaya.

Sehubungan dengan hal itu peneliti juga akan menggali sumber-sumber

primer baik dalam bentuk literatur buku yang dimiliki Jamaah Tabligh di

Surabaya.

Adapun sumber yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut:

a. Sumber lisan

Sumber lisan adalah sumber yang disampaikan secara lisan dari

mulut ke mulut, sehingga membentuk tradisi, adat istiadat, kebiasaan,

kepercayaan dan lain-lain. Pada penelitian ini, sumber lisan yang

digunakan adalah sumber yang berasal dari pelaku peristiwa atau saksi

mata, atau yang sering disebut oral history.13

Dalam hal ini, untuk mendapatkan sumber lisan tersebut peneliti

melakukan wawancara dengan para pelaku sejarah Jamaah Tabligh.

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dipakai oleh peneliti

untuk mendapatkan keterangan lisan dengan berhadapan langsung

13

(19)

dengan informan.14Wawancara adalah istilah yang sekarang lazim

digunakan dalam penelitian kualitatif. Dalam wawancara ini dilakukan

terhadap informan-informan yang merupakan tokoh-tokoh Jamaah

Tabligh yang dilakukan secara terbuka, dalam suasana informal agar

informan merasa tidak diwawancarai sehingga informasinya lebih utuh

apa adanya.15

b. Sumber Tertulis

Sumber tertulis yang digunakan pada penelitian ini adalah

dokumen dan arsip. Dokumen berupa catatan yang dibuat oleh para

tokoh Jamaah Tabligh sebagai sebuah sumber untuk menguatkan

keberadaan sejarah yang ditulis. Dokumen tersebut berupa catatan yang

ditulis pada papan kegiatan maupun catatan yang ditulis dalam sebuah

buku.

Selain itu, sumber tertulis yang dipakai adalah literatur-literatur

yang berhubungan dengan sejarah dan kegiatan Jamaah Tabligh serta

literatur-literatur penelitian mengenai hal tersebut, misalnya kitab-kitab

yang dijadikan rujukan dalam Jamaah Tabligh dan sebagainya.

3. Verifikasi (Kritik Sumber)

Setelah data diperoleh peneliti berusaha melakukan kritik sumber.

Dalam tahap ini peneliti berusaha menyelidiki keotentikan sejarah baik

bentuk maupun isinya. Penulis menyelidiki literatur-literatur yang telah

diperoleh terutama yang berkaitan dengan Sejarah dan Perkembangan Jamaah

14

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktik) (Jakarta: Renika Cipta, 1998), 155.

15

(20)

12

Tabligh di Kalangan Mahasiswa Surabaya. Berdasarkan hal tersebut penulis

mendapatkan beberapa fakta sejarah yang dapat dipercaya keotentikannya.

4. Interpretasi

Dalam langkah ini, peneliti berusaha menafsirkan data yang telah

diverifikasi. Berdasarkan pendekatan perkembangan intelektual yang

digunakan dalam penelitian ini sehingga akan menghasilkan suatu penelitian

atau skripsi yang benar-benar otentik.

5. Historiografi

Sebagai fase terakhir dalam metode sejarah, historiografi merupakan

cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian yang telah

dilakukan. Penulis berusaha menulis data yang dapat dipertanggungjawabkan

sehingga menjadi suatu kisah yang disusun secara sistematis dengan

penulisan karya ilmiah.

H. Sistematika Pembahasan

Bab pertama ialah pengantar kepada pembahasan berikutnya, yang mana isi

dari bab ini merupakan uraian yang harus diketahui terlebih dahulu agar

senantiasa dipahami lebih tepat dan benar tentang pembahasan berikutnya. Bab ini

meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

pendekatan dan kerangka teoritik, penelitian terdahulu dan sistematika

pembahasan.

Bab kedua ialah Sejarah Jamaah Tabligh. Dalam bab ini akan dipaparkan

sejarah berdirinya Jamaah Tabligh, kitab-kitab rujukan Jamaah Tabligh dan

(21)

Bab ketiga ialah Jamaah Tabligh di kalangan mahasiswa Surabaya. Pada bab

ini akan dipaparkan tentang sejarah masuknya Jamaah Tabligh di Surabaya,

sejarah dan perkembangan Jamaah Tabligh di kalangan mahasiswa Surabaya dan

aktifitasnya.

Bab keempat ialah pandangan beberapa ulama terhadap eksistensi Jamaah

Tabligh. Dalam bab ini akan dipaparkan pandangan ulama dari organisasi soaial

keagamaan seperti Muhammadiyah, NU dan juga dari ulama Salafi terhadap

Jamaah Tabligh serta pandangan dari mahasiswa.

Bab kelima merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Dalam

bab ini akan disimpulkan hasil penelitian yang merupakan jawaban dari rumusan

(22)

BAB II

SEJARAH JAMAAH TABLIGH

A. Sejarah Berdirinya Jamaah Tabligh

Jamaah Tabligh bukanlah organisasi yang berasal dari Indonesia akan

tetapi sebuah organisasi transnasional yang berasal dari India. Pendiri Jamaah

Tabligh adalah Muhammad Ilyas al-Kandahlawy, lahir pada tahun 1303 H di

desa Kandahlah di kawasan Muzhafar Nagar, Utara Banladesh India. Ia wafat

pada tanggal 11 Rajab 1363 H. Nama lengkap beliau ialah Muhammad Ilyas bin

Muhammad Isma'il Al-Hanafi Ad-Diyubandi Al-Jisyti Al-Kandahlawi kemudian

Ad-Dihlawi. Al-Kandahlawi merupakan asal kata dari Kandahlah, sebuah desa

yang terletak di daerah Sahranfur. Sementara Ad-Dihlawi adalah nama lain dari

Dihli (New Delhi) ibukota India. Di negara inilah markas gerakan Jamaah

Tabligh berada. Adapun Ad-Diyubandi adalah asal kata dari Diyuband yaitu

madrasah terbesar bagi penganut madzhab Hanafi di semenanjung India.

Sedangkan Al-Jisyti dinisbatkan kepada tarekat Al- Jisytisiyah yang didirikan

oleh Mu’inuddin Al-Jisyti.1 Ayahnya bernama Syaikh Ismail dan Ibunya

bernama Shafiyah al-Hafidzah. Dia menerima pendidikan pertamanya di rumah

dan menghafal AlQuran dalam usia yang sangat muda.2 Dia belajar kepada

1

Ahmad Syafi’i Mufid, Perkembangan Paham Keagamaan Transnasional Indonesia (Jakarta: Kementrian Agama RI; Badan Litbang Dan Diklat Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2011), 147.

