• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stabilitas Hasil Calon Hibrida Jagung QPM pada Dataran Rendah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Stabilitas Hasil Calon Hibrida Jagung QPM pada Dataran Rendah"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Stabilitas Hasil Calon Hibrida Jagung QPM pada Dataran Rendah

Yasin HG, Masmawati, dan Syuryawati

Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros, Sulawesi Selatan

ABSTRACT. Yield Stability of the Experimental QPM Maize Hybrids. In the rainy season, maize is generally grown in low

elevation dry land area. Some genetic materials of QPM (Quality Protein Maize) were prepared for releases as new varieties. A field trial was conducted in the 2007/2008 rainy season at five maize production areas to evaluate the yield stability of 16 candidates for QPM hybrids and two ordinary maize hybrids (Bima-1 and Bisi-2) as checks. The experiment was arranged in a randomized complete block design with four replications. Each experimental unit consisted of a 5 m long plot with a planting space of 75 cm x 20 cm. Results of the yield stability analysis showed that there was a significant interaction between G x E. The highest yields of maize was obtained in Maros from two single cross hybrids, i.e.: MSQ.K1C0.15-2-1-1 x Mr14Q and MSQ.K1C0.6-1-4 x Mr14Q, each was 9.45 t/ha and 9.27 t/ha, and was not significantly different from yields of Bima-1 and Bisi-2. The lysine and tryptophane contents of the two hybrids were each 34-86% and 80-140%, respectively, higher than those of the check varieties. The observed plant aspects, such as husk closure and ear aspects of the candidates of QPM hybrids were classified as good to very good, and not significantly different from those of Bima-1 and Bisi-2. The position of maize ear was considered ideal, i.e., at the middle of the plant height, and the value of anthesis silking interval (ASI) was less than four days. Keywords: QPM hybrids, yield stability, nutrition content

ABSTRAK. Pada musim hujan, tanaman jagung umumnya

dibudidayakan di lahan dataran rendah. Sejumlah 16 calon hibrida jagung protein tinggi (Quality Protein Maize, QPM) dievaluasi di lima wilayah dataran rendah untuk mengetahui stabilitas hasilnya. Percobaan dilaksanakan pada musim hujan 2007/2008 menggunakan rancangan acak kelompok dengan empat ulangan, setiap entri ditanam empat baris dengan jarak tanam 75 cm x 20 cm dan panjang petak 5 m. Materi yang digunakan adalah 16 calon hibrida silang tunggal QPM dan dua pembanding jagung hibrida biasa (Bima-1 dan Bisi-2). Hasil analisis stabilitas hasil menunjukkan terdapat interaksi nyata antara G x E. Hasil tertinggi jagung diperoleh di KP Maros pada silang tunggal MSQ.K1C0.15-2-1-1 x Mr14Q dan MSQ.K1C0.6-1-4 x Mr14Q, masing-masing 9,45 t/ha dan 9,27 t/ hadan tidak berbeda nyata dengan hasil Bima-1. Kandungan lisin dan triptofan calon hibrida jagung QPM lebih tinggi dibanding Bima-1 dan Bisi-2 dengan kisaran 34 - 86% untuk lisin dan 80 - Bima-140% untuk triptofan. Aspek tanaman, penutupan kelobot, dan tongkol calon hibrida jagung QPM yang diuji tergolong baik sampai sangat baik, dan tidak berbeda nyata dengan Bima-1 dan Bisi-2. Posisi letak tongkol tergolong ideal, yakni setengah dari tinggi tanaman, dan nilai anthesis silking interval (ASI) kurang dari empat hari. Kata kunci: calon hibrida QPM, stabilitas hasil, kandungan nutrisi.

D

i Indonesia sentra produksi jagung umumnya

berada di dataran rendah (ketinggian < 800 m

dpl). Di NTT, NTB, Sulteng, Sulsel, Kalsel, Lampung,

dan Sumbar, jagung dapat ditanam selama dua musim

saat MH. Sejumlah kandidat jagung hibrida QPM perlu

diketahui stabilitas hasilnya sebelum dilepas pada sentra

produksi di dataran rendah. Hal ini dimaksudkan untuk

mengkaji interaksi terhadap lingkungan tumbuh dan

apakah potensinya dapat meningkat jika lingkungan

mengalami perbaikan seperti teknik dan takaran

pemupukan, penyiangan, pemberian air, dan curah

hujan. Entri yang tidak menunjukkan pengaruh nyata

terhadap lingkungan dapat diartikan bahwa perbaikan

genetik masih diperlukan untuk sifat terbaiknya atau

untuk jagung hibrida tetua ditingkatkan depressi silang

dalamnya (inbreding) melalui kawin diri (selfing).

