MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA TENTANG
SUNTIKAN / INJEKSI
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana
Dosen : Resna Litasari, SST
Disusun oleh : 1. Sri Rahayu
2. Sylvia Indahsari
3. Tessa Deanda Agustina 4. Tia Rahayu
5. Tiara Selviana 6. Trisna Oktaviani
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis aturkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktu.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pengerjaan makalah ini. Adapun makalah ini membahas tentang “Suntikan / Injeksi” disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.
Seperti halnya kata pepatah, “Tak Ada Gading Yang Tak Retak”. Meskipun dalam penulisan makalah ini penulis telah mengoptimalkan kemampuan yang penulis miliki, tentunya masih banyak kekurangan-kekurangan didalamnya. Untuk itu penulis mohon maaf.
Akhir kata, semoga penyusunan dan penulisan makalah ini memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Wassalammualaikum Wr.Wb
Banjar, Mei 2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... ii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 2
C. Tujuan dan Manfaat... 2
BAB II PEMBAHASAN... 6
A. Combined Injectable Contraceptives (CIC)... 6
B. Injectable and Cancer... 15
C. Injectable and HIV... 19
BAB III PENUTUP... 30
A. Kesimpulan ... 30
B. Saran ... 31
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencegahan kematian dan kesakitan ibu merupakan alasanutama diperlukannya pelayanan keluarga berencana, selain darimembebaskan wanita dari rasa khawatir terhadap terjadinyakehamilan yang tidak diinginkan, terjadinya gangguan fisik atau psikologik akibat tindakan abortus yang tidak aman serta tuntutan perkembangan sosial terhadap peningkatan status perempuan dimasyarakat.
Banyak perempuan mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnyametode yang tersedia, yaitu metode kontrasepsi sederhana danmodern, tetapi juga oleh ketidaktahuan mereka tentang persyaratandan keamanan metode kontrasepsi tersebut.
Banyak sekali yangharus dipertimbangkan untuk dapat memilih alat
kontrasepsi yangaman dan efektif, seperti, status kesehatan, efek samping, konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, dll. Oleh karena itu diperlukan konseling mengenai pelayanan keluarga berencana dengan menggunakan metodekontrasepsi. (Abdul, 2005)
Salah satu masalah kependudukan yang cukup besar di Indonesia adalah jumlah kepadatan penduduk yang sangat besar. Hal ini menimbulkan berbagai macam masalah lain. Untuk itu, pemerintah mencanangkan program KeluargaBerencana (KB) yaitu program pembatasan jumlah anak yakni dua untuk setiap keluarga. Program KB di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat dan diakui keberhasilannya di tingkat Internasional. Hal ini terlihat dari angka kesertaan ber-KB meningkat dari 26% pada tahun 1980, menjadi 50% pada tahun 1991, dan terakhir menjadi 57% pada tahun 1997.
1000 dan TFR menjadi sekitar 3,4 –3,6. Meskipun begitu, jika dipandang dari segi islam KB itu hukumnya haram.
Rentang tahun 1800-1900 jumlah penduduk Indonesia bertambah tiga kali lipatnya. Sedangkan 1900 -2000 terjadi pertambahan penduduk lima kali lipat dari 40,2 juta orang menjadi 205,8 juta orang. Selama rentang 1900-2000, progran Keluarga Berencana (KB) berhasil mencegah kelahiran 80 juta orang. "Tanpa program KB jumlah penduduk hingga tahun 2000 diprediksi 285 juta orang, " ungkap Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dr. Sugiri Syarief, MPA dalam acara Studium Generale ‘Kependudukan dan Program Keluarga Berencana: Peluang dan Tantangan', Jum'at (19/6) di Auditorium Thoyib Hadiwijaya Institut Pertanian Bogor (IPB). Acara ini digelar Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB bekerjasama dengan BKKBN.
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau biaya untuk
memperoleh kontrasepsi (Depkes RI, 1998).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah tentang Kesehatan
Reproduksi dan Keluarga Berencana adalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan kontrasepsi suntik kombinasi bagaimana cara kerja dan efektifitasnya, apa saja jenisnya, efek samping, dan siapa saja yang dapat dan tidak dapat menggunakan kontrasepsi tersebut serta bagaimana cara mendapatkannya?
2. Bagaimanakah hubungan antara suntikan dan penyakit kanker? 3. Bagaimanakah hubungan antara suntikan dan HIV?
C. Tujuan dan Manfaat
1. Dapat mengetahui apa itu kontrasepsi sunti kombinasi.
2. Dapat mengetahui tentang apa itu kontrasepsi suntik kombinasi bagaimana cara kerja dan efektifitasnya, apa saja jenisnya, efek samping, dan siapa saja yang dapat dan tidak dapat menggunakan kontrasepsi tersebut serta bagaimana cara mendapatkannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Combined Injectable Contraceptives (CIC)
1. Pengertian Combined Injectable Contraceptives (CIC)
Kontrasepsi berasal dari dua kata, yaitu kontra dan konsepsi yang disatukan menjadi kontrasepsi yaitu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen (Suryani, 2011).
Kontrasepsi suntik merupakan metode kontrasepsi yang diberikan melalui suntikan dan merupakan metode kontrasepsi efektif yaitu metode yang dalam penggunaannya mempunyai efektifitas atau tingkat
kelangsungan pemakaian relatif lebih tinggi serta angka kegagalan relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan alat kontrasepsi sederhana
(Suparyanto, 2010).
Abdul Bari S. (2006) dalam BPK menyatakan, yang dimaksud dengan Combined Injectable Contraceptives (CIC) atau suntik kombinasi adalah 25mg depomedroksiprogesteron asetat dan5mg estradiol sipionat yang diberiakn injeksi I.M. sebulan sekali(cyclofem), dan 50mg
noretindron enentat dan 5mg estradiol Valerat yangdiberiakn injeksi I.M. Kemudian secara rinci, beliau mengemukakan mengenai cara
kerja,efektivitas, keuntungan kontrasepsi dan nonkontrasepsi, kerugian, yang boloh dan tidak boleh melakukan suntik kombinasi, waktu dan caramemulai penggunaan suntik kombinasi.
