• Tidak ada hasil yang ditemukan

MIRA RIANGGA DEWI ZULAIKHA Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Unuversitas Diponegoro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MIRA RIANGGA DEWI ZULAIKHA Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Unuversitas Diponegoro"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI WAJIB PAJAK ATAS PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN : ANTESEDEN DAN KONSEKUENSINYA

(Kajian Empiris Pada Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Memiliki Usaha Di Kota Kudus)

MIRA RIANGGA DEWI ZULAIKHA

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi, Unuversitas Diponegoro

ABSTRACT

This study aims to analyze the antecedents of perception of taxpayers against the imposition of income tax (learning, motivation, and quality of service tax authorities) and their consequences to meet tax obligations in the meeting. Research conducted by questionnaire survey of personal taxpayers who have business in Kudus town

This research is an empirical study by incidental sampling technique in data collection. The data obtained through questionnaires by 75 and 75 respondents (100%) have given an answer. Data analysis was performed using regression analysis with SPSS for Windows 17.00.

The results of this study indicate that (1) learning has a positive and significant influence on the perception of taxpayers against the imposition of income tax, (2) Motivation has a positive and significant influence on the perception of taxpayers against the imposition of income taxes, (3) Quality of service tax authorities have an impact positive and significant impact on taxpayer perceptions about the taxation of income, and (4) Perception of taxpayers on tax revenue have positive and significant effect on compliance in meeting tax obligations.

Keywords: learning, motivation, quality of government tax service, perception taxpayer perception of the imposition of income tax and tax compliance in meeting.

(2)

I. PENDAHULUAN

Di Indonesia salah satu penerimaan negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan pembangunan nasional serta bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat adalah pajak. Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari masyarakat guna membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan nasional dan ekonomi masyarakat. Salah satu jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat adalah pajak penghasilan. Pajak penghasilan adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan. Pajak penghasilan dikenakan kepada subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak.

Pada kenyataanya tidak dapat dihindari bahwa peran serta wajib pajak dalam sistem pemungutan pajak sangat menentukan tercapainya rencana penerimaan pajak. Meskipun jumlah wajib pajak dari tahun ke tahun semakin bertambah namun terdapat kendala yang dapat menghambat upaya peningkatan tax ratio, kendala tersebut adalah kepatuhan wajib pajak (Agus, 2006). Menurut James yang dikutip oleh Gunadi (1995) menyatakan bahwa besarnya tax gap mencerminkan tingkat kepatuhan membayar pajak (tax

compliance). Oleh sebab itu, kepatuhan wajib pajak merupakan faktor utama

yang mempengaruhi realisasi penerimaan pajak.

Kepatuhan perpajakan pada prinsipnya adalah tindakan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu negara (Maruf, 2009). Predikat wajib pajak patuh dalam arti

(3)

disiplin dan taat, tidak sama dengan wajib pajak yang berpredikat pembayar pajak dalam jumlah besar, karena tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan jumlah nominal setoran pajak yang dibayarkan pada kas negara. Dengan demikian, pembayar pajak terbesar sekalipun belum tentu memenuhi kriteria sebagai wajib pajak patuh, karena meskipun wajib pajak memberikan kontribusi besar pada negara jika masih memiliki tunggakan maupun keterlambatan penyetoran pajak maka tidak dapat diberi predikat wajib pajak patuh.

Kesadaran masyarakat sebagai wajib pajak yang patuh sangat erat terkait dengan persepsi masyarakat tentang pajak. Persepsi sendiri dibentuk oleh dua faktor, yang pertama adalah faktor internal yaitu berhubungan dengan karakteristik dari individu dan yang kedua adalah faktor eksternal yaitu berhubungan dengan lingkungan dan situasi (Luthans, 2002 :58-61). Pembelajaran dan motivasi merupakan faktor internal pembentuk persepsi seorang wajib pajak, yang pada akhirnya persepsi akan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan (Ita, 2005).