Stabilitas hasil calon hibrida QPM perlu dievaluasi

dalam bentuk UML di dataran rendah sebagai informasi

awal apakah ada interaksi antara kandidat calon hibrida

dengan lingkungan tumbuh selama musim hujan,

Adanya interaksi L x E akan memberikan indikasi bahwa

perbaikan lingkungan tumbuh akan meningkatkan hasil

jagung QPM. Menurut Sullivan et al. 1988; Bourlaug

(1992): Mertz (1992); Vasal et al. (1980); dan Cordova

(2001), di Afrika (Afrika Selatan, Botswana, Ghana, dan

Zimbawe), Amerika Latin (Brasil, Mexico, Chili,

Columbia) dan Cina, sejumlah jagung QPM telah

dimanfaatkan untuk mengantisipasi penyakit busung

lapar (kwashiorkor), menjaga keseimbangan bobot

badan, dan dijadikan makanan bayi.

Tujuan penelitian adalah mengkaji stabilitas dan

potensi hasil sejumlah calon hibrida silang tunggal QPM

pada uji multi lokasi pada lima zona agroekosistem

dataran rendah.

BAHAN DAN METODE

Bahan penelitian terdiri atas 16 entri, 14 entri di antaranya

berbiji kuning dan dua berbiji putih. Entri biji kuning

terdiri atas 11 silang tunggal dengan pembanding jagung

hibrida biasa Bima-1 dan Bisi-2, dan jagung bersari bebas

Srikandi Kuning-1. Jagung berbiji putih QPM yang

digunakan adalah CML141 x CML151 dengan

pembanding Srikandi Putih-1. Materi penelitian disajikan

pada Tabel 1.

Lokasi penelitian adalah di Sulawesi Selatan (KP

Maros, dan KP Bajeng), Sulawesi Tengah (Donggala),

Jawa Timur (KP Muneng), dan Kalimantan Selatan (KP

Balittra). Penelitian menggunakan rancangan acak

kelompok empat ulangan. Pendugaan interaksi (entri x

(2)

lingkungan) dilakukan dengan analisis gabungan dari

semua lokasi dengan model matematik:

Y

i

= μ + α

i

+ β

j

+ δ

k

+ (αδ)

ik

+ ε

ijk

di mana: Y

i

= hasil pengamatan, μ = nilai tengah umum,

α

i

= pengaruh genotipe, β

j

= pengaruh blok pada setiap

lokasi, δ

k

= pengaruh lokasi, (αδ)

ik

= interaksi genotipe x

lokasi, ε

ijk

= pengaruh galat (Steel and Torrie 1981).

Pengujian parameter stabilitas hasil (bobot biji kadar

air 15%) dilakukan pada koefisien regresi β

1

untuk setiap

entri dari model regressi sederhana Y = β

0

+ β

1

x, di

mana x adalah peubah bebas (indeks lingkungan) dan

Y peubah tak bebas (hasil). Hipotesis diuji H

0

: β=1 vs H

1

: β=1, penolakan hipotesis H

1

menunjukan bahwa entri

tergolong stabil. Uji statistik menggunakan uji t-student.

Parameter stabilitas hasil dianalisis dengan metode

Eisensmith dalam Bricker (1988).

Setiap entri ditanam dua baris dengan jarak tanam

75 cm x 20 cm, satu tanaman per rumpun (25 tanaman

per baris). Penjarangan dengan menyisakan satu

tanaman/rumpun pada umur 2 minggu. Takaran pupuk

300-200-100 kg/ha urea-SP36-KCl. Waktu pemberian dua

kali. Pertama, sepertiga urea dan semua SP36 dan KCl

diberikan saat tanam, sisa pupuk diberikan pada saat

tanaman berumur 4 minggu sesudah tanam (MST). Budi

daya dilakukan secara maksimal mencakup penyiangan,

pembumbunan, pencegahan hama penyakit, dan

dibuat saluran drainasi di sekeliling petakan.