2. Jenis Combined Injectable Contraceptives (CIC)
3. Cara Kerja Combined Injectable Contraceptives (CIC)
a. Mengusahakan agar tidak terjadi konsepsi dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur) melalui penekanan hormon LH dan FSH.
Pencegahan ovulasi disebabkan karena gangguan pada sekresi hormon LH oleh kelenjar hypofisis, sehingga tidak terjadi dipuncak mid-siklus (pada kedaan normal terjadi puncak sekresi LH pada pertengahan siklus dan ini menyebabkan pelepasan ovum dari folikelnya)
b. Melumpuhkan sperma dengan mempertebal/mengentalkan lendir mukosa servikal (leher rahim)
Progestin mencegah penipisan lendir serviks pada pertengahan siklus sehingga lendir serviks tetap kental dan sedikit, yang tidak memungkinkan penetrasi spermatozoa. Atau bila terjadi penetrasi spermatozoa, pergerakannya sangat lambat sehingga hanya sedikit atau tidak ada spermatozoa yang mancapai cavum uteri.
c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma dengan membuat dinding rongga rahim tidak siap menerima hasil pembuahan, mengganggu pergerakan silia saluran tuba.
Progestin mengganggu berkembangnya siklus endometrium, sehingga endometrium berada dalam fase yang salah atau menunjukan sifat-sifat ireguler atau atrofis, sehingga endometrium tidak dapat menerima ovum yang sudah dibuahi.
Kontrasepsi Suntik Kombinasi mengandung estrogen dan progestogen. Setiap suntikan efektif selama 1 bulan. Efek samping ringan termasuk (namun tidak terbatas pada:) ketidakteraturan
4. Keuntungan Combined Injectable Contraceptives (CIC) a. Tidak mengganggu proses sanggama
Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri. Suntikan Kb tidak perlu diberikan setiap hari atau ketika akan bersenggama.
b. Tidak perlu periksa dalam
Diberikan melalui suntikan IM di bokong, sehingga tidak perlu dilakukan periksa dalam. Kecuali pada pemasangan AKDR. c. Efek samping minimal
Efek samping yang sering terjadi adalah gangguan siklus haid
(aminorhea, spotting, perdarahan) dan mual. d. Klien tidak perlu menyimpan obat
Para wanita yang menghadapi permasalahan dengan pemakaian cara-cara sederhana atau pelupa dalam minum pil setiap hari dapat
dianjurkan untuk memakai kontrasepsi suntik. Setelah mendapatkan suntikan, maka yang dibutuhkan peserta suntik adalah mengingat waktu suntik.
e. Tidak tergantung kebiasaan lupa minum obat
Diberikan melalui suntikan tiap bulan. Sehingga tidak perlu meminum obat tiap hari.
f. Mengurangi jumlah perdarahan
Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron menyebabkan endometrium terus terbentuk. Ketika terjadi proses peluruhan, prdarahan menjadi semakin banyak. Progestin dapat mencegah pembentukan endometrium sehingga perdarahan berkurang. g. Mencegah anemia
Salah satu efek kontrasepsi adalah aminorhea, sehingga tidak ada darah yang keluar. Dengan demikian, kecil kemungkinan terjadi anemia.
h. Mencegah kanker ovarium dan endometrium
menekan pertumbuhan endometrium dan mencegah hiperplasia pada wanita.
i. Mencegah kehamilan ektopik
Salah satu cara kerja kontrasepsi ini adalah mengentalkan lendir sehingga dapat melumpuhkan sperma, dengan demikian akan semakin sulit untuk terjadi konsepsi diluar rahim.
j. Dapat melindungi kemungkinan penyakit radang panggul dan kanker indung telur karena progestin menyebabkan mukus serviks menebal, sehingga mempersulit penularan infeksi dari liang senggama atau serviks untuk mencapai saluran telur (penekanan ovulasi akan menyebabkan berkurangnya stimulasi dari sel epitel ovarium).
5. Kerugian Combined Injectable Contraceptives (CIC)
a. Penyuntikan lebih sering dan biaya keseluruhan lebih tinggi
Klien harus datang tiap bulan untuk mendapat suntikan, sehingga harus mengeluarkan biaya tiap bulannya.
b. Lapisan dari lendir rahim menjadi tipis sehingga terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur, spotting
c. Pada awal penggunaan sering timbul mual, pusing, tegang dan nyeri payudara dan akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga
Hal ini merupakan hal yang fisiologis dan dapat hilang dengan sendirinya.
d. Efektivitas berkurang bila berinteraksi dengan anti konvulsif (fenitoin, barbiturat) dan tuberkulostatik (rifampisin)
Obat-obat ini memicu pembentukan enzim-enzim dihati, dimana enzim ini dapat mengganggu metabolisme fungsi hati dan mempengaruhi efektivitas obat.
e. Kadang-kadang timbul komplikasi serius (stroke, serangan jantung, thrombosis paru)
Perubahan dalam metabolisme lemak (terutama penurunan
f. Kesuburan tak segera pulih walaupun penggunaannya telah dihentikan. Lama masa tidak subur tergantung pada kecepatan metabolisme.
Biasanya kesuburan akan segera pulih dalam waktu 2-3 minggu. g. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan penyakit menular
seksual atau infeksi HIV.
Kontrasepsi suntik tidak memiliki perlindungan ganda seperti kondom, diafragma dan spermisida sehingga tidak melindungi diri dari
PMS/AIDS.
h. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering Progesteron juga merangsang pusat pengendali napsu makan di hipotalamus, menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya.