Faktor eksternal pembentuk persepsi yaitu berhubungan dengan lingkungan dan situasi (Luthans, 2002 :58-61). Faktor eksternal yang dipilih untuk diteliti dalam penelitian ini adalah kualitas pelayanan aparat pajak, karena menurut Bubung (2003), sikap para aparat pajak dapat mempengaruhi wajib pajak untuk membayar pajak. Pemberian jasa oleh aparat pajak kepada wajib pajak besar manfaatnya sehingga dapat menimbulkan kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Wajib pajak dapat mengenal pajak dari pelayanan yang diberikan oleh aparat pajak.

Sampai sekarang masih banyak warga masyarakat yang beranggapan bahwa pajak merupakan pungutan bersifat paksaan yang merupakan hak istimewa pemerintah dengan tidak memberikan kontraprestasi langsung kepada pembayar pajak (Judissono, 1997:12). Adanya kondisi seperti ini tidak mendukung upaya menumbuhkembangkan kesadaran masyarakat untuk

(4)

menjadi wajib pajak yang patuh membayar pajak, tetapi akan menjadikan adanya kecenderungan untuk berusaha menghindar dari kewajiban pajak.

Persepsi keliru tentang pajak ini, dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu, pemerintah kemudian melakukan reformasi pajak (tax reform) yang bertujuan agar sistem perpajakan dapat mengalami penyederhanaan baik yang mencakup jenis pajak, tarif pajak dan cara pembayaran kepada aparat pajak. Disamping itu, reformasi pajak juga dilakukan terhadap aparat pajak baik yang menyangkut prosedur, tata kerja, disiplin, maupun mental. Melalui reformasi tersebut, sistem pembayaran pajak diharapkan akan semakin adil dan wajar serta jumlah wajib pajak dapat meningkat (Ita, 2005).

Dengan adanya reformasi pajak diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Namun dalam kenyataanya tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama kota Kudus secara khusus dari tahun 2006 hingga 2008 mengalami penurunan. Pada Tabel 1 berikut ini dapat dilihat tingkat kepatuhan wajib pajak orang pribadi di kota Kudus dari tahun 2006 hingga 2008.

Tabel 1

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di kota Kudus Tahun 2006 Hingga 2008 No. SPT Tahun WP Terdaftar WP Efektif WP Yang Menyampaikan SPT % Kepatuhan 1. 2. 3. 2006 2007 2008 9.669 14.064 20.948 9.206 12.936 17.502 8.258 10.573 11.357 89,70% 81,73% 64,89% Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama di kota Kudus

Berdasarkan Tabel 1 di atas maka dapat dilihat bahwa dari tahun 2006 hingga 2008, tingkat kepatuhan wajib pajak di kota Kudus mengalami

(5)

penurunan. Hal ini tentu membutuhkan suatu penelitian agar tidak terjadi terus menerus.

Mengingat persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan dan oleh karena kepatuhan wajib pajak merupakan faktor penting dalam peningkatan penerimaan pajak, maka perlu secara intensif dikaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan dan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan, khususnya pada wajib pajak orang pribadi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis pengaruh pembelajaran terhadap persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan.

2. Untuk menganalisis pengaruh motivasi terhadap persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan.

3. Untuk menganalisis pengaruh kualitas pelayanan aparat pajak terhadap persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan.

4. Untuk menganalisis pengaruh persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan terhadap kepatuhan dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai tindakan yang dapat diambil oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kudus guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak yang dilayaninya dan dapat memberikan bukti empiris dan memberikan sumbangan dalam pengembangan teori perpajakan.

(6)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Teori Atribusi

Kepatuhan wajib pajak terkait dengan sikap wajib pajak dalam membuat penilaian terhadap pajak itu sendiri. Persepsi seseorang untuk membuat penilaian mengenai orang lain sangat dipengaruhi oleh kondisi internal maupun eksternal orang tersebut (Agus, 2006). Oleh karena itu, teori atribusi sangat relevan untuk menerangkan maksud tersebut.

Pada dasarnya, teori atribusi menyatakan bahwa bila individu-individu mengamati perilaku seseorang, mereka mencoba untuk menentukan apakah itu ditimbulkan secara internal atau eksternal (Robbins, 1996). Perilaku yang disebabkan secara internal adalah perilaku yang diyakini berada di bawah kendali pribadi individu itu sendiri, sedangkan perilaku yang disebabkan secara eksternal adalah perilaku yang dipengaruhi dari luar, artinya individu akan terpaksa berperilaku karena situasi (Agus, 2006).