Peubah yang diamati adalah hasil bobot biji (kadar

air 15%), tinggi tanaman, tinggi tongkol (cm), umur

berbunga jantan dan betina (hari). Pengamatan visual

berupa skor aspek tanaman, kelobot, tongkol, dan

sejumlah peubah komponen hasil.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis stabilitas hasil dari gabungan lima lokasi

menunjukkan bahwa pengaruh lokasi (L), entri (E), dan

interaksi L x E berpangaruh nyata untuk peubah bobot

biji. Pengaruh interaksi L x E yang nyata menunjukan

bahwa paling kurang ada satu entri silang tunggal QPM

yang memberikan respons berbeda nyata dengan

varietas pembanding Bima-1 atau Bisi-2. Hasil tertinggi

terdapat di Maros, rata-rata 8,59 t/ha, disusul Probolinggo

7,80 t/ha, KP Bajeng 7,51 t/ha, Donggala 6,82, dan

Banjarbaru 6,60 t/ha. Dapat diartikan bahwa setiap entri

mempunyai respons berbeda di lima lokasi. Pada Tabel

3 terlihat bahwa Bima-1 menempati deretan tertinggi

walaupun tidak menunjukkan perbedaan nyata dengan

entri MSQ.K1C0.15-2-1-1 x Mr14Q, MSQ.K1C0.6-1-4 x

Mr14Q, dan MSQ.K1C0.3-1-1 x Mr14Q, dengan hasil

masing-masing 9,45 t/ha, 9,27 t/ha, dan 8,92 t/ha

sedangkan pembanding dengan hasil tertinggi diberikan

oleh Bima-1 sebanyak 9,91 t/ha. Hasil uji lanjut stabilitas

hasil pada hipotesis H

0

: β =1 vs H

1

: β = 1 penolakan H

0

(t-hitung>t-tabel) hanya terjadi pada entri (1) yakni

MSQ.K1C0.3-1-1 x Mr14Q, artinya hanya satu calon hirida

QPM yang tidak memperlihatkan hasil stabil, sedangkan

entri no (2) sampai (14) terjadi penerimaan hipoetsis H

0

.

Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat sebelas calon

hibrida QPM yang memberikan hasil stabil pada kelima

lingkungan tumbuh atau jika lingkungan samakin baik

maka hasil juga akan meningkat. Hasil yang sama

ditunjukkan oleh varietas pembanding Bisi-2 yakni 8,98

t/ha (Tabel 4). Menurut Eberhart dan Russel dalam Singh

dan Chaudhary (1985), suatu entri memiliki penampilan

stabil jika koefesien regresinya sama dengan satu dan

simpangan baku sama dengan nol. Data pengamatan

lainnya disajikan pada Tabel 5. Tinggi tanaman dari

kandidat hibrida QPM rata-rata 213 cm dan tinggi letak

tongkol 100 cm. Berdasarkan posisi letak tongkol maka

Tabel 1. Bahan penelitian stabilitas hasil jagung hibrida QPM pada dataran rendah 2007/08.

Materi uji (perlakuan) Warna biji

Kandidat MSQ.K1C0.3-1-1 x Mr14Q kuning MSQ.K1C0.8-1-1-1 x Mr14Q kuning MSQ.K1C0.15-2-1-1 x Mr14Q kuning Mr4Q x Mr14Q (Bima-1Q) kuning MSQ.K1C0.14-4-2-1 x Mr14Q kuning MSQ.K1C0.22-1-1 x Mr14Q kuning MSQ.K1C0.24-3-1-1 x Mr14Q kuning MSQ.K1C0.6-1-4 x Mr14Q kuning MSQ.K1C0.61-1-1 x Mr14Q kuning MSQ.K1C0.153-1-1 x Mr14Q kuning CML161 x CML165 kuning CML141 x CML151 putih Pembanding

Srikandi Kuning 1 (opv) kuning Srikandi Putih 1 (opv) putih Bima 1 (hibrida) kuning Bisi 2 (hibrida) kuning

Tabel 2. Analisis stabilitas hasil, lokasi, dan entri. MH 2007/08.