6. Efek Samping yang Sering Terjadi
a. Peningkatan berat badan 3 kilogram selama tahun pertama dan bertambah secara progesif selama tahun kedua.
Progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak dibawah kulit bertambah. Progesteron juga merangsang pusat pengendali napsu makan di hipotalamus,
menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya. b. Gangguan siklus haid
Penyebab gangguan siklus haid karena adanya ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium mengalami perubahan histologi. - Aminorhea
Biasanya tidak haid 1 tahun pertama, jika pemakaian suntikan KB dihentikan, siklus menstruasi yang teratur akan kembali terjadi dalam waktu 6 bulan-1 tahun. Disebabkan karena estrogen
menekansekresi gonadotropin sehingga menyebabkan proklaktinoma di hipofisis. Kadar prolaktin yang tinggi ini dapat menyebabkan aminorhea.
Perdarahan setelah penyuntikan pertama dapat terjadi kira-kira selama 30 hari. Lebih dari 60% wanita mendapatkan kembali siklus
yang normal setelah 1 tahun. Sejumlah wanita yang menggunakan cyclofem mengalami perdarahan lebih awal atau lebih lambat dari biasanya, dan sejumlah wanita yang lain mengalami amenorrhoe, spoting atau masa perdarahan yang lebih lama dan lebih berat. Umumnya menghilang setelah 3 bulan pemakaian.
c. Mual/pusing/muntah.
Reaksi tubuh terhadap hormon estrogen yang mempengaruhi produksi asam lambung. Peningkatan estrogen ini dapat merangsang timbulnya mual.
7. Yang Boleh Menggunakan Suntikan Kombinasi a. Usia reproduktif yang memiliki anak ataupun belum
Aman digunakan karena masa kesuburan akan segera pulih kembali setelah kontrasepsi ini dihentikan.
b. Menyusukan ASI lebih dari 6 bulan
Estrogen menekan produksi prolaktin yang sangat berguna untuk merangsang produksi ASI. Dengan demikian kadar prolaktin menjadi rendah dan menyebabkan produksi ASI berkurang. Sehingga tidak dianjurkan pada ibu yang sedang menyusui ASI ekslusif.
c. Pascapersalinan dan tidak menyusui
Progesteron menekan LH dan FSH sehingga jumlah darah yang keluar berkurang, sehingga sangat baik digunakan pada ibu setelah
melahirkan. Estrogen dapat menyebabkan produksi ASI berkurang, tapi aman digunakan pada ibu yang tidak menyusui.
d. Yang mengalami dismenore/nyeri haid hebat
Kontraksi yang berlebihan dapat menyebabkan aminorhea. Progesteron dapat mengurangi kontraksi.
Penggunaan kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. Bila sudah hamil, tidak perlu diberi.
b. Perdarahan per vaginam yang belum jelas asalnya/penyebabnya. Bila terjadi perdarahan harus dicari tahu dahulu penyebab perdarahannya. c. Perokok dengan usia > 35 th
Nikotin dalam rokok menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah sehingga oksigen ke jantung berkurang. Hal ini dapat memperberat kerja jantung karena kebutuhan oksigen semakin bertambah. Pembuluh darah di endometrium pun mengalami atropi, sehingga peluruhan
endometrium semakin bertambah banyak.
d. Riwayat penyakit jantung atau tekanan darah tinggi (>180/110) Perubahan dalam metabolisme lemak (terutama penurunan HDL-kolesterol), dapat menambah besar resiko timbulnya penyakit kardiovaskuler.
e. Riwayat thromboemboli atau Diabetes Melitus lebih dari 20 th Ketidak seimbangan hormon estrogen progesteron, sehingga terjadi peningkatan aktivitas faktor-faktor pembekuan, juga dapat
mempengaruhi metabolisme karbohidrat dan retensi insulin sehingga memperburuk toleransi glukosa.
f. Penyakit hati akut
Progesteron menyebabkan aliran empedu menjadi lambat, dan bila berlangsung lama saluran empedu tersumbat sehingga cairan empedu dalam darah meningkat. Hal ini yang menyebabkan warna kuning. Estrogen mudah diserap hati. Estrogen dapat mengganggu eksresi bilirubin sehingga memperberat fungsi hati.
g. Keganasan payudara
Gangguan keseimbangan hormon estrogen progesteron mempengaruhi kelenjar payudara. Dan apabila sudah ada tanda infeksi payudara, maka akan memperburuk keadaan.
a. Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid. Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan
b. Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke-7 siklus haid, klien tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari
c. Bila klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil. Klien tidak boleh melakukan hubungan seksual untuk 7 hari lamanya atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain selama masa waktu 7 hari
d. Bila klien pascapersalinan kurang dari 6 bulan, menyusui, serta belum haid, suntikan pertama dapat diberikan, asal saja tidak hamil
e. Bila pascapersalinan lebih dari 6 bulan, menyusui, serta telah
mendapat haid, maka suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari 1 dan 7
f. Bila pascapersalinan kurang dari 6 bulan dan menyusui, jangan diberikan suntikan kombinasi
g. Bila pascapersalinan 3 minggu, dan tidak menyusui, suntikan kombinasi dapat diberi
h. Pasca keguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam waktu 7 hari
i. Ibu yang sedang menggunakan kontrasepsi hormonal yang lain dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal kombinasi. Selama ibu tersebut menggunakan kontrasepsi sebelumnya secara benar, suntikan kombinasi dapat diberikan tanpa perlu menunggu haid. Bila ragu-ragu, perlu dilakukan uji kehamilan terlebih dahulu
j. Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan ibu tersebut ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka
suntikan kombinasi tersebut dapat diberikan sesuai jadwal kontrasepsi sebelumnya. Tidak diperlukan metode kontrasepsi lain
k. Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama dapat segera diberikan, asal saja diyakini ibu itu tidak hamil, dan
diperlukan. Bila sebelumnya menggunakan AKDR dan ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama
diberikan pada hari 1-7 siklus haid. Cabut segera AKDR.