Teori Pembelajaran Sosial

Teori pembelajaran sosial mengatakan bahwa seseorang dapat belajar lewat pengamatan dan pengalaman langsung (Bandura, 1977 dalam Robbins, 1996). Menurut Bandura (1977) dalam Robbins (1996), proses dalam pembelajaran sosial meliputi :

1. proses perhatian (attentional) 2. proses penahanan (retention) 3. proses reproduksi motorik

4. proses penguatan (reinforcement)

Proses perhatian yaitu orang hanya akan belajar dari seseorang atau model, jika mereka telah mengenal dan menaruh perhatian pada orang atau model tersebut. Proses penahanan adalah proses mengingat tindakan suatu model setelah model tidak lagi mudah tersedia. Proses reproduksi motorik

(7)

adalah proses mengubah pengamatan menjadi perbuatan. Sedangkan proses penguatan adalah proses yang mana individu-individu disediakan rangsangan positif supaya berperilaku sesuai dengan model. Teori pembelajaran sosial ini relevan untuk menjelaskan perilaku wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak. Seseorang akan taat membayar pajak tepat pada waktunya, jika lewat pengamatan dan pengalaman langsungnya, hasil pungutan pajak itu telah memberikan kontribusi nyata pada pembangunan di wilayahnya.

Persepsi

Pada hakikatnya persepsi meliputi proses yang dilakukan seseorang dalam memahami informasi dan proses pemahaman melalui penglihatan, pendengaran dan perasaan (Suripto, 1996 : 10). Dengan demikan persepsi merupakan proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, memahami, mengorganisir, menafsirkan yang memungkinkan situasi, peristiwa yang dapat memberikan kesan perilaku yang positif atau negatif (Stephen,1996:132 : Hucynsky dan Bunchanan, 1991:37). Dengan menyadari tentang apa yang diterima melalui inderanya, berarti seseorang akan menginterpretasikan dan menilai suatu objek yang akan tercermin dari respon yang timbul yang dapat berupa tanggapan atau perilaku.

Menurut Luthans (2002:58-61), persepsi dibentuk oleh dua faktor, yang pertama adalah faktor internal yaitu berhubungan dengan karakteristik dari individu, adalah sebagai berikut :

1. Pembelajaran

Pembelajaran adalah merupakan proses perolehan pengetahuan melalui pengalaman. Menurut Anchok (1994) pengetahuan tentang pajak ternyata mempengaruhi kesediaan orang untuk melaporkan pajak terutangnya. Hal ini tentunya akan membawa dampak positif bagi pemasukan negara, dimana wajib pajak akan selalu bertindak

(8)

jujur dalam memenuhi kewajibannya serta berusaha untuk mematuhi peraturan perpajakkan yang ada. Tanpa adanya pengetahuan tentang pajak dan manfaatnya tidak mungkin orang akan tulus membayar pajak.

Menurut Adam Smith dalam The Wealth Of Nation (Presman, 2000:36) untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, pembayar pajak harus mengetahui tentang pajak terlebih dahulu. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran tentang pajak mempengaruhi kesadaran dan tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya (Rosalin, 2002; Chatarina, 2004).

2. Motivasi

Indrawijaya (1989:676) mendefinisikan motivasi adalah fungsi dari berbagai macam variabel yang saling mempengaruhi dan merupakan proses psikologi yang menunjukkan usaha-usaha tingkat tinggi untuk menjangkau tercapainya suatu tujuan. Konsep motivasi digunakan untuk menunjukkan arah perilaku pada wajib pajak orang pribadi.

Yang kedua adalah faktor eksternal yaitu faktor yang berhubungan dengan lingkungan dan situasi. Pengaruh faktor eksternal yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah kualitas pelayanan aparat pajak, karena faktor tersebut mempunyai pengaruh yang cukup besar pada persepsi wajib pajak (Bubung M. Hermawan, 2003).

