SEMINARNASIONAL
"Membangun
Strategi Bvaluasi yang
Kredibel
untuk
Ujian
Sekolah
dan
Ujian
Nasional"
*"-*s
Yogyakarta,
13O}itober 2012
PROGRAM STUDI
PENELITIAN
DAIY
EVALUASI PENDIDIKAN
BEKERJASAMA
DENGATI
HIMPI]NAIY EVALUASI
PE}IDIDIKA}I
INDOJ\TESIA
(IIEPD
DTY
DAN
LAYANA}I
EVALUASI
PENDIDIKA}I
PROGRAM PASCASARJANA
t.
BIDA}IG KAJIAN
C;omo
uterized
Adaptive Testine (CATI
Pengemban gan Computerized Adapttve Test (CAT) untuk Meningkatkan Kredibilitas Ujian Dr. Suprananto
Sistem Pengujian Adaptif Berdasarkan Softwme CerdasCAT Dr. Rukli
Computerized Adaptive Testing Using Triangk Decision Tree
Method(cAT-TDT)
Dr. Winamo
Pengembangan Sistem Pengujian Hasil Belajar Berbantuan Komputer (C omputerized Adaptive Te sting)
Dr. Samsul Hadi
&
Dr. HaryantoStandard
Settine
Penentuan Skor Batas Tingkat Kinerja Berdasarkan Metode Kelompok Kontras Dr. Nanik Estidarsani
Implementasi Metode
Angoff
dalamUjian
Nasional di Sekolah Dasar Sri Rejeki, M.Pd.Batas Kelulusan (Standord Setting) Ujian Nasional SMA dengan Metode Boohnark
Dr. Heri Retnowati
Eval uosi
Proer
an/Ikb
ii
akan
Dampak Program Pengentasan Kemiskinan di Kabupaten Jayapura
Dr.
Istiana HermawatiAdopsi Pengarusutamaan Gender dalam organisasi F atayatNahdlatuI ulama
Dr. Mami Hajaroh
Model Penilaian Kinerja Guru
Dr. Badrun Kartowagiran
4.
l.
3.
l.
ADOPSI
PENGARUSUTAMAAN GENDER
DALAM ORGAI\ISASI FATAYAT
NAHDLATUI- TILAMA
GENDERMAINSTREAMING ADOPTION
ONFATAYAT
oF
NAHDI.ITTUL
UL,/IMA
ORGANIZ,/IUON
ABSTRAK
Mami Hajaroh mami_haj aroh@yahoo. com
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menemukanfaktor-faktor
penentudalam
adopsipengarusutamaan gender
(PUG)
di
organisasi FatayatNU
dan
mengidentifikasi proses inovasi yang terjadi di organisasi FatayatNU.
Penelitian
menggunakan paradigma konstruktivisme dengan pendekatankualitatif
fenomenologi. Subyek
penelitian
adalah anggota FatayatNU
yang
ditentukan denganteknik
sampel bertujuan
(purposivesampling)
denganteknik bola salju (snow ball
sampling).
Obyek
peneltian
adalah
belajar yang
terjadi
dalam
difusi
kebijakanpengarusutamaan gender.
Teknik
pengumpulandata
menggunakanin
depth
interview. Analisis data menggun akan Interpretative Phenomenolo gical Anal/srs(IpA).
Hasil
penelitian
menunjukkan bahwadi
organisasi menunjukkan terdapat faktorpenentu internal dan
eksternaldalam
adopsi kebijakan
pengarusutamaangender
diorganisasi Fatayat
NU.
Faktor internalmeliputi:
Pengarusutamaan genderhal
baru yang dibutuhkan Fatayat; relevan dengannilai-nilai
dan norma agama; dan karakteristik terbukapada
pemimpin
opini
dalam
organisasi;dan
struktur
organisasi FatayatNU.
Faktor eksternalmeliputi:
sikap
NU
sebagai organisasiinduk
yang telah
memberikan restu; gencarnya gerakan genderoleh
gerakan perempuanglobal;
dan dukungan dana dari LuarNegeri.
Proses inovasi kebijakanPUG
dalam organisasimeliputi
tahap setting agenda,penyesuaian,
mendefinisikan
kembali,
mengklarifikasi
dan
merutinkan.
Aktifitas
merutinkan yang dilakukan pada tahun 2000-2010
menjadikan
PUG sebagai bagian dariaktifitas organisasi. Partisipasi
di
bidangpolitik
merupakan dampak langsung dari adopsi Pengarusutamaan gender dalam organissi FatayatNU.
Kata
Kunci:
Adopsi, Pengaruautamaan Gender, FatayatNU, organisasi
Pendahuluan
Kebijakan
pengarusutamrurngender
(PUG)
sebagai
strategi
pembangunandidifusikan
secara transnasional sejak tahun 1975.Kebijakan
ini
diadopi oleh Indonesia pada tahun 1990 dengan secararesmi
pemerintah mengeluiarkan Instruksi PresidenRI
No.9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamiurn gender dalam Pembangunan
Nasional
Tanggall9
Desember 2000. Difusi kebijakan pengarusutamaan gender ke dalam organisasi/institusi dan kepadaanggota/individu
merupakan prosespenting
dalam dinamika perkembangan organisasi abik oranisasi pemerintah (goverment) maupun non pemerintah (govemance).Kebijakan strategi pembangunan pengarusutamaan gender
GruG)
menuntut peranperempuan yang lebih besar dalam berbagai sektor pembangunan, termasuk dalam lembaga
Iegislatif, eksekutif dan
yudikatif.
Meningkatnyajumlah
perempuandi
lembaga
tersebutsecara
signifikan
dapat
memperkecil
hambatan-hambatan
dalam
pelaksanaanpengarusutamaan
gender. Untuk
itu
perempuan yang memasukilembaga
publik
harussiap
secara mental, moral, materi danilmu
untuk
berjuang bagi tercapainya kesetaraan. Keberhasilan strategi pengarusutamaangender
dalam mengubah kehidupan masyarakat sangat ditentukan olehdifusi
yang dilakukan.Difusi
kebijakan
yang terjadi menentukan keputusanadopsi
pada organisasi biasanya dengan menyusun kebijakan yang responsifgender dalam organisasi.
