• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PENDEKATAN TEORITIS"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Komunikasi Massa

2.1.1.1 Pengertian Komunikasi Massa

Brittner dalam Rakhmat (2008) menjelaskan bahwa komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada masyarakat. Sedangkan menurut Gebner komunikasi massa adalah produksi dan distribusi pesan yang berlandaskan pada teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu dalam masyarakat. DeVito (1996) menyatakan bahwa komunikasi massa memiliki beberapa fungsi, yaitu: menghibur, meyakinkan, menginformasikan, menganugerahkan status, membius, dan menciptakan rasa kebersatuan.

Menurut Elizabeth dalam Rakhmat (2008) komunikasi massa memiliki ciri pokok, yaitu: (1) bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis, (2) bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara komunikan, (3) bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan anonim, (4) mempunyai publik yang secara geografis terbesar. Sedangkan karakteristiknya adalah : (1) komunikatornya terlembagakan, (2) komunikasi massa bersifat umum, terbuka untuk semua orang. (3) komunikannya anonim dan heterogen, (4) media massa menimbulkan keserampakan. Keserampakan adalah penting untuk keseragaman dalam seleksi dan interpretasi pesan-pesan. Tanpa komunikasi massa, hanya pesan-pesan yang sangat sederhana saja yang disampaikan tanpa perubahan dari orang yang satu ke orang yang lainnya, (5) komunikasi massa mengutamakan isi dibandingkan hubungan, (6) komunikasi massa bersifat satu arah, (7) stimulasi alat indra terbatas, hal tersebut dikarenakan tidak terjadinya interaksi langsung antara komunikator dan komunikan, (8) umpan balik tertunda dan tidak langsung (Ardianto,dkk, 2007).

(2)

Menurut McQuail dalam Afdjani (2007) media memiliki enam peran, yaitu:

1. Melihat media massa seabagai window on event and experience. Media dipandang sebagai jendela yang memungkinkan khalayak melihat apa yangsedang terjadi di luar sana. Media juga merupakan sarana belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa

2. Media dianggap sebagai a mirror of event in society and the world, implying a faithful reflection. Cermin berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia, yang merefleksikan apa adanya

3. Media massa sebagai filter, atau gatekeeper yang menyeleksi berbagai hal untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih isu, informasi atau bentuk content yang lain berdasar standar para pengelolanya. Di sini khalayak “dipilihkan” oleh media tentang apa-apa yang layak diketahui dan mendapat perhatian

4. Media massa dipandang sebagai guide, penunjuk jalan atau interpreter, yang menerjemahkan dan menunjukkan arah atas berbagai ketidakpastian, atau alternatif yang beragam

5. Melihat media massa sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai informasi dan ide-ide kepada khalayak, sehingga memungkin terjadinya tanggapan dan umpan balik

6. Media massa sebagai interlocutor, yang tidak hanya sekadar tempat berlalu lalangnya informasi, tetapi juga partner komunikasi yang memungkinkan terjadinya komunikasi interaktif.

Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yakni media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah. Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa adalah radio siaran, televisi, film, media online atau internet (Ardianto dkk, 2007).

2.1.1.2`Khalayak Media Massa

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, terdapat tiga pengertian khalayak, yaitu: (1) segala yang diciptakan oleh Tuhan, (2) kelompok tertentu dalam masyarakat yang menjadi sasaran komunikasi, (3) orang banyak, masyarakat

(3)

(Syarief, 2007). Hiebert dalam Ardianto (2007) menyebutkan bahwa khalayak media massa merupakan individu-individu yang memiliki pengalaman yang sama dan terpengaruh oleh hubungan sosial dan interpersonal yang sama. Khalayak media massa berjumlah besar dan heterogen yang tersebar dalam konteks ruang dan waktu.

Blumer dalam Sari (1993) menyatakan bahwa terdapat empat komponen sosiologis yang dapat dipertimbangkan sebagai profil/ identitas khalayak massa, yaitu: (1) berasal dari berbagai strata sosial (usia, tingkat pendidikan, jabatan, pendapatan, dan gaya hidup), (2) kelompok anonim yang terdiri dari individu-individu yang tidak saling mengenal, karena secara fisik terpisah maka hanya ada sedikit kemungkinan untuk berinteraksi, (3) tidak terorganisasi sehingga mungkin untuk digerakkan demi kepentingan tertentu.