3. Kualitas pelayanan aparat pajak

Menurut Anchok (1994), aparat pajak adalah mereka yang harus menegakkan peraturan perpajakan. Aparat pajak dituntut untuk memberikan pelayanan yang ramah, adil, dan tegas setiap saat kepada wajib pajak serta dapat memupuk kesadaran masyarakat tentang tanggung jawab membayar pajak. Pemberian jasa oleh aparat pajak kepada wajib pajak besar manfaatnya sehingga dapat menimbulkan

(9)

kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya (Bubung M. Hermawan, 2003). Wajib pajak dapat mengenal pajak dari pelayanan yang diberikan oleh aparat pajak. Untuk itu aparat pajak harus memiliki keterampilan untuk dapat memuaskan wajib pajak. Keterampilan yang harus dimiliki aparat pajak adalah kemampuan dalam berhubungan dengan orang lain dengan cara-cara yang baik (Boediono, 2000:101).

Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada ajaran atau aturan (Kiryanto, 2000). sedangkan Gibson (1991) dalam Agus Budiatmanto (1999), kepatuhan adalah motivasi seseorang, kelompok atau organisasi untuk berbuat atau tidak berbuat sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Perilaku patuh seseorang merupakan interaksi antara perilaku individu, kelompok dan organsasi. Menurut Nurmantu (2003:148) kepatuhan pajak dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya, maka konteks kepatuhan dalam penelitian ini mengandung arti bahwa wajib pajak berusaha untuk mematuhi peraturan hukum perpajakan yang berlaku, baik memenuhi kewajiban ataupun melaksanakan hak perpajakannya.

Hubungan antara Pembelajaran, Motivasi, Kualitas Pelayanan Aparat Pajak, Persepsi Wajib Pajak Atas Pengenaan Pajak Penghasilan dan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan

Persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan akan positif bila didukung oleh faktor-faktor pembentuk persepsi yang memadai dan sebaliknya persepsi akan negatif jika tidak didukung oleh faktor-faktor pembentuk persepsi. Selanjutnya persepsi yang positif dari wajib pajak orang pribadi atas pengenaan pajak penghasilan akan berpengaruh positif terhadap

(10)

kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya (Ita, 2005). Dengan kata lain pembelajaran (X1), motivasi (X2) dan kualitas pelayanan aparat pajak (X3) berpengaruh terhadap persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan (Y), lalu persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan (Z).

Gambar Kerangka Pemikiran Penelitian

Pengembangan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pokok permasalahan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1: pembelajaran berpengaruh positif terhadap persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan.

H2: motivasi berpengaruh positif terhadap persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan.

H3: kualitas pelayanan aparat pajak berpengaruh positif terhadap persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan.

H4: persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan berpengaruh positif terhadap kepatuhan dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

Pembelajaran (X1)

Motivasi (X2)

Kualitas Pelayanan Aparat pajak (X3)

Persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan (Y)

Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya (Z)

(11)

III. METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi (WPOP) yang terdaftar dan memiliki usaha di kota Kudus. Tidak semua wajib pajak orang pribadi yang memiliki usaha di kota Kudus menjadi obyek dalam penelitian ini karena jumlahnya sangat besar yaitu 5.237 dan guna efisiensi waktu serta biaya maka, dilakukan pengambilan sampel. Rosgue (1975) dalam Sekaran (1992) menyatakan bahwa ukuran sample yang lebih tepat untuk banyak penelitian adalah lebih dari 30 dan kurang dari 500, sedangkan Hair et

al. (1998) menyatakan bahwa jumlah sampel yang harus diambil dalam suatu

penelitian adalah 15 hingga 20 kali jumlah variabel yang digunakan. Banyaknya variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 5 variabel sehingga jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 5*15 =75.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik

incidental sampling. Teknik incidental sampling adalah teknik penentuan

sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara incidental bertemu dengan peneliti yang dapat digunakan sebagai sampel, apabila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data (Amirin, 2009). Kuesioner yang disebarkan berjumlah 75 eksemplar. Kuesioner yang dikembalikan dan dapat digunakan dalam penelitian ini berjumlah 75 eksemplar. Dengan demikian, tingkat pengembalian kuesioner dapat digunakan adalah 100%.