Difusi
inovasi ini terjadi dalam suatu sistem sosial yang didalamnya terdapat struktursosial,
individu
atau kelompokindividu,
dan norma-nonna tertentu. Secarateoritis
dalamYalkinkaya
(2007:9)
teori
difusi
inovasi menggambarkan pola-pola adopsi, menjelaskan mekanisme terjadinya inovasi dan membantu memprediksi apakahdifusi
akan berhasil. Rogers (1995, 2003:12) menyebutkanbahwa
inovasi adalah suatu ide,praktik
atau obyekyang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu
unit
adopsi lain.Inovasi menurut Havelock
(tth:
2-l)
adalahmembuat
keputusan perubahan dan dengan sikap penuh harapan untukmemperbaiki
cara melakukan sesuatu dengan menggunakansesuatu
yang baru.
Selanjutnya
Rogers
(1995,2003:15-17) mengemukakan
limakompatibilitas
(compatibitity),'
3)
kerumitan
(comptexity);
4)
dapat
diuji
cobakan(trialability),
dan 5) dapat diamati (observability).Berkaitan dengan
itu
Damanpour (1996:
694)
menyatakan bahwainovasi
dapatdipelajari pada
level firma,
industri
ataulevel individual.
Inovasi padalevel
organisasididefinisikan sebagai adopsi ide-ide atau perilaku
baru
bagi organisasi pengadopsi (Daft1978, Damanpour and Evan 1984). Adopsi inovasi mengandung
arti
sebagai sebuah proses dikembangkan dan diimplementasikannya ide-ide dan perilaku baru yang masukpada
satugenerasi. Inovasi
selain
bermakna perubahanpada
organisasi,
juga
sebuah respon perubahan pada lingkungan eksternal organisasi. Inovasi didefinisikan secara luas denganmenekankan pada beberapa
tipe,
termasukproduk
ataulayanan
baru,teknologi
baru, dengan struktur organisasi atau sistem administrasiatau
yang berkaitan denganrencana-rencana dan
program
baru pada organisasi .Greenhalg (etc-
2004: 582)
membedakan pengertian antaradifusi,
disseminasi danimplementasi. Menurutnya disseminasi merupakan proses persebaran yang bersifat
pasif
difusi merupakan usaha yang aktif dan direncanakan untuk mempengaruhi kelompok targetagar
mengadopsi
inovasi,
sedangkanimplementasi merupakan
usaha
aktif
dandirencanakan
untuk
mengarus-utamakansebuah
inovasi dalam
organisasi,
dankebeflanjutan adalah membuat inovasi menjadi kebiasaan sehari-hari untuk menghilangkan kekunoan.
Secara umum
(Yalcinkaya,2007:
10) terdapat dua klasifikasi besar dalam penelitiandifusi
inovasi yaknimodel
level makro (Macro-Level/Aggregate) dan Ievelmikro (Micro
Level/Individual).
Model
makro
adalahmodel
difusi
yang menguji
agregasi pasar dan asumsi homogenitas dalam populasi adopter. Sedangkan model
mikro
secara spesifik fokus pada perilaku adopter individual dan diasumsikan bahwa adopsiinovasi
mendasar padasetiap individu yang berbeda dan invividu adalah personal yang pelik.
Gambar
I
dbawah
menunjukkan
proses inovasi dalam organisasi (Rogers, 1995,2003:
420430\
merupakanlevel
makro
terdiri
atasdua aktifitas yang
luas,yakni:
l)
Inisiasi, didefinisikan sebagai semua kumpulan informasi, konseptualisasi dan perencanrum
Agenda-Setting dan Matching.
2)
Implementasi, adalah semuakejadian,
tindakan dan keputusanyang
rumit
dalam
pengambilan inovasi untuk
digunakan. Sedangkan implementasimeliputi 3 tahap Redefining/Restructuring, Clarifuing dan Routinizing'
THE NNOYATION PROCESS
N
AN ORGANIZATIONDECISION
MPLEMENTATION
.-_---_--+
TNIUTION
---r
II.AGENDA-SETTING
MATCHING REDEFINNG/
RBTRUCTURING
CLANFYING ROWINIZING
lll
a orbblem the innovation the relation the
fifrngapritblem
organizational problem that
mqy create
a perceived
needfor nnovation
from the
organization's agendawith an
innovation
is
modifed
betweenthe
bocomes anon-re-irwented
to
organization
going elementfit
the
andthe
intheorganization,
innovation
organization'so"a
isdefined
activities, andorganizational more
clearly
loses itsstructures
are
[image:6.612.101.498.135.361.2]identitY-altered
Gambar
l:
Lima Tahap Proses lnovasi dalam Organisasi (Rogers 20A3:421).Kebijakan stategi pembangunan pengarusutamzmlt gender (Gender Mainstreaming)
adalah
kebijakan
global
yang
merupakaninovasi kebijakan dalam
rangka perubahan kehidupan yang berkeadilan dan berkesetaraan genderdi
deklarasikan pada tahun 2000 diBeijing. Hasil
penelitianMintrom
(2001: 32) tentang Transnational Networks ondPolicy
Dffision
dengan
topik
difusi
global
dari
mekanisme
Institusional
untuk
gendermainstreami'zg menunjukkan
terjadinya
adopsi pengarusutamaangender'
FatayatNU
mengadopsi kebijakan pengarusutamaan gender secara
progresif
dengan menyusunVisi
dan
Misi
FatayatNU
dmenjelang konggres tahun 2000. padahal Fatayat dikenal sebagai organisasi peremuan muda yang beradadalam
budayapatriarkhi
dengannilai-nilai
dan norrna Islam tradisional. Mengadopsi PUG berartiFatayat
bertemu dengannilai-nilai
dannoilna
kesetaraan dan keadilan gender yang didifusikan oleh jaringan transnasional yangliberal dan sekuler. Islam
tradisional
dan budaya partiarkhi berhadapan dengan modemitasyang sekuler dan
liberal
point
inilah
pentinguntuk
dilakukanpenelitian,
yakni
padaMetode Penelitian
Penelitian
ini
menggunakan paradigma konstruktivisme dan pendekatankualitatif
fenomenologi.
Subyek penelitian
adalah anggota Fatayat
NU
yang duduk
dalamkepemimpinan pada
tingkat
cabang, wilayah dan pimpinan pusat yang ditentukan denganteknik
sampel bertujuan
(purposivesampling)
denganteknik
bola
salju (snow
ball
sampling).
Obyek
peneltian
adalah
belajar yang
terjadi
dalam difusi
kebijakanpengarusutamaan gender. Teknikpengumpulan data menggunakan in depth interview.