10. Cara Penggunaan
a. Berikan secara intra muskuler, setelah penggunaan awal, perlu diulangi setiap 4 minggu
b. Dianjurkan untuk 7 hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi perubahan pola haid atau timbul gangguan berupa perdarahan
c. Dapat juga diberikan setelah 7 hari dari jadwal yang ditentukan, asal saja diyakini ibu itu tidak hamil
11. Keadaan yang Memerlukan Perhatian Khusus
a. Penderita hipertensi < 180/110 masih dapat diberikan tetapi perlu pengawasan
b. Diabetes melitus dapat diberikan, jika terkontrol dan berlangsung < 20 th
c. Migren boleh diberikan, jika tidak ditemukan kelainan neurologik d. Pengguna rifampisin/obat epilepsi, pilih kontrasepsi kombinasi dengan
etinil estradiol 50 mg atau cari metode kontrasepsi lain e. Penderita anemia bulan sabit (sickle cell), sebaiknya jangan
menggunakan kombinasi.
12. Hal yang Harus Diingat klien
a. Harus kembali untuk suntik ulang setiap 4 minggu
b. Bila tidak haid lebih dari 2 bulan, harus pastikan bahwa klien tidak hamil
c. Harus memberitahukan pada petugas bila menggunakan obat-obatan lain bersamaan
d. Ada efek samping berupa mual, sefalgia, tegang dan nyeri payudara, dan spotting pada 2-3 kali suntikan pertama dan akan hilang pada suntikan berikutnya.
13. Tanda-tanda yang Harus Diwaspadai pada Penggunaan Suntik Kombinasi
b. Sakit kepala hebat dan gangguan pengelihatan. Kemungkinan terjadi strok, hipertensi dan migran
c. Nyeri tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan pembuluh darah pada tungkai
d. Tidak terjadi perdarahan atau spotting selama 7 hari sebelum suntikan berikutnya, kemungkinan terjadi kehamilan.
B. Injectable and Cancer 1. Hasil Penelitian
Sebuah studi baru-baru ini mengaitkan penggunaan Depo-Provera
untuk pengendalian kelahiran dengan kanker payudara – dan itu bukan studi pertama yang melakukannya.
Depo-Provera adalah kontrasepsi injeksi untuk wanita yang berisi hormon progestin. Di antara efek sampingnya, menurut FDA, adalah hilangnya kepadatan mineral tulang – dan perempuan diberi peringatan untuk tidak menggunakan Depo-Provera sebagai metode kontrasepsi jangka panjang. Namun, FDA tidak menyebut peningkatan risiko kanker di
antara penggunanya.
Penelitian yang dilakukan oleh Christopher Li dan timnya di Fred Hutchinson Cancer Research Center dan diterbitkan dalam Cancer Research Journal edisi 15 April itu menunjukkan sebaliknya. Perempuan yang menggunakan Depo-Provera selama 12 bulan atau lebih
melipatgandakan risiko terkena kanker payudara. Untungnya, risiko kanker payudara pengguna turun ke tingkat yang sama dengan
non-pengguna dalam beberapa bulan setelah penghentian suntikan Depo-Provera.
Li mengatakan bahwa studi mereka adalah studi skala besar pertama di AS yang dirancang untuk mengevaluasi hubungan itu. Hasil dari studi serupa yang dilakukan di negara lain menghasilkan kesimpulan beragam.
dengan wanita yang tidak pernah menggunakan Depo-Provera, mereka yang telah menerima suntikan dalam lima tahun sebelumnya adalah 2,2
kali lebih mungkin terdiagnosis kanker payudara, para ilmuwan menemukan. Riwayat keluarga, obesitas, usia dan kehamilan sejarah tampaknya tidak membuat perbedaan.
Usia merupakan faktor risiko utama untuk kanker payudara, jadi meskipun risiko dua kali lipat mungkin terdengar mengkhawatirkan, Li menekankan bahwa jumlah sebenarnya dari kasus kanker payudara pada wanita berusia 20-an dan 30-an sangat rendah.
“Kanker payudara di kalangan wanita muda masih merupakan penyakit langka,” katanya. Menurut National Cancer Institute, wanita berusia 30-an memiliki peluang 1 dalam 233 terdiagnosis penyakit itu. Sebagai perbandingan, kemungkinan terdiagnosis kanker payudara bagi perempuan berusia 60-an adalah 1 dalam 29.
“Namun,” Li dkk menulis, “ada banyak pilihan kontrasepsi, dan penting untuk menjelaskan manfaat dan risiko yang terkait dengan setiap opsi agar wanita dapat mempertimbangkan pilihan yang terbaik untuk mereka.”
Joan Campion, juru bicara dari Pfizer, produsen Depo-Provera, mengatakan, “Pada label Depo-Provera terdapat bagian yang menyebutkan manfaat dan risiko Depo-Provera, termasuk risiko kanker payudara. Pfizer saat ini percaya bahwa perubahan pada manfaat dan profil risiko tidak dijamin sebagai hasil dari studi observasional.”
Depo-Provera disuntikkan setiap tiga bulan dan telah disetujui sebagai kontrasepsi di Amerika Serikat sejak 20 tahun lalu. Karena nyaman, sangat efektif dan relatif murah, Depo-Provera digunakan oleh sekitar 1,2 juta wanita atau 3,2 persen dari akseptor kontrasepsi di AS.
2. Hubungan Antara KB Suntik dan Kanker
Anggapan bahwa depo provera dapat menimbulkan kanker pada leher rahim atau payudara pada wanita yang mempergunakannya, belum didapat bukti-bukti yang cukup tegas, bahkan sebaliknya.
Suntikan KB tidak mengganggu kelancaran air susu ibu (ASI), kecuali Cyclofem. Suntikan KB mungkin dapat melindungi ibu dari anemia
(kurang darah), memberi perlindungan terhadap radang panggul dan untuk pengobatan kanker bagian dalam rahim.