2

(23)

kakaknya sendiri yaitu Syeikh Muhammad Yahya, setelah itu melanjutkan

belajar di Madhāirul Ulum di kota Saharanpur. Pada tahan 1326, ia mengenyam

pendidikan agama Islam di Madrasah Islam Deoband India. Di sini dia belajar

mengenai AlQuran, Hadits, Fiqh dan ilmu Islam yang lain. Dia juga belajar

al hadist Jam’ Shāhihu al Turmuzdi dan Shāhihu al-Bukhari dari seorang alim

yang bernama Mahmud Hasan.3 Kemudian melanjutkan belajar Kutubu al-Sittah

pada kakaknya sendiri Muhammad Yahya yang wafat pada tahun 1334 H.4

Pergerakan ini berdasarkan atas asas Islam, dalam prakteknya, mereka

berusaha untuk merealisasikan ajaran-ajaran agama Islam dalam kehidupan

sehari-hari. Dapat dikatakan tujuan utama pergerakan ini adalah untuk

menyebarkan agama Islam dan menghidupkan makna-makna yang terkandung di

dalam hadits-hadits Nabi.

Jamaah Tabligh berdiri di India, jamaah ini muncul dilatar belakangi oleh

aib yang merata di kalangan umat Islam. Maulana Ilyas menyadari bahwa

orang-orang Islam telah terlena jauh dari ajaran-ajaran iman. Dia juga merasakan bahwa

ilmu agama sudah tidak dimaksudkan untuk tujuan agama. Dia mengatakan

“ilmu-ilmu sudah tidak berharga karena tujuan dan maksud mereka

mendapatkannya telah keluar dari jalur semestinya dan hasil serta keuntungan dari

pengajian-pengajian mereka itu tidak akan tercapai lagi. Dua hal inilah yang

mengganggu pikiranku, maka aku melakukan usaha ini dengan cara tabligh untuk

3

An Nadwi, Sejarah Maulana Ilyas Menggerakkan Jamaah Tabligh, 14.

4

(24)

16

usaha atas nama iman”.5 Selain itu keadaan umat Islam India yang saat itu sedang

mengalami kerusakah akidah, dan kehancuran moral. Umat Islam sangat jarang

mendengarkan syiar-syiar Islam.

Di samping itu, juga terjadi pencampuran antara yang baik dan yang

buruk, antara iman dan syirik, antara sunnah dan bid’ah. Bukan hanya itu, mereka

juga telah melakukan kemusyrikan dan pemurtadan yang diawali oleh para

misionaris Kristen, di mana Inggris saat itu sedang menjajah India. Gerakan

misionaris ini, didukung Inggris dengan dana yang sangat besar. Mereka berusaha

membolak-balikkan kebenaran Islam, dengan menghujat ajaran-ajarannya dan

menjelek-jelekkan Rasulullah SAW.

Muhammad Ilyas berusaha dan berpikir bagaimana membendung

kristenisasi dan mengembalikan kaum Muslimin yang lepas ke dalam pangkuan

Islam. Itulah yang menjadi kegelisahan Muhammad Ilyas. Muhammad Ilyas

mengkhawatirkan umat Islam India yang semakin hari semakin jauh dengan

nilai-nilai Islam, khususnya daerah Mewat yang ditandai dengan rusaknya moral dan

mengarah kepada kejahiliyahan dengan melakukan kemaksiatan, kemusyrikan dan

kosongnya masjid-masjid yang tidak digunakan untuk ibadah dan melakukan

dakwah-dakwah Islam.6 Hal ini kemudian menguatkan i‘tikadnya untuk

berdakwah yang kemudian diwujudkannya dengan membentuk gerakan jamaah

pada tahun 1926 yang bertujuan untuk mengembalikan masyarakat dalam ajaran

Islam, guna menata kegiatan jamaah ini dibentuklah suatu cara dakwah jamaah

5

Muhammad Mansur Nomani, Riwayat Hidup Syaikh Maulana Ilyas Rah. (Bandung : Zaadul Ma’ad), 172-173.

6

(25)

yang disebut hirarki, yang berbeda dari organisasi dakwah lainnya, yang

kemudian dikenal dengan gerakan Jamaah Tabligh. Maulana Ilyas mengatakan,

“Tersingkaplah bagiku usaha dakwah tabligh ini dan diresapkan ke dalam hatiku,

dalam mimpi tafsir Surat Ali Imran ayat 110, yaitu “Kamu adalah umat yang

terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan

mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” Sesungguhnya engkau

dikeluarkan untuk umat manusia seperti halnya para nabi.7

Pada kesempatan hajinya yang kedua, Allah membukakan pintu hatinya

untuk memulai usaha dakwah dengan pergerakan agama yang menyeluruh. Dia

mengakui dirinya lemah, sedangkan usaha dakwahnya merupakan sebuah usaha

yang besar. Namun demikian, dia telah bertekad untuk melaksanakan usaha

dakwah tersebut. Dia yakin bahwa pertolongan Allah akan menyertainya,

sehingga dia merasa lega. Selanjutnya dia meninggalkan kota Madinah setelah

tinggal disana selama lima bulan dan tiba di Kandahlawi pada tanggal 13 Rabi’ul

Akhir 1345, bertepatan pada tanggal 25 September 1926. Setelah pulang dari haji

beliau memulai usaha dakwah dan mengajak orang lain untuk bergabung dalam

usaha yang sama. Dia mengajarkan kepada khalayak ramai tentang rukun-rukun

Islam, seperti sahadat, shalat, dan lain sebagainya.

Pada tahun 1351 H/1931 M, ia menunaikan haji yang ketiga ke Tanah

Suci Makkah. Kesempatan tersebut dipergunakan untuk menemui tokoh-tokoh

India yang ada di Arab untuk mengenalkan usaha dakwah. Ketika beliau pulang

7

(26)

18

dari haji, beliau mengadakan kunjungan ke Mewat, dengan disertai jamaah

dengan jumlah seratus orang. Dalam kunjungan tersebut ia selalu membentuk

jamaah-jamaah yang dikirim ke kampung-kampung untuk berjaulah (berkeliling

dari rumah ke rumah) untuk menyampaikan pentingnya agama.

Nama Jamaah Tabligh merupakan sebuah nama bagi mereka yang

menyampaikan. Jamaah ini awalnya tidak mempunyai nama, akan tetapi cukup

Islam saja. Bahkan Muhammad Ilyas mengatakan seandainya aku harus

memberikan nama pada usaha ini maka akan aku beri nama "gerakan iman".8Ada

ungkapan terkenal dari Maulana Ilyas; ”Aye Musalmano! ‘Wahai umat muslim!

Jadilah muslim yang kaffah (menunaikan semua rukun dan syari’ah seperti yang

dicontohkan Rasulullah).9 Jamaah Tabligh resminya bukan merupakan

kelompok atau ikatan, tapi gerakan muslim untuk menjadi muslim yang

menjalankan agamanya, dan hanya satu-satunya gerakan Islam yang tidak

memandang asal-usul mahdzab atau aliran pengikutnya.