Analisis
data
menggunakanInterpretative
PhenomenologicalAnalysis
(IPA).Analisis
fenomenologiini
bertujuan untuk mengungkap secaradetail
bagaimana subyekmemaknai dunia personal dan sosialnya yang berkaitan dengan pengarusutamaan gender. Dengan sasaran utama adalah makna berbagai pengalaman,
peristiwa
dan
status yangdimiliki
oleh
subyek serta mengeksplorasi pengalaman personal yang menekankan padapersepsi
atau
pendapat mereka mengenai
pengarusutamaangender.
InterpretativePhenomenological Analysis meliputi tahap: a. Reading and re-reading;
2.Initial
noting; 3. Developing Emergent themes;4.
Searchingfor
connections across emergent themes; 5.Moving the next cases; 6. Lookingfor patterns across coses.
Hasil penelitian dan pembahasan
1.
Adopsi
Pengarusatamaan Gender pada Organisasi Fatayat NU.Adopsi
pengarusutamaan gender oleh individu anggota FatayatNU
menginspisarimereka
untuk
melakukan perubahandalam
masyarakatyang lebih
Iuas
denganmelakukan
difusi PUG
dalam
organisasi.Riana
sebagaiketua
2
PP
FatayatNU
menginisiasi
agar kesetaraandan keadilan
gendermenjadi kebijakan dan
programorganisasi secara nasional. Disamping itu di tingkat
wilayah
DIY
telah terjadi gejolak resistensi terhadap beberapa isu kesetaraan dan keadilan gender yang digulirkan. Merekamelakukan konfirmasi
mengenai issu-issutersebut
dengankeinginan
mendapat"penyikapan
balik"
dari
PP Fatayat. Penyikapanbalik
yang dimaksukan adalah agar FatayatNU
menentukan sikap berkait dengan isu-isu kesetaraan dan keadilan gender yang digulirkan untuk memutuskan aspek manakah yang dapat diterima dan aspek manapula
yang
tidak diterima karena ada beberapa isu yang diangkat kelihatan tidak sejalandengan
nilai
dannorna
Islam yang telah dipahami.a.
Menginisiasi
Perubahan pada OrganisasiKegiatan
awal
menginisiasi kebijakan dan program yang berkaitan dengan gender dalam organisasi dilakukan dengan menyelenggarakan Lokakarya Nasional pada tahun1998. Lokakrrya
dimaksudkanuntuk
membuat kebijakan dan programagar FatayatNU secara
aktif
dan progresif menggarap isu-isu kesetaraan dan keadilangender.
Juga agar gerakan genderini
disetujui
dan mendapat "restu,,dari
lebihbanyak pihak
di
kalanganNU
sehingga dalam lokakarya mengundang sejumlah kyaiNU.
Padaawalnya
rencana kebijakan dan programgender tidak
diterima
olehsejumlah
kyai
atau
dengan
kata
lain
'.tidak
mendapat
restu
sepenuhnya,,.Ketidaksetujuan
itu
disadari
karena
adanya ungkapanyang
diberikan
kepada Fatayat,"kalo
begitu silakantapi
harus ingat rambu-rambunya,,.Bagi
FatayatNU
rambu-rambu yang diberikan oleh kalanganKyai
disadari sebagai sebuah keharusan dengan ungkapan yang disampaikanRiana:
"sayapikir
ini
sebuah keharusan kita, karenakita
sebagaibagain
dari NU,
apalagi Fatayat badanotonom
NU
yaberkewajiban menjaga
nilai-nilai
NU,,PP Fatayat
NU
melakukan proses inovasi pada organisasi dengan membuat kebijakanPUG.
Proseslnovasi dilakukan oleh PP
FatayatNU
bernrjuan untuk memberikan perubahankehidupan
yang Iebih
adil
gender
dan
setara
kepada perempuan anggota Fatayat dan perempuan pada umumnya dengan kebijakan pUGmenjadi kebijakan organisasi Fatayat. Dari tabel nampak bahwa Fatayat
NU
sebagai organisasi masyarakat merupakan organisasiyang
memiliki
keinovatifan
denganmembuat kebijakan
pengarusutamaangender.
lnovasi
yang
dibuat
berhasil didifusikan dan diadopsi dalam organisasi oleh anggota-anggota organisasi.Pada
tabel
I
di bawah
menunjukkan proses inovasi yang dilakukan olehpp
[,
lr
I
E€:*
E
=E*
EF
Er=s
*B.E
-*Efu
fs
E
='Es*'a
HTU
t
fE E=
ggj
IE
F=
$If
(d (d !) a. cd t< o0 o 3<
&
$lE€;
fl-
:*:
"$e
iIE$$iE
IBSEEE
= I tr (j) E d >\ 60 d
t\
A
o. bo&'r
s9
\S.T'E
$a)ryq
iilBig;iEi,
iE;Egig$ij*
faa
a5sg:$;EF
:g'$;EE
-U=
*-Ef
g€E
sE
>.s,€;
;
is=
t.
F*l
*
sEt
E$E
s;
eE
bo _q) q)
t
A) 50\
g
EE
EEE;
E;Efi-Fs{FE{I;$I$ErE
=sr€EBfig*l6Fie
g4
o bI) cd7.s
e
.=E
.HEtrlJr
qp€
uda
(rtE
d>io
-2u-V
tr(l)- (\t
'o d oI)
tr-o :
e3
u
tr-(g
d E €
-=cto =}Z
HE
ho9P..?9o
t
IF
lE
IE lcB l(d ILts
lo) l6 lo)l*
= o .!. .2 dx
H=
o tr = AT
L. 0) -o (B bo ctl .oq) ah (B c) ,odE
f. c) .o o()
GI d tr (s (A ;i (s botr'D
c)>
O.A
cd
(€>,
J(B.EH
-oH9'a,
GI c.n (tt'= ao :i6S
E /-\
HE
t,(ge(d
ari
'(,bo
tr rn
o(It
tso
(\ttr
=
Proses
ini
sejalan dengan alur proses inovasi dalam organisasi sebagaimanayang
dikemukan
oleh
Rogers
(1995, 2003:
420430).
Proses
inovasi
dalamorganisasi
terdiri
atas dua aktifitas yang luas,yakni:
l)
Inisiasi, didefinisikan sebagai semua kumpulan informasi, konseptualisasi dan perencanaan untuk adopsi inovasi,memimpin
keputusanuntuk
adopsi.inisiasi meliputi
2
tahap Agenda-Setting danMatching.2)
Implementasi, adalah semuakejadian,
tindakan dan keputusan yangrumit dalam pengambilan inovasi untuk digunakan. Sedangkan implemenasi meliputi
3 tahap Re defining/Restructuring, Clarifying dan Routinizing.
