• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan | Karya Tulis Ilmiah tumbuh kembang anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan | Karya Tulis Ilmiah tumbuh kembang anak"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain.

Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri; akan tetapi bias dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya. Dalam hal ini kedua proses tersebut memiliki tahapan-tahapan diantaranya tahap secara moral dan spiritual. Karena pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut memiliki kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahas maka kita meguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas baik dari segi teori sampai kaitannya dengan pengaruh yang ditimbulkan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apa yang yang dimaksud dengan pertumbuhan dan perkembangan?

2. Apa saja pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai remaja?

(2)

1. Untuk memenuhi tugas Ilmu Keperawatan Dasar 1 tentang Pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai remaja.

2. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai remaja.

1.4 Manfaat 1. Bagi Penulis

Menambah wawasan pengetahuan Ilmu Keperawatan Dasar 1 tentang Pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai remaja.

2. Bagi Pembaca

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan 2.1.1. Pengertian Pertumbuhan

Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan besar sel diseluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan menyintesis protein-protein baru. Menghasilkan penambahan jumlah berat secara keseluruhan atau sebagian.

Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah ) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.

2.1.2. Pengertian Perkembangan

(4)

Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner (1957) bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan di mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu lambant laun bagian- bagiannya akan menjadi semakin nyata dan tambah jelas dalam rangka keseluruhan.

2.2 Tahapan Tumbuh Kembang

Tahap tumbuh kembang anak secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu :

Tahap tumbuh kembang usia 0-6 tahun, terbagi atas :

Ø Masa Pranatal mulai masa embrio (mulai konsepsi-8 minggu), masa fetus (9 minggu sampai lahir),

Ø Masa Pascanatal mulai dari masa neonatus (0-28 hari), masa bayi (29 hari-1 tahun), masa anak (1-2 tahun), dan masa prasekolah (3-6 tahun).

Tahap tumbuh kembang usia 6 tahun keatas, terdiri atas

(5)

TAHAP TUMBUH KEMBANG USIA 0-6 TAHUN

Masa Pranatal

Masa pranatal (saat dalam kandungan) adalah waktu yang terletak antara masa pembuahan dan masa kelahiran. Pada saat ini terjadi pertumbuhan yang luar biasa dari satu sel menjadi satu organisme yang lengkap dengan otak dan kemampuan berperilaku, dihasilkan dalam waktu Iebih kurang sembilan bulan.

Masa pranatal terdiri atas dua fase yaitu : a. Fase Embrio.

b. Fase Fetus.

2. Masa Pascanatal

Tumbuh kembang pada masa pascanatal dibagi ke dalam beberapa fase berikut :

A. Masa Neonatus (0-28 hari)

Tumbuh kembang masa pascanatal diawali dengan masa neonatus, yaitu dimana terjadinya kehidupan yang baru. Pada masa ini terjadi proses adaptasi semua sistem organ tubuh, dimulai dari aktifitas pernafasan, pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan antara 35-50 kali permenit, penyesuaian denyut jantung antara 120-160 kali permenit, perubahan ukuran jantung menjadi lebih besar di bandingkan dengan rongga dada, kemudian gerakan bayi mulai meningkat untuk memenuhi kebutuhan gizi.

(6)

Pada masa bayi, tahap tumbuh kembang dapat dikelompokkan menjadi 3 tahap yaitu : Ø Usia 1-4 bulan, tumbuh kembang pada tahap ini diawali dengan perubahan berat badan. Bila gizi anak baik, maka perkiraan berat badan akan mencapai 700-1000 g/bulan. Pertumbuhan tinggi badan agak stabil, tidak mengalami kecepatan dalam pertumbuhan tinggi badan.

Ø Usia 4-8 bulan, pertumbuhan pada usia ini ditandai dengan perubahan berat benda pada waktu lahir. Rata-rata kenaikan berat benda adalah 500-600 g/bulan, apabila mendapatkan gizi yang baik. Sedangkan pertumbuhan tinggi badan tidak mengalamikecepatan dan stabil berdasarkan pertambahan umur.

Ø Usia 8-12 bulan, pada usia ini pertumbuhan berat badan dapat mencapai tiga kali berat badan lahir, pertambahan berat badan perbulan sekitar 350-450 gram pada usia 7-9 bulan, 250-350 gram pada usia 10-12 bulan, bila memperoleh gizi baik. Pertumbuhan tinggi badan sekitar 1,5 kali tinggi badan pada saat lahir. Pada usia 1 tahun, pertambahan tinggi badan masih stabil dan diperkirakan mencapai 75 cm.

C. Masa Anak (1-2 tahun)

Pada masa ini, anak akan mengalami beberapa perlambatan dalam pertumbuhan fisik. Pada tahun kedua, anak hanya mengalami kenaikan berat badan sekitar 1,5 – 2,5 kg dan penambahan tinggi badan 6-10 cm. Pertumbuhan otak juga akan mengalami perlambatan, kenaikan lingkar kepala hanya 2 cm. untuk pertumbuhan gigi, terdapat tambahan 8 buah gigi susu, termasuk gigi geraham pertama dan gigi taring, sehingga seluruhnya berjumlah 14-16 buah. Pada usia 2 tahun, pertumbuhan fisik berat badan sudah mencapai 4x berat badan lahir dan tinggi badan sudah mencapai 50 persen tinggi badan orang dewasa. Menginjak usia 3 tahun, rata-rata berat badan naik menjadi 2-3 kg/tahun, tinggi badan naik 6-8 cm/tahun, dan lingkar kepala menjadi sekitar 50 cm.

(7)

Pada masa prasekolah, berat badan mengalami kenaikan rata-rata 2kg/tahun. Tubuh anak terlihat kurus, akan tetapi aktivitas motorik tinggi dan sistem tubuh mencapai kematangan dalam hal berjalan, melompat, dan lain-lain. Tinggi badan bertambah rata-rata 6,75 – 7,5 cm setiap tahun.

Pada masa ini anak mengalami proses perubahan pola bakan, umumnya mengalami kesulitan untuk makan. Anak juga mulai menunjukkan kemandirian pada proses eliminasi.

TAHAP TUMBUH KEMBANG USIA 6 TAHUN KEATAS

A. Masa Sekolah (6-12 tahun)

Fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur 6 sampai 12 tahun, sama dengan masa usia Sekolah Dasar. Anak-anak menguasai keterampilan-keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung. Secara formal mereka mulai memastiki dunia yang lebih luas dengan budayanya. Pencapaian prestasi menjadi arah perhatian pada dunia anak, dan pengendalian diri sendiri bertambah pula.