Beberapa keadaan kelainan atau penyakit, merupakan kontra indikasi pemakaian suntikan KB. Ibu dikatakan tidak cocok menggunakan KB suntik jika ibu sedang hamil, ibu yang menderita sakit kuning (liver), kelainan jantung, varises (urat kaki keluar), mengidap tekanan darah tinggi, kanker payudara atau organ reproduksi, atau menderita kencing
manis. Selain itu, ibu yang merupakan perokok berat, sedang dalam persiapan operasi, pengeluaran darah yang tidak jelas dari vagina, sakit kepala sebelah (migrain) merupakan kelainan-kelainan yang menjadi pantangan penggunaan KB suntik ini.
Mengalami kanker payudara merupakan salah satu kecemasan bagi para wanita yang sejalan dengan naiknya usia. Namun bukan berarti kanker payudara tidak bisa menyerang pada usia muda. Beberapa studi
telah membuktikan ada 77% masalah kanker payudara timbul pada usia di atas 50 tahun.
Kanker payudara sangat erat kaitannya dengan hormon estrogen wanita. Ada sebagian informasi telah mengatakan bahwa pemakaian kontrasepsi khususnya kontrasepsi oral bisa menghambat kondisi kanker payudara. Kanker bisa saja berubah menjadi ganas.
Dengan melakukan suntikan KB akan mengandung hormon progesteron dan estradiol. KB tersebut dipakai hanya sebulan sekali. Ada KB suntik yg digunakan 3 bulan sekali yang hanya mengandung hormon progestin atau progesteron. Anda akan disarankan untuk memakai KB suntik yang 3 bulan jika Anda masih dalam proses menyusui.
3. Kontrasepsi Hormonal
Alat kontrasepsi yang sifatnya hormonal, baik kombinasi maupun progesteron saja tidak disarankan bagi penderita kanker payudara.
payudara. Untuk wanita yang sudah melakukan operasi pengangkat tumor dan kanker payudara.
Walaupun demikian, ada studi yang menyatakan bahwa kontrasepsi hormonal saat ini sudah tidak lagi mengandung hormon dalam kadar yang tinggi, sehingga dampak terjadinya kanker payudara juga berkurang dari masa dahulu di mana alat kontrasepsi hormonal mengandung hormon yang lebih tinggi. Kontrasepsi hormonal yang dimaksud adalah yang berupa pil, suntik ataupun susuk atau implan.
Jika ada riwayat kanker payudara ataupun tumor payudara maka Anda bisa menggunakan alternatif kontrasepsi yang tidak mengandung hormonal seperti kondom dan IUD spiral. Apapun jenis kontrasepsi baik hormonal maupun bebas hormonal, pastikan Anda harus konsultasi dan bertanya terlebih dahulu dengan dokter ahli dalam mengurangi resiko tumor dan kanker payudara.
C. Injectable and HIV 1. Informasi Dasar HIV
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan penyakit AIDS yang termasuk kelompok retrovirus. Seseorang yang terinfeksi HIV, akan mengalami infeksi seumur hidup. Kebanyakan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tetap asimtomatik (tanpa tanda dan gejala dari suatu penyakit) untuk jangka waktu lama. Meski demikian, sebetulnya mereka telah dapat menulari orang lain.
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency
jamur, bakteri atau virus. Kebanyakan orang dengan HIV akan meninggal dalam beberapa tahun setelah tanda pertama AIDS muncul bila tidak ada
pelayanan dan terapi yang diberikan.
2. Perjalanan Infeksi HIV
Sesudah HIV memasuki tubuh seseorang, maka tubuh akan terinfeksi dan virus mulai mereplikasi diri dalam sel orang tersebut (terutama sel limfosit T CD4 dan makrofag). Virus HIV akan
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dengan menghasilkan antibodi untuk HIV. Masa antara masuknya infeksi dan terbentuknya antibodi yang dapat dideteksi melalui pemeriksaan laboratorium adalah selama 2-12 minggu dan disebut masa jendela (window period). Selama masa jendela, pasien sangat infeksius, mudah menularkan kepada orang lain, meski hasil pemeriksaan laboratoriumnya masih negatif. Hampir 30-50% orang mengalami masa infeksi akut pada masa infeksius ini, di mana gejala dan tanda yang biasanya timbul adalah: demam, pembesaran kelenjar getah bening, keringat malam, ruam kulit, sakit kepala dan batuk.
Orang yang terinfeksi HIV dapat tetap tanpa gejala dan tanda (asimtomatik) untuk jangka waktu cukup panjang bahkan sampai 10 tahun atau lebih. Namun orang tersebut dapat menularkan infeksinya kepada orang lain. Kita hanya dapat mengetahui bahwa orang tersebut terinfeksi HIV dari pemeriksaan laboratorium antibodi HIV serum. Sesudah jangka
waktu tertentu, yang bervariasi dari orang ke orang, virus memperbanyak diri secara cepat dan diikuti dengan perusakan sel limfosit T CD4 dan sel kekebalan lainnya sehingga terjadilah gejala berkurangnya daya tahan tubuh yang progresif. Progresivitas tergantung pada beberapa faktor seperti: usia kurang dari 5 tahun atau di atas 40 tahun, infeksi lainnya, dan faktor genetik.
herpes zoster (HSV), oral hairy cell leukoplakia(OHL), oral candidiasis
(OC), papular pruritic eruption (PPE), Pneumocystis carinii pneumonia
(PCP), cryptococcal meningitis (CM), retinitis Cytomegalovirus (CMV), danMycobacterium avium (MAC).