Kebijakan Fatayat mengadopsi kesetaraan dan keadilan
gender dari
gerakanperempuan
global
dengancara memodifikasi
sesuai denganversi
Fatayat NU.
Program
genderdan
penguatan terhadaphak-hak
perempuandimulai
denganmelakukan kegiatan
pelatihan
secaraintensif
mengenai
analisis gender
danmelakukan workshop gender
di
7
propinsidi
Indonesia
termasuk Daerah IstimewaYogyakarta. Program
ini
berlangsung selama 2 tahun (1995-1999). Dengan pelatihandan
workshop mengenai hak-hak perempuan menjadikan tumbuh kesadaran baru dikalangan anggota Fatayatwalaupun
sekaligusjuga
menimbulkan tantangan barubagi Fatayat NU.
Dengan
isu-isu
gender terutama penguatan hak-hak perempuan lebih banyakmenjadikan perempuan semakin sadar,
kita
membutuhkan banyakhal,
akantetapi disatu
sisi
gimanaini kita
dikatakan mengajari seorangisteri
melawansuami,
kita
mengajari
sebagaiwarga Negara
untuk
memberontak Negara(Riana, interviu 4 Juli 2010).
Fatayat
NU
DIY
bersentuhan dengan isu-isu gender tersebut mulai tahun 1994-1995.Menurut
Marhamah pada tahun 1995-1996YKF
sebagai bentukan PW FatayatNU
DIY
telah
bekerjasama denganFord
Foundation menyelenggarakan pelatihananalisis gender. Namun terjadi penolakan tyerhadap issu-issu gender yang digulirkan
dari
berbagai kalanganbaik
dari
Fatayat, tokoh-tokohNU
dantokoh
pesantrenterhadap apa yang dilakukan oleh
YKF.
Penolakan mereka mengambilmodel
yangberbeda.
Dikalangan
tokoh
NU
dan tokoh
pesantrendan Kyai
muda
yang berpendidikan yang membaca kitab-kitabklasik relatif
sebentar. Parakyai
dan nyai$, it
*
I
:: il
berbeda
ketika
diberikan kepada Fatayat, Resistensidi Fatayat
mengambil bentuk"ketakutan"
akan
adanya perubahan-perubahanyang
berbedadengan
apa yangmereka
terima dari guru
mereka.Kegelisahan
FatayatNU
DIY
terhadap issukesetaraan
dan keadilan
genderterjawab
dengankebijakan program
PP
Fatayat tentang Gender danHak-hak
Perempuan pada tahun 1998. Kesetaraan dan keadilan gender yangdidifusikan oleh
PP Fatayatmelalui
Program
Gender dan Hak-hak Perempuan sudah mengalami proses analisis yang melibatkan tokoh-tokoh NU.Fatayat NU
juga
menyusunvisi
danmisi
Fatayat yangresponsif
gender yang diputuskan pada Konggres FatayatNU
keXII
di Bandung pada tanggal 5-9Juli
2000. Sedangkanpemerintah
Indonesia mengadopsi PengarusutamaanGehder
denganmengeluarkan Inpres No. 9 tertanggal 9 Desember 2000.
Kalau
kita lihat
dari
proses pergulatanini
nampaknya sayamelihat
bahwagender
mainstreaming
Fatayatini
lebih dulu dari
pada keluar Inpresno 9
th2000
pada periodenya mbakKhafifah,
Sebelum tahun 2000 sudah memain-streamingkan perkspektif gender dalam kebijakan Fatayat (Riana,interviu
4Juli
2010).Merumuskan
visi
dan misi organisasi FatayatNU
dengan perspektif kesetaraandan
keadilan
ini
dilakukan lima bulan lebih awal dari Inpres no 9 tahun 2000 yangdiinstruksikan pada
bulan
Desember2000.
Padarumusan
visi
dan
misi
yangditetapkan (PP Fatayat
NU,
2000:sl-82)
menuangkan gagasan betapa pentingnyaperempuan
memiliki
kehidupan
yang
berkeadilan
dan
berkesetaraan gender.Penyusunan
Visi dan Misi
Fatayat pada Konggres tahun 2000di
Bandung kebijakanstrategi
pengaurusutamaangender
mendorong dan memotivasi FatayatNU DIY
untuk mengimplementasikan kebij akantersebut-Apabila
ini
dilihat
dari
paradigma kebijakan
nampak bahwa
kebijakan pengarusutaman gender merupakan kebijakan yang menggunakan paradigma sosial.Inpres nomor
9
tahun 2000
tentang pengarusutamaan genderdalam
pemerintahmuncul karena adanya dukungan dari berbagai elemen masyarakat termasuk Fatayat
NU.
Kebijakan pengarusutamaan gender merupakan kebijakan yang bersifat bottomBerbagai program dari kebijakan kesetaraan dan keadilan gender yang laksanakan
oleh Fatayat
NU
dari tahun2a0o-2ua
menunjukkan bahwa pUG telah menjadi bagian dari FatayatNU-
Proses yang terjadidi
DIY
danKulon
Progo dalam penelitian inijika
dipahami
dari
adopsiinovasi
pada organisasi dapat dikatakan sebagai proses tahaprutinisasi @ogers. 20a0:246). Rutinisasi merupakan suatu tahap dimana inovasi menjadi
bagian dari aktifitas organisasi dan organisasi kehilangan identitas sebelumnya.
Pada saat
ini
FatayatNU
(padatingkat
PW
DIY
danpC Kulon
progo)
telahmencapai pada tahap dimana kesetaraan dan keadilan gender sebagai
inti (core)
dari pengarusutamaanGender
telah menjadi bagian dari aktifitasorganisasi selama
lebih
l0
tahun
terakhir. Label
FatayatNU
sebagai organisasi perempuanhadisional
denganaktifitas dari
"ngaji
kengaji" mulai
hilang. Fatayat bukanlagi
sekelompok perempuanmuda pedesaan
yang
termarginalkandalan informasi tetapi telah
berubah menjadikelompok
perempuanmuda yang
progressivedan inovatif
serta mampu
menjadi penggerak bagi perempuan lain disekitarnya.