Sumber keragaman DB K.T F.hit Prob

MH Lokasi (L) 4 39,386 18,472** <0,01 Ulangan/Lokasi (R/L) 15 2,132 - <0,01 Entri (E) 15 4,929 4,351** <0,01 Interaksi (L x E) 60 2,397 2,115** <0,01 Galat 225 1,133 - -Total 319 - -

-** : berpengaruh sangat nyata taraf 99% KK = 14,32%

(3)

ASI (Anthesis Silking Interval)

Selisih antara umur berbunga betina dan umur

berbunga jantan disebut ASI (anthesis silking interval).

Peubah ASI sangat penting dalam seleksi jagung. Jagung

superior adalah jagung yang memiliki nilai ASI rendah

atau <3,0 hari. Semakin dekat jarak ASI semakin baik

tanaman dalam menghasilkan biji. Pada Tabel 5 disajikan

kisaran waktu berbunga jantan dan betina dan terlihat

bahwa nilai ASI 1-2 hari. Hal yang sama ditunjukkan oleh

varietas pembanding Bima-1 dan Bisi-2. Data pada Tabel

6 menunjukkan bahwa jumlah tanaman panenberkisar

36-40, sedangkan hibrida pembanding 37 tanaman.

Jumlah tongkol panen mencapai 40 dan pembanding

Bisi-2 sebanyak 42 tongkol. Tidak terdapat perbedaan

nyata diameter tongkol, diameter kandidat hibrida QPM

pada kisaran 3-4 cm pembanding 3-4 cm. Panjang

tongkol hibrida QPM berkisar 14-15 cm, sedangkan

hibrida pembanding 16 cm.

Bobot kupasan basah saat panen kandidat QPM lebih

rendah dibanding Bima-1 namun lebih tinggi dibanding

Srikandi Kuning-1 dan Srikandi Putih-1. Pengamatan

kadar air menunjukkan kisaran lebih rendah pada

semua entri yang dievaluasi. Bobot kupasan empat

tongkol QPM 0,9-1,0 kg sedangkan bobot biji kupasan

0,74-0,81 kg. Hal ini tidak berbeda dengan varietas

pembanding dengan bobot kupasan tongkol 0,93-1,14

kg dan bobot biji 0,73-0,81 kg (Tabel 7).

kandidat QPM tergolong sangat baik di mana posisi

tongkol sekitar setengah dari tinggi tanaman. Calon

varietas menunjukkan tinggi tanaman dan tinggi letak

tongkol lebih rendah dibanding varietas pembanding

Bima-1 dan Bisi-2.

Tabel 4. Stabilitas hasil hibrida QPM di dataran rendah tropis, MH 2007/08. Entri R βi sd5% Kandidat MSQ.K1C0.3-1-1 x Mr14Q 0,991 1,858 0,143 5,999** MSQ.K1C0.8-1-1-1 x Mr14Q 0,620 0,563 0,411 1,063 MSQ.K1C0.15-2-1-1 x Mr14Q 0,864 1,738 0,586 1,260 Mr4Q x Mr14Q (Bima-1Q) 0,889 1,372 0,913 0,407 MSQ.K1C0.14-4-2-1 x Mr14Q 0,890 1,920 0,567 1,622 MSQ.K1C0.22-1-1 x Mr14Q 0,607 0,756 0,573 0,425 MSQ.K1C0.24-3-1-1 x Mr14Q 0,746 1,263 0,650 0,405 MSQ.K1C0.6-1-4 x Mr14Q 0,770 1,253 0,599 0,422 MSQ.K1C0.61-1-1 x Mr14Q 0,565 0,778 0,664 0,324 MSQ.K1C0.153-1-1 x Mr14Q 0,868 1,418 0,468 0,893 CML161 x CML165 0,916 1,562 0,394 1,427 CML141 x CML151 0,138 0,282 1,167 0,001 Pembanding

Srikandi Kuning 1 (opv) 0,794 0,802 0,354 0,560 Srikandi Putih 1 (opv) 0,873 2,150 0,693 1,659 Bima-1 (hibrida) 0,845 0,790 0,288 0,727 Bisi-2 (hibrida) 0,617 1,115 0,821 0,140

ttab = 1,960 (5%) dan = 2,576 (1%) ** : berbeda sangat nyata (tolak H0)

Tabel 3. Hasil biji hibida jagung QPM di lima lokasi, MH 2007/08.

