• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengemasan BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengemasan BAB II"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... DAFTAR ISI ... BAB I PENDAHULUAN ... 1.1 Latar Belakang ... 1.2 Permasalahan ... 1.3 Tujuan ... 1.4 Manfaat ... BAB II ISI DAN PEMBAHASAN... 2.1 Kemasan Bahan Makanan ... 2.1.1 klasifikasi kemasan ... 2.1.2 Pengemasan Bahan Makanan Secara Alami dan Sintetik ... 2.2 Zat Aditif pada Makanan ... 2.2.1 Jenis-Jenis Zat Aditif ... BAB III PENUTUP ... 3.1 Kesimpulan ... 3.2 Saran ... DAFTAR PUSTAKA ...

(3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Manusia mempunyai kebutuhan yang beragam seiring dengan peningkatan kesejahteraanya. Salah satu dari sekian banyak kebutuhan tesebut adalah kebutuhan pangan atau makanan. Kebutuhan akan pangan merupakan kebutuhan primer atau pokok bagi setiap lapisan masyarakat disamping kebutuhan sandang/pakaian dan papan/perumahan. Hal itu memacu para pengusaha yang bergerak dalam bidang produksi dan pengolahan bahan makanan untuk memproduksi makanan bagi masyarakat (konsumen) dalam jumlah yang besar.

Industri pengolahan bahan pangan yang tumbuh pesat dewasa ini di Indonesia seakan-akan berlomba untuk merebut hati konsumen dengan menawarkan kuwalitas, bentuk dan bermacam-macam bahan pangan melalui promosi periklanan yang bersifat persuasif Produk-produk bahan makanan tersebut sejak diproduksi, dipasarkan hingga dibeli dan dikonsumsi oleh konsumen tentu saja membutuhkan waktu yang relatif panjang melalui jalur perdagangan tertentu, yaitu melalui pedagang-pedagang perantara seperti agen-agen dan toko-toko. Dengan kehadiran pedagang-pedagang perantara tersebut, konsumen lebih mudah memperoleh bahan-bahan pangan yang dibutuhkan karena para pengecer tersebar diseluruh daerah-daerah pemasaran.

Mengingat mekanisme pemasaran yang relatif panjang dan rumit tadi, maka penjualan bahan pangan perlu dikemas dalam kemasan, yang syarat serta standarisasinya telah ditentukan oleh lembaga-lembaga pemerintah diatas, demi menghindari kerusakan, terkontaminasinya bahan-bahan pangan. Namun demikian masih banyak pula kita jumpai makanan dalam kemasan yang bermasalah yang bukan tidak mungkin dapat merugikan konsumen.

Pengemasan merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk melindungi bahan pangan dari penyebab-penyebab kerusakan baik fisik, kimia, biologis maupun mekanis, sehingga dapat sampai ke tangan konsumen dalam keadaan baik dan menarik. Bahan kemasan secara umum dibagi menjadi 2 macam, yaitu kemasan produk pangan dan kemasan produk non pangan. Kemasan produk pangan umumnya menuntut jaminan keamanan lebih daripada kemasan produk non pangan.

Pengemasan bukan merupakan proses yang tersendiri, yang terpisah dari proses pengolahan makanan, tetapi merupakan bagian dalam proses pengolahan dari awal

(4)

sampai akhir. Oleh karena itu, prinsip-prinsip pengolahan perlu kita ketahui, sehingga dapat diterapkan baik cara dan penggunaan bahan kemasan yang sesuai dengan produk olahannya. Dengan demikian usaha pengemasan akan dapat membantu menyelamatkan produksi pangan dan sekaligus menyelamatkan konsumen.

1.2 Permasalahan

a. apa itu kemasan dan sebutkan klasifikasi-klasifikasi kemassan makanan ?

b. apa kelebihan dan kekurangan Pengemasan Bahan Makanan Secara Alami dengan pengemasan secara sintetik ?

c. sebutkan zat-zat aditif dan sebutkan jenis-jenis zat aditif pada bahan makanan ?

1.3 Tujuan

a. Mengetahui apa itu kemasan dan klasifikasi kemasan makanan.

b. Mengetahui kelebihan dan kekurangan Pengemasan Bahan Makanan Secara Alami dengan pengemasan secara sintetik.

c. Mengetahui apa itu zat aditif dan jenis-jenis zat aditif.

1.4 Manfaat

Dengan penulisan makalah ini maka dapat memberikan informasi pada masyarakat mengenai kekurangan dan kelebihan pengemasan makanan secara moderen dan tradisional, serta pengaruh zat aditif yang terkandung pada makanan.

(5)

BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN 2.1. Kemasan Bahan Makanan

Pengertian umum dari kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat yang dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya. Adanya kemasan yang dapat membantu mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran. Dari segi promosi kemasan berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli (Nurminah, 2002).

Ragam kemasan makanan

Setiap bahan makanan mempunyai daya tahan yang terbatas sebelum ia mengalami proses pembusukan. Untuk itu berbagai cara dilakukan untuk mempertahankan usia pakai dari bahan makanan. Salah satu cara yang dilakukan adalah melalui proses pengemasan.Terdapat berbagai bahan/material yang dapat digunakan sebagai kemasan makanan. Penggunaan material yang tepat dapat mempertahankan usia pakai dari bahan makanan, namun penggunaan material yang salah juga dapat mempercepat usia pakai dari makanan tersebut, bahkan dapat menimbulkan bahaya kesehatan bagi konsumen makanan (Hendrarto, 2007).

Didalam pengemasan bahan pangan terdapat dua macam wadah, yaitu wadah utama atau wadah yang langsung berhubungan dengan bahan pangan dan wadah kedua atau wadah yang tidak langsung berhubungan dengan bahan pangan. Wadah utama harus bersifat non toksik dan inert sehingga tidak terjadi reaksi kimia yang dapat menyebabkan perubahan warna, flavour dan perubahan lainnya. Selain itu, untuk wadah utama biasanya diperlukan syarat-syarat tertentu bergantung pada jenis makanannya, misalnya melindungi makanan dari

(6)

kontaminasi, melindungi kandungan air dan lemaknya, mencegah masuknya bau dan gas, melindungi makanan dari sinar matahari, tahan terhadap tekanan atau benturan dan transparan (Winarno, 1983).

Berbagai macam bahan dapat digunakan sebagai pengemas. Namun dalam membuat pengemas kita harus memperhatikan syarat bahan yang dapat digunakan sebagai pengemas seperti:

 Memiliki permeabilitas (kemampuan melewatkan) udara yang sesuai dengan jenis bahan pangan yang akan dikemas.