Khalayak disebut juga audien. Istilah audien, secara sederhana dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, pemirsa (penonton teve) berbagai jenis media massa atau macam-macam isi komponen pesan-pesannya (McQuail, 1987). Pembaca buku, suratkabar, majalah, adalah audiens dari jenis-jenis media tersebut. Hal ini berarti, setiap penerbit suratkabar memiliki audien begitu pula setiap penerbit majalah, mamiliki audien juga. Demikian pula, baik lembaga penyiaran radio maupun lembaga penyiaran televisi juga memiliki audien. Ketika media massa belum memadati kehidupan kontemporer sejak pertengahan abad ke-20, istilah audien cukup populer sebagai sebutan bagi penonton teater, penonton konser musik dan sebagainya.

2.1.1.3 Efek Media Massa Terhadap Masyarakat

Peran media dalam kehidupan sosial bukan sekedar sarana diversion, pelepas ketegangan atau hiburan, tetapi isi dan informasi yang disajikan, mempunyai peran yang signifikan dalam prosessosial. Isi media massa merupakan konsumsi otak bagi khalayaknya, sehingga apa yang ada di media massa akan mempengaruhi realitas subjektif pelaku interaksi sosial. Gambaran tentang realitas yang dibentuk oleh isi media massa inilah yang nantinya mendasari respon dan sikap khalayak terhadap berbagai objek sosial. Informasi yang salah dari media massa akan memunculkan gambaran yang salah pula terhadap objek sosial itu. Media massa dituntut menyampaikan informasi secara akurat dan berkualitas.

(4)

Kualitas informasi inilah yang merupakan tuntutan etis dan moral penyajian media massa (Afdjani, 2007).

Media massa, dalam hal ini televisi merupakan faktor lingkungan yang dapat merubah perilaku masyarakat melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan, atau proses imitasi (belajar sosial). Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi masyarakat terhadap media massa dapat dilihat melalui teori uses and gratification.

Uses and Gratification meneliti asal mula kebutuhan secara psikologi dan sosial yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber lain yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan lain termasuk yang tidak kita inginkan. Studinya memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) media untuk mendapatkan kepuasan (gratification) atas kebutuhan seseorang (psikologis dan sosial). Asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa khalayak dianggap aktif, dan dalam proses komunikasi massa khalayak dapat memilih media yang dapat memenuhi kebutuhan mereka.

Masyarakat menggunakan media massa karena didorong oleh motif tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat itu sendiri. Misalnya ketika ingin mencari kesenangan media massa dapat memberi hiburan, dan ketika dalam kesepian media massa dapat berfungsi sebagai teman untuk menghilangkan kesepian. Model ini meneliti asal mula kebutuhan manusia secara psikologis dan sosial dan media massa sebagai salah satu alat yang dapat memenuhi kebutuhan manusia tersebut. Model-model uses and gratification dirancang untuk menggambarkan proses penerimaan dalam komunikasi massa dan menjelaskan penggunaan media oleh individu atau kelompok-kelompok individu. Adapun asumsi-asumsi dasar dari teori ini menurut Katz et al (1974) dalam Rakhmat (2008) adalah:

1. Khalayak dianggap aktif, artinya khalayak menggunakan media massa karena memiliki tujuan tertentu.

2. Proses komunikasi inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media tergantung pada kebutuhan.

(5)

3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhan khalayak. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari kebutuhan manusia yang luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media sangat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan.

4. Tujuan pemilihan media massa berdasarkan kepada kepentingan dan motif- motif tertentu dari khalayak.

5. Penilaian mengenai media massa dilakukan oleh masyarakat terlebih dahulu baru dilakukan oleh budaya organisasi media massa.

Model uses and gratification dapat dilihat pada Gambar 1 berikut:

Gambar 1: Model Uses and Gratifications (Sumber: Rakhmat, 2001)

Anteseden meliputi variabel individual yang terdiri dari data demografis seperti usia, jenis kelamin, dan faktor-faktor psikologi komunikan, serta variabel lingkungan seperti organisasi, sistem sosial, dan struktur sosial. Motif dapat dioperasionalisasikan dengan berbagai cara; unifungsional (hasrat melarikan diri, kontrak sosial atau bermain), bifungsional (informasi-edukasi, gratifikasi tertangguhkan). Penggunaan media adalah aktivitas dari individu sebagai upaya pemenuhan kebutuhan media massanya dengan mengkonsumsi isi media, dimana dalam hal aktivitas penggunaan media terdapat dua unsur penting yang dapat menentukan dampak media berupa gratifikasi media yaitu tingkat perhatian pada isi media dan frekuensi penggunaan media.