Hasil biji (t/ha) Entri

KP Maros KP Bajeng Donggala Probolinggo Banjarbaru Rata-rata

Kandidat MSQ.K1C0.3-1-1 x Mr14Q 8,92 7,56 6,68 7,12 5,93 7,36 MSQ.K1C0.8-1-1-1 x Mr14Q 8,37 7,92 7,32 8,01 6,75 7,67 MSQ.K1C0.15-2-1-1 x Mr14Q 9,45 6,75 6,81 8,19 6,66 7,57 Mr4Q x Mr14Q (Bima-1Q) 8,91 7,68 5,04 6,57 5,40 6,73 MSQ.K1C0.14-4-2-1 x Mr14Q 8,85 7,61 7,01 8,15 6,52 7,63 MSQ.K1C0.22-1-1 x Mr14Q 8,46 8,22 7,25 7,84 7,77 7,91 MSQ.K1C0.24-3-1-1 x Mr14Q 7,45 7,60 5,88 7,73 6,90 7,11 MSQ.K1C0.6-1-4 x Mr14Q 9,27 7,01 7,10 8,33 5,71 7,48 MSQ.K1C0.61-1-1 x Mr14Q 8,19 7,15 7,28 7,52 6,38 7,30 MSQ.K1C0.153-1-1 x Mr14Q 7,74 7,03 6,10 8,07 5,98 7,10 CML161 x CML165 7,42 7,77 7,15 7,50 6,29 7,23 CML141 x CML151 8,65 7,97 7,05 8,58 7,57 7,96 Pembanding

Srikandi Kuning 1 (opv) 8,92 6,02 7,09 7,12 5,69 6,97 Srikandi Putih 1 (opv) 7,86 5,81 6,54 7,55 6,35 6,83 Bima-1 (hibrida) 9,91 9,65 7,20 8,61 8,13 8,71 Bisi-2 (hibrida) 8,98 8,79 6,91 7,28 7,49 7,90 Rata-rata 8,59 7,51 6,82 7,80 6,60 7,46 BNT 5% 0,79 0,65 1,15 0,81 1,00 0.45 BNT 1% 1,05 0,87 1,51 1,12 1,31 0.59 KK (%) 9,21 8,56 16,72 10,69 15,04 7.46

(4)

Tabel 6. Rangkuman jumlah tanaman panen, tongkol panen per petak, serta diameter dan panjang tongkol pada 5 lokasi pengujian, UML 2007/08.

Tongkol Diameter Panjang Materi uji (perlakuan) panen/ tongkol tongkol

petak (cm) (cm) Kandidat MSQ.K1C0.3-1-1 x Mr14Q 40 3,4 14,3 MSQ.K1C0.8-1-1-1 x Mr14Q 40 3,9 14,2 MSQ.K1C0.15-2-1-1 x Mr14Q 42 3,9 14,8 MR4Q x Mr14Q (Bima-1Q) 36 3,9 14,6 MSQ.K1C0.14-4-2-1 x Mr14Q 41 4,0 14,1 MSQ.K1C0.22-1-1 x Mr14Q 38 4,1 14,3 MSQ.K1C0.24-3-1-1 x Mr14Q 37 3,8 14,3 MSQ.K1C0.6-1-4 x Mr14Q 36 4,0 14,4 MSQ.K1C0.61-1-1 x Mr14Q 37 3,9 14,3 MSQ.K1C0.153-1-1 x Mr14Q 39 3,9 14,3 CML161 x CML165 35 3,9 14,6 CML141 x CML151 39 4,0 14,8 Pembanding

Srikandi Kuning 1 (opv) 40 3,6 14,2 Srikandi Putih 1 (opv) 35 3,6 13,7 Bima-1 (hibrida) 38 4,1 15,7 Bisi-2 (hibrida) 41 3,9 15,8

Rata-rata 38,8 3,9 14,5

Sy 2,2 0,2 0,5

Tabel 5. Tinggi tanaman dan tinggi tongkol jagung hibrida QPM pada lima lokasi pengujian, UML 2007/08.