 Harus bersifat tidak beracun dan inert (tidak bereaksi dengan bahan pangan).

 Harus kedap air.

 Tahan panas.

 Mudah dikerjakan secara masinal dan harganya relatif murah.

2.1.1. Klasifikasi Kemasan

Kemasan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa cara yaitu : (Julianti, 2006) 1. Klasifikasi kemasan berdasarkan frekwensi pemakaian :

a. Kemasan sekali pakai (disposable) , yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah dipakai. Contoh bungkus plastik untuk es, permen, bungkus dari daun-daunan, karton dus minuman sari buah, kaleng hermetis.

b. Kemasan yang dapat dipakai berulangkali (multitrip), contoh : botol minuman, botol kecap, botol sirup. Penggunaan kemasan secara berulang berhubungan dengan tingkat kontaminasi,sehingga kebersihannya harus diperhatikan.

c. Kemasan atau wadah yang tidak dibuang atau dikembalikan oleh konsumen (semi disposable), tapi digunakan untuk kepentingan lain oleh konsumen, misalnya botol untuk tempat air minum dirumah, kaleng susu untuk tempat gula, kaleng biskuit untuk tempat kerupuk, wadah jam untuk merica dan lain-lain. Penggunaan kemasan untuk kepentingan lain ini berhubungan dengan tingkat toksikasi.

2. Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk dengan kemasan) :

a. Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan pangan. Misalnya kaleng susu, botol minuman, bungkus tempe.

(7)

b. Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-kelompok kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng, kotak kayu untuk buah yang dibungkus, keranjang tempe dan sebagainya.

c. Kemasar tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer, sekunder atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama pengangkutan. Misalnya jeruk yang sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam kardus kemudian dimasukkan ke dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti kemas.

3. Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat kekauan bahan kemasan :

a. Kemasan fleksibel yaitu bahan kemasan yang mudah dilenturkan tanpa adanya retak atau patah. Misalnya plastik, kertas dan foil.

b. Kemasan kaku yaitu bahan kemas yang bersifat keras, kaku, tidak tahan lenturan, patah bila dibengkokkan relatif lebih tebal dari kemasan fleksibel. Misalnya kayu, gelas dan logam.

c. Kemasan semi kaku/semi fleksibel yaitu bahan kemas yan memiliki sifat-sifat antara kemasan fleksibel dan kemasan kaku. Misalnya botol plastik (susu, kecap, saus), dan wadah bahan yang berbentuk pasta.

4. Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat perlindungan terhadap lingkungan :

a. Kemasan hermetis (tahan uap dan gas) yaitu kemasan yang secara sempurna tidak dapat dilalui oleh gas, udara atau uap air sehingga selama masih hermetis wadah ini tidak dapat dilalui oleh bakteri, kapang, ragi dan debu. Misalnya kaleng, botol gelas yang ditutup secara hermetis. Kemasan hermetis dapat juga memberikan bau dari wadah itu sendiri, misalnya kaleng yang tidak berenamel.

b. Kemasan tahan cahaya yaitu wadah yang tidak bersifat transparan, misalnya kemasan logam, kertas dan foil. Kemasan ini cocok untuk bahan pangan yang mengandung lemak dan vitamin yang tinggi, serta makanan hasil fermentasi, karena cahaya dapat mengaktifkan reaksi kimia dan aktivitas enzim. Kemasan tahan suhu tinggi, yaitu kemasan untuk bahan yang memerlukan proses pemanasan, pasteurisasi dan sterilisasi. Umumnya terbuat dari logam dan gelas.

5. Klasifikasi kemasan berdasarkan tingkat kesiapan pakai (perakitan) :

a. Wadah siap pakai yaitu bahan kemasan yang siap untuk diisi dengan bentuk yang telah sempurna. Contoh : botol, wadah kaleng dan sebagainya.

(8)

b. Wadah siap dirakit / wadah lipatan yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan sebelum diisi. Misalnya kaleng dalam bentuk lembaran (flat) dan silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik. Keuntungan penggunaan wadah siap dirakit ini adalah penghematan ruang dan kebebasan dalam menentukan ukuran.

2.1.2. Pengemasan Bahan Makanan Secara Alami dan Sintetik

Teknologi kemasan berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi pengolahan pangan. Harus diakui kini pembungkus makanan memegang peranan yang penting, bahkan terkadang lebih penting dari isinya. Selain bisa mempercantik makanan dengan kemasan yang bagus juga mampu meningkatkan nilai tambah makanan itu sendiri.

Pada zaman dahulu kemasan lebih didominasi oleh bahan-bahan alami seperti daun, bambu, dan kayu. Kemudian dengan ditemukannya kemasan sintetis seperti plastik, kaca, kaleng, dan alumuniun foil maka pembungkus alami tersebut mulai ditinggalkan.

2.1.2.1. Pengemasan Bahan Makanan dengan Kemasan Alami

Bahan kemas alami seperti daun, bambu (ruas, bilah, anyaman), peti kayu dan goni masih banyak digunakan terutama untuk kemasan hasil pertanian dan produk agroindustri tradisional. Penggunaan bahan kemas yang bersifat alami ini memberikan nilai estetika tersendiri, baik dari segi penampilan maupun ciri khas produk yang dikemasnya.

Bahan kemasan alami ditinjau dari segi keberadaannya, masih banyak terdapat di daerah-daerah di Indonesia dengan harga yang relatif murah lagi pula tidak memberikan dampak yang negatif terhadap pencemaran lingkungan (ramah lingkungan), malah sebaliknya bahan kemasan ini dapat terurai oleh bakteri secara alamiah, sehingga dapat berfungsi sebagai produk lain (kompos). Akan tetapi bilamana tidak segera ditangani, maka limbah bahan kemas alami ini dapat pula memberikan dampak negatif, dengan memberikan cemaran karena aroma yang dihasilkan dari proses penguraian tersebut dapat menghasilkan bau yang tidak sedap.

(9)

1. Kemasan Daun Pisang

Cara pengemasannya ialah dengan menempatkan produk di bagian dalam daun, kemudian dilipat dengan menarik keempat bagian ujung daun ke atas, lalu dikunci dengan semat yang terbuat dari bambu. Untuk menjaga kebocoran bagian tengah kemasan, biasanya dilapisi lagi dengan daun pisang.