3. Cara Penularan HIV
Human immunodeficiency virus (HIV) dapat masuk ke tubuh melalui tiga cara, yaitu melalui (1) hubungan seksual, (2) penggunaan jarum yang tidak steril atau terkontaminasi HIV, dan (3) penularan HIV
dari ibu yang terinfeksi HIV ke janin dalam kandungannya, yang dikenal sebagai Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA).
a. Hubungan seksual
Penularan melalui hubungan seksual adalah cara yang paling dominan dari semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama sanggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki. Sanggama berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal, atau oral antara dua individu. Risiko tertinggi adalah penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung dari individu yang terinfeksi HIV. Kontak seksual oral langsung (mulut ke penis atau mulut ke vagina) termasuk dalam kategori risiko rendah tertular HIV. Tingkatan risiko tergantung pada jumlah virus yang ke luar dan masuk ke dalam tubuh seseorang, seperti pada luka sayat/gores dalam mulut, perdarahan gusi, dan atau penyakit gigi mulut atau pada alat genital. b. Pajanan oleh darah, produk darah, atau organ dan jaringan yang
terinfeksi Penularan dari darah dapat terjadi jika darah donor tidak ditapis (uji saring) untuk pemeriksaan HIV, penggunaan ulang jarum dan semprit suntikan, atau penggunaan alat medik lainnya yang dapat menembus kulit. Kejadian di atas dapat terjadi pada semua pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, poliklinik, pengobatan tradisional
(penasun). Pajanan HIV pada organ dapat juga terjadi pada proses transplantasi jaringan/organ di fasilitas pelayanan kesehatan. c. Penularan dari ibu-ke-anak
Lebih dari 90% anak yang terinfeksi HIV didapat dari ibunya. Virus dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada anaknya selama hamil, saat persalinan dan menyusui. Tanpa pengobatan yang tepat dan dini, setengah dari anak yang terinfeksi tersebut akan meninggal sebelum ulang tahun kedua.
4. Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan dengan HIV
Perempuan dengan HIV berpotensi menularkan virus kepada bayi yang dikandungnya jika hamil. Karena itu, ODHA perempuan disarankan untuk mendapatkan akses layanan yang menyediakan informasi dan sarana kontrasepsi yang aman dan efektif untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan. Konseling yang berkualitas, penggunaan alat kontrasepsi yang aman dan efektif serta penggunaan kondom secara konsisten akan membantu perempuan dengan HIV agar melakukan hubungan seksual yang aman, serta menghindari terjadinya kehamilan yang tidak
direncanakan. Perlu diingat bahwa infeksi HIV bukan merupakan indikasi aborsi.
• Perempuan dengan HIV yang tidak ingin hamil dapat menggunakan
kontrasepsi yang sesuai dengan kondisinya dan disertai penggunaan kondom untuk mencegah penularan HIV dan IMS.
• Perempuan dengan HIV yang memutuskan untuk tidak mempunyai
anak lagi disarankan untuk menggunakan kontrasepsi mantap dan tetap menggunakan kondom.
Sejalan dengan kemajuan pengobatan HIV dan intervensi PPIA, ibu dengan HIV dapat merencanakan kehamilannya dan diupayakan agar bayinya tidak terinfeksi HIV. Petugas kesehatan harus memberikan
terkait kemungkinan terjadinya penularan, peluang anak untuk tidak terinfeksi HIV. Dalam konseling perlu juga disampaikan bahwa
perempuan dengan HIV yang belum terindikasi untuk terapi ARV bila memutuskan untuk hamil akan menerima ARV seumur hidupnya. Jika ibu sudah mendapatkan terapi ARV, jumlah virus HIV di tubuhnya menjadi sangat rendah (tidak terdeteksi), sehingga risiko penularan HIV dari ibu ke anak menjadi kecil, Artinya, ia mempunyai peluang besar untuk memiliki anak HIV negatif. Ibu dengan HIV berhak menentukan keputusannya sendiri atau setelah berdiskusi dengan pasangan, suami atau keluarganya. Perlu selalu diingatkan walau
ibu/pasangannya sudah mendapatkan ARV demikian penggunaan kondom harus tetap dilakukan setiap hubungan seksual untuk pencegahan
penularan HIV pada pasangannya.
Beberapa kegiatan untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu dengan HIV antara lain:
• Mengadakan KIE tentang HIV-AIDS dan perilaku seks aman; • Menjalankan konseling dan tes HIV untuk pasangan;
• Melakukan upaya pencegahan dan pengobatan IMS; • Melakukan promosi penggunaan kondom;
• Memberikan konseling pada perempuan dengan HIV untuk ikut KB
dengan menggunakan metode kontrasepsi dan cara yang tepat;
• Memberikan konseling dan memfasilitasi perempuan dengan HIV
yang ingin merencanakan kehamilan.
5. Kontrasepsi bagi Penderita HIV/ AIDS
perempuan yang aktif secara seksual dan anak perempuan oleh petugas kesehatan.
Sebuah penelitian yang diselenggarakan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Jenewa telah mengkaji semua yang berhubungan dengan penularan HIV dan akuisisi oleh wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal. Sementara hanya kontrasepsi kondom, pria dan wanita, yang memberikan perlindungan ganda dengan menghentikan transmisi HIV dan mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Tingkat kebutuhan keluarga berencana yang belum terpenuhi antara 1,18 miliar wanita berusia 15-49 tahun di seluruh dunia diperkirakan 11%.
Program Bersama PBB untuk HIV / AIDS (UNAIDS) dan WHO merekomendasikan bahwa orang yang aktif secara seksual-terutama perempuan dan gadis-memiliki akses penuh terhadap informasi dan konseling tentang kebutuhan seksual dan kesehatan reproduksi mereka. Perempuan dan anak perempuan juga harus memiliki akses pilihan kontrasepsi terhadap pencegahan dan HIV. Layanan tersebut harus disediakan secara terpadu oleh petugas kesehatan.