B. Masa Remaja (12-18 tahun)

Pada masa remaja ini banyak dijumpai masalah, karena masa ini merupakan proses menuju kedewasaan dan anak ingin mencoba mandiri. Masalah yang sering dijumpai adalah perubahan bentuk tubuh.

(8)

2.3 Pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai remaja.

I. Pertumbuhan dan perkembangan embrio manusia dalam kandungan Usia

Ciri-ciri 1 bulan (4 minggu)

Bagian kepala, jantung, dan hati mulai terbentuk; sistem pencernaan sebagai suatu saluran sederhana; ada sebuah ekor yang khas; jaringan-jaringan ekstra embrionik mulai muncul.

2 bulan (8 minggu)

Telinga, mata, jari-jari, mulut, hidung, dan tumit merupakan bentuk-bentuk tersendiri; tulang mulai dibentuk, sistem pencernaan terbentuk; sistem saraf dan sistem sirkuler mulai berfungsi; adanya alat kelamin luar, tetapi belum dapat dibedakan jenis kelaminnya.

3 bulan (12 minggu)

(9)

4 bulan (16 minggu)

Detak jantung sudah dapat dirasakan; terbentuknya tulang-tulang di seluruh tubuh; kulit berkembang sepenuhnya; sudah dapat ditentukan jenis kelaminnya; munculnya alis, bulu mata, dan rambut kepala; gerakan janin meningkat.

9,5 bulan (38 minggu)

Sejak minggu ke-16 sampai saat kelahiran terjadi akumulasi lemak di bawah kulit; menjelang minggu ke-22 janin mulai membuka matanya; gerakan-gerakan janin dirasakan oleh ibunya, terjadi kenaikan gerak badan yang sangat cepat; pada bulan ke-7 posisi kepala ke bawah sebagai persiapan untuk kelahiran.

II. Pertumbuhan dan perkembangan setelah lahir

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Balita 1. Ciri-ciri fisik

Usia

(10)

Perkembangan Tinggi Badan

Berat Badan

Motorik

Kognitif 0–3 bulan

45–65 cm

3–5 kg

Menggerakkan beberapa bagian

tubuh seperti tangan, kepala, dan mulai belajar memiringkan tubuh.

Mulai mengenal suara, bentuk benda dan warna. 6–9 bulan

(11)

7–9 kg

Dapat menegakkan kepala, belajar tengkurap sampai dengan duduk (pada usia 8 – 9 bulan), dan memainkan ibu jari kaki.

Mengoceh, sudah mengenal wajah seseorang, bisa membedakan

suara, belajar makan dan mengunyah 12–18 bulan

74–81 cm

10–11 kg

Belajar berjalan dan berlari, mulai bermain, dan koordinasi mata semakin baik.

Mulai belajar berbicara, mempunyai

(12)

86–96 cm

12–15 kg

Sudah pandai berlari, berolahraga, dan dapat meloncat

Keterampilan tangan mulai membaik,

pada usia 3 tahun belajar menggunting kertas, belajar menyanyi, dan membuat coretan

sederhana. 4–5 tahun

100–120 cm

16–22 kg

(13)

Mulai belajar membaca, berhitung, menggambar, mewarnai, dan merangkai kalimat dengan baik.

2. Ciri-ciri Psikologis Usia

Ciri-ciri Psikologis Balita (bawah lima tahun) 0-5 tahun

Mulai mengenal lingkungan. Membutuhkan perhatian khusus dari orang tua. Senang bermain. Bersifat kekanak-kanakan (manja). Cenderung keras kepala. Suka menolak perintah. Membutuhkan zat gizi yang banyak. Hormon pertumbuhan dihasilkan secara meningkat.

(14)

1. Ciri-ciri fisik Usia

Pertumbuhan

Perkembangan Tinggi Badan

Berat Badan

Motorik

Kognitif 6–8 tahun

120–130 cm

21–27 kg

(15)

Menggambar dengan bentuk proporsional, memakai dan mengancingkan

baju, menulis, lancar

membaca, tangkas dalam berhitung, belajar bahasa asing, belajar memainkan alat musik. 9–10 tahun

131–145 cm

28–33 kg

Melakukan olah raga permainan seperti bulutangkis, sepak bola, tangkas bersepeda.

Pandai menyanyi, mampu membuat sebuah karangan, Menyerap pelajaran dengan optimal, mulai belajar berdiskusi dan mengemukakan pendapat.

11–12 tahun

145–152 cm

(16)

Melompat tali sampai di atas 50 cm, meloncat sejauh lebih dari 1 meter, terampil dalam menggunakan

peralatan.

Konsentrasi belajar meningkat, mulai belajar bertanggung jawab, senang berpetualang dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar.

2. Ciri-ciri Psikologis Usia

Ciri-ciri Psikologis 6 – 12 tahun

(17)

C. Pertumbuhan dan Perkembangan masa remaja (puber)

1. Ciri-ciri fisik Perbedaan

Laki-laki

Perempuan Usia

11 – 16 tahun

10 – 15 tahun Ciri khusus

Terjadi mimpi basah

Mengalami menstruasi Ciri – ciri kelamin sekunder

(18)

di sekitar alat kelamin, serta dada menjadi lebih bidang.

payudara tumbuh membesar, tumbuhnya rambut di ketiak dan di sekitar alat kelamin, serta membesarnya pinggul.

2. Ciri-ciri Psikologis

Usia

Ciri-ciri Psikologis

Kurang lebih usia 10 – 17 tahun

Mulai memperhatikan penampilan. Mudah cemas dan bingung bila adanya perubahan psikis. Tidak mau dibatasi aktivitasnya. Mulai memilih teman yang cocok. Tidak mau diperlakukan seperti anak kecil. Selalu ingin mencoba hal-hal baru. Senang meniru idola atau berkhayal. Mulai bersikap kritis. Mulai ada perubahan bentuk fisik. Mulai menghasilkan hormon reproduksi. Alat kelamin mulai berkembang. Hormon pertumbuhan masih terus dihasilkan.

(19)

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan besar sel diseluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan menyintesis protein-protein baru. Menghasilkan penambahan jumlah berat secara keseluruhan atau sebagian. Dan Perkembangan (development), adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan, atau kedewasaan, dan pembelajaran. (wong, 2000).

.

3.2 SARAN

Adapun saran-saran dalam penulisan makalah ini adalah :

Ø Dapat meningkatkan wawasan tentang pertumbuhan dan perkembangan masa konsepsi sampai remaja.