 Kelebihan :

Cara penggunaannya dapat secara langsung atau melalui proses pelayuan terlebih dahulu, hal ini untuk lebih melenturkan daun sehingga mudah untuk dilipat dan tidak sobek atau pecah. Seperti halnya pada pengemasan tape ketan, produk ini banyak mengandung air, sehingga dengan permukaan yang licin , rendah menyerap panas, kedap air dan udar, maka cocok untuk digunakan untuk mengemas.

 Kekurangan :

Tidak semua daun pisang baik digunakan untuk mengemas, dikarenakan sifat fisik yang berbeda terutama sifat fleksibilitas.

Gambar Kemasan Daun Pisang 2. Kemasan Daun aren

Daun aren sebagai bahan kemas biasanya hanya dipakai untuk hasil pertanian atau hasil olahan yang berbentuk padatan dan ukurannya relatif besar sebagai contoh, pengemasan pada buah durian atau gula merah dari aren.

 Kelebihan :

Penggunaan daun sebagai bahan kemasan alami sudah lajim dipakai di seluruh masyarakat Indonesia, selain murah dan praktis cara pemakaiannya, daun ini juga masih mudah didapat.

(10)

Daun ini bukan merupakan kemasan yang bersifat representatif, sehingga mudah robek atau pecah, dan tidak dapat mempertahankan mutu produk dalam jangka waktu yang lama.

Kemasan Daun Aren 3. Kemasan Bambu

Kemasan dari bambu dan rotan merupakan kemasan tradisional yang biasanya ditampilkan dalam bentuk anyaman. Pemakaian keranjang dari anyaman bambu untuk pengemasan, biasanya digunakan untuk buah buahan dengan permukaan yang halus, dengan bobot yang terbatas, atau untuk hasil olahan dengan dilapisi daun, kertas dan plastik yang bertujuan agar produk yang dikemas tidak keluar dari jalinan anyaman, dan tidak terkontaminasi oleh kotoran dan air dari luar. Produk yang dapat dikemas antara lain; tape singkong, tahu, brem, bunga, mangga dan sebagainya.

 Kelebihan :

Kemasan yang terbuat dari anyaman bambu, adalah mampu menjaga kelembaban udara, dan dengan sifatnya yang opak, dapat melindungi bahan yang dikemasnya terhindar dari reaksi penguraian yang diakibatkan oleh sinar atau cahaya.

 Kekurangan :

Bila tertarik anyamannya akan terbuka dan sulit menutup kembali. Selain itu apabila sering terkena air, bambu dapat mudah rusak.

(11)

.Kemasan Bambu 4. Kemasan Kayu

Kemasan kayu biasanya berbagai jenis peti yang merupakan kemasan sekunder dan merupakan wadah yang paling tua digunakan orang sebagai bahan kemas. Jenis kayu yang digunakan dapat terbuat dari bahan lunak (kayu jengjeng atau albizia) ataupun dari plywood atau veneer .Wadah kayu yang dibuat dari bahan yang lebih keras (kayu keras) jarang digunakan untuk hasil pertanian. Kemasan kayu yang digunakan untuk ikan asin, sayuran (kol) dan buah-buahan (apel, mangga) berbeda dengan kemasan kayu yang digunakan untuk teh kering. Pada peti kayu untuk teh perlu dilapisi dengan bahan yang kedap air pada dinding bagian dalam. Hal ini diperlukan untuk mencegah penyerapan air dari luar atau penguapan dari dalam.

 Kelebihan :

Umumnya bentuk kemasan kayu persegi atau persegi panjang, hal ini untuk memudahkan penataan bahan atau barang yang dikemas.

 Kekurangan :

Apabila kemasan tidak tertutup rapat maka isi dalam kemasan itu dapat basah atau rusak jika terkena air.

(12)

5. Karung/goni

Bahan yang dipergunakan untuk membuat karung goni adalah rami atau yute. Karung biasanya digunakan untuk mengemas produk seperti gabah, jagung, kacang kedelai, kacang tanah tau kacang hijau. Karung goni juga sering digunakan untuk gula pasir, pupuk dan garam. Setelah karung diisi kemudian mulut karung dijahit, bisa dilakukan dengan tangan (secara manual) atau dengan alat.

 Kelebihan :

Karung goni mempunyai sifat yang baik karena fleksibel, relatif murah, dapat melindungi bahan dari kelembaban, mudah menutup kembali bila goni diganco untuk membantu pengangkutan, atau ditusuk untuk mengambilan contoh, mudah dalam penyimpanan dengan cara penumpukan tanpa mudah meleset atau meluncur ke bawah.

Mempunyai tenunan atau lubang-lubang tenunan yang lebih besar dari kain blacu sehingga mempunyai keuntungan dalam hal memudahkan penetrasi gas yang digunakan untuk fumigasi.

 Kekurangan :

Karena memiliki lubang-lubang tenunan maka mudah diserang serangga dari luar.

Gambar Kemasan Karung/Goni

2.1.2.2 Pengemasan Bahan Makanan dengan Kemasan Sintetik

Kemasan sintetik digunakan untuk mengatasi kelemahan-kelamahan yang dimiliki oleh kemasan alami. Adanya kemasan sintetik menyebabkan suatu bahan makanan dapa disimpan dalam jangka waktu yang lebih lama, dengan kualitas yang tetap terjaga. Walaupun kemasan sintetik memiliki kelebihan dibandingkan dengan kemasan alami, kemsan sintetik juga memiliki beberapa kelemahan, khususnya berkaitan dengan isu lingkungan.

(13)

Berikut ini merupakan contoh- contoh kemasan sintetik 1. Kemasan Kertas

Untuk jangka waktu yang lama kertas masih banyak digunakan sebagai bahan kemasan karena mudah diperoleh dan murah harganya. Sifat kemasan kertas tergantung dari proses pembuatannya dan perlakuan tambahan yang diberikan. Sifat fisika dan kimia seperti permeabilitas (mudah dilalui) terhadap cairan, uap dan gas. Sehingga dapat dimodifikasikan dengan cara pelapisan atau laminating (dengan malam, plastik, resin, gum dan adhesif). Sifat mekanik (kekuatan) kertas tergantung dari perlakuan pengisi dan pengikat pada waktu proses pembuatan kertas.

 Kelebihan :

Kemasan kertas mudah didapat dan harganya lebih murah dibandingkan harga kemasan yang lain.

 Kekurangan :

Kemasan kertas tidak mampu menahan produk yang berat dan kasar karena kertas sifatnya mudah koyak dan mudah menyerap air.