Definisi Operasional Variabel

1. Pembelajaran (X1) adalah pembelajaran diartikan sebagai proses perolehan pengetahuan melalui pengalaman (Indrawijaya,1989:676). Tanpa adanya pengetahuan tentang pajak dan manfaatnya, tidak mungkin orang akan tulus membayar pajak (Presman, 2000:36).

(12)

2. Motivasi (X2) adalah fungsi dari berbagai macam variabel yang saling mempengaruhi dan merupakan proses psikologi yang menunjukkan usaha-usaha tingkat tinggi untuk menjangkau tercapainya suatu tujuan (Indrawijaya, 1989).

3. Kualitas pelayanan aparat pajak (X3) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejauh mana sikap aparat pajak dalam memberikan arahan tentang perpajakan mampu membantu wajib pajak untuk lebih mengetahui tentang arti pentingnya pajak bagi pembangunan dan menyadarkan wajib pajak untuk lebih patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

4. Persepsi (Y) secara umum persepsi dapat diartikan sebagai proses pemberian arti terhadap rangsangan yang datang dari luar. Menurut Gibson et al (1997:144), persepsi berperan dalam penerimaan rangsangan, mengaturnya dan menerjemahkan atau menginterpretasikan rangsangan yang sudah teratur itu untuk mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap, sedangkan yang dimaksud dengan sikap adalah perasaan positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu disiapkan dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh khusus kepada respon seseorang terhadap orang, obyek dan keadaan. Dengan kata lain perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh persepsi orang tersebut (Gibson, 1997:133). Persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu wajib pajak berusaha mengetahui dan memahami ketentuan perpajakan khususnya mengenai struktur pajak penghasilan pada wajib pajak orang pribadi, dan mengerti mengenai pengenaan prinsip keadilan (ability to pay) yang digunakan dalam sistem pemungutan pajak di Indonesia.

5. Kepatuhan (Z) adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya, maka konteks kepatuhan dalam penelitian ini mengandung arti bahwa wajib pajak berusaha untuk mematuhi peraturan perpajakan yang berlaku.

(13)

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode angket (kuesioner). Sejumlah pertanyaan diajukan dalam bentuk kuesioner dan kemudian responden diminta menjawab sesuai dengan pendapat mereka. Untuk mengukur pendapat responden digunakan skala lima angka yaitu angka 5 untuk pendapat sangat setuju (SS) dan angka 1 untuk sangat tidak setuju (STS).

Teknik Analisis Data

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas kuesioner dengan menggunakan teknik korelasi Product

Moment dari Pearson (Azwar, 1997), yaitu mengkorelasikan skor item dengan

skor total. Selanjutnya untuk mengetahui apakah suatu item valid atau gugur maka dilakukan perbandingan antara koefisien r hitung dengan koefisien r tabel. Jika r hitung > r tabel berarti item valid. Sebaliknya jika r hitung < dari r tabel berarti item tidak valid (gugur). Uji reliabilitas data dilakukan dengan cara one shot dan diuji dengan uji statistik Cronbach Alpha dengan kriteria reliabilitas alpha > 0,06 (Ghozali, 2006).

Uji Asumsi Klasik

Secara teoritis, model yang digunakan dalam penelitian ini akan menghasilkan nilai parameter model praduga yang sahih bila dipenuhi asumsi klasik regresi. Uji asumsi klasik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas.

Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini pengujian F dan t-test dilakukan untuk menguji keempat hipotesis yang ada dalam penelitian ini.

(14)

1. Uji F digunakan untuk menguji model dalam penelitian. Kriteria pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dengan F tabel. Jika nilai F hitung lebih besar daripada F tabel dengan tingkat signifikansi kurang dari 0,05 maka model layak digunakan demikian pula sebaliknya.

2. Uji t digunakan untuk menguji signifikansi tiap-tiap variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Dalam pengujian ini tingkat signifikansi tiap-tiap variabel bebas (sig-t) dibandingkan dengan alpha 5%. Jika sig-t <5% maka H1, H2, H3 dan H4 diterima, artinya tiap-tiap variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

(15)

IV. PEMBAHASAN

Uji Validitas dan Reliabilitas

Dari Tabel 2 diketahui bahwa hasil uji validitas instrument menunjukkan nilai r hitung lebih besar dari pada r tabel.