(20)

Hidayat, A.Aziz Alimul, 2006, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.

http://semi-yanto.blogspot.com/2011/07/pertumbuhan-dan-perkembangan-manusia.html Soetjiningsih, SpAk, 1995, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta: EGC.

http://community.um.ac.id/showthread.php?75057-Hakikat-pertumbuhan-dan-perkembangan-peserta-didik.

Makalah konsep kebidanan tentang Tumbuh Kembang Anak BAB I

(21)

Setiap orang tua tentu berkeinginan agar anaknya dapat tumbuh kembang optimal, yaitu agar anaknya dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang terbaik sesuai dengan potensi genetik yang ada pada anak tersebut. Hal ini dapat tercapai apabila kebutuhan dasar anak ( asah, asih, dan asuh ) terpenuhi. Kebutuhan dasar anak harus dipenuhi yang mencakup imtaq, perhatian, kasih sayang, gizi, kesehatan, penghargaan, pengasuhan, rasa aman / perlindungan, partisipasi, stimulasi dan pendidikan ( asah, asih dan asuh ). Kebutuhan dasar tersebut harus dipenuhi sejak dini, bahkan sejak bayi berada dalam kandungan.(5) Untuk itulah dalam perkuliahan ini akan dibahas mengenai pemantauan tumbuh kembang neonatus terutama pada pertumbuhan fisik pada neonatus baik BB dan TB dengan menggunakan Denver Development Stress Test (DDST).

Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak karena faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga sehingga uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat didalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema makan pada anak.

Anak balita memang sudah bisa makan apa saja seperti halnya orang dewasa. Tetapi merekapun bisa menolak bila makanan yang disajikan tidak memenuhi selera mereka. Oleh karena itu sebagai orang tua kita juga harus berlaku demokratis untuk sekali-kali menghidangkan makanan yang memang menjadi kegemaran si anak.

Intake gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal. Dan pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan seseorang.

Faktor yang paling terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya justru membelikan makanan yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat yang mengandung banyak gizi.

(22)

Berdasarkan latar belakang masalah yang di kemukakan maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana manajemen asuhan kebidanan pada balita fisiologis menurut varney.

C. Tujuan a. Tujuan Umum

Setelah membuat laporan Asuhan Kebidanan, diharapkan mahasiswa dapat mengerti, memahami serta mampu membuat asuhan kebidanan Pada By. Ny. ”W” usia 1 hari dengan asfiksia.

b. Tujuan Khusus

Adapun tujuan yang dapat kita ambil dari penyusunan laporan ini adalah :

1. Melakukan pengkajian data subyektif dan obyektif pada By. Ny. ” W” usia 1 hari dengan asfiksia

2. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah 3. Mengidentifikasi masalah potensial

4. Mengidentifikasi kebutuhan yang harus dipenuhi 5. Membuat rencana tindakan

6. Melaksanakan tindakan

7. Melaksanakan evaluasi dan hasil tindakan

D. Metode Penulisan

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

(24)

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

Menurut Soetjiningsih, pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh); sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.

Menurut Depkes RI, pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur; sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh.

Menurut Markum dkk, pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu; perkembangan lebih menitikberatkan aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ atau individu, termasuk perubahan aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan.

Balita adalah singkatan bawah lima tahun. Demi kesamaan persepsi kita dalam membaca makalah ini maka saya membatasinya sebagai bayi dan anak yang berusia lima tahun kebawah. Selanjutnya di sebut masa bayi dan awal masa kanak-kanak, karena masing-masing memiliki ciri-ciri khas yang berlainan. Kita akan lebih banyak membahas konsep perkembangan daripada konsep pertumbuhan. Dalam istilah psikologi, perkembangan merupakan serangkaian perubahan yang progresif akibat dari proses kematangan dan pengalaman.

(25)

dasar yang sesungguhnya, meskipun seluruh masa anak-anak merupakan masa dasar. Banyak ahli berkeyakinan demikian, seperti Freud yang percaya bahwa penyesuaian diri yang kurang baik pada masa dewasa bermula dari pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak yang kurang baik (Freud, 1962).Kemudian Erikson (1964) juga percaya bahwa cara bayi diperlakukan akan menentukan apakah ia akan mengembangkan ‘dasar percaya’ atau ‘dasar tidak percaya’,memandang dunia sebagai suatu yang aman dan dapat dipercaya, atau sebaliknya sebagai ancaman.Ada beberapa tugas perkembangan masa bayi dan awal masa kanak-kanak yang dikemukakan oleh seorang tokoh psikologi perkembangan Havighurst(1972):

• Belajar makan makanan padat • Belajar berjalan

• Belajar berbicara

• Belajar mengendalikan pembuangan kotoran tubuh • Mempelajari perbedaan peran seks

• Mempersiapkan diri untuk membaca

• Belajar membedakan benar dan salah, mulai mengembangkan hati nurani.

B. Pemenuhan Gizi Pada Balita

1. Mengenal Balita

(26)

makanan padat seperti orang dewasa.Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya. Menurut Persagi (1992), berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan “ batita “ dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia “ prasekolah”. Batita sering disebut konsumen pasif, sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif.

2. Karakteristik Balita

Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.

3. Karakteristik Usia Prasekolah

Pada usia prasekolah, anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal sebagai “ masa keras kepala “. Akibat pergaulan dengan lingkungannya terutama dengan anak-anak yang lebih besar, anak mulai senang jajan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak kurang gizi.

(27)

4. Peran Makanan Bagi Balita a. Makanan sebagai sumber zat gizi

Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun , dan zat pengatur.

1) Zat tenaga

Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa.

2) Zat Pembangun

Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak.

3) Zat pengatur

Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur.

a) Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun yang larut dalam lemak ( vitamin A, D, E, dan K ).

(28)

Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).

a. Kebutuhan Energi

Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.

b. Kebutuhan zat pembangun

Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.

c.Kebutuhan zat pengatur

Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia. 6.Beberapa Hal Yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi

Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.

Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut:

a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan

(29)

tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita.

Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.

b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu

Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga. c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan

Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya.

Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999).

d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu

(30)

e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.

Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.

Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.

f. Sosial Ekonomi, keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.

g. Penyakit infeksi,Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan.

Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono, 1999).

7.Akibat Gizi yang Tidak Seimbang a. Kekurangan Energi dan Protein (KEP)

(31)

2) Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan

3) Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam usus terganggu 4) Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan balita terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan wasting. Wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi badannya. Jika kekurangna ini bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting. Stunting , yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus.

Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat dibedakan menjadi tiga bentuk.