Umur Umur Tinggi Tinggi berbunga berbunga Materi uji (perlakuan) tanaman tongkol jantan betina

(cm) (cm) (hari) (hari) Kandidat MSQ.K1C0.3-1-1 x Mr14Q 212 93 51 53 MSQ.K1C0.8-1-1-1 x Mr14Q 209 97 51 53 MSQ.K1C0.15-2-1-1 x Mr14Q 212 101 52 53 Mr4Q x Mr14Q (Bima-1Q) 206 97 52 54 MSQ.K1C0.14-4-2-1 x Mr14Q 211 99 51 53 MSQ.K1C0.22-1-1 x Mr14Q 209 99 51 53 MSQ.K1C0.24-3-1-1 x Mr14Q 207 99 52 53 MSQ.K1C0.6-1-4 x Mr14Q 212 93 51 53 MSQ.K1C0.61-1-1 x Mr14Q 210 99 51 53 MSQ.K1C0.153-1-1 x Mr14Q 218 105 52 54 CML161 x CML165 208 94 51 53 CML141 x CML151 220 101 52 54 Pembanding

Srikandi Kuning 1 (opv) 219 106 50 53 Srikandi Putih 1 (opv) 212 104 51 54 Bima-1 (hibrida) 219 108 52 54 Bisi-2 (hibrida) 222 112 54 56

Rata-rata 213,3 100,9 53,9 51,9

Sy 5,1 5,3 0,9 0,8

Tabel 7. Rangkuman bobot kupasan basah, biji, kadar air jagung hibrida QPM serta rendamen pada lima lokasi pengujian, UML 2007/08.

Materi uji (perlakuan) Bobot kupasan basah Kadar air Bobot kupasan Bobot biji Rendemen (kg) (%) 4 tongkol (g) 4 tongkol (kg) (%) Kandidat MSQ.K1C0,3-1-1 x Mr14Q 7,6 30,6 980 750 77,5 MSQ.K1C0,8-1-1-1 x Mr14Q 7,7 30,5 1000 770 79,2 MSQ.K1C0,15-2-1-1 x Mr14Q 7,8 31,2 1030 800 78,3 MR4Q x Mr14Q (Bima-1Q) 6,7 31,9 1000 740 75,6 MSQ.K1C0,14-4-2-1 x Mr14Q 7,8 30,4 1020 740 77,2 MSQ.K1C0,22-1-1 x Mr14Q 8,0 31,5 1070 800 76,5 MSQ.K1C0,24-3-1-1 x Mr14Q 7,1 30,9 970 760 78,1 MSQ.K1C0,6-1-4 x Mr14Q 7,6 31,2 1030 790 77,1 MSQ.K1C0,61-1-1 x Mr14Q 7,5 31,8 990 750 77,6 MSQ.K1C0,153-1-1 x Mr14Q 7,5 31,9 1020 770 77,2 CML161 x CML165 7,2 31,5 960 740 78,5 CML141 x CML151 8,2 31,9 1070 810 76,8 Pembanding

Srikandi Kuning 1 (opv) 7,3 30,6 930 730 78,5 Srikandi Putih 1 (opv) 6,8 30,6 980 740 79,6

Bima-1 (hibrida) 9,3 31,9 1140 810 77,9

Bisi-2 (hibrida) 8,3 32,5 950 760 80,2

Rata-rata 7,6 31,35 101 0,77 77,8

(5)

Aspek tanaman, penutupan kelobot, dan tongkol

disajikan pada Tabel 8. Terlihat bahwa kisaran skor

berada pada nilai <2,0 artinya ketiga peubah penampilan

tanaman, penutupan kelobot dan tongkol tergolong

baik, hal ini terdapat pada semua perlakuan/entri yang

dievaluasi.

Kandungan Lisin dan Triptofan

Keunggulan utama jagung QPM dibanding jagung biasa

adalah tersedianya dua asam amino esensial yakni lisin

dan triptofan. Hasil analisis kandungan dua asam amino

dari kandidat hibrida QPM termasuk varietas pembanding

Bima-1 dan Bisi-2 disajikan pada Tabel 9. Terlihat bahwa

kandungan kedua asam amino esensial mengalami

perbedaan yang cukup tinggi dari entri hibrida QPM

dibanding Bima-1 dengan kenaikan 34,5-86,2% untuk

lisin, dan 60-149% untuk triptofan. Hal ini menunjukkan

bahwa kandidat QPM mempunyai nilai nutrisi dua kali

lebih banyak dibanding jagung biasa Bima-1 dan Bisi-2.