Gambar Kemasan Kertas 2. Kemasan Karton

Kemasan karton sebenarnya termasuk ke dalam kemasan kertas (kemasan fleksibel) yang dibentuk sebagai wadah-wadah yang kaku seperti kertas kraft, kertas tahan lemak (grease paper), kertas glassin dan kertas lilin (waxed paper). Wadah-wadah tersebut termasuk karton, kotak karton, kaleng fiber/kaleng karton.

 Kelebihan :

Kemasan karton mudah didapat dan harganya lebih murah dan lebih kuat daripada kemasan kertas.

(14)

Kemasan karton juga tidak dapat memuat produk yang berat sama seperti kemasan kertas.

Gambar Kemasan Karton 3. Kemasan Aluminium Foil

Bahan kemasan aluminium foil termasuk bahan logam yang mempunyai sifat-sifat ringan (lebih ringan daripada besi/baja), mudah dilekuk-lekuk, sehingga mudah kembali ke bentuk asalanya. Aluminium murni sulit disolder (diseal) sehingga sambungan-sambungan tidak rapat, dan mudah bereaksi dengan udara (O2) dan membentuk aluminium oksida sehingga kurang baik digunakan

digunakan sebagai kemasan.  Kelebihan :

Kemasan aluminium foil merupakan bahan kemasan yang paling sedikit permeabilitas (dapat dilalui) terhadap sinar UV, uap air, oksigen dan mikorba sehingga memberikan perlindungan terhadap produk dari luar (fisik, uap air, oksigen dan sinar) dan dapat menjadi kemasan multi lapis.  Kekurangan :

Semakin besar kemampuan bahan kemasan dalam melindungi produk maka semakin mahal pula harga kemasan aluminium foil ini.

(15)

4. Kemasan Gelas/Botol

Kemasan gelas terdiri dari dua bagian yang terpisah, yaitu wadah gelas dan tutup logam. Keduanya sangat penting untuk memperoleh kondisi hermetis. Kemasan gelas digunakan untuk makan bayi, juice buah, saus pasta, ikan dan daging yang mana tergantung pada produk keasamannya, apakah disterilisasi atau dipasteurisasi. Prinsip-prinsip pada pengolahan dengan kemasan gelas secara umum sama dengan kaleng, tetapi terdapat beberapa modifikasi.

 Kelebihan :

Kemasan gelas tidak bereaksi dengan produk yang dikemasnya.  Kekurangan :

Kemasan gelas harus ditutup secara rapat untuk mencegah kontaminasi setelah pengolahan. Penutup untuk wadah gelas terbuat dari pelat timah lacquer atau alumunium. Selain itu, kemasan gelas juga harus dilakukan dengan hati-hati karena kemasan ini mudah pecah jika dikenai beberapa guncangan besar terhadapnya.

Kemasan Gelas/Botol 5. Kemasan Kaleng (pelat timah/tin plate)

Jenis kemasan kaleng paling sering digunakan untuk mengemas makanan kaleng. Kemasan kaleng umumnya terbuat dari tin plate, yaitu baja yang dilapisi dengan timah untuk mengurangi korosi. Namun, sekarang banyak digunakan tin-free

steel, yaitu baja yang dilapisi dengan chromium untuk mencegah korosi.

 Kelebihan :

Kemasan kaleng dapat mengurangi konsentrasi oksigen, sehingga mampu mengurangi kemungkinan perubahan-perubahan karena reaksi oksidasi, seperti oksidasi lemak, vitamin, perubahan warna dan proses pengkaratan. Produk kemasan kaleng lebih tahan lama dibandingkan dengan kemasan yang lain.

(16)

 Kekurangan :

Kecerobohan serta kesalahan dalam penanganan kaleng selama pengolahan atau penyimpanan akan menyebabkan kebocoran baik yang terjadi selama pemanasan atau sesudahnya. Bila dalam proses pendinginan digunakan air yang kotor, mikroorganisme pembusuk atau patogen dapat masuk ke dalam kaleng melalui bagian yang bocor tersebut. Bila kondisi penyimpanan memung-kinkan mikroba tumbuh, maka mikroba akan berkembang biak dan merusak makanan di dalam kaleng.

Gambar Kemasan Kaleng 6. Plastik

Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah monomer, yakni rantai yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari beberapa monomer yang akan membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai tersebut dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat yang lebih keras dan tegar. Menurut Eden dalam Davidson (1970), klasifikasi plastik menurut struktur kimianya terbagi atas dua macam yaitu: 1. Linear, bila monomer membentuk rantai polimer yang lurus (linear) maka

akan terbentuk plastik thermoplastik yang mempunyai sifat meleleh pada suhu tertentu, melekat mengikuti perubahan suhu dan sifatnya dapat balik (reversible) kepada sifatnya yakni kembali mengeras bila didinginkan.

2. Jaringan tiga dimensi, bila monomer berbentuk tiga dimensi akibat polimerisasi berantai, akan terbentuk plastik thermosetting dengan sifat tidak dapat mengikuti perubahan suhu (irreversible). Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali.

Bahan kemasan plastik dibuat dan disusun melalui proses yang disebabkan polimerisasi dengan menggunakan bahan mentah monomer, yang tersusun

(17)

sambung-menyambung menjadi satu dalam bentuk polimer. Kemasan plastik memiliki beberapa keunggulan yaitu sifatnya kuat tapi ringan, inert, tidak karatan dan bersifat termoplastis (heat seal) serta dapat diberi warna. Berbagai jenis bahan kemasan lemas seperti misalnya polietilen, polipropilen, nilon poliester dan film vinil dapat digunakan secara tunggal untuk membungkus makanan atau dalam bentuk lapisan dengan bahan lain yang direkatkan bersama.