1) Marasmus

Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang tua.Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi yang dominan.

2) Kwashiorkor

Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela- sela sel dalam jaringan. Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya mengalami pengurusan ( wasting ). Edema dikarenakan kekurangan asupan protein secara akut ( mendadak ), misalnya karena penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh sudah habis.

3) Marasmik-kwashiorkor

Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari asupannya.

(32)

Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor keturunan dan lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi yang tidak sesuai dengan penggunaan. Menurut Aven-Hen (1992),obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai berikut:

1)Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol. 2)Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat. 3)Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.

4)Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat sesuai keinginan orangtua.

5) Anak yang malas untuk beraktivitas fisik. 8. Penyebab Balita Kurang Nafsu makan : a. Faktor penyakit organis

b. Faktor gangguan psikologi

Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut: 1) Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi frustasi dan menangis

2) Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/ takaran tertentu sehingga anak menjadi tertekan

(33)

4)Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis yang diberikan tidak sesuai dengan sehingga susu yang diberikan tidak dihabiskan.

5)Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan bersama kedua orang tuanya. c.Faktor pengaturan makanan yang kurang baik

Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan ( faktor organis, faktor psikologis, atau faktor pengaturan makanan )

1) Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan menyembuhka penyakitnya melalui dokter.

2) Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan.

(a) Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga dapat menggugah selera makan anak dan disajikan semenarik mungkin.

(b) Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus sabar saat memberi makan anak.

(c) Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan disesuaikan denga waktu makan keluarga karena anak punya semangat untuk menghabiskan makanannya dengan makan bersama keluarga (orangtua)

(d) Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan sebaiknya dihindari dan ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan yang baik.

Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan beberapa hal berikut ini:

(a) Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikanpada saat anak benar-benar lapar dan haus

(34)

(c) Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan, sebaiknya didampingi oleh orang tuanya sehingga anak dapat memilih makanan jajanan yang baik dari segi kandungan gizi maupun kebersihannya.

(d) Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur disesuaikan dengan kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak menderita gizi kurang atau gizi lebih.

(e) Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.

Menu Makanan Balita

Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan.

Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :

• Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan seharihari sebaiknya terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.

• Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang disarankan adalah:

o Pagi hari waktu sarapan.

o Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu. o Pukul 12.00 pada waktu makan siang.

o Pukul 16.00 sebagai selingan

o Pukul 18.00 pada waktu makan malam. o Sebelum tidur malam, tambahkan susu.

o Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.

(35)

Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu jauh) • Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim

• Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan • Pukul 06.00 : Susu

• Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim • Pukul 14.00 : Susu

• Pukul 16.00 : Makanan selingan • Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim • Pukul 20.00 : Susu.

Makanan Selingan Balita

Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut.

Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun. Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga.

(36)

karena anak akan meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di sekelilingnya dalam keluarga.

Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara makan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup menerima porsi makan karena anak susah makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya.

Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan lain-lain.

Fungsi makanan selingan adalah :

1. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan selingan. 2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang dan malam).

3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita.

Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienis dibandingkan jika dibeli di luar rumah.

Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang lengkap gizi, jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja. Makanan ini jika diberikan terus-menerus sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis saja maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan menjadi meningkat. Kegemukan merupakan faktor risiko pada usia yang relatif muda dapat terserang penyakit tertentu.

Menu untuk Balita yang Sedang Sakit

(37)

cepat sembuh. Untuk mempercepat kesembuhan balita, bisa diimbangi dengan pengaturan makanannya.

1. Untuk balita dengan panas tinggi

PENDERITA penyakit yang disertai panas tinggi kebutuhan gizinya meningkat. Hal ini disebabkan metabolisme tubuh meningkat, penyerapan zat-zat gizi menurun dan adanya faktor lain yang berhubungan dengan penyakitnya. Nafsu makan pun biasanya menurun.

Makanan hendaknya memenuhi syarat-syarat :

a. Konsistensinya lunak. Makanan pokok seperti nasi tim, kentang pure, bubur dan lain-lain. b. Kebutuhan kalori meningkat, sebaiknya diberikan porsi kecil dan sering.

c. Sumber protein seperti susu, daging, hati, ikan, telur, tahu, tempe, dan kacang-kacangan diberikan lebih dari porsi normalnya.

d. Kebutuhan air diberikan lebih banyak, karena suhu lebih tinggi dari normal sehingga banyak terjadi penguapan melalui keringat. Sari buah sangat baik karena mengandung air, vitamin dan mineral. Berikan minuman lebih banyak dari biasanya.

e. Makanan minuman tidak boleh diberikan terlalu panas atau terlalu dingin. 2. Untuk balita dengan gejala mencret (diare)

DIARE pada bayi dan anak merupakan penyakit utama di Indonesia. Diare diartikan sebagai buang air besar tidak normal atau bentuk tinja encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.

Penyebab diare ada beberapa faktor, yaitu:

a. Infeksi. Infeksi virus atau infeksi bakteri pada saluranpencernaan merupakan penyebab diare pada anak.

(38)

c. Makanan. Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan tertentu. d. Faktor psikologis. Rasa takut, cemas (umumnya jarang terjadi pada anak).

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang anak

Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu :

1. Faktor Genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Faktor ini juga merupakan faktor bawaan anak, yaitu potensi anak yang menjadi ciri khasnya. Melalui genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.

2. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Faktor ini disebut juga milieu merupakan tempat anak tersebut hidup, dan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak. Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan merupakan lingkungan ”bio-fisiko-psiko-sosial” yang memepengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.

Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi :

(39)

Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir, antara lain :

1. Gizi ibu pada waktu hamil

Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR/lahir mati, menyebabkan cacat bawaan, hambatan pertumbuhan otak, anemia pada bayi baru lahir,bayi baru lahir mudah terkena infeksi, abortus dan sebagainya. 2. Mekanis

Trauma dan cairan ketuban yang kurang, posisi janin dalam uterus dapat kelainan bawaan, talipes, dislokasi panggul, tortikolis kongenital, palsi fasialis, atau kranio tabes.

3. Toksin/zat kimia

Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi antara lain obat anti kanker, rokok, alkohol beserta logam berat lainnya.

4. Endokrin

Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin, adalah somatotropin, tiroid, insulin, hormon plasenta, peptida-peptida lainnya dengan aktivitas mirip insulin. Apabila salah satu dari hormon tersebut mengalami defisiensi maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan pada pertumbuhan susunan saraf pusat sehingga terjadi retardasi mental, cacat bawaan dan lain-lain.