Sebagai contoh, kadar lisin kandidat

MSQ.K1CO.14-4-2-1 x Mr14Q, Mr4Q x Mr14Q, dan CML161 x CML165

masing-masing lebih tinggi 75,9%, 79,3%, dan 58,6% dan

kadar triptofan 140%, 120%, dan 80% dibandingkan

dengan Bima-1 (Tabel 9). Artinya, kandidat hibrida QPM

nyata mengandung nilai gizi yang lebih tinggi dibanding

varietas pembanding Bima-1 maupun Bisi-2.

Tabel 8. Pengamatan visual dan bobot 1,000 biji jagung hibrida QPM pada lima lokasi pengujian, UML 2007/08.

Aspek (skor) Bobot Materi uji (perlakuan) 1.000 biji

tanaman kelobot tongkol (g)

Kandidat MSQ.K1C0,3-1-1 x Mr14Q 1,5 1,5 1,6 299,5 MSQ.K1C0,8-1-1-1 x Mr14Q 1,4 1,4 1,7 297,5 MSQ.K1C0,15-2-1-1 x Mr14Q 1,4 1,6 1,6 300,8 MR4Q x Mr14Q (Bima-1Q) 1,8 1,6 1,7 304,0 MSQ.K1C0,14-4-2-1 x Mr14Q 1,5 1,4 1,7 308,3 MSQ.K1C0,22-1-1 x Mr14Q 1,7 2,2 1,7 300,8 MSQ.K1C0,24-3-1-1 x Mr14Q 1,5 1,6 1,7 293,5 MSQ.K1C0,6-1-4 x Mr14Q 1,7 1,5 1,7 303,3 MSQ.K1C0,61-1-1 x Mr14Q 1,6 1,5 1,8 296,0 MSQ.K1C0,153-1-1 x Mr14Q 1,5 1,6 1,7 296,8 CML161 x CML165 1,3 1,5 1,6 295,8 CML141 x CML151 1,5 1,6 1,6 300,0 Pembanding

Srikandi Kuning 1 (opv) 1,8 1,6 1,7 293,3 Srikandi Putih 1 (opv) 1,6 1,6 1,5 293,5 Bima-1 (hibrida) 1,3 1,5 1,2 301,3 Bisi-2 (hibrida) 1,6 1,2 1,5 302,3

Rata-rata 1,59 1,6 1,6 299,1 Sy 0,16 0,20 0,13 4,3

Skor 1 : sangat baik Skor 2 : baik Skor 3 : sedang Skor 4 : jelek Skor 5 : sangat jelek

Tabel 9. Kandungan lisin, triptofan, dan protein serta ratio kenaikan dibanding Bima-1.

Lisin (%) Triptofan (%)

Materi uji (perlakuan) Protein

Kandungan Kenaikan Kandungan Kenaikan (%)

Kandidat MSQ.K1C0.3-1-1 x Mr14Q 0,47 62,06 0,10 100,0 10,92 MSQ.K1C0.8-1-1-1 x Mr14Q 0,39 34,48 0,09 80,0 8,82 MSQ.K1C0.15-2-1-1 x Mr14Q 0,50 72,41 0,09 80,0 10,13 M4rQ x Mr14Q (Bima-1Q) 0,52 79,31 0,11 120,0 11,06 MSQ.K1C0.14-4-2-1 x Mr14Q 0,51 75,86 0,12 140,0 11,76 MSQ.K1C0.22-1-1 x Mr14Q 0,44 51,72 0,08 60,0 8,44 MSQ.K1C0.24-3-1-1 x Mr14Q 0,47 62,06 0,11 120,0 10,72 MSQ.K1C0.6-1-4 x Mr14Q 0,50 72,41 0,12 140,0 10,50 MSQ.K1C0.61-1-1 x Mr14Q 0,54 86,20 0,11 120,0 12,37 MSQ.K1C0.153-1-1 x Mr14Q 0,49 68,96 0,09 80,0 8,85 CML161 x CML165 0,46 58,62 0,09 80,0 9,93 Srikandi Kuning 1 0,46 58,62 0,06 20,0 10,26 Srikandi Putih 1 0,36 24,13 0,07 40,0 7,81 Pembanding Bima-1 0,29 - 0,05 - 12,31 Bisi-2 0,35 - 0,06 - 11,76

(6)

KESIMPULAN

1. Analisis stabilitas hasil dari 16 entri QPM termasuk

varietas pembanding menunjukkan pengaruh

interaksi antara L x E. Kandidat hibrida QPM yakni

MSQ.K1C0.15-2-1-1 x Mr14Q, MSQ.K1C0.6-1-4 x

Mr14Q, dan MSQ.K1C0.3-1-1 x Mr14Q) memberikan

hasil masing-masing 9,45 t, 9,27 t, dan 8,92 t/ha

sedangkan hasil pembanding Bima-1 memberikan

hasil tertinggi 9,91 t/ha.