Menurut McQuail dalam Irmawati (2007) mengatakan bahwa model pendekatan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan merupakan penggunaan media atau suatu proses interaksi, yaitu hubungan isi media, kebutuhan individu, persepsi, peranan nilai, dan konteks sosial di mana seseorang berada. Secara sederhana, pendekatan ini berusaha menjelaskan suatu cara di mana individu menggunakan komunikasi di antara berbagai sumber dalam lingkungan untuk memuaskan kebutuhan mereka dn untuk mencapai tujuan. Usaha ini didorong

Antiseden Motif Penggunaan

Media

(6)

oleh adanya beberapa kebutuhan dalam dirinya yang dapat dipenuhi oleh media massa. Bila kebutuhan tersebut sudah terpenuhi, maka akan tercapai kepuasan yang disebut sebagai kepuasan media (media gratification).

2.1.2 Televisi sebagai Media Massa 2.1.2.1 Siaran Televisi

Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat-alat mekanik, yang mampu melipatgandakan pesan-pesan komunikasi. Salah satu contohnya adalah televisi. Menurut Skornis (Kuswandi 1996) televisi merupakan media massa yang mempunyai sifat istimewa karena merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang bisa bersifat informatif, hiburan maupun pendidikan bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut. Namun televisi juga memiliki sifat-sifat negatif, diantaranya adalah: sepintas lalu, tidak selalu dapat diterima dengan sempurna dan menghadapi publik yang heterogen. Media televisi bersifat ”transitory” (hanya meneruskan) maka pesan-pesan yang disampaikan melalui komunikasi massa media tersebut, hanya dapat didengar dan dilihat secara sekilas. Hofmann (1999) dalam Syarief (2007) mengatakan bahwa fungsi televisi adalah: (1) Pengawasan situasi masyarakat dan dunia. Televisi berfungsi mengamati kejadian yang terjadi dalam masyarakat kemudian melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditemukan; (2) Menghubungkan satu hal dengan hal yang lain. Televisi dapat menghubungkan hasil pengawasan yang satu dengan hasil pengawasan yang lain secara lebih gamblang dari pada sebuah dokumen tertulis; (3) Menyalurkan kebudayaan. Sebenarnya fungsi ini dapat disebut juga sebagai fungsi pendidikan, namun dalam hal ini istilah “pendidikan” tidak digunakan karena di dalam kebudayaan audio visual tidak ada yang namanya kurikulum. Kebudayaan yang dikembangkan oleh televisi merupakan tujuan tanpa pesan khusus di dalamnya; (4) Hiburan. Fungsi ini memang dibutuhkan oleh masyarakat, karena kalau tidak menghibur umumnya sebuah tayangan tidak akan ditonton. Hiburan ini bukan berarti hiburan semata tanpa ada sesuatu yang dapat diambil pelajarannya dari suatu program; (5) Pengarahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat. Televisi harus proaktif dalam memberi motivasi dan pengetahuan untuk menghadapi suatu keadaan darurat.

(7)

Menurut Pareno dalam Yunita (2009) televisi memiliki beberapa karakteristik, yaitu: (1) televisi dapat dipandang dari jarak jauh, (2) publik bisa menikmati kombinasi suara dan gambar seolah-seolah berhadapan langsung dengan objek yang ditayangkan, (3) televisi dibatasi oleh frame yang membuat posisi kamera tidak leluasa, (4) waktu penayangan harus menyesuaikan dengan waktu program, dan (5) televisi menggunakan bahasa gambar. Secara umum kegunaan televisi adalah untuk menyebarluaskan informasi dan berita. Keunggulan televisi sebagai media massa adalah siaran yang dipancarkan menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan punya daya tarik khusus sebagai media “pandang-dengar” (audio-visual). Namun televisi memiliki kelemahan, yaitu biayanya relatif mahal; komunikasinya cenderung satu arah; sebagai media audio-visual, namun relatif dalam pandangan yang cepat; dan daya beli cukup mahal.