Adapun beberapa jenis kemasan plastik yang sering digunakan antar lain : a. Polyethylen

Polietilen merupakan film yang lunak, transparan dan fleksibel, mempunyai kekuatan benturan serta kekuatan sobek yang baik. Dengan pemanasan akan menjadi lunak dan mencair pada suhu 110OC. Berdasarkan sifat permeabilitasnya yang rendah serta sifat-sifat mekaniknya yang baik, polietilen mempunyai ketebalan 0.001 sampai 0.01 inchi, yang banyak digunakan sebagai pengemas makanan, karena sifatnya yang thermoplastik, polietilen mudah dibuat kantung dengan derajat kerapatan yang baik (Sacharow dan Griffin, 1970). Konversi etilen menjadi polietilen (PE) secara komersial semula dilakukan dengan tekanan tinggi, namun ditemukan cara tanpa tekanan tinggi. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

n(CH2= CH2) (-CH2-CH2-)n Etilen polimerisasi Polietilen

Polietilen dibuat dengan proses polimerisasi adisi dari gas etilen yang diperoleh dari hasil samping dari industri minyak dan batubara. Proses polimerisasi yang dilakukan ada dua macam, yakni pertama dengan polimerisasi yang dijalankan dalam bejana bertekanan tinggi (1000-3000 atm) menghasilkan molekul makro dengan banyak percabangan yakni campuran dari rantai lurus dan bercabang. Cara kedua, polimerisasi dalam bejana bertekanan rendah (10-40 atm) menghasilkan molekul makro berantai lurus dan tersusun paralel.

b. Low Density Polyethylen (LDPE)

Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu di bawah 60OC sangat

(18)

resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen, sedangkan jenis plastik HDPE mempunyai sifat lebih kaku, lebih keras, kurang tembus cahaya dan kurang terasa berlemak.

c. High Density Polyethylen (HDPE).

Pada polietilen jenis low density terdapat sedikit cabang pada rantai antara molekulnya yang menyebabkan plastik ini memiliki densitas yang rendah, sedangkan high density mempunyai jumlah rantai cabang yang lebih sedikit dibanding jenis low density. Dengan demikian, high density memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Ikatan hidrogen antar molekul juga berperan dalam menentukan titik leleh plastik (Harper, 1975).

d. Polypropilena

Polipropilen sangat mirip dengan polietilen dan sifat-sifat penggunaannya juga serupa (Brody, 1972). Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap (Winarno dan Jenie, 1983). Monomer polypropilen diperoleh dengan pemecahan secara thermal naphtha (distalasi minyak kasar) etilen, propylene dan homologues yang lebih tinggi dipisahkan dengan distilasi pada temperatur rendah. Dengan menggunakan katalis Natta-Ziegler polypropilen dapat diperoleh dari propilen (Birley, et al., 1988).

e. Polivinil Klorida (PVC)

Polivinil Klorida dibuat dari monomer yang mngandung gugus vinil. PVC mempunyai sifat kaku, keras, namun jernih dan lengkap, sangat sukar ditembus air dan permeabilitas gasnya rendah. Pemberian plasticizers (biasanya ester aromatik) dapat melunakkan film yang membuatnya lebih fleksibel tetapi regang putusnya rendah, tergantung jumlah plasticizers yang ditambahkan.

f. Vinilidin Khlorida (VC)

Mengandung dua atom klorin, merupakan bahan padat yang keras, bersifat tidak larut dalam sebagian besar pelarut dan daya serap airnya sangat

(19)

rendah. Dapat menghasilkan film yang kuat, jernih dengan permeabilitas terhadap gas cukup rendah.

g. Politetrafluoroetilen (PTFE)

Bersifat sangat “inert” terhadap reaksi-reaksi kimia. Polimer ini bersifat halus, berlemak dan umumnya berwarna abu-abu. Koefisien gesekannya sangat rendah sehingga menghasilkan permukaan yang tidak mudah lengket serta bertahan pada daerah suhu kerja yang luas.

h. Polistiren (PS)

Bersifat sangat amorphous dan tembus cahaya, mempunyai indeks refraksi tinggi, sukar ditembus oleh gas kecuali uap air. Dapat larut dalam alcohol rantai panjang, kitin, ester hidrokarbon yang mengikat khlorin. Polimer ini mudah rapuh, sehingga banyak dikopolimerisasikan dengan batu diena atau akrilonitril.

(20)

Keterangan :

Angka 1- PET

Artinya plastik tersebut tersusun dad polyethylene terephthalate. Kemasan dengan angka ini berarti mengandung 30% PET. Biasanya kemasan dengan bahan ini jernih atau transparan. Umumnya dipakai untuk botol air mineral, botol jus, atau gelas plastik. Kemasan plastik dengan kode 1-PET hanya untuk sekali pakai.

2-HDPE

Bahan kemasan plastik ini tersusun oleh high sensity polyethylene (HDPE). Bahan baku plastik ini aman karena tidak bereaksi terhadap makanan atau minuman. Bahan ini lebih kuat, keras, buram, dan lebih tahan terhadap suhu tinggi sehingga biasa dipakai pada botol susu berwama putih susu, tupperware, galon air minum, dan kursi lipat. Meski begitu, kemasan ini juga tidak untuk dipakai berulangkali. Sebab senyawa antimoni trioksida terus meningkat seiring waktu dan itu berbahaya bagi kesehatan manusia.

3-V.

Ini adalah singkatan dari polyvinyl chloride (PVC) yang mengandung di-2-etil-heksiladipat (DEHA) yang dapat bereaksi dengan makanan. Kandungan DEHA mudah bermigrasi pada suhu 15 derajat celcius. Bahan ini berbahaya dan sulit mengalami daur ulang. Biasanya jenis ini dipakai untuk plastik pembungkus (cling wrap).

4-LDPE

Jika mendapati tanda ini dalam plastik, artinya bahan ini terbuat dari low

density polyethylene. Bahan ini terbuat dari minyak bumi. Sifatnya kuat, agak

tembus cahaya, fleksibel, dan permukaannya agak berlemak. Pada suhu di bawah 60 derajat celcius, sangat resisten terhadap senyawa kimia. Walaupun mempunyai daya proteksi terhadap uap, air baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen.

• 5-PP

Kemasan ini terbuat dari polypropylene. Biasa ditemukan pada botol transparan tapi tidak terlalu jernih atau berawan. Plastik jenis ini berkarakter lebih kuat, ringan, dengan daya tembus uap yang rendah. Makanya plastik jenis ini aman untuk kemasan makanan dan minuman.

(21)

6-PS

Ini adalah menandakan kemasan ini terbuat dari polystyrene (PS) atau biasa disebut polimer aromatik. Saat bertemu dengan makanan atau minuman, bahan ini dapat mengeluarkan bahan styrene. Bahan ini harus dihindari karena berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, pertumbuhan dan sistem saraf. Ada baiknya kita langsung membakar bila menemukannya.

7-other

Artinya bahan ini tersusun selain dari enam bahan plastik yang disebutkan di atas. Kandungannya antara lain styrene acrylonitrile (SAN), acrylonitrile butadiene styrene (ABS), polycarbonate (PC) dan nylon. Kandungan SAN biasa terdapat pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat elektronik, dan plastik kemasan. Kandungan ABS biasa untuk bahan mainan lego dan pipa.