5. Radiasi

Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya, sedangkan efek radiasi pada orang laki-laki dapat menyebabkan cacat bawaan pada anaknya.

(40)

Setiap hiperpirexia pada ibu hamil dapat merusak janin. Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH, sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, malaria, polio, influenza dan lain-lain.

7. Stres

Stres yang dialami oleh ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan kejiwaan dan lain-lain.

8. Imunitas

Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kern ikterus, atau lahir mati.

9. Anoksia embrio

Menurunnya oksigenisasi janin melalui gangguan pada plasenta atau tali pusat, menyebabkan BBLR.

Ad.b. Faktor Lingkungan Postnatal

Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu sistem yang teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ ibunya,ke suatu sistem yang tergantung pada kemempuan genetik dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri.

Lingkungan postnatal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi :

a. Lingkungan biologis

Lingkungan biologis yang dimaksud adalah ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi,, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, dan hormon.

(41)

Yang termasuk dalam faktor fisik itu antara lain yaitu cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah, sanitasi, keadaan rumah baik dari struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian, serta radiasi.

c. Faktor psikososial

Stimulasi merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak, selain itu motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar, ganjaran atau hukuman yang wajar merupakan hal yang dapat menimbulkan motivasi yang kuat dalam perkembangan kepribadian anak kelak di kemudian hari, Dalam proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan teman sebaya, stres juga sangat berpengaruh terhadap anak, selain sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak orangtua dapat mempengaruhi proses tumbuh kembang anak.

d. Faktor keluarga dan adat istiadat

Faktor keluarga yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yaitu pekerjaan/pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder, pendidikan ayah/ibu yang baik dapat menerima informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, menjaga kesehatan, dan pendidikan yang baik pula, jumlah saudara yang banyak pada keluarga yang keadaan sosial ekonominya cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak, jenis kelamin dalam keluarga seperti apad masyarakat tradisonal masih banyak wanita yang mengalami malnutrisi sehingga dapat menyebabkan angka kematian bayi meningkat, stabilitas rumah tangga, kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma, tabu-tabu, agama, urbanisasi yang banyak menyebabkan kemiskinan dengan segala permasalahannya, serta kehidupan politik dalam masyarakat yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, anggaran dan lain-lain.

C. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak

(42)

1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai maturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.

2. Terdapat masa percepatan dan masa perlambatan, serta laju tumbuh kembang yang berlainan organ-organ.

3. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak,tetapi kecepatannya berbeda antara anak satu dengan lainnya.

4. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan saraf. 5. Aktifitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas.

6. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.

7. Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.

Setiap anak adalah individu yang unik, karena faktor bawaan dan lingkungan yang berbeda, maka pertumbuhan dan pencapaian kemampuan perkembangnnya juga berbeda, tetapi tetap akan menuruti patokan umum.

D. PERKEMBANGAN PERILAKU MAKAN ANAK

Teori perkembangan jiwa menurut Anna Freud, setiap anak harus melalui suatu pola perkembangan perilaku makan sejak lahir hingga dewasa dalam keadaan :

- Tergantung akal pikiran atau ratio secara kualitatif dan kuantitatif - Tergantung kebutuhan sendiri atau nafsu makannya sendiri

(43)

- Tidak berkaitan dengan hubungan dengan si pemberi makanan maupun fantasinya , baik disadari atau tanpa disadari.

Proses perkembangan kemampuan dan perilaku makan pada anak dapat diibagi dalam beberapa tahap sesuai dengan perkembangan kematangan saluran cerna dan perkembangan kemampuan motorik dan psikologis anak :

TAHAP I : PERIODE MINUM ASI

Pada usia ini pada beberapa bayi saluran cernanya belum sempurna atau sering terjadi gangguan pada saluran cerna sehingga sering timbul masalah pemberian makanan pada bayi tersebut. TAHAP II : PERIODE PENYAPIHAN ASI

Penyapihan ASI atau PASI bisa dimulai dari anak atau keinginan dari ibu. Bila penyapihan ini dilakukan secara mendadak maka bayi akan merespon atas pnghentian kesenangan menghisap ini. Kadangkala akan menyebabkan gangguan psikologis atau gangguan kesulitan minum sementara.

TAHAP III : PERIODE TRANSISI DARI MAKAN DISUAP MENUJU MAKAN SENDIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT (sendok atau garpu).

Dalam tahap ini anak masih mempunyai persepsi bahwa makanan adalah identik dengan ibu. Setiap penolakan makanan terhadap makanan mungkin ditujukan terhadap ibunya sebagai pernyataan penolakan terhadap perawatan atau perhatian ibunya.

TAHAP IV : PERIODE ANAK MAKAN SENDIRI DENGAN ALAT

(44)

diarahkan bahwa dengan kenikmatan bermainnya dengan alat makan sebagai sarana latihan sekaligus memberi makanan.

TAHAP V : PERIODE HILANGNYA PERSEPSI PERSAMAAN ANTARA MAKANA DAN IBU

Sikap irasional terhadap makanan pada fase ini ditentukan oleh ”infantile sexual theories” yaitu adanya fantasi anak bahwa :

oKehamilan terjadi lewat mulut (takut keracunan makan yang kemudian dapat menyebabkan kehamilan).

oKehamilan terjadi karena makan banyak.

TAHAP VI : HILANGNYA SEKSUALISASI DARI MAKAN PADA MASA LATEN

Pada tahap ini kesenangan anak pada makan bertambah. Sikap irasional terhadap makanpun semaikin berkurang. Anak dapat menentukan sendiri makannya baik kuantitas dan kualitas. Pengalaman yang dialami anak selama dalam perkembangan tingkah laku makannya, akan membentuk kebiasaan makan dari seseorang pada masa dewasanya seperti makanan yang tidak disenangi dan disenangi.

Semakin bertambah usia bayi akan diikuti oleh perkembangan kematangan saluran cerna dan kemampuan motorik oral. Makan merupakan proses belajar. Seorang anak tidak dengan sendirinya bisa makan dengan benar.

Proses menelan pada bayi diawali dengan gerakan-gerakan refleks yang membutuhkan rangsangan agar bayi bisa belajar memberi respons. Ketiadaan rangsangan membuat bayi tidak belajar optimal dalam proses makan.

(45)

Pengenalan sejak dini terhadap beragam makanan baik tekstur, rasa, jenis, makanan maupun cara pemberian makanan, sangatlah penting. Seorang anak akan belajar melalui pengalaman sensoris (rasa raba, tekan, bau, penglihatan, pendengaran) dan melalui percobaan melakukan keterampilan motorik .