Kurangnya metode pencegahan HIV dan rendahnya tingkat
penggunaan kondom menempatkan perempuan dan anak perempuan pada tingkat kerentanan terhadap infeksi HIV. Wanita membutuhkan pilihan kontrasepsi pencegahan HIV.
a. Jenis Metode Kontrasepsi yang disarankan 1) Kondom
• Sangat efektif bila digunakan dengan benar • Dapat digunakan SETIAP WAKTU
• Melindungi Anda dan pasangan Anda dari kehamilan dan IMS,
termasuk HIV
• Dapat digunakan sendiri atau dengan metode KB lain • Mudah untuk mendapatkannya, mudah digunakan
• Gunakan selama SEMUA kontak antara penis dan vagina /
• Juga digunakan sebagai cadangan metode keluarga berencana
lain (Misalnya, jika klien kehilangan pil atau terlambat untuk injeksi).
• Dijual di banyak toko-toko dan tersedia gratis di banyak klinik
kesehatan.
• Khusus untuk kondom wanita, mungkin relatif mahal dan sulit
untuk ditemukan serta membutuhkan kerjasama dengan pasangan dalam memasangnya.
• Dapat digunakan sebagai perlindungan ganda. Perlindungan
ganda berarti mengambil langkah untuk melindungi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan dan infeksi menular seksual (IMS), termasuk infeksi HIV. Hal ini dapat dicapai baik dengan menggunakan kondom (pria dan wanita), atau dengan kombinasi metode kondom ditambah metode kontrasepsi lain, seperti alat kontrasepsi (IUD), implan, pil atau injeksi.
Kondom adalah satu-satunya metode kontrasepsi yang terbukti juga melindungi terhadap IMS transmisi termasuk HIV. Namun, kondom pria dan wanita hanya melindungi jika mereka digunakan secara konsisten dan benar.
2) Pil
• Kebanyakan wanita, termasuk wanita dengan HIV atau ARV
(kecuali untuk ARV dengan ritonavir), dapat digunakan dengan aman danefektif
• Tidak melindungi terhadap IMS atau penularan HIV. Gunakan
kondom untuk mencegah IMS / HIV
• perdarahan sedikit dan kram
• Beberapa wanita memiliki efek samping pada awalnya-tidak
berbahaya 3) KB Suntik
• Aman digunakan pada perempuan dengan HIV atau ARV
(kecuali untuk ARV dengan ritonavir)
• Tidak melindungi terhadapIMS atau transmisi HI
• Efek samping yang paling umum: perubahan menstruasi, tidak
4) Metode Alamiah
• Untuk menghindari kehamilan, IMS / HIV, gunakan kondom • efektif bila digunakan dengan benar
• aman digunakan oleh wanita, termasuk perempuan dengan
HIV atau ARV
• Tidak ada efek samping • Butuh kerjasama
5) Vasektomi dan tubektomi
• prosedur bedah sederhana
• pria atau pasangan Sangat efektif dan permanen untuk yang
tidak lagi menginginkan anak.
• Pria/ wanita dengan HIV dan sedang penggunaan ARV, dapat
menggunakan metode vasektomi.
• Tidak dianjurkan untuk pria dengan gejala AIDS. • Tidak mempengaruhi ereksi atau ejakulasi
6) IUD
• perangkat yang fleksibel Kecil yang sesuai di dalam rahim. • Perempuan dengan HIV dapat dengan aman menggunakan IUD
jika resiko IMS rendah.
• Wanita dengan AIDS dapat menggunakan IUD jika secara
klinis baik pada ARV, atau penggunaan sebelumnya, dan jika risiko IMS rendah.
• Sangat efektif untuk setidaknya 12 tahun.
• Dapat dilepaska setiap kali pengguna ingin, dan dia bisa lagi
hamil.
• Dapat meningkatkan perdarahan menstruasi dan kram.
7) Implan
• tabung plastik kecil yang ditempatkan di bawah kulit lengan
atas.
• Perempuan, termasuk perempuan dengan HIV atau ARV, dapat
menggunakan aman dan efektif. Tidak meningkatkan risiko akuisisi HIV, transmisi, dan perkembangan penyakit.
• perempuan HIV-negatif yang berisiko HIV dapat dengan aman
menggunakan implan. Juga selalu menggunakan kondom untuk menghindari IMS / HIV.
• Sangat efektif selama 4 sampai 7 tahun, tergantung pada
• Dapat dihapus setiap kali pengguna ingin, dan dia bisa lagi
hamil.
b. Jenis metode kontrasepsi yang tidak disarankan bagi penderita HIV/ AIDS
• Spermisida : tidak diindikasikan untuk perempuan HIV-positif,
maupun untuk perempuan HIV-negatif yang berisiko tinggi HIV, karena dapat meningkatkan risiko penularan HIV.
• Pil, cincin, suntik kombinasi, atau mini-pil, JIKA pada ARV yang
mengandung ritonavir. Perempuan mengambil ARV lain (NRTI *, NNRTI *) BISA menggunakan metode ini, jika perempuan memakai ARV tidak mengandung ritonavir memilih pil, mereka harus
mengambil sediaan yang mengandung minimal 30 mikrogram etinilestradiol.
• IUD, jika wanita mungkin memiliki cervicitis purulen, gonore atau
klamidia, atau pengobatan kanker serviks, atau sedang sakit dengan penyakit terkait AIDS. Seorang wanita dengan AIDS tidak harus menggunakan IUD kecuali dalam penggunaan ARV yang baik. Jika
IUD dimasukkan sebelumnya, maka dapat terus digunakan.
• Semua metode lain dapat digunakan. Umumnya, ARV, antimikroba
dan kontrasepsi dapat dilakukan dan tidak bertentangan.
• Beberapa obat antiretroviral (PI dan NNRTI) dapat menurunkan
efektivitas metode hormonal.
c. Strategi Mencegah kehamilan pada HIV 1) Kondom saja
• cara ini untuk membantu mencegah penularan HIV dan IMS lain
selama hubungan vagina atau dubur.