 Kelebihan :

Sifat permeabilitas gas dan uap air bahan kemasan plastik rendah sehingga menyebabkan masa simpan produk lebih lama.

 Kekurangan :

Kelemahan bahan kemasan ini adalah adanya zat-zat monomer dan molekul kecil lain yang terkandung dalam plastik yang dapat melakukan migrasi ke dalam bahan makanan yang dikemas. Migrasi monomer terjadi karena dipengaruhi oleh suhu makanan atau penyimpanan dan proses pengolahannya. Semakin tinggi suhu tersebut, semakin banyak monomer yang dapat bermigrasi ke dalam makanan. Semakin lama kontak antara makanan tersebut dengan kemasan plastik, jumlah monomer yang bermigrasi dapat makin tinggi. Selain itu, plastik juga tidak tahan panas sehingga tidak sesuai digunakan sebagai kemasan untuk produk yang menghantarkan panas.

(22)

Gambar Kemasan Plastik

Secara umum pengemasan secara alami atau tradisional dan pengemasan seara sintetik memiliki kelebihan maupun kekurangan, yaitu:

a. Pengemasan tradisional

Kelebihan dari pengemasan tradisional adalah

1. Bahan berasal dari suber daya alam terurai, sehingga mudah tersedia.

2. Apabila dibuang ke alam dapat diuraikan oleh mikroorganisme, bahkan menjadi pupuk mahluk hidup lainnya.

3. Ekonomis dan terjangkau oleh lapisan masyarakat.

Kekurangan dari pengemasan tradisional adalah tidak sempurnanya perlindungan pada produk sehingga tidak terjamin kualitasnya untuk jangka waktu lama maupun keamanan produk selama pengangkutan jarak jauh.

b. Pengemasan modern

Kelebihan pengemasan modern ;

1. Perlindungan sempurna terhadap produk dari sinar matahari, panas, debu atau kotoran, dan lain-lain sehingga sangat hiegienis dan terjaga kualitasnya untuk jangka waktu lama.

2. Dapat dituliskan berbagai informasi mengenai produk, produsen, kode produksi, dan tanggal kadarluarsa.

3. Memudahkan pengangkutan dan penyimpanan.  Kekurangan pengemasan modern :

1. Bahan baku kebanyakan barasal dari sumber daya alam tidak terurai. 2. Untuk memproduksinya memerlukan banyak energi.

3. Biaya mahal, baik selama proses maupun setelah menjadi barang. 4. Digunakan sesaat, kemudian dibuang menjadi sampah.

(23)

2.2. Zat Aditif pada Makanan

Zat aditif makanan atau bahan tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan selama proses produksi, pengemasan, atau penyimpanan dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur, flavor dan memperpanjang daya simpan dari makanan tersebut.

Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang selanjutnya disebut zat aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan kesehatan manusia. Akan tetapi, jumlah penduduk bumi yang makin bertambah menuntut jumlah makanan yang lebih besar sehingga zat aditif alami tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu, industri makanan memproduksi makanan yang memakai zat aditif buatan (sintesis). Bahan baku pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang kemudian direaksikan. Zat aditif sintesis yang berlebihan dapat menimbulkan beberapa efek samping misalnya: gatal-gatal, dan kanker.

2.2.1 Jenis-jenis zat aditif

Zat aditif pada makanan ada yang berasal dari alam dan ada yang buatan (sintetik). Untuk zat aditif alami tidak banyak menyebabkan efek samping. Lain halnya dengan zat aditif sintetik. Berdasarkan fungsinya, baik alami maupun sintetik, zat aditif dapat dikelompokkan sebagai zat pewarna, pemanis, pengawet, penyedap rasa, Pengental, dan Pengemulsi (emulsifier). Zat aditif dalam produk makanan biasanya dicantumkan pada kemasannya.

Zat Penyedap cita rasa

Indonesia terdapat begitu banyak ragam rempah-rempah yang dipakai untuk meningkatkan cita rasa makanan, seperti cengkeh, pala, merica, ketumbar, cabai, laos, kunyit, bawang, dan masih banyak lagi yang lain. Melimpahnya ragam rempah-rempah ini merupakan salah satu sebab yang mendorong penjajah Belanda dan Portugis tempo dulu ingin menguasai Indonesia.

Ada dua zat penyedap cita rasa yaitu yang berasal dari alam dan yang berasal dari hasil sintesis bahan kimia.

a. Penyedap alami

Bahan penyedap alami yang sering digunakan untuk menimbulkan rasa gurih pada makanan, antara lain santan kelapa, susu sapi, dan kacang-kacangan.

(24)

Selain itu, bahan penyedap lainnya yang biasa digunakan sebagai bumbu masakan, antara lain lengkuas, ketumbar, cabai, kayu manis, dan pala. Tujuan ditambahkannya penyedap adalah meningkatkan cita rasa makanan, mengembalikan cita rasa makanan yang mungkin hilang saat pemprosesan dan memberi cita rasa tertentu pada makanan.

b. Penyedap buatan / sintetik

Zat penyedap buatan dibedakan menjadi dua macam, yaitu zat penyedap aroma dan zat penyedap rasa. Zat penyedap aroma buatan terdiri dari senyawa golongan ester,

a. oktil asetat, makanan akan terasa dan beraroma seperti buah jeruk jika dicampur dengan zat penyedap ini;

b. etil butirat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah nanas pada makanan;

c. amil asetat, akan memberikan rasa dan aroma seperti buah pisang;

d. amil valerat, jika makanan diberi zat penyedap ini maka akan terasa dan beraroma seperti buah apel.

Zat penyedap rasa yang banyak digunakan adalah monosodium glutamate (MSG) atau lebih populer dengan nama vetsin dengan berbagai merek yang beredar di pasar. Zat ini tidak berasa, tetapi jika sudah ditambahkan pada makanan maka akan menghasilkan rasa yang sedap. Penggunaan MSG yang berlebihan telah menyebabkan “Chinese restaurant syndrome” yaitu suatu gangguan kesehatan di mana kepala terasa pusing dan berdenyut.