Aktifitas makan merupakan rangkaian proses fisiologis yang rumit. Proses ini akan berjalan sesuai dengan tumbuh kembang anak. Proses makan melibatkan dua faktor yang berhubungan erat satu sama lain, yakni struktur anatomi dan fungsinya. Dan tahapan pemberian jenis makanan disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan, seperti yang dianjurkan oleh dokter.

Saluran cerna pada bayi dibawah usia 4-6 bulan masih dalam keadaan immatur (kurang sempurna). Secara mekanik integritas mukosa usus dan peristaltik merupakan pelindung masuknya alergen ke dalam tubuh. Secara kimiawi asam lambung dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi bahan alergi dan toksik lainya. Secara imunologik sIgA (sekretori Imunoglobulin A/zat kekebalan tubuh) pada permukaan mukosa dan limfosit pada lamina propia di dinding saluran cerna dapat menangkal bahan mengandung alergi, racun dan zat yang mengganggu lainnya masuk ke dalam tubuh.

Pada saluran cerna yang belum sempurna sistem pertahanan tubuh tersebut masih lemah dan gagal berfungsi sehingga memudahkan bahan alergi atau bahan zat yang mengganggu masuk ke dalam tubuh. Hal inilah yang menjadi alasan bahwa pada usia tersebut pemberian jenis makanan tambahan tertentu harus ditunda dulu hingga usia 4 atau 6 bulan.

(46)

Perkembangan saluran cerna, kemampuan motorik oral dan motorik halus lainnya inilah yang mengharuskan bayi untuk mengikuti jadwal, jenis dan jumlah makanan sesuai dengan perkembangan usia. Pada bayi baru lahir, proses mengisap dan menelan berlangsung secara refleks. Misalnya refleks rooting (mencari) yang distimulasi dengan menyentuh tepi mulut bayi akan membangkitkayn gerakan kepala ke arah stimulus. Pada saat puting susu ibu dimasukkan ke rongga mulut bayi, refleks rooting membantu mencengkeram puting susu ibu. Proses menelan pada bayi diawali dengan gerakan-gerakan refleks yang membutuhkan rangsangan agar bayi bisa belajar memberi respons. Ketiadaan rangsangan membuat bayi tidak belajar optimal dalam proses makan. Demikian pula dalam hal jenis makanan yang bisa dicerna, karena kekurang matangan saluran cerna untuk usia di bawah 4 – 6 bulan hanya diperbolehkan pemberian ASI (Air Susu Ibu) atau PASI (Pengganti Air Susu Ibu).

Usia di atas 6 bulan ASI atau susu formula tetap menjadi sumber utama nutrisi. Perubahan terbesar di dalam kebiasaan makan adalah memberi makanan padat. Dalam pemberian makan, bayi tidak langsung diperkenalkan makanan padat, namun secara bertahap dimulai dari makanan semi-padat hingga makanan padat.

Kematangan oral dan keterampilan motorik halus menunjukkan usia yang tepat untuk memperkenalkan makanan semi-padat dan padat. Usia 4 – 6 bulan sudah dapat diberikan makanan semi-padat dan makanan yang dapat dipegang diberikan saat anak sudah dapat meraih, memegang dan membawa makanan kemulutnya. Saat inilah bayi mulai dapat mengunyah dan mengemut makanan lunak. Bayi mulai dapat minum dari gelas dengan bantuan antara usia 9 – 12 bulan. Di atas usia 1 tahun sebenarnya anak sudah harus mempunyai kemampuan makan hampir seperti orang dewasa terutama dalam hal jenis akanan. Tetapi untuk ketrampilan motorik makan seperti makan dengan sendok dan garpu untuk makan sendiri akan semakin meningkat di atas usia 3 tahun.

(47)

lingkungannya yang tumbuh dari perlakuan yang tepat serta perawatan yang penuh kasih sayang dari orangtua ataupun pengasuhnya. Bila kebutuhan dasar ini tidak terpenuhi, maka bayi akan diliputi oleh rasa curiga, takut dan akhirnya menjadi tidak percaya terhadap lingkungannya. Menurut Erikson independensi (ketidak tergantungan) merupakan hal yang penting di usia kedua Erikson menggambarkan bahwa tahap ke 2 dari perkembangan psikososial adalah otonomi, yang bila ada masalah akan menimbulkan rasa malu dan ragu dalam diri anak. Dengan otonomi membangun perkembangan mental dan motorik anak. Pada masa ini anak tidak saja dapat berjalan, tetapi juga memanjat, membuka dan menutup, menjatuhkan, mendorong dan menarik, memegang dan melepaskan. Anak merasa bangga dengan kepandaiannya dan ingin mengerjakan segala sesuatu sendiri, seperti memakai sepatu, membuka bungkusan makanan, menyuap, atau menentukan apa yang ingin dimakan.

(48)

BAB III

TINJAUAN KASUS

7 Langkah Varney Dalam Kebidanan

TEORI MIDWIFERY (TUJUH LANGKAH VARNEY)

Varney ( 1997 ) menjelaskan bahwa proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat-bidan pada awal tahun 1970-an. Proses ini memperkenalkan sebuah metode dengan pengorganisasian pemikiran dan tindakan-tindakan dengan urutan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Proses ini menguraikan bagaimana perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan. Proses manajemen ini bukan hanya terdiri dari pemikiran dan tindakan saja melainkan juga pemeriksaan pada setiap langkah agar pelayana yang komprehensive dan aman dapat tercapai. Dengan demikian proses manajemen harus mengikuti aturan yang logis dan memberikan pengertian yang menyatakan pengetahuan, hasil temuan dan penilaian yang terpisah-pisah menjadi satu kesatuan yang berfokus pada manajemen klien.

Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu karangan lengkap yang dapat diuraikan lagi menjadi langkah-langkah yang lebih rinci dan ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut :

(49)

Pada langkah pertama ini dilakukan pekerjaan dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu :

• Riwayat kesehatan

• Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya.

• Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.

• Meninjau data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi.

• Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami komlikasis yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaburasi bidan akan melakukan konsultasi. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah tersebut) karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memakai manajemen dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.

Langkah II (Kedua) : Interprestasi Data Dasar

(50)

sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh diperoleh diagnosa ”kemungkinan wanita hamil”, dan masalah yang berhubungan dengan diagnosa ini ialah bahwa wanita tersebut mungkin tidak menginginkan kehamilannya. Contoh lain yaitu wanita pada tri semester ketiga merasa takut tidak termasuk dalam ketegori nomenklatur standar diagnosa. Tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa takut.

