• Tidak ada hasil yang ditemukan

38682344 Makalah Program Kesehatan Reproduksi Remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "38682344 Makalah Program Kesehatan Reproduksi Remaja"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

ANAK JALANAN

Di susun Oleh:

YUNITA SAFITRI (0806323252)

Fakultas Kesehatan Masyarakat UNIVERSITAS INDONESIA

(2)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Yunita Safitri

Tempat/ tanggal lahir : Kuala Tungkal, 12 Agustus 1991

NPM : 0806323252

Fakultas : Ilmu Keperawatan Jurusan : Ilmu Keperawatan

Menyatakan bahwa makalah saya yang berjudul : “ Program Kesehatan Reproduksi Remaja Remaja Anak Jalanan” adalah bukan merupakan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah penulis sebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar- benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademis.

Depok, 01 Juni 2010 Yang menyatakan

(Yunita Safitri)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah ini dengan baik.

Dalam penulisan ini tidak sedikit hambatan yang saya hadapi dalam segala aspek, baik dalam mencari sumber dan literatur (2005-2010). Namun berkat kerja keras dan ketekunan yang tinggi berikut bantuan yang telah diberikan oleh semua pihak terutama pertolongan dari Tuhan, penulisan makalah ini dapat teratasi hingga tahap terakhir.

Oleh karena itu saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada saya, atas bantuan yang telah diberikan oleh pihak terkait yang tidak mungkin saya sebutkan satu demi satu, penulis tak dapat membalasnya, kecuali dengan mengucapkan terima kasih. Saya juga berterima kasih kepada dosen-dosen saya yang telah mendukung kami dalam penyusunan makalah ini. Makalah berjudul Program Kesehatan Reproduksi Remaja Anak Jalanan ini saya susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi Remaja di semester genap tahun 2010.

Saya mohon maaf apabila dalam penulisan terdapat kesalahan. Semoga di waktu mendatang tidak terjadi kembali. Selain itu penulis juga bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca mengenai karya tulis ini.

Depok, Juni 2010

Penyusun

(4)

DAFTAR ISI

2.1.2 Aspek-Aspek Perkembangan Pada Remaja ...3

2.1.3 Ciri – Ciri Masa Remaja ...4

2.2Konsep Remaja Jalanan ...4

2.2.1 Pengertian Anak Jalanan ...4

2.2.2 Kategori Anak Jalanan ...5

2.2.3 Faktor yang menyebabkan anak menjadi anak jalanan ...6

2.2.4 Proses terjadinya anak jalanan ...7

2.2.5 Masalah yang dihadapi Anak Jalanan ...7

2.2.6 Model Upaya Penanganan Anak Jalanan ...8

2.2.7 Model Penanganan Anak Jalanan ...9

2.3Konsep Kesehatan Reproduksi Remaja ...11

2.3.1 Perngertian Kehatan Reproduksi Remaja ...11

2.3.2 Ruang Lingking Kesehatan Reproduksi Remaja ...11

2.3.3 Berbagai Risiko Kesehatan Reproduksi Remaja ...11

BAB III : ANALISIS PROGRAM 3.1 Kerangka Pikir Pengembangan Program ...14

3.2 Pengembangan Program KRR untuk Anak Jalanan ...15

3.2.1 Strategi / Pendekatan Terhadap anak jalanan ...15

3.2.2 Program : Mobil Menuju Masa Depan ...16

3.2.3 Target ...16

(5)

3.2.4 Sasaran ...16

3.2.5 Tujuan ...17

3.2.6 Indikator Program ...17

3.2.7 Pelaksanaan ...17

3.2.8 Monitor dan Evaluasi ...19

BAB V: PENUTUP 5.1 Kesimpulan ...20

5.2 Saran ...20

(6)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kehadiran anak jalanan tidak bisa dilepaskan dari keberadaan kota besar. Semakin cepat perkembangan sebuah kota semakin besar jumlah anak jalanan. Kehidupan di jalanan bagi sebagian anak mempunyai dampak yang positif dan negatif, segi negatifnya adalah kerawanan dalam kecelakaan serangan penyakit akibat cuaca, dan diikuti dampak lingkungan pergaulan sehari-hari yang buruk salah satunya mengenai masalah kesehatan reproduksi. Dalam kehidupan anak jalanan, pengetahuan bersumber dari informasi yang diperoleh di jalanan. Kehidupan tersebut menyebabkan mereka membentuk pengetahuan mereka sesuai dengan apa yang mereka lihat, mereka dengar, dan mereka rasakan.

Pengetahuan kesehatan reproduksi yang rendah memudahkan terjadinya perilaku kesehatan reproduksi yang keliru. Hal ini disebabkan karena pengetahuan merupakan factor predisposisi perilaku. Sedangkan fenomena anak jalanan ini merupakan suatu bagian dari ruang lingkup dari ilmu keperawatan yakni keperawatan kesehatan komunitas yang merupakan sintesis dari praktek keperawatan dan praktek kesehatan keluarga, masyarakat dan kelompok khusus salah satunya yakni kehidupan anak jalanan yang diaplikasikan untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan dari kominitas itu sendiri.

Seorang pejabat UNICEF memperkirakan ada sekitar 100 juta anak jalanan di dunia. Di Asia, menurut perkiraan Childhope Asia, sebuah NGO yang berbasis di Philipina, memperkirakan ada sekitar 25-30 juta anak jalanan (Chaturvedi, 1994). Di Indonesia, Anwar dan Irwanto (1998) dalam analisis situasi mengenai anak jalanan, mengutip data Departemen Sosial yang menunjukkan ada sekitar 50,000 anak jalanan. Banyak pihak, termasuk keduanya meyakini besaran jumlah anak jalanan jauh di atas perkiraan tersebut. Terlebih bila dikaitkan dengan terjadinya krisis ekonomi yang menyebabkan jumlah anak jalanan di Indonesia meningkat sekitar 400% (Kompas, 4 Mei 1998). (http://odishalahuddin.wordpress.com /2010/01/04/anak-jalanan-studi-kasus-atas-persoalan-sosial/)

Saat ini kurang lebih ada sekitar 200.000 anak jalanan di Indonesia. Setiap hari mereka harus berhadapan dengan eksploitasi, diskriminasi hingga kekerasan seksual.