2.1.2.2 Program Siaran Televisi

Program televisi adalah bahan yang telah disusun dalam suatu format sajian dengan unsur video yang ditunjang unsur audio yang secara teknis memenuhi persyaratan layak siar serta telah memenuhi standar estetik dan artistik yang berlaku. Setiap program televisi punya sasaran yang jelas dan tujuan yang akan dicapai. Lima parameter yang harus diperhitungkan dalam penyusunan program siaran televisi, yaitu: (1) landasan filosofis yang mendasari tujuan semua program, (2) strategi penyusunan program sebagai pola umum tujuan program, (3) sasaran program, (4) pola produksi yang menyangkut garis besar isi program, (5) karakteristik institusi dan manajemen sumber program untuk mencapai usaha yang optimum (Sutisna,1991 dalam Asmar (2009)).

Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai audiens dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum, dan peraturan yang berlaku. Pengelola stasiun televisi dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik.

Berbagai jenis program itu dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu program informasi (news) dan program hiburan

(8)

(entertainment) (Morissan, 2008). Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gossip, dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar yaitu musik, drama permainan (game show) dan pertunjukkan.

Mutu suatu tayangan televisi dapat dilihat melalui beberapa kriteria atau kebijakan yang telah dimiliki oleh masing-masing stasiun televisi itu sendiri. Kebijakan dan kriteria yang ditetapkan suatu stasiun televisi dilaksanakan untuk menciptakan suatu tayangan yang bermutu sesuai dengan standar masing-masing stasiun televisi. Penayangkan suatu siaran yang bermutu ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) materi yang aktual, faktual, dan sesuai dengan kebutuhan khalayak, (2) kemasan acara yang menarik dan memikat khalayak (Silitonga, 2009). Tidak hanya dari segi program saja yang dapat dinilai akan tetapi juga dari penyiar yang memandu suatu program diutamakan yang berpenampilan menarik dan berwawasan luas, sehingga kemasan dari suatu program menjadi lebih sempurna.

2.1.2.3 Motivasi Menonton Televisi

Dominick yang dikutip oleh Ekawati (1995) berpendapat bahwa komunikasi massa berguna karena dapat memenuhi kebutuhan tertentu masyarakat, sehingga ada motif-motif tertentu yang mengarahkan masyarakat dalam menkonsumsi media massa. Berbagai jenis media massa, masyarakat akan memilih media massa mana yang akan dikonsumsi sesuai kepentingannya berdasarkan kebutuhan, keinginan, dan kepentingan mereka (Asmar, 2009).

Ahmadi dalam Asmar (2009) mendefinisikan motif sebagai sesuatu yang ada pada diri individu yang menggerakkan atau membangkitkan sehingga individu tersebut dapat melakukan sesuatu. Dharmmesta dan Handoko (2000) mendefinisikan motif sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan (Veny, 2009).

Pada proses komunikasi massa, khalayak dapat memilih media yang dapat memenuhi kebutuhan (Rakhmat, 2008). Penggunaan media massa, seseorang

(9)

memiliki motif yang berbeda antar satu orang dan orang lain. McQuail dalam Khosuma (2009) menyebutkan terdapat empat motif khalayak dalam menonton televisi, yaitu:

1. Pengawasan atau informasi

a) Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat, dan dunia

b) Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah-masalah praktis, pendapat serta hal yang berkaitan dengan menentukan pilihan

c) Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum

d) Memperoleh rasa damai melalui penambahan pengetahuan e) Belajar, pendidikan diri sendiri

2. Identitas personal

a) Menentukan penunjang nilai-nilai pribadi b) Menentukan model perilaku

c) Mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai lain (dalam media) d) Meningkatkan sebuah pemahaman tentang diri sendiri 3. Integrasi dan interaksi sosial

a) Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain, empati social b) Mengidentifikasi diri dengan orang lain dan meningkatkan rasa

memiliki

c) Menentukan bahan percakapan dan interaksi sosial

d) Memungkinkan seseorang untuk menghubungi sanak keluarga, teman, dan masyarakat

4. Hiburan

a) Melepaskan diri atau terpisah dari masalah b) Bersantai

c) Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis d) Mengisi waktu

e) Penyaluran emosi

d) Membangkitkan gairah seks

Motif-motif ini akan mengarahkan perilaku individu dalam mengkonsumsi media dan akan mempengaruhi terpaan selektif individu terhadap jenis isi media.