Langkah III (Ketiga) : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada masalah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegehan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapaat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.

Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yag aman. Contoh seorang wanita dengan pemuaian uterus yang berlebihan tersebut (misalnya polyhidramnion besar dari masa kehamilan, ibu yang diabetes kehamilan, atau kehamilan kembar). kemudian ia harus mengtisipasi, melakukan peencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarhan post partum yang disebabkan oleh atonia uteri karena pemuaian uterus yang berlebihan.

Pada persalinan dengan bayi besar bidan sebaliknya juga mengatisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadinya distocia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi.Bidan juga sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kencing yang menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan partus prematur aau bayi kecil. Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang pemeriksaan laboratorium terhadap simptomotik terhadap bakteri dan segera memberi pengobatan jika infeksi saluran kencing terjadi.

(51)

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungn prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus. Misalnya pada waktu wanita tersebut ada dalam persalinan.

Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi beberapa data mungkin mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu dan anak (misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distasia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).

Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan suatu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.

Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari preeklamasia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu memerlukan konsulatasi atau kolaborasi dengan dokter.Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan demikian dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir.

Langkah V ( kelima ) : Merencanakan Asuhan Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan lanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

(52)

asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.

Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan penyuluhan ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien.

Rasional yang berdasarkan asumsi yang tidak sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori yang salah atau tidak memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang tidak lengkap, bisa dianggap tidak valid dan akan menghasilkan asuhan klien yang tidak lengkap dan berbahaya. Langkah VI (Enam) : Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini bisa dilakuka sepenuhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya : memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah teta bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.

Langkah VII (Ketujuh) : Evaluasi

(53)

Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasikan mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuian pada rencana asuhan tersebut.Langkah-langkah proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah yang terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.

Manajemen Kebidanan 7 langkah Varney

ASUHAN KEBIDANAN PADA An”T” DENGAN BALITA FISIOLOGIS

Hari/Tanggal Pengkajian :Rabu,31 Agustus 2011 Jam :16.00 wib

Tempat :BPS

Nama Pengkaji :Rizqi dan Diana I.PENGKAJIAN

A. Data Subjektif 1. Biodata

(54)

Umur :1 tahun 6 bulan Jenis Kelamin :♀ Alamat :G.Melintang

Nama Ibu :Ny.B Nama Suami :Tn.L Umur :25 tahun Agama :Islam Pendidikan :SMA Pendidikan :SMA Pekerjaan :Swasta Pekerjaan :Swasta

Suku/Bangsa :Serawai/Indonesia Suku/Bangsa :Serawai Alamat :G.Melintang Alamat :G.Melintang

2. Keluhan Utama

- Ibu mengatakan ingin Memeriksakan anaknya - Ibu mengatakan ingin menimbang anaknya 3. Riwayat Kesehatan

Riwayat kesehatan sekarang :Ibu mengatakan anaknya tidak sedang menderita penyakit kejang,TBC,dan diare

Riwayat kesehatan yang lalu :Ibu mengatakan anaknya tidak pernah menderita penyakit kejang,TBC,dan diare

Riwayat kesehatan keluarga :Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit jantung,Hipertensi,asma,DM dan TBC

(55)

Hepatitis B : 2X DPT : 3X Polio : 4X Campak : 1X

5. Riwayat Persalinan Jenis Persalinan :Spontan Tempat :Rumah

Penolong :Bidan Penyulit :Tidak Ada Afgarscor :

Refleks Moro :+ Suchin :+ Plantar :+ Roting :+ Babynsky :+

(56)

No Jenis Kebutuhan Sekarang

1.

Nutrisi a. Makanan -Frekuensi -Porsi -Jenis -Keluhan

b. Minuman -Jumlah -Jenis -Keluhan

(57)

Tidak ada

3-4x/hari

Air Putih + susu Tidak Ada 2.

Eliminasi a. BAB -Frekuensi -Konsistensi -Keluhan

b. BAK -Frekuensi -Warna -Keluhan

(58)

Lembek Tidak Ada

4-5X/Hari Kuning Jernih Tidak Ada

3

Istirahat dan Tidur a. Tidur Siang b. Keluhan c. Tidur Malam d. Keluhan

±5Jam Tidak,ada ±10jam Tidak ada

4. Personal hygine a. Mandi

b. Ganti Baju Hhjhu

(59)

Aktifitas sehari-hari a. Pergerakan b. Keaktifan c. keluhan

Norma Aktif Tidak Ada

(60)

Suhu :36,7ºC

Tinggi Badan :73 cm Berat Badan :12 kg Lingkar Kepala Lingkar Badan Lila

:-2) Pemeriksaan Fisik Kepala

a. Rambut : Distribusi :Merata Kebersihan :Bersih Warna :Hitam

Nyeri tekan :Tidak Ada Benjolan :Tidak ada b. Muka

Warna :Tidak Pucat c. Mata

Bentuk : Simetris Sklera :An Itenik

(61)

Kebersihan :Bersih Polip :Tidak Ada

Pengeluaran cairan/Secret :Tidak Ada e. Mulut

Bibir :Lembab Caries :Tidak ada Gusi :Tidak ada f. Telinga

Bentuk :Simetris Kebersihan :Bersih

Pengeluaran secret :Tidak Ada Pendengaran :+

 Leher Pembesaran Vena Jugularis :T/ada Pembesaran kelenjar Limfe :T/ada

 Dada/Payudara Bentuk :Simetris Pernafasan :Normal Bunyi jantung :Normal  Abdomen

(62)

 Genetalia :Bersih,SC Rutum Sudah Turun

ke bawah,Lubang testis dan anus ada,keluhan tidak ada  Ekstriminitas

a. Atas

Bentuk :Simetris Pergerakan :Aktif b. Bawah

Bentuk :Simetris Kuku :T/pucat Pergerakan :Aktif

II.Interprestasi Data 1. Diagnosa :

An.M Umur 1 tahun,Jika ♀,ku baik dengan balita normal

DS:-Ibu mengatakan ingin memeriksakan anaknya berumur 1 tahun

(63)

TB :73cm BB :17 kg 2. Masalah T/ada

3. Kebutuhan

Penkes tentang Balita Fisiologis

III.Masalah potensial T/ada

IV.Tindakan Segera T/ada

V.Intervensi

1. Jelaskan pada ibu tentang keadaan anaknya

2. Jelaskan pada ibu tentang asupan nutrisi pada anaknya

3. Jelaskan pada ibu tentang pertumbuhan dan perkembangan anaknya 4. Jelaskan pada ibu tentang kebutuhan istirahat anaknya