Tujuan Muhammad Ilyas mendirikan gerakan ini, untuk menciptakan

sistem dakwah baru, yang tidak membedakan antara ahlus-sunnah dan

golongan-golongan lain. Serta larangan-larangan untuk mempelajari dan mengajar masalah

furu’iyah. Menurut mereka, hanya cukup mengajarkan keutamaan-keutamaan

amal dari risalah-risalah tertentu.

8

Mulwi Ahmad Harun Al Rosyid, Meluruskan Kesalahpahaman terhadap Jaulah (Jamaah Tabligh), (Magetan: Pustaka Haromain,2004), 21.

9

(27)

Sepeninggal Syaikh Muhammad Ilyas Kandahlawi kepemimpinan Jamaah

diteruskan oleh puteranya Syaikh Muhammad Yusuf Kandahlawi. Ia dilahirkan di

Delhi, ia sering berpindah-pindah mencari ilmu dan menyebarkan dakwah dan

juga sering pegi ke Saudi Arabia untuk menunaikan ibadah haji dan ke Pakistan.

Ia wafat di Lahore dan jenazahnya dimakamkan di samping orang tuanya di

Nizham al-Din Delhi.

Dalam berdakwah, mereka turun ke masyarakat baik itu di perkotaan atau

di pedesaan, mereka mengajak masyarakat sekitar untuk menjalankan

ajaran-ajaran agama Islam secara maksimal dan merealisasikan makna-makna hadits

Nabi Muhammad SAW, sehingga dalam berdakwah mereka sering kali

mengenakan pakaian-pakaian bernuansa Arab seperti Jubah dengan panjang di

atas mata kaki, imamah atau ikat kepala yang mereka anggap semua itu adalah

termasuk dari Sunnah Nabi. 10

Dalam kegiatan melakukan dakwah, mereka terbagi menjadi beberapa

kelompok dan setiap kelompok membawa bekal masing-masing untuk mencukupi

kebutuhannya selama berdakwah. Biasanya mereka membawa uang saku

secukupnya, peralatan masak, peralatan tidur serta peralatan-peralatan yang lain

sesuai dengan kebutuhannya. Setelah semuanya dipersiapkan, mulailah mereka

turun menyebar ke berbagai tempat di perkotaan atau di pedesaan dan biasanya

mereka menjadikan masjid atau mushalla sebagai tempat kegiatan mereka, setelah

itu mereka berkunjung ke masyarakat untuk menyampaikan ajaran-ajaran agama

Islam dan mengajak mereka untuk meramaikan masjid atau musholla. Setelah

10

(28)

20

masyarakat berkumpul di masjid atau mushalla, mulailah mereka menerangkan

tentang pentingnya persatuan Islam, Iman, amal, musyawarah, mudzakarāh, dan

ajaran-ajaran agama Islam yang lainnya. Akan tetapi, hal yang terpenting yang

mereka lakukan adalah berdakwah yang dikemas dalam bentuk dakwah. Kitabnya

yang terkenal ialah Amani Akhbar berupa komentar kitab Ma’ani antara lain Atsar

karya Syaikh Thahawi dan Hayat al-Shahabah.

Jamaah Tabligh juga tersebar ke seluruh dunia, antara lain tersebar di

Pakistan dan Bangladesh negara-negara Arab dan ke seluruh dunia Islam. Jamaah

ini mempunyai banyak pengikut di Suriah, Yordania, Palestina, Libanon, Mesir,

Sudan, Irak dan Hijaz. Dakwah mereka telah tersebar di sebagian besar

negara-negara Eropa, Amerika, Asia dan Afrika. Mereka memiliki semangat dan daya

juang tinggi serta tidak mengenal lelah dalam berdakwah di Eropa dan Amerika.

Bahkan pada Tahun 1978, Liga Muslim Dunia mensubsidi pembangunan Masjid

Tabligh di Dewsbury, Inggris, yang kemudian menjadi markas besar Jamaah

Tabligh di Eropa. Pimpinan mereka disebut Amir atau Zamidār atau Zumindār.

Sedangkan Pimpinan pusatnya berkantor di Nizhamuddin Delhi. Dari sinilah

semua urusan dakwah internasionalnya diatur.

Jamaah Tabligh juga mempunyai tokoh-tokoh yang terkenal antara lain:

1. Maulana Muhammad Ilyas. Ia lahir pada tahun 1303 H/1885 M, di Kandhla

India.11 Penggagas pertama berdirinya Jamaah Tabligh sekaligus pemimpin

pertama Jamaah Tabligh.

11

(29)

2. Maulana Muhammad Yusuf, putra Maulana Muhammad Ilyas, pengganti

ayahnya setelah Muhammad Ilyas meninggal dunia.12 Beliau menyusun kitab

antara lain al-Muntakhab al-Hadits, dan buku Khurūj Fī Sabīlillāh Menurut

AlQuran dan Hadits, yang menjadi buku rujukan bagi para pengikut Jamaah

Tabligh dalam berdakwah.

3. Maulana Istihyamul Hasan, pemimpin Jamaah Tabligh setelah Maulana

Muhammad Yusuf. Ia mengarang buku antara lain: Satu-Satunya Cara

Memperbaiki Kemerosotan Umat Islam di Zaman ini.

4. Maulana Zakariya al-Kandhalawi, lahir 11 Ramadhan 1315 H di kandla India.

Ia adalah keponakan dari Maulana Muhammad Ilyas.13 Ayah Zakariya, Syekh

Muhammad Yahya saudara sekandung dengan Maulana Muhammad Ilyas.

Maulana Zakariya ini seorang penulis buku aktif. Banyak bukunya yang

menjadi pedoman bagi para Jamaah Tabligh. Diantara buku-bukunya yang

sangat terkenal di kalangan Jamaah Tabligh adalah Himpunan Fadhāilul

Amal. Maulana Zakariya al-Kandhalawi, sebagaimana Maulana Ilyas,

pamannya, juga punya hubungan yang sangat dekat dengan Syekh Rasyid

Ahmad, seorang pembaharu pengikut Wahabi, bahkan menganggapnya

sebagai mursyidnya. Berkata Maulana Zakariyya: dan teman akrab ayah saya,

Syaikh mursyid saya, yaitu Syaikh Rasyid Ahmad Rah., yang jika ditulis

segala kebaikan dan keutamaannya, tentu memerlukan sebuah buku yang

cukup tebal.14

12

Al Rosyid, Meluruskan Kesalahpahaman terhadap Jaulah(Jamaah Tabligh), 7.

13

Ibid., 8.

14

(30)

22

5. Maulana Manzhur Nu’mani, Seorang tokoh Jamaah Tabligh yang sangat

dekat dengan Maulana Muhammad Ilyas. Beliau ini salah seorang anggota

pengurus Rabithah Alam Islami, sering menyertai Maulana Muhammad

Ilyas saat Khurūj Fī Sabīlillāh. Ia menyusun buku Malfūdhat Hazhrat

Maulana Muhammad Ilyas. Buku sudah diterjemah dalam Bahasa Indonesia

dengan judul Mutiara Hikmah Ulama Ahli Dakwah.