(7)

Seperti kasus yang menimpa Ardiansyah, hidup bocah laki-laki berusia 9 tahun ini berakhir dengan tragis sebagai korban mutilasi pada bulan Januari lalu. 1

1.2 Tujuan Penulisan

- Untuk mengetahui pengetahuan remaja jalanan tentang kesehatan reproduksi

- Untuk mengetahui masalah-masalah kesehatan reproduksi yang terjadi pada komunitas anak jalanan

- Untuk mengetahui solusi permasalahan dan program yang dapat digunakan dan dikembangkan untuk mengatasi kendala tersebut.

1.3Manfaat Penulisan

- Mendapatkan pengetahuan yang mendalam mengenai kehidupan dan permasalahan-permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja anak jalanan

- Dapat melakukan analisis terhadap permasalahan yang muncul sehingga mampu merumuskan solusinya.

- Dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan pemerintah bagaimana kehidupan dan permasalahan yang terjadi pada remaja anak jalanan

1

(8)

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Remaja

2.1.1 Pengertian Remaja

Banyak tokoh yang memberikan definisi remaja seperti Kata dan Idquo, remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Menurut Papalia dan Olds (2001, remaja adalah transisi perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. 2

Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja adalah 12-24 tahun. Sesuai dengan UU Perlindungan Anak dan Konvensi Hak remaja adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun (menikah maupun belum menikah). Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan hak Reproduksi) batasan usia usia remaja adalah 10 sampai 21 tahun. 3

2.1.2 Aspek-Aspek Perkembangan Pada Remaja a. Perkembangan Fisik 2

Perubahan pada tubuh yang ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan otot dan kematangan orga seksual dan fungsi reproduksi tubuh remaja mulai beralih dari tubuh anak-anak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh oran dewasa yang cirinya adalah kematangan. 2 b. Perkembangan Psikologi

Perkembangan identitas diri dan menghargai diri sendiri. c. Perkembangan Kepribadian dan Sosial

Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik sedangkan perkembangan social bearti perubahan dalam berhubungan dengan orang. (Papalia & Olds,2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas. 2

2

(http://rumahbelajarpsikologi.com/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id= 101). Diakses tanggal 28 Mei 2010.

3

Slide Direktorat Bina Kesehatan Anak dr. Rinni Yudhi Pratiwi, MPET , 2010)

(9)

2.1.3 Ciri – Ciri Masa Remaja

Ada beberapa ciri masa remaja yaitu:

- Adanya peningkatan emosional yang merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja

- Adanya kematangan seksual

- Perubahan nilai dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa

- Lebih senang berkumpul diluar rumah dengan kelompoknya - Sering membantah atau melanggar aturan orang tua

- Kurang mempertimbangkan maupun menjadi sangat tergantung pada kelompoknya

- Ingin menonjolkan diri, bahkaan menutup diri 2.2 Konsep Remaja Jalanan

Anak jalanan , anak gelandangan, sesungguhnya mereka adalah anak yang tersisih , dan terelinasi dari perlakuan kasih sayang karena kebanyakan dari usia yang relatif dini harus berhadapan dengan lingkungan kota yang kerasdan bahkan sangat tidak bersahabat. Kehidupan anak jalanan rentan terhadap eksploitasi. Mereka melakukan jenis pekerjaan yang tidak jelas, kurang dihargai dan umumnya juga tidak menjanjikan apapun dimasa depan. Meski anak laki-laki dan perempuan rawan terhadap eksploitasi dan ancaman seksual. Namun anak perempuan yang hidup dijalanan perlu memperoleh perhatian khusus karena beresikolenih besar untuk diperlakuakan salah secara seksual. Resiko utama yang sering dihadapi anak perempuan adalah perlakuan tak senonoh, berupa pelecehan seksual sampai kehilangan perawanan karena diperkosa oleh lelaki yang lebih besar atau orang dewasa yan disekitarnya. Ada kecendrungan anak jalan perempuan lebih mudah dieksploitasi dan terdorong untuk memasuki dunia prostitusi, direkrut menjadi pekerja seks komersial.

2.2.1 Pengertian Anak Jalanan

(10)

jalanan sebagai anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lain.4

Anak jalanan adalah anak laki-laki dan perempuan yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja atau hidup di jalanan dan tempat- tempat umum, seperti pasar, mall, terminal bis, stasiun Kreta Api, taman kota. Mereka seharusnya hidup bersama orang tua dan saudara-saudaranya di rumah yang hangat dan bersahabat. Mereka juga selayaknya bermain dan belajar di sekolah atau di tempat-tempat yang memang pantas untuk itu. Jalanan bukanlah lingkungan yang baik untuk proses tumbuh-kembang anak dan merealisasikan potensinya secara penuh. Anak jalanan bertahan hidup dengan melakukan aktivitas di sector informal, seperti menyemir sepatu, menjual koran, mencuci kendaraan, menjadi pemulung barang-barang bekas. Sebagian lagi mengemis, pengamen, dan bahkan ada yang mencuri, mencopet atau terlibat perdagangan sex.5

2.2.2 Kategori Anak Jalanan

Menurut Subakti (1997), secara besar anak jalan dibedakan dalam 3 kategori, yaitu:

a. Children on the street

Anak yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja dijalan, tetapi masih mempunyai hubungan yang kuat denga orang tua mereka. Sebagian penghasila mereka dijalan diberikan kepada orang tuanya. Fungsi anak jalan pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan kemiskinan yang harus ditanggung dan tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya.