Zat Pemanis

Zat pemanis berfungsi untuk menambah rasa manis pada makanan dan minuman. Zat pemanis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Zat pemanis alami

Pemanis ini dapat diperoleh dari tumbuhan, seperti kelapa, tebu, dan aren. Selain itu, zat pemanis alami dapat pula diperoleh dari buah-buahan dan madu. Zat pemanis alami berfungsi juga sebagai sumber energi. Jika kita mengonsumsi pemanis alami secara berlebihan, kita akan mengalami risiko kegemukan. Orang-orang yang sudah gemuk badannya sebaiknya

(25)

menghindari makanan atau minuman yang mengandung pemanis alami terlalu tinggi. Kekurangannya : tingkat kemanisannya rendah

b. Zat pemanis buatan atau sintetik

Pemanis buatan adalah bahan tambahan makanan buatan yang ditambahkan pada makanan atau minuman untuk menciptakan rasa manis. Bahan pemanis buatan ini sama sekali tidak mempunyai nilai gizi. Pemanis buatan tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia sehingga tidak berfungsi sebagai sumber energi. Oleh karena itu, orang-orang yang memiliki penyakit kencing manis (diabetes melitus) biasanya mengonsumsi pemanis sintetik sebagai pengganti pemanis alami. Contoh pemanis sintetik, yaitu sakarin, natrium siklamat, magnesium siklamat, kalsium siklamat, aspartam dan dulsin. Kelebihannya pemanis buatan memiliki tingkat kemanisan yang lebih tinggi dibandingkan pemanis alami. Walaupun pemanis buatan memiliki kelebihan dibandingkan pemanis alami, kita perlu menghindari konsumsi yang berlebihan karena dapat memberikan efek samping bagi kesehatan. Misalnya, penggunaan sakarin yang berlebihan selain akan menyebabkan rasa makanan terasa pahit juga merangsang terjadinya tumor pada bagian kandung kemih. Contoh lain, garam-garam siklamat pada proses metabolisme dalam tubuh dapat menghasilkan senyawa sikloheksamina yang bersifat karsinogenik (senyawa yang dapat menimbulkan penyakit kanker). Garam siklamat juga dapat memberikan efek samping berupa gangguan pada sistem pencernaan terutama pada pembentukan zat dalam sel.

Zat Pengawet

Ada sejumlah cara menjaga agar makanan dan minuman tetap layak untuk dimakan atau diminum walaupun sudah tersimpan lama. Salah satu upaya tersebut adalah dengan cara menambahkan zat aditif kelompok pengawet (zat pengawet) ke dalam makanan dan minuman. Zat pengawet adalah zat-zat yang sengaja ditambahkan pada bahan makanan dan minuman agar makanan dan minuman tersebut tetap segar, bau dan rasanya tidak berubah, atau melindungi makanan dari kerusakan akibat membusuk atau terkena bakteri/ jamur. Karena penambahan zat aditif, berbagai makanan dan minuman masih dapat dikonsumsi sampai jangka waktu tertentu, mungkin seminggu, sebulan, setahun, atau bahkan beberapa tahun. Dalam makanan atau minuman yang dikemas dan dijual di

(26)

toko-toko atau supermarket biasanya tercantum tanggal kadaluarsanya, tanggal yang menunjukkan sampai kapan makanan atau minuman tersebut masih dapat dikonsumsi tanpa membahayakan kesehatan. Seperti halnya zat pewarna dan pemanis, zat pengawet dapat dikelompokkan menjadi zat pengawet alami dan zat pengawet buatan..

a. Zat pengawet alami

Zat pengawet alami berasal dari alam, Bahan pengawet alami yang sering digunakan adalah garam, cuka, dan gula. Bahan pengawet alami ini digunakan untuk mengawetkan makanan agar selalu berada dalam kondisi baik. Metode pengawetan menggunakan garam dapur (NaCl) telah dilakukan masyarakat luas selama bertahun-tahun. Larutan garam yang masuk ke dalam jaringan diyakini mampu menghambat pertumbuhan aktivitas bakteri penyebab busuk, sehingga makanan tersebut jadi lebih awet. Pengawetan dengan garam ini memungkinkan daya simpan yang lebih lama dibanding dengan produk segarnya yang hanya bisa bertahan beberapa hari atau jam saja.

b. Zat pengawet buatan/sintetik

Zat pengawet sintetik atau buatan merupakan hasil sintesis dari bahan-bahan kimia. Contohnya, asam cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan natrium propionat atau kalsium propionat dipakai untuk mengawetkan roti dan kue kering. Garam natrium benzoat, asam sitrat, dan asam tartrat juga biasa dipakai untuk mengawetkan makanan. Selain zat-zat tersebut, ada juga zat pengawet lain, yaitu natrium nitrat atau sendawa (NaNO3) yang berfungsi untuk menjaga agar tampilan daging tetap merah. Asam fosfat yang biasa ditambahkan pada beberapa minuman penyegar juga termasuk zat pengawet.

Selain pengawet yang aman untuk dikonsumsi, juga terdapat pengawet yang tidak boleh dipergunakan untuk mengawetkan makanan. Zat pengawet yang dimaksud, di antaranya formalin yang biasa dipakai untuk mengawetkan benda-benda, seperti mayat atau binatang yang sudah mati. Pemakaian pengawet formalin untuk mengawetkan makanan, seperti bakso, ikan asin, tahu, dan makanan jenis lainnya dapat menimbulkan risiko kesehatan. Selain formalin,ada juga pengawet yang tidak boleh dipergunakan untuk mengawetkan makanan. Pengawet yang dimaksud adalah pengawet boraks. Pengawet ini bersifat

(27)

desinfektan atau efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroba penyebab membusuknya makanan serta dapat memperbaiki tekstur makanan sehingga lebih kenyal. Boraks hanya boleh dipergunakan untuk industri nonpangan, seperti dalam pembuatan gelas, industri kertas, pengawet kayu, dan keramik. Jika boraks termakan dalam kadar tertentu dapat menimbulkan sejumlah efek samping bagi kesehatan,diantaranya:

a. Gangguan pada sistem syaraf seperti ginjal,syaraf,hati dan kulit b. Gejala pendarahan dilambung dan gangguan stimulasi saraf pusat c. Terjadi komplikasi pada otak dan hati

d. Menyebabkan kematian jika ginjal mengandung boraks sebanyak 3-6 gram. Walaupun tersedia zat pengawet sintetik yang digunakan sebagai zat aditif makanan, di negara maju banyak orang enggan mengonsumsi makanan yang memakai pengawet sintetik. Hal ini telah mendorong perkembangan ilmu dan teknologi pengawetan makanan dan minuman tanpa penambahan zat-zat kimia, misalnya dengan menggunakan sinar ultra violet (UV), ozon, atau pemanasan pada suhu yang sangat tinggi dalam waktu singkat sehingga makanan dapat disterilkan tanpa merusak kualitas makanan.