Aktifitas
perempuan Fatayatdi
ruang
publik
sebagaibentuk
kesetaraan dankeadilan gender telah menjadi aktifitas yang
wajar,lazimdan
dapat diterima. Kesetaraandan keadilan gendeE melakukan analisis gender
tidak lagi
dianggap baru
oleh
Fatayat walaupun untuk masyarakat luas masih harus tetap dilakukan penyebarluasnnya karena masih banyak anggota masyarakat luasyang belum tersentuh.
perbicangan tentangkesetaraan dan keadilan gender sudah mejadi
hal yang
lazim dan biasa diantara paraanggota organisasi
dan
masyarakat luasjuga
sudahmulai
mengenalnilai-nilai
dannorna
kesetaraan tersebut merupakan hasilhari
rutinisasi. Namun demikianrutinisasi tetap harus dilakukan secara terus-menerus karena mewujudkan kehidupan masyarakat
i
nt
e
r
n
a
I
Pengarusutamaan gender hal baru yang dibutuhkan Fatayat
Sikap (restu) dari
NU
Adopsi
PUG oleh Organisasi Fatayat
NU
Gencarnya Gerakan Gender dari gerakan perempuan Global
Karakteristik terbuka
Pemimpin Opini
organisasi
Struktur Organisasi
FatayatNU
Dukungan Dana dari LuarNegeri Faktor-faktor penentu
Adopsi
Kebijakan pengarusutamaanF atayat
NU
di gambarkan sebagai berikut: [image:13.612.110.522.183.407.2]Gender
dalam
OrganisasiGambar 2: Faktor-fahor penentu Adopsi Kebijakan pUG
Gambar
2
diatas menunjukkankondisi
internal dan
eksternal organisasiyang
menjadi faktor
penentu dalamdifusi
kebijakan pengarusutamaan gender.Kebutuhan
pada konsep kesetaraan dan keadilan
bagi
anggota, relevansidengan
nilai-nilai
dannorTna agam4 karakteristik pemimpin
opini
dalam organisasi serta struktur organisasi
yang dimiliki
menentukan terjadinyadifusi
kebijakan pengarusutamaan gender. SikapNU
sebagai organisasiinduk
dengan memberikan restu menjadipenentu utama dalam proses
ini'
Gencarnya gerakan perempuandi
luarFatayat dengan dana yang
di
bawa menjadi faktor eksternal yang menentukan bagi Fatayat dalam melakukandifusi
adopsikebijakan Pengarusutam:urn Gender.
b. Eforia Politik
Perempuan bentuk Adopsi pengarusutamaan GenderKesadaran perempuan akan
hak-haknya
terutama hak dalam ruangpublik
telahmendorong perempuan Fatayat
NU
untuk
bergeraklebih
jauh
dalam
ranah publik.Gerakan kesetaraan dan keadilan gender
di
FatayatNU
dimulai
tahun
lggg.
padatahun
1999 eventpemilihan umum legislatif menjadi
ajang
bagi
perempuan yangpemah
di
didik
dan
dilatih
di
Fatayatuntuk
terlibat
secaraaktif
mewujudkanpengaurustamaan gender dalam kebijakan
publik
melalui partisipasidalam
partaipolitik
dan pencalonan
legislatif.
Perempuanyang
aktif
di
FatayatNU
dan berminat dalam dunia
politik
saatitu
mendapat dukungan dan support penuh dariorganisasi- waraupun
secara organisatoris Fatayat
Nu
tidak diperbolehkan terlibat
dalam
partaiporitik
akantetapi
sebagaipribadi
anggota dapatterlibat
dalam
kancahpolitik.
Berawal
darikesadaran pribadi masing-masing pengurus, responsibilitas
pasca pelatihan pada anggota
pengurus membawa keinginan mereka untuk melaksanakan pUG.
Politik
sebenarnya merupakan dunia yangmembutuhkan kesiapan dan kekuatan
perempuan
baik
secara mental,financial
danfisik. Konflik
internal partai, berebut
posisi dan kekuasaan' kampanye
yang membutuhkan banyak dana merupakan sederet
masalah yang dihadapi oleh perempuan yang baru masuk
di
daramnya. sebuah anarisis terhadap persoalan perempuan yang akan masuk pada dunia
politik.
Semenmtara
di
satusisi lain
perempuan
secaraekomonis
masih
tergantung,har
ini
akan
semakin mempersulit perempuan.
undang-undang
No'
10 tahun 2008tentang Pemilu
Legislatif
kuota keterlibaknperempuan dalam dunia
politik
adalah sebesar 30 persen. Dalam pasal gButir
duu
No.l0
tahun 2aa8'
disebutkan penyertaansekurang-kurangnya
30
persenketerwakiran perempuan pada kepengurusan parpol tingkat pusat sebagai sarah satu persyaratan partai
politik
untuk dapat menjadi peserta pemilu.Dan pasal 53
uu
no
I0
tahun 200g tentangPemilu
Legisratif
mengatakanbahwa daftar bakar caron peserta pemiru
juga
harus memuat paling sedikit
30 persen keterwakilan perempuan tak ragi cukup menyemangati Fatayat NU Kuron progo untuk bergerak
maju
pada pemirutahun
2009.Dampak rangsung dari adopsi kebijakan pengarusukmaan gender bagi perempuan Fatayat
NU
adalah berupaya secara organisatorisuntuk
mengimprementasikanpuG
dalam pengambilan kebijakan
publik.
Realisasi upayatersebut dengan berpartisipasi dalam
pemilu dari
tahun
1gg9,2004
dan 2009 agar suara perempuan
diwakili
dalam perlemen dan dapat terlibat secaralangsung dalam pembuatan keputusan kebijakan yang responsifgender.
Dampak atau dalam
istilah
Rogers konsekuensi (consequens) adalahperubahan-perubahan yang terjadi baik pada insividu-indivisu maupun sistem sosial sebagai hasil
dari
adopsi inovasi (2003:
30).
Keterlibatan perempuan Fatayat padapemilu
1999 merupakan dampak langsung dari adopsi pengarusutamaan gender yang ditandai dengandibukanya
kran untuk
partisipasi perempuan dalam pengambilankebijakan
publik.Partisipasi dimaksud adalah partisipasi dalam pengambilan kebijakan
di
parlemen atauIegislasi- OIeh karena itu pada
pemilu
1999 mencalonkandiri
sebagai anggotalegislatif
menjadi salah satu peluang yang dapat segera diambil oleh perempuan
Fatayat
setelah
mengikuti program pelatihan gender dan hak-hak perempuan. salah satu
bukti
bahwamereka menerima
dan
melaksanakan PUG adalah berpartisipasiaktif
dalam pemilu tak hanya sebagai pemilih tetapi juga berhak untukdipilih.