b. Children of the street

Anak-anak yang berpartisipasi penuh dijalanan, baik secara social maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekuensi pertemuaan mereka tidak menentu. Banyak diantara adalah anak-anak yang karena suatu sebab (cenderung mengalami kekerasan) lari atau pergi dari rumah. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa anak-anak pada kategori ini sangat rawan terhadap perlakuan salah, baik secara social

5 http://www.policy.hu/suharto/Naskah%20PDF/AnakJalanan.pdf (2007) diakses tanggal 27 Mei 2010

(11)

c. Children from families of the street

Anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup dijalanan. Walaupun anak-anak ini mempunyaihubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing dari satu tempat ketempat lain dengan segala resikonya. Salah satu ciri penting dari masalah ini adalah pemampangan kehidupan jalanan sejak anak masih bayi, bahkan masih dalam kandungan. Di Indonesia, kategori ini sangat mudah ditemukan diberbagai kolong jembatan, sepanjang rel kereta api, san sebagainya. Walaupun secara kuantitatif jumlahnya belum diketahui secara pasti.

2.2.3 Faktor yang menyebabkan anak menjadi anak jalanan

Keadaan kota mengundang maraknya anak jalanan. Kota yang padat penduduknya dan banyak keluarga bermasalah membuat anak yang kurang gizi, kurang perhatian, kurang pendidikan, kurang kasih sayang dan kehangatan jiwa, serta kehilangan hak untuk bermain, bergembira, bermasyarakat, dan hidup merdeka, atau bahkan mengakibatkan anak-anak dianiaya batin, fisik, dan seksual oleh keluarga, teman, orang lain lebih dewasa. 6

Di antara anak-anak jalanan, sebagian ada yang sering berpindah antar kota. Mereka tumbuh dan berkembang dengan latar kehidupan jalanan dan akrab dengan kemiskinan, penganiayaan, dan hilangnya kasih sayang, sehingga memberatkan jiwa dan membuatnya berperilaku negatif.

Seorang anak yang terhempas dari keluarganya, lantas menjadi anak jalanan disebabkan oleh banyak hal. Penganiayaan kepada anak merupakan penyebab utama anak menjadi anak jalanan. Penganiayaan itu meliputi mental dan fisik mereka. Lain daripada itu, pada umumnya anak jalanan berasal dari keluarga yang pekerjaannya berat dan ekonominya lemah.

Fenomena sosial anak jalanan terutama terlihat nyata di kota-kota besar terutama setelah dipicu krisis ekonomi di Indonesia sejak lima tahun terakhir. Departemen Sosial tahun 1998 di 12 kota besar melaporkan bahwa jumlah anak jalanan sebanyak 39.861 orang dan sekitar 48% merupakan anak-anak yang baru turun ke jalan sejak tahun 1998. Secara nasional diperkirakan terdapat sebanyak 60.000 sampai 75.000 anak jalanan. Depsos mencatat bahwa 60% anak jalanan telah putus sekolah (drop out) dan 80% masih ada hubungan dengan keluarganya,

6

(12)

serta sebanyak 18% adalah anak jalanan perempuan yang beresiko tinggi terhadap kekerasan seksual, perkosaan, kehamilan di luar nikah dan terinfeksi Penyakit Menular Seksual (PMS) serta HIV/AIDS. 6

Umumnya anak jalanan hampir tidak mempunyai akses terhadap pelayanan pendidikan, kesehatan dan perlindungan. Keberadaan mereka cenderung ditolak oleh masyarakat dan sering mengalami penggarukan (sweeping) oleh pemerintah kota setempat. 6

2.2.4 Proses terjadinya anak jalanan

Ada dua hipotesis kontradiktif tentang hal ihwal keberadaan anak jalanan di jalanan: mereka berada di jalan karena memang menikmati berada di jalan atau karena mereka tidak punya pilihan lain.

2.2.5 Masalah yang dihadapi Anak Jalanan a. Kekerasan dan eksploitasi seksual

Hampir seluruh anak jalanan perempuan pernah mengalami pelecehan seksual terlebih bagi anak yang tinggal di jalanan. Ketika tidur, kerapkali mereka menjadi korban dari kawan-kawannya atau komunitas jalanan, misalnya digerayangi tubuh dan alat vitalnya. Bentuk kekerasan lain adalah perkosaan. Yayasan Setara (Shalahuddin, 2000b) dalam laporannya menyatakan bahwa 30% anak jalanan perempuan mengalami hubungan seksual pertama akibat perkosaan. Tak jarang perkosaan dilakukan oleh sekelompok orang yang dikenal dengan istilah pangris atau Jepang baris.7

b. Seks bebas dan Perilaku seksual usia dini

Seks bebas telah diketahui publik menjadi bagian dari kehidupan anak jalanan. Berbagai hasil penelitian anak jalanan yang ada semakin memperkuat pandangan semacam itu. Beberapa penelitian tentang aktivitas seksual remaja telah mengindikasi adanya kecendrungan semakin meningkatnya kebiasaan berhubungan seksual pranikah. 8

Berdasarkan pengalaman selama berinteraksi dengan anak jalanan biasanya anak yang memiliki pengalaman seksual berumur 15 tahun ke atas. Namun, berdasarkan hasil monitoring dan investigasi Yayasan Setara pada awal tahun 2001, di salah satu kawasan mulai muncul perilaku seksual aktif pada

7

http://odishalahuddin.wordpress.com/2010/01/04/anak-jalanan-studi-kasus-atas-persoalan-sosial/ (Januari 2010) diakses tanggal 27 Mei 2010

8 Arida, S.dkk (2005). Seks dan Kehamilan Pranikah. Puast PSKK UGM: Yogyakarta

(13)

usia dini, yaitu di bawah 14 tahun. Setara mencatat ada 12 pasangan, dan satu pasangan diantaranya masih memiliki hubungan sedarah. 7