6. Abul Hasan Ali Nadwi, sering bersama Maulana Ilyas. Ia mengarang buku

antara lain Riwayat hidup Maulana Muhammad Ilyas. Menurut Manzhur

Nu’mani, Abul Hasan Ali Nadwi mempunyai hubungan khusus dengan

Maulana Muhammad Ilyas, karena ada hubungan yang erat dalam usaha

agama dan dakwah antara keluarga Maulana Ilyas dengan keluarga Abul

Hasan Ali Nadwi.

7. Syekh Muhammad Sa’ad al-Kandhalawi, cucu dari Maulana Muhammad

Yusuf. Ia telah melakukan penyempurnaan buku Khurūj Fī Sabīlillāh

Menurut AlQuran dan Hadits, karangan kakeknya, Maulana Muhamammad

Yusuf.

B. Kitab-Kitab Rujukan Dan Ajaran Jamaah Tabligh

Jamaah Tabligh dalam mengamalkan ilmu mereka juga mempunyai

kitab-kitab rujukan yang digunakan untuk pegangan dalam menyelesaikan suatu

perkara. Kitab yang banyak dijadikan rujukan di kalangan tabligh adalah kitab

Tablighin Nishshab yang dikarang oleh salah seorang tokoh mereka yang

bernama Muhammad Zakaria Al Kandahlawi. Mereka sangat mengagungkan

(31)

Bukhari dan Shahih Muslim serta kitab hadits lain. Kitab-kitab rujukan Jamaah

Tabligh antara lain:

1. Kitab-kitab Fadhilah Amal karya Maulana Zakaria Rah. Terdapat kitab-kitab

fadhilah amal yang disusun secara tematik atau merupakan himpunan dari

beberapa kitab, yaitu Kitab Fadhilah Shalat, Kitab Fadhilah Dzikir, Kitab

Fadhilah Tabligh, Kitab Fadhilah AlQuran, Kitab Fadhilah Ramadhan,

Kitab Fadhilah Shadaqah, Kitab Fadhilah Haji, Kitab Fadhilah Dagang,

FadhilahJanggut, Hikayat Kisah-Kisah Para Shahabat RA.15

2. Kitab Hayatush Shahābah karya Maulana Yusuf Rah. Kitab ini dicetak

dalam empat jilid (diterbitkan di beberapa negara). Kitab ini dan kitab-kitab

berikutnya masih dalam bahasa Arab, maka para ulamalah yang dianjurkan

untuk menelaahnya.

3. Kitab Al-Hadistul Muntakhabah karya Malauna Yusuf Rah. Kitab ini

merupakan himpunan hadist-hadist pilihan untuk Enam Sifat Para Shahabat

RA.

4. Kitab Riyadlush Shalihin karya Imam Nawawi Ad Damasyqi Rah.

Dianjurkan bagi semua kalangan untuk menelaahnya sebanyak dan sesering

mungkin. Bagi orang-orang yang berbahasa Arab, Riyadlush Shalihin adalah

sebagai ganti Fadhail A’mal dan dibacakan untuk umum.

5. Kitab At Targhib Wat Tarhib karya Hafizh Al Mundziri Rah.

6. Kitab Fadlail Haji dan Fadlail Shalawat karya Syaikul Hadist Maulana

Muhammad Zakaria Kandhlawi Rah. Masing-masing satu jilid dalam bahasa

15

(32)

24

Urdu dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Fadlail Haji dibacakan

menjelang musim haji, sedangkan Fadlail Shalawat bisa dibaca sendiri.

Dalam menyampaikan dakwahnya Jamaah Tabligh mempunyai ajaran pokok

atau enam prinsip (doktrin) yang menjadi asas dakwahnya, yaitu:

1. Kalimah agung (syahadat) atau disebut sebagai Kalimah Tayyibah.

Makna dari kalimat tersebut ialah bahwa semua makhluk hidup tidak

mempunyai kekuatan apapun selain kekuatan dari Allah SWT. Menetapkan

dan menyakini bahwa hanya Allah yang mengurus dan mengatur semua

makhluk dan segala sifat-sifatnya (rubuiyah).16 Sedangkan Muhammadar

rasūlullāh bermakna mengakui bahwa satu-satunya jalan hidup untuk

mendapatkan kejayaan dunia dan akhirat hanya dengan mengikuti cara hidup

Rasulullah SAW. Cara hidup lain hanya akan membawa kita kepada

kegagalan.17

2. Menegakkan shalat.

Setelah menyakini kalimat sahadatain maka harus melakukan kewajiban

yaitu shalat dengan penuh kekhusu’an. Shalat dengan konsentrasi batin dan

rendah diri dengan mengikuti cara yang dicontohkan Rasulullah. Maksud dan

tujuannya membawa sifat-sifat ketaatan kepada Allah dalam shalat ke dalam

kehidupan sehari-hari. Shalat adalah suatu ritual ibadah sebagai cara untuk

menyambungkan hubungan antara hamba-Nya dengan Allah. Sedangkan cara

16

An Nadhr M. Ishaq Shahab, Khuruj fisabilillah : Sarana Tarbiyah Untuk Membentuk Sifat Imaniyah, terj. Abu Sayyid Akmal (Bandung: Pustaka Zaadul Ma’aad), 106.

17

(33)

mendapatkan hakikat shalat khusu’ wa al Khudu’ adalah dengan

mendakwahkan pentingnya shalat Khusu’, latihan shalat khusu’, belajar

menyelesaikan masalah dengan shalat dan berdo’a kepada Allah agar diberikan

taufiq untuk mengerjakan shalat dengan khusu’.18

3. Ilmu dan dzikir.

Ilmu dan dzikir adalah sebuah kesatuan tanpa dipisahkan yang saling

berkaitan. Orang melakukan dzikir tanpa mengetahui ilmu sama sekali akan

melakukannya dengan ngawur. Begitu juga dengan ilmu tanpa dzikir ibaratkan

berjalan tanpa tahu arah tujuan. Ilmu untuk mengetahui perintah Allah dalam

setiap suasana dan keadaan, dzikir adalah menghadirkan Allah dalam setiap

perintah-Nya. Melaksanakan perintah Allah dalam setiap dan keadaan dengan

menghadirkan keagungan Allah mengikuti cara Rasulullah. Ilmu di bagi

menjadi dua yaitu ilmu fadlail dan ilmu masa’il. Untuk mendapatan ilmu ma’a

dzikir adalah dakwah pentinya ilmu fadlail, memperbanyak duduk di halaqah

taklim, mempraktikkannya dan berdo’a kepada Allah SWT. Sedangkan untuk

mendapatkan hakikat ilmu masa’il adalah berdakwah mengikuti halaqah

masa’il dan bertanya kepada ulama. Sedangkan untuk mendapatkan hakikat

dzikir, banyak membaca AlQuran berdzikir mengucap kalimat-kalimat

tayyibah, mengamalkan do’a-do’a masnunah dalam kehidupan sehari-hari.19

4. Memuliakan setiap Muslim.

Menunaikan kewajiban pada sesama muslim tanpa menuntut hak kita

ditunaikannya dan tidak mau merepotkan muslim yang lain. Karena menurut

18

Mustofa Sayani, Mudzakarah Enam Sifat Para Sahabat RA. (Bandung: Pustaka, 2006), 12- 13.