Eforia yang terjadi perempuan Fatayat beramai-ramai mencalonkan
diri
hampir disetiap daerah pemilihan di Kulon Progo, lobi kepada kyai untuk mendapatkan dukungan
merupakan dampak Iangsung bahwa adopsi pengarusutamaan
gender
telah
terjadi.Legislasi
pemilu
1999 pintu pertama yang terbuka beriring dengan gerakan kesetaraandan keadilan gender yang telah masuk ke Indonesia. Pada saat itu
juga
pintu
reformasiIndonesia tengah
dibuka
dengan lengsernya orde baru. Padapemilu
1999 menjadi eventt penting bagi perempuan untuk membuktikandiri
bahwa mereka mampu dan mauuntuk
berpatisipasi dalam pengambilan keputusan walaupunpada akhirnya
mereka kecewa karena keberhasilan belum mereka peroleh.Yayasan Kesejahteraan Fatayat
(YKf')
sebagai
Akselerasi
Difusi
Kebijakan
Pengarusutamaan
Gender
dalam Organisasi.Yayasan Kesejahteraan Fatayat
(YKF)
didirikan
olehpW
FatayatNU
DIy
padatahun
1992.
Mendirikan
YKF
merupakan salah satu strategiPW
FatayatNU
DIy
ketika
merasakanada
hambatanstruktural dalam
organisasi. Secarastruktural pW
Fatayat
NU
DIY
dibawahPP
FatayatNU
dalam
semuakebijakan dan
program. Sementara pengurusPW
FatayatNU DIY
merasatelah memiliki
wawasan danpengalaman serta
jaringan
yang memungkinkan mereka menyusun kebijakan programtak terkecuali ke
DIY.
MendirikanYKF
menjadi salah satu strategi yang digunakan olePW Fatayat
DIY
karena dengan itu kebijakan program tentang gender dapat dan disusundan
dilaksanakan
tanpa harus mempertanggungfawabkan kepadaPP
FatayatNU
(Marhamah, interviu 30 Juni 2010).Ketika
disini
tersumbat dalam pengertian struktural,YKF
kan non struktural.Ketika ada progam dan kegiatan-kegiatan yang harus tidak terlalu strukturalmaka
YKF
yang melaksanakan, sama dengandulu
PMII
ketikaPMII
secata strukturalada
hambatan
kemudian
ketua-ketuaPMII
mendirikan
LKIS
jadi
begitu (Marhamah, interviu 30 Juni 2010).Pada awal
berdiri
tahun
1992-1997YKF
menjadi bagian dari PW FatayatNU
DIY. YKF
diprakarsai
untuk
lebih menguatkan peran FatayatNU
pada pemikirandan gagasan dengan Fatayat
NU
memberikan contohkonkrit
kepada masyarakat tidakhanya melakukan dakwah
bil
lisan tetapi juga dakwahbil
hal.YKF
memulai kerja-kerjasosial untuk mendorong penguatan ekonomi bagi komunitas miskin
di
lingkunganNU.
Daerah yang digarap saat
itu
adalahdi
pinggirankali
Code,Kulon
Progo dan GunungKidul.
Programyang
dilaksanakanoleh
YKF
tidak
sebataspada
dataran wacana mengenai hak-hak perempuan akan tetapi melakukan tindakan langsung dengan praktek.Seperti
mendirikan rumah
bersalindi
Wonosari padatahun
1993 yang
dilengkapidengan pusat konseling dan perpustakaan yang berkaitan kesehatan reproduksi.
Hal
ini
sebagai bentuk dari praktek kepedulian terhadap hak reproduksi perempuan.
Inisiasi
itu sudah kita bangun pada tahunl992,tetapi
seingat saya rumah bersalinitu
sebagai cikal bakal adanyaYKF
itu
tahun-tahun 1993kita
sudahrintis
rumah bersalin,kita
kerjasama dengan seorang bidan lalu dengan seorang dokter (Runia,interviu
l5
september 2010).Program-program yang diakukan
YKF
secara strukturaltidak
berkaitan dengan kebijakan program PP FatayatNU.
Statusotonom
memberikan peluang kepadaYKF
untuk
mengembangkan yayasa. Pengurus yayasantidak
lagi terbatas dari
anggotaFatayat
NU
akantetapi
berasaldari
berbagai elemen masyarakat danlebih
bersifatmultikultural.
Ya
selain temen-temen perempuan yangdari
Fatayat,juga
temen-temen anshor, kemudian temen-temen ikutPMII
yang punya konsern sama untuk kerja dancitanya
d"Tqu,
YKF
saya ajak terlibat, selainjuga
ada temen-temenaktivis LSM
yang kira-kira punya
Visi
sama denganvrr litu
ya kami
Iibatkan
(
Runia,interviu
15 september 2010).Pada tahun
1997
konferensi PW FatayatNU DIY
melakukan evaluasi terhadap eksistensiYKF
dan memutuskanYKF
sebagai lembagaotonom
dariFatayat
NU
DIy.
YKF
padatahun 1997-2003
mandiridari
berbagai aspek.Isu
yang diangkat cukup besar, melakukan seminar nasional,menulis dan
menerbitkanbuku,
pelatihan
danworkshop yang diselenggarakan mendatangkan banyak
kyai
dannyai
seluruh Jawa. Selain itu program-program juga berkaitan dengan Pimpinan cabangFatayatNu
sepertiuntuk sosialisasi tentang gender' Isu program yang digarap
oleh
yKF
sama dengan isuyang diangkat oleh PP Fatayat
NU
tetapi apa yang dilakukan olehyKF
tidak
berkaitan dengan PP Fatayat NU.YKF
menginisiasi kebijakan dan program secaramandiri
sehingga pada setiappertemuan
nasional
FatayatNU
pw
DIy
menjadi
semacam
percontohan.
DIy
dipandang berbeda dengan wilayah lain, oleh karena itupp
Fatayatmenyampaikanagar
Fatayat
NU wilayah
dan
daerahlain
dapatmendirikan
yayasan atau semacamnya sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap organisasi baikdi
Wilayah, cabangmaupun
Anak
Cabang-YKF
berkembang dan melintaswilayah
DIy
secara otonom.Sedangkan PW Fatayat
NU
tetap melaksanakan kebijakanyang
menjadi programdari PP Fatayat
NU.