Perilaku seks bebas menyebabkan anak jalanan rentan terhadap ancaman terinveksi PMS dan HIV?AIDS dan bagi anak jalanan perempuan resiko kehamilan menjadi tinggi. Tidak jarang anak jalanan perempuan yang terlanjur hamil harus menyabung nyawa, karena mereka memilih untuk menyelesaikan masalah itu dengan cara aborsi yang jauh dari syarat kelayakan medis dan cenderung mengabaikan keselamaan jiwa mereka.

c. Penggunaan drugs

Sebagian besar anak jalanan telah mengkonsumsi minuman keras, pil dan zat-zat adiktif lainnya secara rutin. Ini tidak terbatas pada anak jalanan laki-laki saja melainkan juga anak perempuan. Ada berbagai cara bagi mereka untuk mendapatkan drugs, seperti membeli, meminta, diberi dan merampas. Ada juga yang mencoba mencari barang-barang yang murah dengan menghisap lem aica aibon.

Penelitian Setara (2000) mengungkapkan 62,5% anak jalanan perempuan mengkonsumsi minuman keras dan pil. Menurut Huijben (1999), hal yang mendorong mereka mengkonsumsi karena dianggap sebagai jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Selain itu sebagian anak menggunakannya untuk menumbuhkan keberanian saat melakukan kegiatan di jalanan.7

d. Tindakan kriminal

Tindakan kriminal yang dilakukan anak jalanan secara kuantitas tampaknya meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dengan bentuk yang lebih berani. Sebagai contoh, bila sebelumnya mereka hanya melakukan pemerasan sesama anak jalanan, kini mereka sudah berani melakukan pemerasan, penodongan dan pencopetan ke masyarakat.

Kegiatan ini tampaknya dipengaruhi pula oleh tingkat persaingan yang tinggi sesama anak jalanan untuk mendapatkan uang sehingga mereka lebih mudah terpengaruh untuk melakukan kegiatan kriminal yang dinilai lebih banyak menghasilkan.

2.2.6 Model Upaya Penanganan Anak Jalanan

(14)

- Faktor eksternal, yang berupa peluang atau ancaman/hambatan dari luar baik dari lingkungan masyarakat ataupun instansi pemerintah

- Factor internal, yang berupa kekuatan dan kelemahan dari dalam baik dari anak jalanan maupun lembaga yang menangani.

Penting untuk memahami factor-faktor tesebut dalamupaya untuk mendapatkan solusi dan mencari model yang tepat dan sesuai bagi anak jalanan. Sesuai dalam artian antara pendekatan dengan kondisi yang ada terdapat kesesuaian dalam penanganan dengan memberikan pemahaman, menyadarkan, dan memberdayakan. Sehingga akan didapat solusi yang tepat sasaran . pendekatan yang dimaksud yaitu:9

- Pendekatan TRIBINA

- Pendekatan Komprehensif – integratif - Pendekatan kesejahteraan

- Konsep kampanye social

- Pendekatan psikososial dan lingkungan (pengorganisasian dan pengembangan masyarakat)

- Pendekatan pemberdayaan 2.2.7 Model Penanganan Anak Jalanan

Keberadaan rumah singgah dan berbagai program pembinaan yang telah telah diterapkan sebelumnya sebagai upaya penanganan masalah remaja anak jalanan dan persoalan perbaikan mental dan moral mereka. Mental dan moral yang buruk melekat pada remaja anak jalanan karena adanya pengaruh yang cukup kuat saat remaja berada lingkungan jalanan yang keras dan semuanya itu tanpa ada pengendali dan pengontrol.

Saat remaja anak jalanan memutuskan diri menjadi anak jalanan, factor utamanya yang menyebabkan adalah berawal dari orang tua, baik pada posisi denan pendidikan yang rendah, akhirnya berefek pada penghasilan yang tidak dapat mencukupi kebutuhan kelurga. Akibatnya, remaja anak jalanan diekspoitasi untuk dapat mebantu mencari tambahan penghasilan keluarga. Selain itu juga adanya perceraian kedua orang tua mereka yang tidak dapat dibendung yang akhirnya berdampak pada anak. Remaja anak jalanan akan mejadi jenuh dan malas untuk bertemu dengan kedua orang tuanya dan mengakibatkan anak menjai tidak betah berada di rumah. Ajakan teman merupakan solusi bagi remaja anak jalanan untuk

(15)

mengatasi berbagai masalah yang mereka hadapi sehingga memutuskan diri untuk menjadi anak jalanan.9

Dari permasalah tersebut, tidak terpenuhnya hak-hak dasar anak, maka rumah singgah dalam programnya menggunakan pendekatan dan sebagai factor pendukung diperlukannya pemberdayaan bagi masyarakat sekitar dan lembaga yang menangani anak jalanan agar program rumah singgah dapat terealisasi dengan baik. Ada beberapa model penanganan dan pendekatan yang dapat dilakukuan : 10

- Street-centered intervention. Penanganan anak jalanan yang dipusatkan di

“jalan” dimana anak-anak jalanan biasa beroperasi. Tujuannya agar dapat menjangkau dan melayani anak di lingkungan terdekatnya, yaitu di jalan.

- Family-centered intervention. Penanganan anak jalanan yang difokuskan

pada pemberian bantuan sosial atau pemberdayaan keluarga sehingga dapat mencegah anak-anak agar tidak menjadi anak jalanan atau menarik anak jalanan kembali ke keluarganya.

- Institutional-centered intervention. Penanganan anak jalanan yang dipusatkan di lembaga (panti), baik secara sementara (menyiapkan reunifikasi dengan keluarganya) maupun permanen (terutama jika anak jalanan sudah tidak memiliki orang tua atau kerabat). Pendekatan ini juga mencakup tempat

berlindung sementara (drop in), “Rumah Singgah” atau “open house” yang

menyediakan fasilitas “panti danasrama adaptasi” bagi anak jalanan.