2. Kandungan nutrisi lisin dan triptofan kandidat

jagung QPM lebih tinggi dibanding Bima-1 dan

Bisi-2 dengan kenaikan 34,5%-86,Bisi-2% untuk lisin, dan

60,0-149% untuk triptofan atau dua kali lebih banyak

dibanding jagung biasa Bima-1 dan Bisi-2.

3. Penutupan kelobot dan tongkol kandidat QPM

tergolong baik sampai sangat baik, tidak berbeda

nyata dengan varietas pembanding Bima-1 dan

Bisi-2, letak tongkol tergolong ideal, yakni setengah dari

tinggi tanaman, dan nilai ASI lebih kecil dari empat

hari.

DAFTAR PUSTAKA

Bourlaug. N. 1992. Potential role of quality protein maize in Sub Saharan Africa. Departement of soils and crops Texas A&M. University college station. The American Association of Cereal Chemists St. Paul. Minnesota. USA:94-95.

Cordova, H. 2001. The improvement and promotion of QPM in selected developing countries. Final Progress Report. CYMMYT, El Batan, Mexico.

Einsensmith, S.P. 1988. User’s guide to MSTAT-C. A software program for the design, management, and analysis of agronomic research experiments. Michigan State University. p.1-12.

Mertz. E.T. 1992. Discovery of high lysine, high tryptophan cereals. Departement of Agronomy. Purdue University West Lafayette. Indiana. The American Association of Cereal Chemists St. Paul. Minnesota USA. p.94-95.

Singh, R.K. and R.D. Chaudhary. 1985. Biometrical methods in quantitative genetic analysis. Kalyani publishers. Kamia Nagar. India. p.253.

Steel. R. D. G., and J. H. Torrie. 1981. Principles and procedures of statistics. A Biometrical Approach. 2nd International Student

Edition. MC Graw-Hill International Book Company. Auckland. p. 196.

Sullivan. J.S., D.A. Knabe. A.J. Bockhold, and E.J. Gregg. 1988. Nutrituional value of QPM and food corn for started and growth pigs. Texas A&M. Deprt. of Animal Science. University College Station. p.1285.

Referensi

Dokumen terkait

Posisi perempuan yang terlentang juga disebut posisi misionaris, ada beberapa posisi yang berbahaya dilakukan oleh laki-laki dalam berhubungan badan seperti

mengampanykan perdamaian, mengingat selama ini pemuda jarang dilibatkan dalam keagiatan perdamaian maupun dialog lintas iman. Pemuda merupakan harapan bangsa yang

Dari hasil AUC yakni dengan dataset Goodreads dengan nilai ( ) = 0.95718 dan ( ) = 0.95518 untuk dataset Bookcrossing dengan data sampel yang dipakai yakni sebanyak

Selanjutnya Dilakukan pengukuran absorbansi hasil fraksi daun pedada ( Sonneratia caseolaris L.) dengam spetrofotometri UV-VIS, dipepet masing-masing larutan stok ekstrak sebanyak

Manfaat lain dari demontrasi benda konkrit dalam pembelajaran matematika adalah bahwa siswa akan lebih gembira dalam belajar, lebih dapat memahami dan mengerti materi

Kebutuhan Fisiologis, karena dari data dan konsumen paling banyak yang memberikan alasan kemudahan dalam beribadah, seperti perlengkapan alat shalat, arah kiblat

Jewell &amp; Siegall (1998) menemukan bahwa karyawan yang memiliki komitmen tinggi terhadap perusahaan memiliki sedikit keinginan untuk keluar dari perusahaan dari pada karyawan

Namun sejalan dengan berkembangnya sistem klasifikasi oleh beberapa negara dan terjadinya perbedaan yang mencolok antar sistem klasifikasi bahaya bahan kimia