5. Anjurkan pada ibu untuk tetap menjaga personal hygine pada anaknya 6. Jelaskan pada ibu tanda bahaya pada anaknya

(64)

VI.Implementasi

1. Menjelaskan pada ibu tentang keadaan baik

2. Menjelaskan pada ibu tentang asupan nutrisi anaknya yaitu beri anak makan yang bergizi 3. Menjelaskan pada ibu tentang pertumbuhan dan perkembangan anaknya yaitu BB meningkat sesuai dengan usia

4. Menganjurkan pada ibu untuk menjaga personal hyginenya yaitu 2X sehari dibersihkn. 5. Menjelaskan pada ibu tentang kebutuhan anaknya

6. Menjelasakan pada ibu tentang behaya pada anaknya yaitu demam tinggi

7. Menjelaskan pada ibu tentang aktivitas anaknya yaitu dengan memberikan mainan mobil 8. Menganjurkan pada ibu untuk kunjungan ulang satu bulan yang akan datang.

VII.Evaluasi

1. Ibu mengerti dengan penjelasan bidan tentang keadaan anaknya saat ini. 2. Ibu mampu mengulangi penjelasan bidan

(65)

BAB IV

PEMBAHASAN

(66)

fisiologis yaitu pemenuhan kebutuhan anak sesuai dengan umurnya.Pada balita fisiologis tidak terlalumembutuhkan perawatan yang terlalu serius,hanya saja orang tua dapat mengawasi pola makan,gizi,lingkungan,serta kesehatan anak.

MAKALAH ASKEB V (TUMBUH KEMBANG) MAKALAH ASKEB V

(TUMBUH KEMBANG)

akbid logo

Disusun Oleh : Kelompok

1. Dwi Isnaini 6. Revy Sefriani 2. Iis Herawati 7. Ricca Lestari 3. Ike Nurjannah 8. Septi Yensi 4. Mike Purnamasari 9. SeSti Listami 5. Nia Anggraini 10. Tariani Kartika Sari

(67)

Dosen MK : Efrieni, S.Kep.Ners

AKADEMI KEBIDANAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MUARA ENIM

TAHUN AKADEMIK 2011-2012

BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa. Anak bukan dewasa kecil. Anak menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, kesadaran emosional dan inteligensia berjalan sangat cepat. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan.

(68)

pengalaman dari aktivitas dan rasa ingin tahu, sehingga membutuhkan perhatian orang tua yang besar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah defenisi tumbuh kembang ?

2. Bagaimana Tumbuh Kembang pada Usia 12 – 18 Bulan ? 3. Bagaimana Tumbuh Kembang pada Usia 18 – 24 Bulan ? 4. Bagaimana Tumbuh Kembang pada Usia Prasekolah ? 1.3 Manfaat

1. Untuk mengetahui defenisi tumbuh kembang

(69)

BAB II

PEMBAHASAN 2.1 Definisi

Menurut kamus kedokteran Dorland, pertumbuhan ialah proses normal pertambahan ukuran organisme sebagai akibat pertambahan jaringan pada yang telah ada sebelumnya. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bias diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (cm, meter) umur tulang dan keseimbangan metabolic (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Menurut Pedoman Diagnosis Ilmu Kesehatan Anak batasan dari pertumbuhan adalah setiap perubahan dari tubuh yang berhubungan dengan bertambahnya ukuran tubuh baik fisik (anatomis) maupun struktural dalam arti sebagian atau menyeluruh. 4,6,12

Menurut kamus kedokteran Dorland, perkembangan ialah proses pertumbuhan dan diferensiasi. Definisi lain dari perkembangan ialah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Istilah Perkembangan meliputi pertumbuhan fisik, maupun pematangan fungsi, emosi dan perilaku sosial. Menurut Pedoman Diagnosis Ilmu Kesehatan Anak batasan dari perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill), struktur, dan fungsi tubuh yang lebih kompleks.

* I BULAN :

• Mengangkat sedikit kepalanya bila di tengkurapkan

(70)

• Hanya melihat hitam dan putih untuk semua beda yang berada 20cm dari wajahnya • Menggunakan ekspresi wajah untuk menarik perhatian

* 2 BULAN :

• Mengangkat kepalanya setimggi 45 derajat dan bertahan beberapa menit dengan posisi seperti itu ketika di tengkurapkan

• Mengnngkat kepalanya bila digendong dengan muka menempel di pundak ibu/ayah • Diam dan tenang sambil mengemut jari/dot(empeng)

• Menggerakan mata mengikuti objek * 3 BULAN :

• Mengangkat kepalanya setinggi 90 derajat ketika ditengkurap • Kepala tegak bila didudukan

• Mendekatkan kedua kepalan tangan • Tidur sepanjang malam

• Menggunakan kepala tangan untuk memukul mainan atau benda yang ada di dekatnya • Menyuguhkan senyum pertamanya

• Melihat warna dengan jelas * 4 BULAN :

• Berguling dari posisi terlentang ketengkurap atau sebaliknya

(71)

• Mengenali orang dan benda * 5 BULAN :

• Mengangkat kaki dan tangannya ketika tegkurap • Mengoceh dan tertawa lepas yang nyaring

• Kepalanya dapat tegak deng

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar anak balita mengalami karies gigi (59,6%), sebagian besar usia penyapihan pada anak balita baik ( 88,5%), sebagian besar anak

Kata preseance berasal dari bahasa Perancis atau dalam bahasa Inggris precende yang artinya urutan. Maksudnya disini adalah urutan berdasarkan prioritas, atau siapa yang lebih

dengan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal ”, sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Peran Penggunaan Gawai Terhadap Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini (Analisis Systematic Literature Review).. Bakat atau potensi yang dimiliki anak perlu

Konsep Tumbuh Kembang Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah Ciri-ciri Tumbuh Kembang Faktor yang Memengaruhi Tumbuh Kembang Anak Pertumbuhan Fisik Perkembangan Motorik, Sosial dan

Banyak makanan yang beredar dilingkungan sekitar anak mengandung zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh bahkan tergolong berbahaya, seperti halnya makan yang mengandung pengawet,

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kolonisasi Enterobacteriaceae pada nasofaring populasi sehat pada semua usia, tidak hanya pada usia bayi dan balita (0 – 5

Kegiatan penyuluhan yang diberikan pada ibu yang memiliki balita usia 24-36 tahun ini yaitu bertujuan untuk memberikan edukasi pada ibu tentang “Stimukasi perkembangan motorik halus