• Efektif untuk mencegah kehamilan bila digunakansecara konsisten
dan benar.
2) Kondom dan metode KB lain
• perlindungan lebih efektif daripada kondom saja
• seks Non-penetratif bukan hubungan seksual. Ada seks (penundaan
debut seksual atau berpantang)
• Jika kedua pasangan tahu bahwa mereka memiliki HIV, dan saling
setia, pasangan ini dapat menggunakan Metode selain kondom
Untuk beberapa metode, efektivitas tergantung pada pengguna. a) Bantuan Mitra
• kondom laki-laki dan vasektomi yang digunakan oleh laki-laki. • parter sex harus bekerja sama untuk kondom wanita.
• Apakah pasangan menyetujui, membantu, atau bertanggung
jawab?
b) Metode kb Permanen, jangka panjang, atau jangka pendek
• Sterilisasi dan vasektomi bersifat permanen.
• IUD dan implan bisa tinggal di tempat selama bertahun-tahun jika
diinginkan.
c) Perlindungan dari IMS, termasuk HIV
• Hanya kondom pria dan wanita yang membantu melindungi
terhadap kehamilan dan IMS / HIV-jika digunakan secara konsisten dan benar.
• Spermisida atau diafragma dengan spermisida: Sebaiknya tidak
digunakan oleh perempuan dengan HIV atau yang berisiko tinggi HIV.
• IUD tidak dapat digunakan jika seorang wanita memiliki HIV,
kecuali kondisi klinis ARVnya baik, tidak memiliki servisitis purulen, gonorrhea atau klamidia, dan tidak berisiko tinggi
terhadap infeksi ini. Jika IUD disisipkan sebelumnya, ia bisa terus digunakan.
• MAL : ASI dapat menularkan HIV kepada bayi, namun risiko ini
sangat rendah jika Ibu HIV-positif menggunakanl ARV. ASI eksklusif juga mengurangi risiko penularan HIV dan
meningkatkan kelangsungan hidup bayi. e. Perkembangan Penelitian
Studi baru dan uji coba pencegahan HIV akan didorong untuk mengumpulkan data yang lebih baik pada paparan kontrasepsi pada setiap studi dan mengembangkan cara-cara inovatif untuk ukuran yang lebih baik. Hal ini diperlukan untuk lebih memahami hubungan antara berbagai metode kontrasepsi hormonal dan akuisisi, transmisi dan perkembangan penyakit HIV, terutama untuk metode implan, IUD, suntik dan
Penelitian juga harus mencari cara untuk memperluas jangkauan metodologi penelitian untuk pengumpulan data yang lebih baik pada
kemungkinan penerimaan tes HIV, keselamatan, dan kepatuhan, serta perilaku (exposure) data, dalam rangka meningkatkan kualitas informasi bagi pengambilan keputusan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kontrasepsi suntik merupakan metode kontrasepsi yang diberikan melalui suntikan dan merupakan metode kontrasepsi efektif yaitu metode yang dalam penggunaannya mempunyai efektifitas atau tingkat kelangsungan pemakaian relatif lebih tinggi serta angka kegagalan relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan alat kontrasepsi sederhana (Suparyanto, 2010).
Abdul Bari S. (2006) dalam BPK menyatakan, yang dimaksud dengan Combined Injectable Contraceptives (CIC) atau suntik kombinasi adalah 25mg depomedroksiprogesteron asetat dan5mg estradiol sipionat yang
diberiakn injeksi I.M. sebulan sekali(cyclofem), dan 50mg noretindron enentat dan 5mg estradiol Valerat yangdiberiakn injeksi I.M. Kemudian secara rinci, beliau mengemukakan mengenai cara kerja,efektivitas, keuntungan
kontrasepsi dan nonkontrasepsi, kerugian, yang boloh dan tidak boleh melakukan suntik kombinasi, waktu dan caramemulai penggunaan suntik kombinasi.
Beberapa keadaan kelainan atau penyakit, merupakan kontra indikasi pemakaian suntikan KB. Ibu dikatakan tidak cocok menggunakan KB suntik jika ibu sedang hamil, ibu yang menderita sakit kuning (liver), kelainan jantung, varises (urat kaki keluar), mengidap tekanan darah tinggi, kanker payudara atau organ reproduksi, atau menderita kencing manis. Selain itu, ibu yang merupakan perokok berat, sedang dalam persiapan operasi, pengeluaran darah yang tidak jelas dari vagina, sakit kepala sebelah (migrain) merupakan kelainan-kelainan yang menjadi pantangan penggunaan KB suntik ini.
Studi baru dan uji coba pencegahan HIV akan didorong untuk mengumpulkan data yang lebih baik pada paparan kontrasepsi pada setiap
studi dan mengembangkan cara-cara inovatif untuk ukuran yang lebih baik. Hal ini diperlukan untuk lebih memahami hubungan antara berbagai metode kontrasepsi hormonal dan akuisisi, transmisi dan perkembangan penyakit HIV, terutama untuk metode implan, IUD, suntik dan MOW/MOP.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas adapun saran yang dapat menulis sampaikan dalam makalah ini adalah penelitian lebih lanjut diperlukan pada interaksi antara kontrasepsi hormonal dan obat-obatan antiretroviral, serta pekerjaan lebih lanjut pada semua bentuk alat kontrasepsi dalam rahim.
Penelitian juga harus mencari cara untuk memperluas jangkauan metodologi penelitian untuk pengumpulan data yang lebih baik pada
kemungkinan penerimaan tes HIV, keselamatan, dan kepatuhan, serta perilaku (exposure) data, dalam rangka meningkatkan kualitas informasi bagi
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo. 2008. Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta : YBS-SP
Varney, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan volume 1. Jakarta : EGC
Saifuddin, dkk. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : YBS-SP
William, dkk. 2006. Obstetri Willian volume 2. Jakarta : EGC
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Baziad, Ali. 2002. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta : YBS-SP