19

(34)

26

mereka merepotkan orang lain hanya akan merusak amal. Tujuan memuliakan

sesama muslim adalah agar kita dapat menyampaikan hak dan kewajiban

kepada sesama muslim.20

5. Ikhlas.

Ikhlas berarti meluruskan, memperbaikinya, dan membersihakan niat.

Membersihkan niat dalam beramal, semata-mata hanya karena Allah. Tanpa

memandang apa yang kita lakukan dalam beramal. Ikhlas adalah suatu rahasia

antara hamba dengan Tuhannya yang tidak diketahui oleh siapapun. Ikhlas

merupakan ruh dari semua amal perbuatan yang kita lakukan. Maksud dan

tujuan kita beramal hanya karena Allah, mengerjakan perintah dan

meninggalkan laranganNya hanya karena ridho Allah.21

6. KhurūjFī Sabīlillāh(keluar).

Memperbaiki diri, yaitu menggunakan diri, harta, dan waktu seperti yang

diperintahkan Allah.22Menghidupkan agama pada diri sendiri dan manusia di

seluruh alam dengan menggunakan harta dan diri mereka. Ajaran dakwah dari

Jamaah Tabligh ini bukan monopoli Jamaah Tabligh. Akan tetapi ada

perbedaan dakwah versi Jamaah Tabligh dengan gerakan Islam lain,

diantaranya:

1. Dakwah Jamaah Tabligh mendatangi kaum Muslim dengan upaya sendiri

tanpa diundang.

2. Modal dakwah Jamaah Tabligh adalah harta, diri dan waktu.

(35)

3. Dakwah Jamaah Tabligh berhubungan dengan inti ajaran Islam yaitu

tauhid (akar) dan bukan masalah fiqh (ranting).

4. Dakwah Jamaah Tabligh tidak ikut suasana dan keadaan setempat dan juga

tidak mempengaruhi, karena sifat Jamaah Tabligh adalah menghindari

khilafiah.23

5. Dakwah Jamaah Tabligh dimulai dari keutamaan Amal.

6. Sasaran dakwah Jamaah Tabligh biasanya adalah kaum Muslim yang

imannya lemah.

7. Dakwah Jamaah Tabligh selalu menghindari politik atau kekuasaan.

8. Dakwah Jamaah Tabligh tidak terkesan dengan harta.

9. Dakwah Jamaah Tabligh tidak berharap upah.24

Jamaah Tabligh juga dibangun di atas empat jenis tarekat sufi: Jiystiyah,

Qadiriyah, Sahrawardiyah, dan Naqsyabandiyah. Di atas empat tarekat sufi inilah

In’amul Hasan sebagai Amir sekarang, membaiat para pengikutnya yang telah

dianggap pantas untuk dibaiat. Secara umum, Jamaah Tabligh menggunakan

manhaj sufi, dan berbaiat kepada sang Amir dan sebagian para syaikhnya.

Rujukan kitab mereka membatasi pengertian Islam hanya dengan sebagian amalan

Islam, mereka dianggap meremehkan ilmu dan ulama, karena mereka

menekankan untuk berdakwah tanpa dibekali dulu dengan ilmu agama yang

memadai.25

23

Al Rosyid, Meluruskan Kesalahpahaman terhadap Jaulah, 24.

24

Mufid, Perkembangan Paham Keagamaan, 168. 25

(36)

28

C. Gerakan dan Amaliyah Jamaah Tabligh

Gerakan dakwah yang dikembangkan oleh Jamaah Tabligh merupakan

upaya menghidupkan perjuangan Islam di masa Rasulullah. Dakwah yang

dilakukan Jamaah Tabligh merupakan upaya pencerahan sebagai penerus misi

risalah kenabian Nabi Muhammad SAW yang diutus oleh Allah SWT. Mereka

mengajak umat Islam untuk kembali kuat seperti pada masa Rasulullah dan para

Sahabat. Semangat inilah yang menjadikan Jamaah Tabligh melakukan dakwah

dengan cara berkeliling dari masjid ke masjid. Anggota Jamaah Tabligh percaya

dan yakin dengan menolong agama Allah maka mereka akan ditolong oleh

Allah.26 Selanjutnya tujuan mereka adalah menumbuhkan kesadaran beragama

dan kesadaran memahami ajaran agama untuk diamalkan dalam kehidupan

sehari-hari.27 Jamaah Tabligh dalam melakukan dakwahnya mempunyai 6 prinsip

dasar yaitu:

1. Mengajak umat Islam untuk berdakwah menyebarkan agama Islam yang

merupakan tanggung jawab setiap muslim.

2. Tidak menunggu orang datang, akan tetapi berinisiatif mendatangi mereka.

3. Berbaur dengan masyarakat tanpa memandang status sosial.

4. Objek yang mendasar adalah materi dakwah mengenai keyakinan atau iman.

5. Sebaik-baik umat adalah pendakwah yang menarik secara langsung jamaah

yang non muslim.

26Ruhaiman, “Jama’ah Tabligh Surabaya , 30. 27

(37)

6. Tidak mempermasalahkan perbedaan pendapat (khilafiyah) dan tidak boleh

ikut campur dalam urusan perpolitikan.

Jamaah Tabligh dalam melakukan dakwahnya mempunyai cara tersendiri

yang tidak sama dengan gerakan dakwah yang berada di Indonesia pada

umumnya yang dilakukan seperti NU, Muhammadiyah, Hizbut Tahrir Indonesia,

LDII dan lain-lainnya. Mereka melakukan dakwahnya dengan cara berkeliling

dari masjid ke masjid. Jamaah Tabligh menganggap bahwa dari Masjidlah

dakwah Islam pertama kali disebar oleh Nabi Muhammad SAW. Keberadaan

Masjid begitu signifikan pada masa awal perkembangan Islam. Masjid juga

mempunyai tempat yang strategis untuk menyampaikan dakwah. Pada masa Nabi

SAW menyebarkan Islam, Masjid benar-benar berperan secara multifungsi, yaitu

sebagai tempat sembahyang, musyawarah, pengajian, tempat mengatur siasat

perang dan mengurusi masalah politik, sosial dan ekonomi umat. Karena itulah

Jamaah ini menggunakan masjid sebagai tempat mereka melakukan kegiatan

dakwah yang berbeda dengan yang dilakukan organisasi Islam lainnya.