Tabel 2

Hasil Uji Validitas Alat Ukur

Item r Hitung r Tabel Keterangan

X1.1 0,776 0,224 Valid X1.2 0,706 0,224 Valid X1.3 0,787 0,224 Valid X1.4 0,677 0,224 Valid X1.5 0,709 0,224 Valid X2.1 0,660 0,224 Valid X2.2 0,859 0,224 Valid X2.3 0,862 0,224 Valid X3.1 0,433 0,224 Valid X3.2 0,534 0,224 Valid X3.3 0,652 0,224 Valid X3.4 0,502 0,224 Valid X3.5 0,378 0,224 Valid X3.6 0,373 0,224 Valid X3.7 0,390 0,224 Valid X3.8 0,403 0,224 Valid X3.9 0,323 0,224 Valid X3.10 0,204 0,224 Valid Y1.1 0,762 0,224 Valid Y1.2 0,751 0,224 Valid Y1.3 0,745 0,224 Valid Y1.4 0,798 0,224 Valid Y1.5 0,587 0,224 Valid Y1.6 0,468 0,224 Valid Y1.7 0,500 0,224 Valid Z1.1 0,508 0,224 Valid Z1.2 0,585 0,224 Valid Z1.3 0,635 0,224 Valid Z1.4 0,703 0,224 Valid Z1.5 0,724 0,224 Valid Z1.6 0,804 0,224 Valid Z1.7 0,774 0,224 Valid Z1.8 0,549 0,224 Valid Z1.9 0,495 0,224 Valid Z1.10 0,698 0,224 Valid Z1.11 0,795 0,224 Valid

(16)

Hal ini menunjukkan bahwa seluruh instrument yang digunakan dalam penelitian ini valid dan dapat digunakan sebagai alat ukur. Hasil uji reliabilitas (Tabel 2) menunjukkan bahwa nilai cronbach alpha di atas 0,600 berarti dapat dikatakan bahwa instrument telah reliable.

Tabel 3

Hasil Uji Reliabilitas

Reliability Statistics Cronbach ’s Alpha N of items Pembelajaran Motivasi

Kualitas Pelayanan Aparat Pajak Persepsi Kepatuhan 0,889 0,887 0,757 0,874 0,910 5 3 10 7 11

Uji Asumsi Klasik

Dalam penelitian ini, dari hasil uji normalitas data melalui gambar

Normal P-Plot (gambar 1 dan 2) dapat diketahui bahwa titik-titik mendekati

garis diagonal dan dari uji Kolmogorov dapat diketahui bahwa nilai Kolmogorov >0,05 (Tabel 3 dan 4) sehingga dapat dikatakan bahwa data terdistribusi normal.

(17)

Tabel 4 Hasi uji kolmogorov

Gambar 2

Tabel 5

(18)

Selanjutnya, melalui uji multikolinieritas (Tabel 5 dan 6) dapat diketahui bahwa nilai VIF <10, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa data memenuhi asumsi multikolinieritas, dan kemudian melalui uji heteroskedastisitas melalui gambar scatterplot (gambar 3 dan 4) dapat diketauhi bahwa titik-titiknya menyebar tidak teratur dan tidak membentuk suatu pola, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dalam data tidak terjadi heteroskedastisitas.

Tabel 6

Hasil Uji Multikolinieritas

Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) Pembelajaran .425 2.352 Motivasi .561 1.782 Pelayanan .500 1.999 Tabel 7

Hasil Uji Multikolinieritas

Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant) Persepsi 1.000 1.000 Gambar 3

(19)

Gambar 4

Pengujian Hipotesis

Tabel 7 Hasil Uji Regresi

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .771a .595 .578 2.443 2.103 a. Predictors: (Constant), Pelayanan, Motivasi, Pembelajaran

b. Dependent Variable: Persepsi

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 621.933 3 207.311 34.736 .000a

Residual 423.747 71 5.968 Total 1045.680 74

a. Predictors: (Constant), Pelayanan, Motivasi, Pembelajaran b. Dependent Variable: Persepsi

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 5.510 2.149 2.564 .012

Pembelajaran .339 .146 .269 2.319 .023 .425 2.352 Motivasi .282 .125 .226 2.245 .028 .561 1.782 Pelayanan .450 .124 .388 3.635 .001 .500 1.999