(10)

Severin dan Tankard menyatakan bahwa antara individu yang satu dengan yang lain akan mengkonsumsi media dengan cara yang berbeda dengan tujuan yang berbeda-beda pula (Yunita, 2009).

Berhubungan dengan penjabaran di atas, menurut Dominick (1996) dalam Irmawati (2007), kebutuhan terhadap media massa sangat beragam. Ia mengklasifikasikan kebutuhan-kebutuhan terhadap penggunaan media massa sebagai berikut:

1. Cognition, kognisi berarti dorongan yang muncul untuk mengetahui sesuatu

2. Divertion, diversi berarti dorongan yang meliputi bentuk-bentuk yang berupa stimulasi, relaksasi, dan pelepasan emosi.

3. Social utility, kebutuhan sosial untuk mengeratkan hubungan sosial dengan keluarga, sahabat, dan yang lainnya dalam lingkungan sosial

4. Withdrawal, kebutuhan untuk melepaskan diri dari kegiatan tertentu dan bukan hanya sebagai relaksasi tapi juga untuk kebutuhan penggunaan.

2.1.2.4 Opini Khalayak terhadap Siaran Televisi

Opini berkaitan dengan pendirian karena opini membentuk pendirian dan juga sikap. Opini dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk, salah satunya berupa bahasa verbal yang biasa disebut sebagai overt opinion. Selain itu ada cara lain seperti diskusi informal dan surat yang bisa disebut covert opinion. Opini dapat dinyatakan secara aktif atau pasif, verbal (lisan) dan baik secara terbuka dengan melalui ungkapan kata-kata yang dapat ditafsirkan dengan jelas, maupun melalui pilihan kata yang halus atau diungkapkan secara tidak langsung, dan dapat diartikan secara konotatif atau persepsi. Opini dapat dinyatakan melalui perilaku, sikap tindak, mimik muka, atau bahasa tubuh, atau berbentuk simbol-simbol tertulis, berupa pakaian yang dikenakan ataupun makna warna (Syukriya, 2006).

Opini secara otomatis terbentuk saat kesan pertama berlangsung. Menurut Khasali (1994) dalam Triana (2010), akar dari opini adalah persepsi. Kesan atau penilaian pada pertemuan dapat dikatakan sebagai sebuah persepsi. Selain itu, persepsi juga merupakan suatu proses dimana kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus (rangsangan) yang mempengaruhi indera kita. Persepsi mempengaruhi stimulus atau pesan yang kita serap dan apa makna yang kita berikan pada mereka

(11)

ketika mereka mencapai kesadaran (DeVito, 1996). Menurut Sarwono dalam Silitonga (2009) menjelaskan bahwa persepsi dalam pengertian psikologis adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat yang digunakan untuk memperoleh informasi tersebut adalah indera dan untuk memahaminya menggunakan kesadaran atau kognitif seseorang.

Menurut DeVito (1996) terdapat enam proses yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap sesuatu, yaitu: (1) teori kepribadian implisit, (2) primasi-resensi, (3) aksentuasi perseptual, (4) ramalan yang terpenuhi dengan sendirinya, (5) konsistensi, (6) stereotipe. Proses-proses ini sangat mempengaruhi apa yang kita lihat dan apa yang tidak kita lihat, apa yang kita simpulkan dan apa yang tidak kita simpulkan.

Persepsi atau kesan pertama dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: budaya yang membesarkannya, pengalaman yang pernah dialami, nilai-nilai yang dianut dan berita yang pernah serta masih ada. Sesuai dengan penjelasan di atas, opini khalayak terhadap siaran televisi juga akan tergambar dari persepsi mereka.

Persepsi dibentuk oleh beberapa faktor. Pendirian adalah sikap atau opini yang masih tersimpan dalam hati dan pikiran dan terbentuk oleh tiga aspek, yaitu: afektif, perilaku dan kognisi. Pendirian tersebut akan mempengaruhi pembentukan opini individu oleh persepsi. Opini-opini individu yang mencapai konsensus atau kesamaan dalam hal tertentu itulah yang akhirnya menjadi opini publik.