Zat Pewarna

Pemberian warna pada makanan umumnya bertujuan agar makanan terlihat lebih segar dan menarik sehingga menimbulkan selera orang untuk memakannya. Zat pewarna makanan ada 2 macam yaitu:

a. Zat Pewarna alami

Zat pewarna alami merupakan zat pewarna yang ditambahkan pada makanan yang umumnya terbuat dari ekstrak beberapa tumbuh-tumbuhan . Bahan atau zat alami yang biasanya digunakan antara lain:

a. Daun pandan dan daun suji untuk menghasilkan warna hijau. b. Gula merah dan karamel untuk menghasilkan warna cokelat; c. Cabai, tomat, dan paprika untuk menghasilkan warna merah.

Kelebihannya : Pewarna alami lebih aman dikonsumsi, dan warna yang dihasilkan natural dan tidak mencolok.

(28)

b. Zat Pewarna buatan/sintetik

Merupakan suatu zat pewarna yang terbuat dari bahan-bahan kimia. Adapun beberapa contoh zat pewarna makanan yang sintetetis:

 amarant (pewarna merah)  tartrazine (pewarna kuning)  erythrosine (pewarna merah)  fast green FCF (pewarna hijau)  sunset yellow (pewarna kuning)  brilliant blue (pewarna biru).

Kelebihan dari pewarna sintetik adalah memiliki pilihan warna yang lebih banyak, mudah disimpan, dan lebih tahan lama.

Kekurangannya: Beberapa zat pewarna sintetik bisa saja memberikan warna yang sama, namun belum tentu semua zat pewarna tersebut cocok dipakai sebagai zat aditif pada makanan dan minuman.

Berdasarkan sifat kelarutannya, zat pewarna makanan dikelompokkan menjadi dye dan lake. Dye merupakan zat pewarna makanan yang umumnya bersifat larut dalam air. Dye biasanya dijual di pasaran dalam bentuk serbuk, butiran, pasta atau cairan. Lake merupakan gabungan antara zat warna dye dan basa yang dilapisi oleh suatu zat tertentu. Karena sifatnya yang tidak larut dalam air maka zat warna kelompok ini cocok untuk mewarnai produkproduk yang tidak boleh terkena air atau produk yang mengandung lemak dan minyak.

Tabel perbedaan antara zat pewarna sintetis dan alami

Pembeda Zat pewarna Sintetis Zat pewarna alami

Warna yang dihasilkan  Lebih cerah  Lebih homogen

 Lebih pudar  Tidak homogen

Variasi warna Banyak Sedikit

Harga Lebih murah Lebih mahal

(29)

Kestabilan Stabil Kurang stabil

Zat aditif lainnya Pengental

Pengental yaitu bahan tambahan yang digunakan untuk menstabilkan, memekatkan atau mengentalkan makanan yang dicampurkan dengan air, sehingga membentuk kekentalan tertentu. Contoh pengental adalah pati, gelatin, dan gum (agar, alginat, karagenan).

Pengemulsi (emulsifier)

Emulsifier adalah zat yang dapat mempertahankan dispersi lemak dalam air dan sebaliknya. Pada mayonaise bila tidak ada emulsifier, maka lemak akan terpisah dari airnya. Contoh emulsifier yaitu lesitin pada kuning telur, gom arab dan gliserin.

Selain itu terdapat pula macam-macam bahan tambahan makanan, seperti: antioksidan (seperti butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluena (BHT), tokoferol (vitamin E)), pengikat logam, pemutih(seperti hidrogen peroksida, oksida klor, benzoil peroksida, natrium hipoklorit), pengatur keasaman(seperti aluminium amonium/kalium/natrium sulfat, asam laktat), zat gizi (anti gumpal, seperti aluminium silikat, kalsium silikat, magnesium karbonat, magnesium oksida).

(30)

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

a. kemasan merupakan suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat yang dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya.

b. Klasifikasi kemasan dapat digolongkan berdasarkan frekuensi pemakaian, struktur sistem kemas , sifat kekauan bahan kemasan, sifat perlindungan terhadap lingkungan tingkat kesiapan pakai (perakitan).

c. Kemasan alami meliputi dau pisang, daun aren, kayu, bambu dan karung goni. Kemasan sintetik dapat meliputi kemasan kertas, karton, kalengan, gelas, aluminium foil dan plastik.

d. Pengemasan dapat melindungi makanan agar tidak cepat rusak, baik secara fisik maupun kimia.

e. Zat aditif makanan atau bahan tambahan makanan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam makanan selama proses produksi, pengemasan, atau penyimpanan dengan tujuan untuk memperbaiki penampakan, cita rasa, tekstur, flavor dan memperpanjang daya simpan dari makanan tersebut.

Gambar

Gambar Kemasan Daun Pisang  2.  Kemasan Daun aren
Gambar Kemasan Kayu
Gambar Kemasan Karung/Goni
Gambar  Kemasan Kertas  2.  Kemasan Karton
+6

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi Pembelajaran Tematik dalam Perkembangan Kecerdasan Emosional AUD kelompok B di TK IT Nurul „Ilmi Medan Tahun Pelajaran 2018 sudah berjalan dengan

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ukuran ukuran KAP yang secara parsial berpengaruh terhadap auditor switching, variabel lain dalam penelitian seperti pergantian

a. Membahas krisis ini dengan peserta didik agar bisa membantu mereka menghadapi kebingungan, kecemasan atau ketakutan. Memilih sumber daya, peralatan dan aktifitas yang tepat

Instansi Karantina Tumbuhan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku, harus dapat memastikan bahwa pelaksanaan fumigasi kapal sebagai tindakan

Planted Area and Harvested Area of Maize by District in Kerinci Regency 2009 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Tanaman Jagung Dirinci per Kecamatan di Kabupaten

ii) untuk bahan lapisan perkuatan (HRS-Base, AC-BC dan AC-Base) jumlah meter kubik dari bahan yang telah dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai hasil perkalian luas lokasi

Secara teoritis, peneliti-peneliti yang memberi perhatian terhadap perkembangan sistem keuangan Islam, menunjukan bahwa konsep bagi hasil lebih baik daripada instrumen suku

metode DEA menunjukkan bahwa pada Berdasarkan Tabel 7, penghitungan setiap tahun kabupaten/kota yang mendapat- efisiensi teknis sistem urusan kesehatan pada kan skor 1