(20)

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 5.510 2.149 2.564 .012

Pembelajaran .339 .146 .269 2.319 .023 .425 2.352 Motivasi .282 .125 .226 2.245 .028 .561 1.782 Pelayanan .450 .124 .388 3.635 .001 .500 1.999 a. Dependent Variable: Persepsi

Dari Tabel 7 dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut :

Y = 5,510 + 0,339 X1 + 0,282 X2 + 0,450 X3 + 3………..(1) Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa R2 adalah 0,578 atau 57,8%

yang artinya 57,8% variasi persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan dapat dijelaskan oleh pembelajaran, motivasi dan kualitas pelayanan aparat pajak, sedangkan 42,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil uji t dengan variabel dependen persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan, dapat diketahui bahwa variabel pembelajaran memiliki nilai probabilitas <0,05 yaitu 0,023 sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan. Hal ini berarti hipotesis pertama (H1) diterima.

Berdasarkan uji t dengan variabel dependen persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan, dapat diketahui bahwa variabel motivasi memiliki nilai probabilitas <0,05 yaitu 0,028 sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan. Hal ini berarti hipotesis kedua (H2) diterima.

Berdasarkan hasil uji t dengan variabel dependen persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan, dapat diketahui bahwa variabel kualitas

(21)

pelayanan aparat pajak memiliki nilai probabilitas <0,05 yaitu 0,001 sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan aparat pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan. Hal ini berarti hipotesis ketiga (H3) diterima.

Tabel 8

Hasil Analisis Regresi

Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson 1 .521a .272 .262 4.905 1.727

a. Predictors: (Constant), Persepsi

b. Dependent Variable: Kepatuhan

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 655.381 1 655.381 27.237 .000a

Residual 1756.539 73 24.062

Total 2411.920 74 a. Predictors: (Constant), Persepsi

b. Dependent Variable: Kepatuhan

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 18.930 3.720 5.088 .000

Persepsi .792 .152 .521 5.219 .000 1.000 1.000

a. Dependent Variable: Kepatuhan

Dari Tabel 8 dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut : Z = 18,930 + 0,792 +e……….. (2)

(22)

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa R2 adalah 0,262 atau 26,2 %

yang artinya 26,2% variasi kepatuhan dalam memenuhi kewajiban perpajakan dapat dijelaskan oleh persepsi wajib pajak atas keadilan pengenaan tarif pajak penghasilan, sedangkan 73,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil uji t dengan variabel dependen kepatuhan dalam memenuhi kewajiban perpajakan, dapat diketahui bahwa persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan memiliki nilai probabilitas <0,05 yaitu 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan dalam memenuhi kewajiban perpajakan. Hal ini berarti hipotesis keempat (H4) diterima.

(23)

V. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan pokok permasalahan yang diajukan dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pembelajaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan.

2. Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan.

3. Kualitas pelayanan aparat pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan. 4. Persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap kepatuhan dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Teknik pengambilan sampling termasuk jenis non random (incidental

sampling) sehingga kurang bisa digeneralisasikan.

2. Ada kemungkinan bahwa responden tidak jujur, sehingga tidak menghasilkan jawaban seperti yang diinginkan dalam penelitian. 3. Penelitian ini hanya meneliti tiga variabel sebagai variabel anteseden

(bebas) yang mempengaruhi persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan, yaitu pembelajaran, motivasi dan kualitas pelayanan aparat pajak, serta hanya meneliti satu variabel intervening yang mempengaruhi kepatuhan dalam memenuhi kewajiban perpajakan yaitu persepsi wajib pajak atas pengenaan pajak penghasilan.

(24)

Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan yang didapat dan dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, maka diajukan saran sebagai berikut:

1. Bagi para peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis, hendaknya menambah variabel penelitian dari faktor eksternal pembentuk persepsi seperti lingkungan, situasi, kondisi sosial dan lain sebagainya.