Dalam istilah Dr. H. Abdul Jalil, M.Pd. Jamaah Tabligh disebut sebagai

dakwah yang fenomenal, yaitu suatu bentuk dakwah yang dirancang secara

faktual (sesuai dengan kenyataan yang terjadi di masyarakat).28 Cara atau model

dakwah Jamaah Tabligh ini dibuat berbeda agar menarik perhatian masyarakat.

Kegiatan dakwah Jamaah Tabligh biasanya dilakukan dengan dakwah bi al hal

bi al lisan. Dalam mengaplikasikan dakwah tersebut Jamaah Tabligh

membentuk beberapa model dakwah yang terdiri dari khurūj fī sabīlillāh,

28

(38)

30

Jamaah jaulah, dan menjadikan masjid sebagaibasis pergerakan dakwah tersebut.

Istilah-istilah dakwah Jamaah Tabligh dapat dijelaskan sebagi berikut:

a. KhurūjFī Sabīlillāh

Khurūj fī sabīlillāh adalah meluangkan waktu untuk secara total

berdakwah, yang biasanya dari masjid ke masjid dan dipimpin oleh seorang

Amir. Ketika keluar seorang Karkun (orang yang keluar) tidak boleh

memikirkan keluarga, harta benda itu semuanya harus di tinggalkan dan

pergi untuk memikirkan agama. Menurut KH. Uzairon selaku pimpinan

pondok pesantren Al-fatah yang notabene ialah amir Jamaah Tabligh di

daerah Jawa Timur pernah mengatakan kepada jamaahnya di dalam salah

satu khutbahnya bahwa pentingnya Khurūj Fī Sabīlillāh berkaitan tentang

Tasykil atau tawaran untuk Khurūj secara berombongan. Beliau berkata

bahwa disaat pendakwah pergi meninggalkan rumah mereka ada 75 malaikat

yang akan menjaga anak, istri dan keluarganya.29Orang yang khurūj tidak

boleh meninggalkan masjid tanpa seizin amir. Khurūj yang dilakukan oleh

Jamaah Tabligh yang dilakukan dengan cara berkelompok dan mencari masjid

atau mushalla-mushalla sebagai tempat tinggal mereka dan sebagai tempat

pusat komando dakwahnya. Khurūj ini dilakukan agar masyarakat terangsang

agar mau menghidupkan masjid dan mushalla mereka. Khurūj ini biasanya

terdiri dari 3 orang dan maksimal 10 orang yang di komandoi oleh salah satu

diantara mereka.

29Syafi’i,

(39)

Seruan Jamaah Tabligh dilakukan kepada semua orang yang berada

di sekitar masjid atau mushalla yang mereka tempati. Mereka melakukannya

dengan cara-cara mereka sendiri tanpa ditentukan oleh pimpinan pusat

Jamaah Tabligh. Adapun ketentuan-ketentuan mengikuti khurūj fī sabīlillāh

anggota Jamaah Tabligh harus mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut.30

a. Setiap anggota dalam setiap hari harus khurūj fī sabīlillāh selama 2,5 jam

setiap hari.

b. Dalam seminggu harus mengikuti khurūjselama sehari

c. Setiap bulan minimal 3 hari.

d. Setiap setahun minimal 40 hari.

e. Seumur hidup minimal 1 tahun.

Dengan demikian mereka harus mempunyai program atau jadwal

untuk melakukan khurūj atau keluar di jalan Allah. Khurūj ini dilakukan

dengan tujuan membangun akhlak yang mulia dan berbudi luhur yang

selanjutnya mereka dapat berdakwah kepada orang lain yang ada di sekitar

mereka sendiri. Selain itu khurūj bertujuan menghidupkan masjid-masjid dan

mushalla agar masyarakat senantiasa melaksanakan perintah-perintah

Allah yang wajib maupun yang sunnah, meluruskan keyakinan yang sesuai

dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah dan para Sahabatnya.

Sebelum berangkat khurūj terdapat pembekalan yang dilakukan oleh

pimpinannya, antara lain:

30

(40)

32

a) Bayan Hidayah

Bayan hidayah adalah bayan yang dilakukan ketika sebelum

pemberangkatan jamaah ke tempat pengiriman da’i. Supaya da’i paham

dan mengerti apa saja yang harus dilakukan ketika sampai tujuan. Bayan

hidayah ini berupa motivasi–motivasi penyemangat untuk berdakwah agar

Khurūj yang dilaksanakan berjalan dengan lancar dan semangat dari dalam

hati.

b) Musyawarah

Musyawarah di sini adalah musyawarah tentang keperluan yang perlu

dipersiapkan dalam khurūj fī sabīlillāh, dan mudzakarah tentang adab-adab

safar.

c) Bayan Wabsi

Bayan wabsi adalah bayan yang dilakukan setelah pulang dari

jihad atau pulang dari berdakwah atau laporan yang diberikan oleh

karkun kepada penggurus markas. Adapun yang dilaporkan adalah

tentang kondisi tempat yang telah di tuju, kondisi karkun yang ada,

agenda yang telah dilakukan selama bepergian di jalan Allah dan

jamaah diminta untuk bermusyawarah terkait rancangan waktu pergi untuk

khurūj lagi.

d) Bayan Karghozari

Bayan ini dilakukan setelah kembali dari khurūj, mereka para

jamaah dianjurkan untuk melaporkan kondisi Islam di daerah yang

(41)

mendapatkan beberapa nasehat-nasehat atau amalan-amalan yang harus

dijaga ketika di dalam rumah.

b. Jawlah

Jawlah dalam bahasa arab berarti berkeliling. Jawlah merupakan

suatu poros atau sebuah tulang punggung dakwah, dan dakwah adalah tulang

punggung agama. Jawlah ibarat menebar benih-benih hidayah kepada hati

manusia.31Jawlah dapat juga diartiakan kegiatan yang dilakukan secara

berkeliling dari satu rumah ke rumah yang lain untuk mengajak umat Islam

shalât di masjid sekaligus untuk mendengarkan bayan atau ceramah agama

yang disampaikan setelah shalat fardhu. Silaturahmi atau yang sering disebut

dengan jawlah yang dilakasnakan oleh Jamaah Tabligh dibagi menjadi dua

kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok yang berada di dalam masjid.

Mereka di dalam masjid diibaratkan sebagai penyambung hidayah-hidayah

Allah kepada masyarakat sekitar. Biasanya mereka melakukan berbagai hal

yang berkenaan dengan berdzikir, menyebut asma Allah dengan penuh

kekhusu’an dan berdoa sampai kelmpok yang lain kembali ke masjid.