- Community-centered intervention. Penanganan anak jalanan yang dipusatkan di sebuah komunitas. Melibatkan program-program community development untuk memberdayakan masyarakat atau penguatan kapasitas lembaga-lembaga sosial di masyarakat dengan menjalin networking melalui berbagai institusi baik lembaga pemerintahan maupun lembaga sosial masyarakat. Pendekatan ini juga mencakup Corporate Social Responsibility tanggung jawab social perusahaan).

9

http://www.damandiri.or.id/file/dwiastutiunairbab3.pdf Diakses tanggal 27 Mei 2010

10

(16)

2.3 Konsep Kesehatan Reproduksi Remaja

2.3.1 Perngertian Kehatan Reproduksi Remaja

Suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja.Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural.3 Ada beberapa hal yang penting untuk diketahui remaja mengenai kespro yaitu pengenalan mengenai system, proses dan fungsi alat reproduksi, dan apa saja hak-hak reproduksi.

Isu- isu penting kesehatan reproduki remaja sebagai pengetahuan dasar agar remaja mempunyai kesehatan reproduksi yang baik yaitu:11

- Penting bagi remaja yang belum menikah untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, infeksi PMS-ISR (50 % dari infeksi HIV/AIDS baru terjadi pada usia < 25 tahun), dan aborsi tidak aman

- Usia pubertas semakin muda, usia menikah menjadi semakin meningkat sehingga meningkatkan peluang terjadinya berbagai hal bisa positif maupun negatif

- Remaja yang sudah menikah masih sering diabaikan dan tidak mendapatkan layanan kesehatan reproduksi yang memadai

- Kehamilan dan pernikahan usia dini serta terbatasnya akses informasi, edukasi, komunikasi dan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi bagi remaja12 2.3.2 Ruang Lingking Kesehatan Reproduksi Remaja

Ada beberapa ruang lingkung KRR yaitu: 3 a. Kesehatan Ibu dan anak

b. Keluarga berencana

c. Masalah kesehatan reproduksi remaja (Perkawinan remaja, seksual remaja) d. Masalah kecanduan narkoba

e. Gangguan jiwa dan psikosisoal 2.3.3 Berbagai Risiko Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh kehamilan, aborsi, penyakit menular seksual (PMSP dan sistem yang membatasi akses terhadap informasi dan pelayanan klinis. Kesehata reproduksi juga dipengaruhi oleh gizi, kesehatan psikologis, ekonomi,

11

Slide Ruang Lingkup KRR dr. Agustin Kusumayati M.Sc., Ph.D. 2010

12

Santika, A. dkk (2006). Menggunakan Hak Asasi Manusia untuk Kesehatan Maternal Neunatus. World Health Organization: Jakarta

(17)

dan ketidak setaraan gender yang menyulitkan remaja putri menghindari hubungan seks yang dipaksakan atau seks komersial.13

2.3.3.1Kehamilan

Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas yang lebih besar pada remaja dibandingkan pada wanita yang telah berusia 20 tahun. Remaja putri yang berusai kurang dari 18 tahun mempunya 2- 5 kali risiko kematian (maternal mortality) dibandingkan dengan wanita yang telah berusia 18-25 tahun akibat persalinan lama dan persalinan macet, pendarahan maupun faktor lain.14 Kegawat daruratan berkitan dengan kehamilan misalnya tekanan darah tinggi, kurang darah (anemia) juga sering terjadi pada ibu-ibu diusia remaja akibat kekurangan gizi.

2.3.3.2Aborsi yang tidak aman

Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja sering sekali berakhir dengan aborsi. Banyak survei yang telah dilakukan dinegara-negara berkembang menunjukkan bahwa hamper 60 % kehamilan pada wanita dibawah 20 tahun adalah kehamilan yang tidak diinginkan.13 Aborsi yang disengaja sering kali berisiko pada remaja putri. Remaja sering menunggu lebih lama sebelum mencari bantuan karena tidak dapat mengakses pelayanan kesehatan atau bahkan mungkin mereka tidak sadar bahwa mereka hamil.

2.3.3.3Penyakit Menular Seksual (PMS), termasuk HIV

Infeksi PMS dapa menyebabkan masalah kesehatan seumur hidup, termasuk kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan risiko penulran HIV. Risiko remaja untuk tertular HIV/AIDS juga meningkat. Infeksi baru pada wanita jauh lebih tinggi dibanding pria dengan rasio 2 banding 1.14

Remaja cenderung lebih berisiko tertular PMS karena berbagai sebab. Seringkali hubungan seksual terjadi tanpa direncanakan atau tanpa diinginkan. Walaupun hubungan seks dilakukan atas keinginan bersama, remaja tidak merencanakan terlebih dahulu sehingga tidak siap dengan kondom maupun kontrasepsi lain dan belum berpengalaman dalam menggunakan alat konstrasepsi secara benar. Remaja putri mempunyai risiko lebih besar terhadap infeksi karena belum matangnya system reproduksi mereka.

2.3.3.4Female Genital Mutilation (FGM)14

13

http://www.kesrepro.info/?q=node/367 (Februari 2008) Diakses tanggal 27 Mei 2010

14

(18)

FGM adalah pemotongan sebagian atau keseluruhan kelamin luar wanita maupun tindakan perlukaan lainnya terhadap alat kelamin wanita FGM merupakan praktek tradisional di Afrika yang berdampak sangat besar pada kesehatan reproduksi remaja FGM . FGM dapat menyebabkan trauma saat pemotongan, infeksi dan pendarahan hebat. Pendarahan yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Beberapa FGM dapat menyebabkan rasa sakit yang kronis pada saat melakukan hubungan seks, infeksi radang panggul yang berulang dan persalinan lama dan macet. 14

(19)

BAB III

ANALISIS PROGRAM

3.1 Kerangka Pikir Pengembangan Program

Kerangka pikir merupakan kebijakan dalam menentukan program apa yang baik dilakukan untuk menghindari perluasan pemikirian dan program sehingga menjadi semakin terfokus.