2. Tingkat kepatuhan yang didapat dari faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan agar wajib pajak orang pribadi dapat lebih patuh untuk membayar tunggakan pajak yang dikenakan terhadap wajib pajak tersebut sehingga apa yang sudah ada saat ini menjadi lebih baik lagi.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Budiatmanto. 1999. Studi Evaluasi Kepatuhan Wajib Pajak Sebelum dan

Sesudah Reformasi Perpajakan Tahun 1983, Tesis Program Pasca Sarjana

Magister Akuntansi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Agus Nugroho Jatmiko. 2006. Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan

Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota Semarang). Tesis Program Pasca Sarjana Magister Sains

Akuntansi Universitas Diponegoro. Semarang.

Amirin, Tatang M. 2009. “Sampel, Sampling, dan Populasi Penelitian (Bagian II:

Teknik Sampling II).” tatangmanguny.wordpress.com

Azwar, Saifudin. 1997. Realibilitas dan Validitas, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Bodieono. 2000. Perpajakan Indonesia. Diadit Media. Jakarta

Bubung M. Hermawan. 2003. Perlu Konsitensi dalam memburu WPOP. Bisnis Indonesia.

Gibson, Ivancevich, Donnelly. 1997. Organizations :

Behavior-Structure-Processes, 9th edition, Ricahard D. Irwin, Inc.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universtas Diponegoro

Gunadi. 1995. Akuntansi Pajak, edisis I, PT. Grasindo. Jakarta

Hair, Joseph F, Ralph E. Anderson, Ronald L. Tatham, dan William C. Black (1998),

Multivariate Data Analysis, Fifth Edition, Prentice-Hall International, Inc.

Indrawijaya, Adam I. 1989. Perilaku Organisasi. Sinar Baru. Bandung

Ita Salsalina L. 2005. Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Mengenai Undang-Undang

PPh Terhadap Kepatuhan Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan.

Jurnal Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha. Bandung.

(26)

Kiryanto (2000), “Analisis Pengaruh Penerapan Struktur Pengendalian Intern

Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak bada Dalam Memenuhi Kewajiban Pajak Penghasilannya,” EKOBIS, Vol. 1 No. 1, p. 41 – 52.

Luthans, Fred. 2002. Organizational Behavior, 9th edition, Mc, Graw-Hill Higher Education

Maruf Amirudin. 2009. Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi atas Prinsip Keadilan Pemungutan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.

Skripsi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

Nurmantu, Safri. 2003. Pengantar Perpajakan, edisi 2, Granit, Jakarta.

Robbins, Stephen P. (1996) Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi dan

Aplikasi, Edisi Bahasa Indonesia, Prenhallindo, Jakarta.

Sekaran, Uma (1992), Research Methods For Business: Skill-Building Approach,

2nd Editon, John Wiley & Sons, Inc.

Presman, Steven. 2000. Lima Puluh Pemikir Dunia. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Gambar

Gambar Kerangka Pemikiran Penelitian
Tabel 4  Hasi uji kolmogorov
Tabel 7  Hasil Uji Regresi

Referensi

Dokumen terkait

“Bagaimana membuat suatu bentu k game untuk menunjang cara befikir anak-anak serta sebagai sarana pembelajaran menggunakan bahasa pemrograman AS2?”. 1.4

cikke, mely szerint az Egyezmény egyik rendelkezését sem lehet úgy értelmezni, hogy az bármely állam, csoport vagy személy számára jogot biztosítana az Egyezményben

Skripsi ini membahas tentang Pandangan Hakim Terhadap Perbandingan Pembagian Harta Warisan Antara Fikih Mawaris Dengan Kompilasi Hukum Islam di Kabupaten Wajo (Studi

[r]

Sebagai contoh hasil pengamatan dan komunikasi langsung yang dilakukan terhadap seluruh siswa yang menjadi anggota unit bisnis SMKN 8 Pontianak, mereka semua menerangkan

Semua data vegetasi tahun 1981 yang diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya dan data vegetasi tahun 2012 dihitung besarnya biomasa pohon dengan menggunakan persamaan allometrik

Beberapa pakar dan peneliti yang telah ditemuinya, bersaksi telah melihat dampak dan bukti- bukti keberadaan agenda ini dari para kaum illuminati dan para “elite”

Anda mau belajar dari kesalahan yang terjadi. dengan mencari tahu cara mengatasi