Gambar 2. Hubungan antara Persepsi – Pendirian – Opini (Sumber: Khasali, 1994)

Unsur yang membentuk pendirian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Afektif: evaluasi berdasarkan perasaan untuk menilai sesuatu

2. Perilaku: elemen penggerak aktif

3. Kognisi: kepercayaan yang dipegang terhadap objek pendirian. Budaya,

pengalaman, nilai dan

berita

Persepsi Opini Konsensus Opini publik Pendirian

Affect Behavior

(12)

Opini publik berasal dari beberapa bahasa dan memiliki banyak arti jika dikembalikan menurut bahasa aslinya. Opini publik dapat dikatakan sebagai pendapat dari sebuah kelompok masyarakat yang cenderung sama. Opini bisa juga dikatakan sebagai suatu sikap baik individu maupun kelompok terhadap suatu hal. Opini publik bisa digolongkan dalam tiga tahapan yaitu opini publik yang masih mencari suatu bentuk nyata, opini publik yang telah memiliki bentuk nyata namun masih bisa dialirkan, dan opini publik yang sudah kuat.

Pendapat lainnya menyatakan bahwa opini publik berasal dari opini beberapa individu yang sama dalam suatu kelompok sehingga mempengaruhi pendapat seluruh individu dalam kelompok tersebut. Sebuah opini publik biasanya terbentuk ketika ada sebuah isu yang mengusik kelompok tersebut. Opini publik juga bisa dijadikan sebuah bentuk pengekspresian individu atau kelompok terhadap suatu kabar atau isu.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Menonton dan Opini Khalayak terhadap Tayangan Program Siaran Televisi

2.1.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Menonton

Hasil-hasil penelitian mengungkapkan banyak faktor yang dapat mempengaruhi motivasi baik faktor intrinsik maupun faktor ekstrinsik khalayak. Faktor intrinsik khalayak yang dapat mempengaruhi motivasi meliputi usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, asal etnis. Faktor ekstrinsik terdiri dari informasi acara dan pola pengambilan keputusan.

Selain itu berdasarkan hasil penelitian Juariyah (1994), yang mempengaruhi motivasi individu untuk menonton adalah faktor dari dalam diri individu tersebut anatara lain adalah usia, tingkat pendidikan, tingkat pengeluaran rumah tangga perkapita, tingkat keterlibatan dalam organisasi kemasyarakatan secara tingkat pengetahuan, dan pengalaman terhadap acara televisi. Menurut Untoro (1994) rangsangan dari luar individu misalnya tersedianya informasi acara dapat dapat mempengaruhi motivasi seseorang menonton acara televisi. Rakhmat menambahkan bahwa faktor yang turut menentukan pilihan acara televisi yang ditonton adalah peranan pengambilan keputusan.

(13)

2.1.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Opini Khalayak

Berdasarkan penjelasan sebelumnya yang menyebutkan bahwa opini khalayak tergambar dari persepsi, maka faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi juga merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan opini khalayak terhadap suatu program siaran televisi.

Hasil-hasil penelitian mengungkapkan bahwa terdapat dua faktor yang menentukan persepsi, yaitu: (1) faktor fungsional: berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal lain yang disebut faktor personal. Persepsi bukan ditentukan oleh jenis atau bentuk stimuli tetapi karakteristik orang yang memberikan respon stimuli; (2) faktor struktural: berasal dari stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu.

Berdasarkan penelitian Silitonga (2009) faktor yang mempengaruhi persepsi adalah faktor karakteristik yang dimilki khalayak seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan. Penelitian lain mengenai persepsi khalayak terhadap tayangan televisi yang terdapat pada Bab III menyatakan bahwa karakteristik khalayak terdiri dari usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, frekuensi menonton per dua minggu dan durasi waktu untuk menonton per dua minggu.

Selain faktor-faktor karakteristik yang dimiliki khalayak sebagai penentu persepsi, terdapat faktor lain yang berasal dari suatu televisi itu sendiri yang meliputi: materi yang disajikan, presenter yang memandu acara atau aktor yang berperan dalam suatu cerita, dan jumlah jam tayang. Faktor imitasi atau peniruan suatu tayangan televisi dari televisi lain juga mempengaruhi persepsi. Faktor lainnya dalam menentukan persepsi khalayak terhadap siaran televisi adalah identifikasi tayangan dan kedekatan negara dan persamaan.