Sedangkan kelompok yang kedua keluar masjid untuk berdakwah menunjukan

jalan yang diridhai oleh Allah dan berdzikir menyebut asma Allah dalam hati.

Mereka melakukannya penuh dengan keikhlasan yang sangat-sangat

mendalam.

31

(42)

34

Jamaah Tabligh dalam melaksanakan dakwahnya mempunyai

beberapa pendekatan terhadap orang-orang tertentu. Pendekatan itu biasanya

dilakukan kepada:

1) Ulama

Jamaah Tabligh biasanya pertama kali yang akan mereka

datangi ketika melakukan dakwahnya adalah ulama. Mereka

menganggap, bahwa ulama adalah seorang yang harus di datangi dan

dimintai do’a agar mereka mendapatkan barokah dari sang ulama

tersebut. Jamaah Tabligh ketika berdakwah juga tidak mau

mempengaruhi ulama agar masuk ke dalam rombongan dakwahnya.

Mereka melaksanakan apa yang telah mereka pelajari dari sang amir,

sehingga ulama tersebut dengan sendirinya akan masuk dan tertarik

pada Jamaah Tabligh yang sedang berdakah tersebut. Apabila sudah

tertarik maka baru kita jelaskan tentang hakekat usaha dakwah ini.

2) Umaro’

Menghadap bukan hanya sekedar pemberitahuan atau setor identitas akan

tetapi juga kita jelaskan tentang pentingnya usaha dakwah dihidupkan di

tengah-tengah masyarakat.

3) Karkun atau Da’i

Karkun atau da’i adalah seseorang yang pernah bergabung

dengan usaha dakwah jamaah tablig atau pernah khurūj fī sabīlillāh.

Mereka melakukan pendekatan terhadap karkun atau da’i dengan

(43)

harta bendanya dan meluangkan waktu untuk berdakwah. Mereka juga tidak

memaksa terhadap karkun untuk ikut dengan mereka, akan tetapi cukup

dengan mendo’akannya.

4) Orang Yang Belum Shalat

Orang yang sebelum shalat tidak akan diajak shalat terlebih dahulu.

Biasanya seandainya diajak shalat mereka akan menolak, akan tetapi

mereka diajak untuk belajar atau taklim. Kalau mereka sudah belajar pasti

mereka suatu saat akan melaksanakan shalat dengan sendirinya.

5) Anak Yang Belum Baligh

Pendekatan terhadap anak yang belum baligh adalah hal yang

termudah diantara yang lain, karena anak yang belum baligh cukup diajak

mengaji saja.

6) Pemuda atau Pelajar

Pendekatan yang dilakukan terhadap pemuda atau pelajar ialah

dengan cara mencari tahu siapa yang menanggung biayanya. Selain itu

pemuda ini akan diajak ke masjid seandainya tidak mau akan diajak ke

rumahnya dan seandainya tidak mau juga maka akan diantar ke tempat

nongkrongnya.32

7) Fuqara’ atau Masakin

Fuqara’ atau Masakin akan diberikan tentang pentingnya iman,

islam. Para pendakwah ini juga akan menceritakan tentang kisah-kisah

Nabi dan Rasul. Mereka juga akan menyantuni para fuqara’ dan

32

(44)

36

masakin setiap minggunya dan setiap bulannya. Selain khurūj fī sabīlillāh

dan jawlah, Jamaah Tabligh juga mengadakan malam Ijtima’ yang diadakan

satu tahun sekali di markas pusat nasional. Biasanya malam Ijtimā’ dihadiri

oleh karkun yang ada di seluruh pelosok Indonesia. Malam Ijtimā’ biasanya

diisi dengan bayan (ceramah agama) yang pembicaranya adalah ulama,

kyai, dan tamu dari luar negeri. Selain itu para Karkun tersebut juga

ditawari Khurūj ke luar negeri bagi yang mampu. Dalam hal ini mereka

disuruh ke India, Pakistan, dan Bangladesh untuk mempertebal keimanan

mereka.

c. Mastūrah

Dalam ajaran gerakan Tabligh juga ada yang namanya Mastūrah.

Mastūrah ialah dakwah yang dilakukan oleh seorang wanita yang sudah

berkeluarga. Tugas dakwah bukan untuk kaum laki-laki saja, tetapi juga

tanggung jawab seorang perempuan. Usaha dakwah Mastūrah juga mempunyai

tata tertib atau peraturan yang sangat ketat karena melibatkan perempuan.

Peraturan dan tata tertib yang harus dipatuhi oleh Mastūrah ialah:

1. Jamaah Masturah

a) Jama’ah Mastūrah harus musyawarah dengan markas, tidak boleh

mastrūah tanpa musyawarah markas oleh laki-laki.33

b) Dengan mahram haqiqi bagi jamaah mastūrah tiga hari ialah istri,

anak wanita, ibu dan saudara wanita. Sedangkan untuk mastūrah

yang lebih tiga hari hanya boleh dilakukan oleh istri.

33

(45)

c) Dengan purdah yang sempurna, pakaian yang dapat menutupi wajah,

kaki dan tangan. Purdah tidak boleh bermotif tetapi warnanya boleh

disesuaikan dengan keadaan.

d) Dakwah mastūrah ialah dakwah yang dilakukan oleh laki-laki dan

wanita, tetapi harus dengan musyawarah laki-laki.

2) Jamaah mastūrah harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.

a) Jama’ah mastūrah tiga hari harus laki-laki yang pernah khurūj tiga

hari, sedangkan wanita harus pernah datang dalam acara malam

ijtimā’ atau taklim mastūrah. Sedangkan untuk amir jamaah

mastūrah harus pernah khurūj selama 40 hari dan pernah menjadi

amir.34

b) Jamaah mastūrah 15 hari harus pasangan suami isteri yang pernah

khurūj mastūrah selama 3 hari, sedangkan amir mastūrah harus

harus pernah khurūj selama 40 hari dan sudah pernah khurūj

mastūrah selama 15 hari.

c) Jamaah mastūrah 40 hari dalam negeri dan negeri tetangga harus

pernah khurūj 4 bulan, khurūj mastūrah 15 hari atau lima kali khurūj

mastūrah tiga kali dan ditafaqud oleh Syura Indonesia.

d) Jamaah mastūrah 2 bulan ke India dan Pakistan harus pernah

khurūj mastūrah 15 hari atau 40 hari, ditafaqud oleh Syura

Indonesia dan mendapatkan izin Syura Nizamuddin.

3) Harus mendapatkan izin dari tempat yang akan di tuju.

34

(46)

38

4) Tidak dibolehkan membawa anak.

5) Wanita yang hamil boleh mengikuti mastūrah selama 3 hari.

6) Wanita yang ikut mastūrah harus tinggal di rumah, tidak boleh tinggal di

masjid.

7) Jumlah mastūrah minmal 4 pasang suami istri dan maksimal tujuh

pasang suami istri.