Pendekatan pada anak jalanan dilakukan untuk mengidentifikasi dan mendapatkan keseragaman persepsi terhadap kehidupan dan permasalahn yang ada dan terjadi pada remaja anak jalanan. Permasalahan yang ada berkisar awalnya anak yang menjadi anak jalanan. Mulai dari anak keluar kejalanan sampai anak akan memutuskan menjadi anak jalan atau tidak, maka aspek yang perlu diketahui yaitu:

-Faktor-faktor yang memperngaruhi anak turun ke jalan -Proses terjadinya anak jalanan

-Pengelompokkan anak jalanan

Untuk mengembangkan program yang akan dilakukan pada anak jalanan kita harus mengetahui dan mengidentifikasi masuk ke kategori mana mereka dan pendekatan apa yang harus diambil dan dilakukan dalam memberikan solusi permasalahan yang mereka alami. Dengan melakukan hal tesebut, maka akan mempermudah kita dalam mencari solusi penanganan anak jalanan melalui program pembinaan anak jalanan yang selama ini telah diterapkan untuk mengetahui seberapa besar potensi yang ada pada anak jalanan dan sejauh mana peluang itu dapat digunakan sebagai upaya mencari jalan keluar permasalahn yang ada. Adapun pendekatan-pendekatan yang telah ada, pendekatan kesejahteraan, psikososial dan lingkungn, pendekatan pemberdayaan. Dari pendekatan-pendekatan tersebut akan mempermudah dalam pengembangan program yang akan dilakukan yang sesuai dengan kebutuhan sasaran.

(20)

3.2 Pengembangan Program KRR untuk Anak Jalanan

Program untuk meningkatkan kesehatan reproduksi remaja khususnya untuk anak jalanan harus dapat memberikan informasi dan pelayanan klinis, sekaligus membanru remaja anak jalanan mengembangkan kemampuan utama yang mereka miliki. Program juga harus memperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi seperti budaya, norma, pengatuh teman sebaya , media massa, serta kesulitan ekonomi dan mengembangkan strategi program yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan reproduksi remaja jalanan. Kriteria program yang efektif :13

- Memfokuskan pada pengurangan perilaku yang berakibat pada penularan PMS serta kehamilan yang tidak diinginkan.

- Memberikan informasi dasar yang tepat dan akurat mengenai risiko berhubungan seks yang tidak terlindung/tidak aman

- Mengajarkan remaja jalanan cara menunda hubungan seksual dan cara menggunakan kontrasepsi

- Mendiskusikan pengaruh social dan media terhadap perilaku seksual

- Mengembangkan model tentang cara menolak hubungan seksual yang tidak diinginkan dan mendukung perilaku seksual yang bertanggung jawab

- Membantu remaja jalanan menahami masyarakat dan pengaruh-pengaruhnya. 3.2.1 Strategi / Pendekatan Terhadap anak jalanan

Dalam mengembangakan program kesehatan reproduksi remaja jalanan, ada beberapa strategi yang diperlukan yaitu promotive ( penuyuluhan, pelatihan, life skills), preventive (penjangkauan dan pendampingan), rehabilitative ( konseling,

esting layanan medis dan rujukan, support group. Adapun bentuk kegiatannya diantaranya yaitu:

- Pelayanan klinik yang berorientasi pada remaja

Membuat klinik-klinik yang memberikan berbagai pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kepribadian seorang remaja dengan pelayanan seperti kehamilan, pencegahan PMS, konseling dan pemeriksaan dan pengetesan lainya. - Klinik berbasis sekolah

Seperti yang kita ketahui bersama, banyak remaja yang tidak bersekolah dan tidak mendapatkan pendidikan yang layak untuk seusianya. Membuat klinik yang berbasis sekolah agar remaja jalanan dapat merasakan seperti berada di lingkungan sekolah. Klinik berbasis sekolah dapat menyediakan kondom dan konseling yang berkaitan dengan kehamilan dan pencegahan PMS serta rujukan

(21)

untuk berbagai pelayanan kesehatan lainnya sehubungan dengan kontrasepsi dan kesehatan reproduksi remaja.

- Pendekatan berbasis masyarakat

Pendekatan berbasis masyarakat dilakukan dengan berbagai cara untuk menjangkau remaja jalanan dimana mereka biasa berkumpul, bekerja, dan bermain. Dengan kata lain, pendekatan ini sama seperti Street-centered intervention, Family-centered intervention, Institutional-centered intervention

dan Community-centered intervention.

- Pembinaan Kesehatan reproduksi remaja jalanan disesuaikan dengan kebutuhan proses tumbuh kembang remaja dengan menekankan pada upaya promotif dan preventif yaitu penundaan usia perkawinan muda dan pencegahan seks pranikah15

- Pelaksananaan Pembinaan KRR dilakukan terpadu degan melibatkan sector swasta dan LSM terkait dengan anak jalanan

- Pembinaan KRR dilakukan melalui penerapan PKPR ditingkat pelayanan kesehatan ditingkat pelayanan dasar yang bercirikan “peduli remaja” dengan melibatkan remaja jalanan dalam kegiatan secara penuh

- Pelaksanaan pendidikan KRR melalui bimbingan dan konseling dikelompok anak jalanan rumah singgah

3.2.2 Program : Mobil Menuju Masa Depan 3.2.3 Target:

Ada beberapa target yang ingin dicapai program ini, yaitu: - Penurunan prevalensi kekerasan dan eksploitasi seksual

- Prevalensi permasalahan kesehatanan reproduksi anak jalanan secara umum menurun

3.2.4. Sasaran:

Remaja Anak Jalanan yang berada di sekitar stasiun kereta api, gelandangan

Berusia 14 - 21 tahun, Jumlah ± 15 – 20 remaja dengan persentase Laki-laki 40% dan Perempuan 60%

15

(22)

3.2.5 Tujuan Program yang dikembangkan:

- Memberikan informasi Kesehatan Reproduksi Remaja,

- Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku positif remaja tentang KRR, - Melatih ketrampilan kecakapan hidup (life skill), Pelayanan Konseling, dan - Rujukan KRR serta untuk mengembangkan kegiatan remaja lainnya yang sesuai

dengan kebutuhan dan minat remaja untuk mewujudkan ” Mobil Menuju Masa

Depan”

3.2.6 Indikator Program:

- Adanya partisipasi remaja jalanan dalam pengambilan keputusan yang dapat mempengaruhi masa depan diri, keluarga dan lingkungannya. Termasuk kebebasan dan partisipasi remaja jalanan dalam bidang sosial dan budaya. - Kemudahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan reproduksi dan pelayanan

lain untuk kebutuhan tumbuh kembanganya.