2.2 Kerangka Pemikiran

Motivasi khalayak dalam menonton program siaran televisi dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan asal etnis. Faktor ektrinsik terdiri dari sumber informasi acara dan pola pengambilan keputusan. Beragamnya karakteristik intrinsik dan ekstrinsik khalayak langsung acara musik “Derings” Trans TV mengakibatkan mereka memiliki motivasi yang

(14)

berbeda-beda dalam menonton acara musik tersebut. Pada tinjauan teoritis telah dijelaskan bahwa motivasi khalayak dalam menonton suatu siaran televisi meliputi: (1) Informasi, (2) Identitas Pribadi, (3) Integrasi dan interaksi sosial, (4) Hiburan. Namun tidak hanya empat faktor tersebut yang menjadi motivasi khalayak langsung dalam menonton acara “Dering”. Faktor ekonomi seperti pemberian reward oleh pihak Trans TV juga dianggap sebagai motivasi khalayak langsung dalam menonton acara tersebut.

Motivasi menonton akan mengakibatkan khalayak langsung untuk melakukan kegiatan menonton acara “Derings” tersebut. Kegiatan menonton khalayak langsung dapat memunculkan opini-opini terhadap program acara musik “Derings”. Opini yang dapat diberikan berhubungan dengan konsep acara “Derings” seperti presenter, bintang tamu, setting panggung/tempat, dan penanyangan. Opini tersebut juga dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik yang telah diuraikan diatas. Opini masing-masing individu khalayak langsung jika digabungkan maka akan menghasilkan suatu opini khalayak langsung secara keseluruhan.

Keterangan: Alur Hubungan

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Motivasi dan Opini Khalayak Langsung Acara Musik “Derings” Trans TV

Faktor Intrinsik 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Jenis pekerjaan 4. Tingkat pendapatan 5. Tingkat pendidikan 6. Asal etnis Faktor Ekstrinsik 1. Sumber informasi acara 2. Pola pengambilan keputusan Motivasi Khalayak 1. Informasi 2. Identitas Pribadi 3. Integrasi dan interaksi sosial 4. Hiburan 5. Ekonomi Opini Khalayak 1. Presenter 2. Bintang tamu 3. Setting panggung 4. Penanyanga n

(15)

2.3 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Faktor intrinsik dan ekstrinsik responden responden dengan motivasi menonton acara Musik “Derings”.

2. Motivasi responden berhubungan dengan opini terhadap acara musik “Derings”.

3. Faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik responden berhubungan dengan opini terhadap acara musik “Derings”.

2.4 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel-variabel penelitian disajikan pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Defini Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Kategori Skor Jenis Data

Faktor Intrinsik Faktor yang melekat pada diri responden

Usia Lama hidup responden 1. < 20 tahun 2. > 20 tahun

Ordinal

Jenis Kelamin Struktur biologis responden 1. Laki-laki 2. Perempuan

Nominal

Jenis Pekerjaan Penggolongan pekerjaan responden 1. Penonton Langsung (tidak tetap) 2. Karyawan/wiraswasta 3. Pelajar/mahasiswa Nominal Tingkat Pendapatan

Jumlah rupiah yang diperoleh responden per bulan

1. Rp. 100.000 – 900.000 2. Rp. 900.001 – 1.800.000 3. Rp. 1.800.001 – 2.500.000 Ordinal Tingkat Pendidikan

Jenjang sekolah formal yang telah diselesaikan responden 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. PerguruanTinggi/ Akademi Ordinal

(16)

Tabel 1. Defini Operasional Variabel Penelitian (Lanjutan)

Variabel Definisi Kategori Skor Jenis Data

Asal Etnis Suku bangsa yang melekat pada diri individu 1. Melayu 2. Jawa 3. Minang 4. Batak 5. Sunda 6. Betawi Nominal

Faktor Ektrinsik Faktor yang melekat di luar diri responden

Sumber

Informasi Acara

Pendoman responden untuk mengetahui acara musik “Derings”

1. Iklan televisi 2. Keluarga 3. Teman Nominal Pola Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan menonton responden 1. Keinginan sendiri 2. Ajakan teman Nominal Motivasi Khalayak Langsung

Dorongan dalam diri responden untuk menonton acara musik “Derings”

1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju Ordinal Motivasi Informasi