Sejak mendapatkan status otonomdari
pw
FatayatNU
hingga tahun2002YKF
menyelenggarakan program yang berkaitan dengan pengarusutamaanGender dengan sasaran kalangan muda
NU
yang terakomodir pada Badanotonom
NU
dan
Santri,
serta pada pemimpin-peminpin pesantrenmelalui
badalkyai
dan badal nyai.
Aktifitas
yang dilakukan olehYKF
dalam bentuk pelatihan, kajianrutin
dan advokasikepada badal kyai dan badar nyai
di
wilayahDIy
dan Jawa Tengah.Konferensi
PW
FatayatNU DIY
tahun
tersebut
Fatayat memutuskan untukmenarik
status otonomyKF
kembali
menjadi bagrandari
pw
Fatayat
Nu
DIy.
Konferensi
FatayatNU
DIY
2002 menyoal keberadaanyKF
yangtelah
diberikanstatus otonom karena mempertimbangkan beberapa persoalan. Realitas
yKF
didirikan
oleh
Pw
Fatayat
NU
akan tetapi
YKF
sendiri
tidak
melihat
yKF
sebagai
kepanjangtanganan Fatayat
NU
dalamupaya
penyebarluasan isu-isu kesetaraandan
keadilan gender- Dalam perpektif YKF, PW Fatayat
NU
adalahpendiri,
diakuimemiliki
hubungan emosional
tetapi
bukan hubungan struktural
yang
dapat
memintapertanggungiawaban karena status otonom yang diberikan kepada
yKF. Konflik
antaraPW
FatayatNU DIY
danYKF
tidak
menemukantitik
temu. Hingga pada konferensiPW Fatayat
NU DIY
tahun2002
memutuskan untuk menarik kembaliyKF
ke dalam struktur PW FatayatNU
DIy.
Mendirikan
YKI
merupakan ide kreatif daninovatif
yang dilakukan oleh FatayatNU
DIY
menghadapi kendalastruktural
organisasi yang meng-haruskan kebijakan danprogftIm turun
dari
Pimpinandi
tingkat atasnya. DenganYKF
yang berstatus otonom memungkinkanuntuk bertidak
secaraproaktif
terhadap gerakan-gerakan perempuanyang
sedang semarakwaktu awal digulirkan
analisis gender
sebagai pendekatanpembangunan.
Adanya
struktur organisasi FatayatNU
dari
pp
sampaike
pimpinan rantingtidak
memungkinkanPW
FatayatNU DIY
bertindak secaraaktif
menyusun kebi-jakan dan program yang belum diputuskan oleh pimpinan pusat.
Kebijakan
keluar
dari
struktur
organisasi dengansatus otonom
memberikanbanyak peluang pada
YKF
untuk
menyusun kebijakan dan program-program aktualkeperempuanan yang sedang gencar ditawarkan oleh funding-funding
dari luar
negeriseperti
Ford
Foundation.
Jugadalam
melaksanakanprogram
yKF
tidak
perluberkoordinasi secara langsung dengan Fatayat. Kemampuan Individu-individu pimpinan
Pw
DIY
menangkap peluang dan tanggap terhadap persoalan yang sedangbergulir
secara
global
menjadi salah satufaktor
menentukanbagi
pentingnyayKF
bergerak
secara otonom.
Dari
sisi struktur, status otonomYKF
menjadi sebuah penyimpangan akan tetapidari sisi
kepentingandan
kebutuhan saatitu
menjadi
sebuah
keharusan.Deviasi
srtuktural masih dapat diterimaFatayatNU dengan diakuinya
yKF
dalam berbagi forumnasional
dan
bahkanmenjadi
percontohanbagi
wilayah-wilayah
lain
di
Indonesia. Namun persoalan kultural menjadi hal yang lebih penting dari struktural. Menyimpang secara strukturaldapat diterim4
akan tetapi ketika secarakultural
berbedavisi,
nilai
dan norrna halini
menjadi persoalan yangdinilai
lebih serius oleh Fatayat. KetikaYKF
melibatkan berbagai elemen lembaga swadaya masyarakat yang berbedavisi
danmisi
dengan FatayatNU
apalagi dengannilai
dannonna yang
dinilai tidak
sejalan dengan Fatayatmaka ini menjadi persoalan.YKF
lahir
dari FatayatNU
yangmemiliki nilai
dan norrna Islam yang bersumberkepada
Alqur'an
dan Sunnah.Di
satu sisiYKF
sebagai yayasan merasa telah diberi hakotonomi seluas-luasnya untuk mengembangkan
diri
termasuk mengembangkanvisi,
misimaupun
nilai-nilai
dannorma.
SesungguhnyaYKF
dalam halini
tidak dapat lepas dari FatayatNU
dilihat dari
berbagaiaspek:
t)
Dilahirkan
oleh
FatayatNU Dty;
2)Menggunakan nama Fatayat (Yayasan Kesejahteraan Fatayat); 3) Orang mengenal
yKF
sebagai Fatayat, dengan kata lain
YKF
identik dengan Fatayat. Ketiga hal tersebut tidak dapatdinafikan
keberadaannya.oleh
karenaitu
YKF
sebenarnya
dapat berperan sebagai"public
relation"
yang membanguncitra
FatayatNU
kepadapublik
danini
terjadi pada awal diberikan hak otonom. Hanya saha
hak
ini
tidak
berlanjut,bahkan penilaian yang diberikan oleh Fatayatpada
YKF
adalahYKF
menjadi kontraproduktif
dengan kebijakan,program-program
danaktifitas
yang dilakukan.Tidak
sejalannyanilai-nilai
dan norma-norna
kesetaraandan
keadilan genderyang
diikuti
menjadisumber
utama yang
mendorong FatayatNU DIY
mencabut status
otonom
danmenempatkan
kembali YKF
dalam struktural orsanisasi. Menjaganilai-nilai
dan normaagama dipandang
jauh
lebih penting
oleh
FatayatNU
daripadamengikuti
gerakan kesetaraan dan keadilan yang menempatkan hak-hak perempuan pada kebebasan yang tidak dibingkai olehnilai-nilai
dan norma agama yang telah dipahami dandiikuti.