- Adanya ruang terbuka dimana remaja anak jalanan dapat berkumpul, bermain dan berkreasi dengan teman-temannya dengan aman dan nyaman.

- Adanya peraturan yang melindungi remaja anak jalanan dari segala bentuk kekerasan, eksploitasi dan kesalahan-kesalahan lain

- Tidak adanya diskriminasi disegala bidang terkait dengan suku, ras, agama dan golongan.

3.2.7 Pelaksanaan

Jenis Kegiatan yang dilakukan:

a. Menjamin program yang cocok atau relevan untuk remaja

Terlebih dahulu petugas harus mengidentifikasi jelas kelompok anak jalanan yang bagaimana yang akan dilayani oleh program, dan kemudian melibatkan kelompok tersebut untuk mengembangkan program.

b. Penyediaan Pelayanan Klinik KRR

Pelayanan klinis kesehatan reproduksi remaja untuk remaja jalanan dilakukan oleh pertugas yang telah terlatih menghadapi masalah yang umum terjadi pada remaja jalanan dan mampu memberikan konseling untuk remaja yang berkaitan dengan masalah reproduksi dan kontrasepsi. Dalam semua kegiatan petugas harus mempertimbangkan status remaja jalanan itu sendiri dan kesehatannya secara keseluruhan serta seberapa besar mereka memilki risiko perilaku seksual.

(23)

Remaja jalanan yang ingin mendapatkan pelayanan kesehatan seringkali meminta jaminan kerahasiaan, lokasi dan waktu yang sesuai. Petugas pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan harus dapat merespon hal-hal yang diinginkan oleh klien, dan tentunya harus menjamin hal-hal tersebut. Selain itu juga petugas harus dapat menciptakan lingkungan yang sesuai dan bersahabat untuk remaja jalanan, terbuka bagi remaja putri maupun putra, memiliki program konseling yang kuat.

Kegiatan yang lain yang dapat dilakukan oleh petugas pelayanan kesehatan yaitu dengan melakukan pemerikasaan rutin gratis tentang ancaman PMS, kehamilan, kesehatan gizi, pelayanan kesehatan bagi remaja jalanan yang hamil, aborsi, dan terkena PMS.

c. Pemberian Informasi

Remaja jalanan mendapatkan informasi hanya melalui orang sekitar, teman sebaya, dan media massa. Seharusnya sumber utama pemberi informasi tentang kesehatan reproduksi adalah oran tua. Karena adanya berbagai kendala seperti orang tua merasa kurang mempunya informasi yang cukup dan malu untuk membahas topik ini kepada anak mereka atau bahkan orang tua tidak setuju apabila anak mereka mengutarakan semua yang berhubungan dengan seksual.

Petugas kesehatan yang telah dilatih harus memberikan informasi yang tepat dan relevan tentang kesehatan reproduksi remaja pada remaja jalanan. Pemberian informasi dapat melalui radio, sanggar remaja, media massa, bahkan lanng mendekati remaja jalanan di jalan.

Selain melalui berbagai media informasi, pemberian informasi kesehatan reproduksi remaja dapat dilakukan dengan sosialisasi risiko seks bebas, PMS, dan NAPZA.

d. Pengembangan Kemampuan

Mengembangkan kemampuan yang dimiliki remaja jalanan akan sangat mendukung program untuk meningkatkan kesehatan reproduksi mereka. pelaksanaannya dapat dilakukan dengan membuat suatu permainan, pelatihan peer concelor, dan cara-cara lain untuk meningkatkan kesehatan reproduksi termasuk untuk mencegah terjadinya PMS.

(24)

untuk meningkatkan kesehatan reproduksi remaja. Selain itu juga dapat dilakukan dengan mengadakan diskusi kelompok.

3.2.8 Monitor dan Evaluasi program

Pelaksanaan program dinilai berhasil apabila target yan ditetapkan dapat tercapai. Monitoring dan evaluasi yang dapat kita lakukan agar program dapat berjalan dengan baik sesuai dengan target yang ingin kita capai yaitu:

- Melakukan pemantauan pelaksanaan dengan melakukan rapat antara petugas kesehatan yang terkait dengan program yang dilakukan secara berkala

- Monitoring lapangan oleh petugas KRR jalanan untuk observasi kualitas pelayanan program yang dikembangkan danm kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan.

- Melakukan evaluasi perbaikan, pengembangan dan peningkatan program - Membuat laporan bulanan sehingga dapat dianalisa kemajuan, perkembangan

dan hambatan program yang dihadapi dilapangan

(25)

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Remaja jalanan menghadapi berbagai resiko yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi, kehamilan dini dan kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi tidak aman, eksploitasi seksual, infeksi PMS dan kekerasan seksual. Program yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan reproduksi remaja jalanan harus mempertimbangkan beberapa faktor meliputi aktivitas seksual, status keluarga, dan banyak factor lainnya.