8) Sebelum berangkat jamaah mastūrah harus mendengarkan bayan hidayah

dan ketika pulang diberikan bayan wabsi.35

35

(47)

BAB III

JAMAAH TABLIGH DI KALANGAN MAHASISWA SURABAYA

A. Sejarah Jamaah Tabligh Surabaya

Pada dekade 1980-an ketika Jamaah Tabligh masuk ke Surabaya, terjadi

berbagai gejolak antara Islam dan negara. Munculnya gerakan-gerakan yang

dianggap radikal, UU yang mengharuskan menggunakan asas tunggal pancasila

dalam organisasi dan lain-lain. Dalam beberapa dasawarsa terakhir, umat Islam

sedang bergerak dari minoritas politik ke mayoritas budaya. Mereka tidak lagi

memandang aktifitas politik sebagai satu-satunya wadah perjuangan dalam rangka

memperjuangkan Islam dengan segala kandungan makna yang diyakini dan dihayati

dalam kehidupanya. Gerak Islam tengah bergerak ke suatu spektrum baru yang lebih

dominan bersifat kebudayaan ketimbang politik. Seperti hal NU, ormas terbesar di

Indonesia ini keluar dari pentas politik pada tahun 1983.1 Hal ini juga dapat dilihat

dari besarnya animo masyarakat terhadap gerakan-gerakan keagamaan yang

berkembang yang mulai muncul sejak akhir dekade 1970-an termasuk terhadap

gerakan Jamaah Tabligh. Banyak masyarakat yang tertarik dengan gerakan ini karena

praktek-praktek keagamaannya lebih menonjolkan pada apa-apa yang dicontohkan

oleh Rasulullah SAW dan para Sahabatnya, misalnya dalam hal berpakaian. Anggota

Jamaah Tabligh sering memakai jubah panjang dan sorban di kepala. Jamaah Tabligh

1

(48)

40

juga sangat memperhatikan adab-adab sehari-hari, sehingga sangat menarik

masyarakat untuk mengikutinya, meskipun Jamaah Tabligh tidak berasal dari

Indonesia sendiri.

Gerak budaya Islam yang terus berkembang juga berimbas kepada

daerah-daerah termasuk Surabaya. Jamaah Tabligh masuk ke Surabaya pada tahun 1984 dan

mendapat tempat di masyarakat. Penentangan dari masyarakat pasti ada dan itu

terjadi pada awal kedatangan Jamaah Tabligh. Pada perkembangannya banyak

masyarakat sekitar masjid menjadi pengikut Jamaah Tabligh atau anggota Jamaah

Tabligh. Hal ini tidak mengherankan lagi, karena Jamaah Tabligh menjadikan masjid

sebagai basis gerakannya, sehingga yang menjadi target adalah orang-orang yang

rumahnya berdekatan dengan masjid.2

Jamaah Tabligh masuk di Surabaya setelah beberapa tahun keberadaannya di

Indonesia. Jamaah Tabligh masuk ke Surabaya ketika kondisi perpolitikan terutama

hubungan Islam dengan pemerintah yang banyak terjadi pertentangan dan

kecurigaan, meskipun pada akhir dekade 1980-an, satu rombongan yang terdiri dari

sepuluh orang, jamaah gabungan dari Pakistan dan Malaysia yang dipimpin oleh

Abdussobar tiba di Surabaya. Tempat pertama kali dikunjungi adalah Masjid Nurul

Hidayah, Jl. Ikan Gurami Gg. IV Perak Barat Surabaya. Orang yang pertama kali

didekati adalah H. Amin Said yamg merupakan Takmir Masjid Nurul Hidayah.

2

(49)

Setelah itu jamaah ini mendekati Abdul Wahid yang berasal dari Madura, seorang

warga sekitar masjid.3

Kedatangan Jamaah ini tidak langsung diterima atau dipercaya oleh H. Amin

Said. Ia khawatir gerakan Jamaah Tabligh ini termasuk gerakan-gerakan yang

dilarang perkembangannya oleh negara yang sebelumnya juga pernah ditumpas

pemerintah. Gerakan-gerakan yang pernah ditumpas seperti Darul Qur’an, Darul

Hadits, Lemkari dan lain-lain.

Kegigihan dan keinginan suci untuk mengembangkan dakwah Islam tidak

menyurutkan jamaah dari Pakistan dan Malaysia tersebut untuk memberikan

pemahaman kepada H. Amin Said dan akhirnya H. Amin Said mengerti bahwa

Jamaah Tabligh bukanlah bagian dari gerakan terlarang yang pernah ditumpas

sebelumnya oleh pemerintah. Sejak saat itu, H. Amin Said langsung menjadi anggota

Jamaah Tabligh. Setelah meyakinkan H. Amin Said selaku Takmir Masjid Nurul

Hidayah, maka masjid tersebut dijadikan sebagai markas Jamaah Tabligh di Surabaya

sekaligus markas wilayah Jawa Timur selain dari Temboro dan Malang. Dari masjid

tersebut gerakan dakwahnya terus dikembangkan. Program kerja Jamaah Tabligh

juga dimusyawarahkan bersama di masjid tersebut.

Setelah mendapatkan tempat untuk mengomando gerakannya (amal maqāmi),

muncul masalah baru yakni banyak kecurigaan yang datang dari warga sekitar. Tidak

hanya itu, kecurigaan sampai pada aparat pemerintah. Pengikut Jamaah Tabligh

3

Referensi

Dokumen terkait

Dan dapat disimpulkan bahwa perspektif etika dalam melihat perilaku individual pengguna smartphone di kalangan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, menyatakan bahwa

berjudul “Komunikasi Antarbudaya di Kalangan Mahasiswa : Studi tentang Komunikasi Antarbudaya di Kalangan Mahasiswa Etnis Batak dengan Mahasiswa Etnis Jawa di Universitas

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Penelitian Eksploratif Perilaku Gamers Di Kalangan Mahasiswa (Kasus: Mahasiswa Perguruan Tinggi Di Kabupaten Bogor,

Setelah melakukan implementasi dan uji coba dengan metode wawancara didapatkan hasil bahwa aplikasi Komunitas Organisasi Mahasiswa Universitas Surabaya yang dibuat dapat

Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan yang berjudul “Makna Tradisi Megengan Bagi Jamaah Masjid Nurul Islam di Kelurahan Ngagel Rejo Surabaya.” Penelitian

Skripsi yang berjudul “Perilaku Ngopi di Kalangan Mahasiswa sebagai Upaya Manajemen Stres Mahasiswa (Studi Kualitatif pada Mahasiswa di Kabupaten Jember)” telah

Fenomena Titip Absen di Kalangan Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya”. Berbicara tentang mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya,

Kemampuan Literasi Digital Dalam Menilai Berita Hoax Di Media Daring Di Kalangan Mahasiswa Aktivis Universitas Airlangga Surabaya berdasarkan aspek