Dorongan untuk mencari berita 1. Rendah (4 – 9) 2. Tinggi (10 – 16)

Ordinal

Motivasi Identitas Pribadi

Dorongan untuk meningkatkan pemahaman diri 1. Rendah (4 – 9) 2. Tinggi (10 – 16 Ordinal Motivasi Integritas dan Interaksi

Dorongan menemukan bahan percakapan dan berintegrasi sosial

1. Rendah (4 – 9) 2. Tinggi (10 – 16

Ordinal

Motivasi Hiburan

Dorongan bersantai, mengisi waktu luang, melepaskan permasalahan 1. Rendah (4 – 9) 2. Tinggi (10 – 16 Ordinal Motivasi Ekonomi

Dorongan untuk mencari pendapatan tambahan 1. Rendah (4 – 9) 2. Tinggi (10 – 16) Ordinal Opini Khalayak Langsung

Pendapat responden tentang acara musik “Derings”

1. Sangat tidak setuju 2. Tidak setuju 3. Setuju 4. Sangat setuju

(17)

Tabel 1. Defini Operasional Variabel Penelitian (Lanjutan)

Variabel Definisi Kategori Skor Jenis Data

Presenter Penilaian tentang orang yang membawakan acara musik “Derings” dengan indikator:

1. Jenis kelamin 2. Jumlah presenter.

3. Penguasaan materi: dapat menyampaikan informasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan acara musik “Derings” tersebut. 4. Gaya bahasa: formal atau

tidak formal.

5. Gaya bahasa: mampu berimprovisasi dengan baik 6. Penampilan fisik.

7. Partisipasi dengan khalayak

1. Kurang (8 – 20) 2. Baik (21 – 32)

Ordinal

Bintang Tamu Penilaian tentang penyanyi yang mengisis acara musik “Derings” dengan indikator:

1. Jenis kelamin.

2. Daya tarik bintang tamu yang dihadirkan.

3. Popularitas penyanyi solo atau band yang sedang popular. 4. Penampilan bintang tamu. 5. Kemampuan menghibur.

1. Kurang ( 7 – 18) 2. Baik (19 – 28)

Ordinal

Setting Tempat Penilaian tentang lokasi

penayangan acara musik “Derings dengan indikator:

1. Pemilihan tempat (outdoor atau indoor)

2. Dekorasi panggung 3. View di sekitar panggung

1. Kurang (5 – 13) 2. Baik (14 – 20)

Ordinal

Penayangan Penilaian tentang penayangan acara musik “Derings” dengan indikator: 1. Frekuensi penanyangan 2. Jam tayang 3. Durasi 4. Proporsi iklan 1. Kurang (5 – 13) 2. Baik (14 – 20) Ordinal

Gambar

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Motivasi dan Opini Khalayak Langsung Acara Musik “Derings” Trans TV
Tabel 1. Defini Operasional Variabel Penelitian
Tabel 1. Defini Operasional Variabel Penelitian (Lanjutan)
Tabel 1. Defini Operasional Variabel Penelitian (Lanjutan)

Referensi

Dokumen terkait

Motivasi hiburan adalah hal-hal yang menyebabkan responden tertarik untuk menyaksikan program acara Megaswara TV (Dinamika Bogor/Sunda Bogor/ Gorobog/ketiganya) untuk melepaskan

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat diketahui faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu terdapat dua faktor, faktor yang pertama berkenaan dengan kemampuan siswa

Berdasarkan teori yang ada mengenai motivasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi, maka hal itu digunakan sebagai titik perhatian dari penelitian ini yakni

Dalam penelitian ini terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan selama berada pada suatu organisasi atau intansi sebagai tempat mereka bekerja,

salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu faktor motivasi, dimana motivasi merupakan kondisi yang menggerakan seseorang berusaha untuk mencapai tujuan atau mencapai

Diduga posisi tawar petani mempengaruhi besarnya inisiatif mereka untuk berperan serta secara aktif dalam hal akses terhadap kebijakan penataan ruang sehingga merupakan

Berdasarkan Gambar 1, Theory of Reasoned Action yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen dalam Sarwono (1999) memandang bahwa sikap dapat mempengaruhi perilaku lewat suatu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Purba 2020 mengenai Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen untuk Membeli Mobil Toyota Avanza Hasil penelitian tersebut