Simpulan
Dalam adopsi kebijakan
PUG
di
organisasi menunjukkan terdapatfaktor
penentuinternal dan
eksternal.Faktor internal
meliputi:
a)
kebutuhanindividu
pada
konsepkesetaraan dan keadilan;
b)
relevan
dengannilai-nilai
dannorma
agama;c) karakteristikterbuka pada pemimpin
opini
dalam organisasi;d)
strukturorganisasi.
Faktor eksternalutama dalam proses
ini; b)
Gencarnya gerakan perempuandi luar
Fatayat;c) Dukungandana dari Luar Negeri.
Proses
inovasi kebijakan
PUG
dalam
organisasimeliputi
tahap setting
agenda,penyesuaian, mendefinisikan
kembali, mengklarifikasi
dan
rutinisasi. Rutinisasi
yangdilakukan pada tahun 2aa0-20rc menjadikan PUG
sebagai bagian dari aktifitas
organisasi-Partisipasi
di
bidangpolitik
merupakan dampaklangsung
dari
adopsi pengarusutamaangender dalam organissi Fatayat
NU.
Yayasan Kesejahteraan FatayatCrff)
memiliki
peran yang strategis pada awal
difusi
Kebijakan PUG hingga ditariknya kembaliyKF
ke dalam struktur organisasi Fatayat. Dengan terjadinya adopsi terhdapa kebijakan
puG
menjadikan identitas FatayatNU
sebagai organisasi perempuanhadisional
dengan aktifitas dari ..ngaji
ke ngaji" mulai
hilang. Fatayat bukanlagi
sekelompok perempuan muda pedesaan yangtermarginalkan dalan informasi tetapi telah berubah menjadi kelompok
perempuan muda
yang
progressivedan inovatif
serta mampumenjadi
penggerakbagi
perempuan laindisekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Damanpour,
Fabiroz.
1996. organizational
and
innovation: Developing
and
testingmultiple contingensi
models.Journar.
Managementscience.
42;5;
1996;pp.
694_7 I 6. Publ ished by
wwwj
stor. org/ stable/263 4460.Denzim'
NormanK.,
andLincoln,
Yvonna
S.(Editor).
1994. Handbook
of
qualitativeresearch. Thousand Oaks, London, New
Delhi:
Sage.Denzim'
NormanK',
andLincoln,
Yvonnas.
2009. Hondbookof
qualitative research(terjemahan). yogyakara pustaka pelajar.
Derbyshine, Helen.
practitioners.
20u'
Gender manuar: A practicarfor
deveropmentporicy
maker andSocial
Deveropment
Division
of DFID.
pultistred
byDi
Biase'
warren J' 2000. Mezirow theory of transformative learningwith
implicationfor
science
teocher
educators.
pubrished
by
htpllwww.eric.ed-sov
/pDF,s/ED452020.odf
Greenhalgh, Trisha., Robert, Glenn., Macfarlane, Fraser.,
Bate, Paul., and
Kyrjakidou,Olivia.
2A04.Diffussion
of
Innovationin
Service Organizations: Systematic Reviewand
Recommendation. Journal.The
Milbank
Quarterly.Vol
$.
2A04.P.
581-629. Published by Mackwell Publishing.Instruksi
Presiden
Republik
Indonesia(fNPRES)
NOMOR
9
TAHUN
2000 (9n0A0)
Tentang Pengarusutamzuln gender dalam pembangunan nasional
Khuzaimah Mansur. 2005. Salah seoran tiga serangkai pendiri Fatayat
NU.
BaDBuku
dat', Menapakjejak
FatayatNU:
Sejarah gerakan, pengalaman dan pemikiran.Editor
oleh Neng DaraAfiah.
Jakarta: PP FatayatNU.
Maria Ulfah Ansor. 2005. Pemecah kebekuan berpikir. Bab Buku dari Menapak
jejak
FatayatNU:
Sejarah gerakan, pengalaman dan pemikiran. Editor oleh Neng DaraAfiah.
Jakarta: PP Fatayat NU.Minister
of
WomenEmpowermefi.2A02.
TheManual
of
implemetation guidelines ongender
mainstreamingin
national developmen. as an annexof
Circularof
Minister
of Women Empowerment no. B-891t\4en.PPtDep.lUlXl2002, dated September
4,2002.
Moule, Ellen., and Weller, Nicholas. 2008. The spread
of
the tacrevolt:
Thedffision
of
statetax
and expenditurelimits University
of
California,
SanDiego
Departmentof
Political Science. Published by: www.allacademic.com/ metalp268598_index.htmlNeng Dara
Afifah
(penyunting).2005. Menapakjejak
FotayatNU.
Jakarta: PP FatayatNU
PP Fatayat
NU.
1984. Sejarah FatayatNU.
Jakarta: PP Fatayat NU.-, 2000. Keputusan konggres
XII
Fatayat NU. Jakarta: PP FatayatNU.
Rogers,
Everett
M.
1995. 2003. Diffusion of innovations. New York: The Free PressSmith,
Jonathan
A.,
Flowers,
Paul.,
and
Larkin.
Michael.
20A9.
Interpretativephenomenological analysis: Theory, method and research- Los Angeles, London,
New
Delhi, Singapore, Washington: Sage.
Smith,
JonathanA.
(ed.).
2A09.Psikologi kualitatif:
Panduanpralais
metode riset.Terjemahan
dari Qualitative Prychologt
A
Practical
Guide
ta
Research Method. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Sri
Mulyati'
2005- Mengedepankan kepemimpinankolektif.
BabBukudari
Menapakjejak
Fatayat
NU:
Sejarah gerakan, pengalaman danpemikiran.
Editor
oleh Neng
DaraAfiah.
Jakarta:pp
FatayatNU.Stewart, Ann' 2004- Aspiration to action: 25 years of the womenb cornention (Cedaw). United Kingdom:
British
Council.UNDP'
2a02' Gender mainsteamingAn
overview.New
York:
United Nations. published by: www.un.org/womenwatclr/os agi/pdf/ e65237
.pdt.
walby,
Sylvia'
2005. Gender mainstreaming: Productive tensionsin
theory and practice.Journal.
Socialpolities:
Internationol
Studiesin
GendenState and
Society.
l2;3:
2405;pp'
321-343. Published byoxford
University Pressvia sp.oxfordjournals.org.
Yalcinkaya,
Goksel.
2a07- understandingthe
emergenceof
aggregatelevel
innovation
diffi'rsion through
individual
level.Dissertation.
usA:
Michigan
Stateuniversity.
Published by: gradworks.umi.com/3 2/g2/32g2232.htmr