Program yang sukses, dapat memberikan pelayanan konseling dan klinis yang dibutuhkan oleh remaja jalanan, serta bertujuan untuk membantu mengembangkan keterampilan yang dimiliki oleh remaja jalanan untuk membuat suatu keputusan yang sehat. Program yang disusun dengan melibatkan remaja jalanan dalam kegiatan pelaksanaan program diharapkan mendapatkan dukungan dari pihak lain, baik dari masyarakat, LSM (sector lain), maupun pemerintah.

4.2 Saran

Remaja jalanan adalah generasi bangsa yang mempunyai hak seperti remaja lain pada umumnya. Berikanlah hak-hak yang sama seperti remaja lain dengan tumbuh kembang sewajarnya dilingkungannya, dan berhak unutuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi sebagaimana mestinya. Dengan pemberian perhatian dan kepercayaan pada remaja jalanan untuk dapat berbuat sesuatu yang lebih baik atas dirinya maupun orang lain.

(26)

DAFTAR PUSTAKA

Anonym. (2010 ). Masalah Anak Jalanan, Style Sheet: http://suar.okezone.com/read /2010/05/17/58/333230/melirik-kondisi-kejiwaan-anak-jalanan. Diakses tanggal 27 Mei

Anonym.(2007). Penanganan Anak Jalanan. Style Sheet : http://www.policy.hu/suharto/ Naskah%20PDF/AnakJalanan.pdf. Diakses tanggal 27 Mei 20102010

Anonym. Anak Jalanan. Style Sheet http://www.damandiri.or.id/file/dwiastutiunairbab3.pdf Diakses tanggal 27 Mei 2010

Anonym. (2010). Style Sheet : http://pdfcontact.com/download/7634918/. Diakses tanggal 27 Mei 2010

Anonym. Style Sheet : http://www.path.org/files/Indonesian_16-3.pdf Diakses tanggal 27 Mei 2010

Anwar, dkk. 2006. Anak Jalanan: Anak yang Membutuhkan Perlindungan Khusus di Indonesia: Analisis Situasi. PKPM , Atma Jaya-Departemen Sosial-Unicef

Arida, S.dkk (2005). Seks dan Kehamilan Pranikah. Pusat PSKK UGM: Yogyakarta

Asrini. (2010). Masa Depan Anak Jalanan Ada Pada Kita. Style Sheet: http://sosbud. Kompasiana .com/2010/03/29/masa-depan-anak-jalanan-ada-pada-kita/ . Diakses tanggal 27 Mei 2010

Azwar, Azrul (2005). Kebijakan dan Strategi Kesehatan Reproduksi di Indonesia. Style Sheet: http://indonesia.unfpa.org/publications/General%20RH/Kebijakan%20&%

20Strategi%20Nasional%20Kesehatan%20Reproduksi%20di%20Indonesia.pdf.pdf. Diakses tanggal 27 Mei 2010

BKKBN, UNFPA. 2005. Keluarga Berencana, kesehatan Reproduksi, Gender, dan Pembangunan Kependudukan. Edisi Revisi 2005. Jakarta, Indonesia.

Heriawan, R.dkk (2008). Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indoneisa. Badan Pusat Statistik: Jakarta

Hoesin, Iskandar. (2008). Pendidikan Layanan Khusus. Style Sheet: http:/ /pendidikan layanankhusus.wordpress.com/2008/10/13/pengertian-anak-jalanan/. Diakses tanggal 27 Mei 2010)

Joomla.(2010). Remaja Style Sheet: http://rumahbelajarpsikologi.com/index2.php ?option=comcontent &dopdf=1&id= 101). Diakses tanggal 28 Mei 2010.

Redaksi .(2008). Tinjauan Umum Kesehatan Reproduksi Remaja. Style Sheet: http://www. kesrepro.info/?q=node/367 .Diakses tanggal 27 Mei 2010

(27)

Santika, A. dkk (2006). Menggunakan Hak Asasi Manusia untuk Kesehatan Maternal Neunatus. World Health Organization: Jakarta

Slide Direktorat Bina Kesehatan Anak dr. Rinni Yudhi Pratiwi, MPET , 2010)

Shalahuddin, Odi (2010). Anak Jalanan. Style Sheet:http://odishalahuddin.wordpress.com /2010/01/04/anak-jalanan-studi-kasus-atas-persoalan-sosial/. Diakses tanggal 27 Mei 2010

Slide Ruang Lingkup KRR dr. Agustin Kusumayati M.Sc., Ph.D. 2010 Tim KRR Perinasia ( 2007). Materi Pelatihan: KRR. Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

LBM vaporl づざ  キ LBMliquid stごごj ・..[ニと示i§jドゾミとこ2ensate a)Steam-LBMcondenser/evaporator LBMvapor   → Hotwater ・a− → Hotwater

35 jam per minggu). Setengah penganggur kritis adalah mereka yang 15 jam seminggu. Menurut sebab terjadinya pengangur dapat Pengangguran fniksional, pengangguran

Melalui teks cerpen tersebut, Danang Febriansyah berusaha memberikan gambaran sekaligus pesan kepada pembaca dan masyarakat pada umumnya bahwa sikap amoral yang

Untuk mendapatkan sel Leydig diperlukan proses purifikasi dan yang umum digunakan adalah gradien Percoll, namun dilaporkan bahwa Percoll dapat dimetabolisme oleh sel Leydig

Dalam islamisasi Kerajaan Bone tercatat sebagai kerajaan terakhir yang menerima Islam sebagai agama resmi kerajaan (1611 M) di Sulawesi Selatan, pada masa Raja XII La Tenri

Namun karena dalam praktikum sampel hanya digunakan untuk mencari kadar C organik tanpa mencari kadar N, maka nilai rasio C/N tidak dapat ditentukan, sehingga tidak dapat

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap kemampuan berpikir analitis dan hasil belajar siswa kelas X

Dalam naskhah HMM, idea pemberian sepohon bunga emas dan bunga perak sebagai hadiah diplomatik tercetus apabila Raja Seri Mahawangsa, iaitu raja Kedah memperolehi pelbagai