DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
PUSDIKLAT KEUANGAN UMUM
2007
PENGELOLAAN KEKAYAAN NEGARA
(Diklat Jarak Jauh)
MODUL
Pengelolaan Barang Milik Negara:
Penatausahaan Barang Milik Negara
Proses pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu sarana yang senantiasa diperlukan oleh setiap orang, termasuk mereka yang tengah bekerja dalam rangka meningkatkan karir kerja dalam kehidupannya, karena proses pembelajaran pada hakekatnya adalah salah satu cara untuk terjadinya peningkatan dan pengembangan sumber daya manusia dalam rangka mengantisipasi permasalahan dan pemenuhan kebutuhan kerja di masa depan.
Modul ‘Penatausahaan Barang Milik Negara’ yang ditulis oleh Saudara Lukman Efendi, SE., ME. ini disusun dan digunakan dalam Diklat Teknis Substantif Spesialisasi (DTSS) Pengelolaan Kekayaan Negara yang diselenggarakan oleh Pusdiklat Keuangan Umum bagi pegawai dari Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Departemen Keuangan, dan dirancang untuk memberi bekal pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan bagi pegawai DJKN dalam bidang kekayaan negara guna meningkatkan motivasi dan memperlancar kemampuan dalam rangka penugasan tugas di lingkungan kerja DJKN. Modul ini sudah mendapatkan masukanmasukan dari berbagai pihak, diantaranya Saudara Drs. Tyas Miyanto, M.Ec. (dari DJKN) dan Ibu Dr. Durri Andriani (dari Universitas Terbuka).
Kami menghargai dan berterima kasih atas upaya penulis dan pereview dalam mempersiapkan dan menyusun modul ini sehingga turut membantu memberikan kemudahan bagi peserta pendidikan dan pelatihan di lingkungan Pusdiklat Keuangan Umum Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Departemen Keuangan. Jakarta, November 2007 Kepala Pusdiklat Keuangan Umum, ttd Agus Hermanto NIP 060048497
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I : PENDAHULUAN A. Pengantar ... 1 B. Deskripsi Singkat ... 1 C. Tujuan Instrusional Umum ... 2 D. Tujuan Instrusional Khusus ... 2 BAB II : PENGORGANISASIAN DAN TUGAS PELAKSANA PENATAUSAHAAN ... 3 A. Latar Belakang Perlunya Penatausahaan BMN ... 3 1. Pengantar ... 3 2. Tujuan Penatausahaan BMN ... 4 3. Ruang Lingkup... 4 4. Penatausahaan BMN... 5 B. Pengorganisasian... 6 C. Bagan Organisasi Penatausahaan BMN... 7 D. Tugas Pelaksana Penatausahaan... 8 5. Pengguna Barang... 8 6. Pengelola barang... 13 E. Rangkuman... 17 F. Tes Formatif... 18 G. Umpan Balik dan Tindak lanjut... 19 BAB III : PEMBUKUAN BMN ... 20 A. Tatacara Pembukuan pada Pengguan Barang... 20 1. Tingkat UPKPB... 20 2. Tingkat UPPBW... 26 3. Tingkat UPPBE1... 27 4. Tingkat UPPB... 28 B. Tatacara Pembukuan Pada Pengelola Barang... 30 1. Tingkat KPKNL... 30
2. Tingkat Kanwil DJKN... 34 3. Tingkat DJKN... 36 C. Rangkuman... 37 D. Test Formatif... 38 E. Umpan Balik dan Tindak Lanjut... 39 BAB IV : INVENTARISASI BMN ... 40 A. Ketentuan Umum ... 40 B. Pengguna Barang ... 41 1. Tingkat UPKPB………... 41 2. Tingkat UPPBW………. 42 3. Tingkat UPPBE1……… 43 4. Tingkat UPPB……….. 44 C. Pengelola Barang………. 45 1. Tingkat KPKNL……….. 45 2. Tingkat Kanwil DJKN……… 46 3. Tingkat DJKN………. 47 D. Rangkuman………... 47 E. Test Formatif……… 48 F. Umpan Balik dan Tidak Lanjut……… 49 BAB V : PELAPORAN BMN ... 50 A. Batasan Penyajian Daftar BMN dan Penyampaian Daftar dan Mutasi BMN ... 50 B. Batasan Penyajian untuk Pelaporan BMN ... 51 C. Tatacara Pelaporan BMN pada Pengguna Barang ... 51 1. Tingkat UPKPB………... 51 2. Tingkat UPPBW……… 53 3. Tingkat UPPBE1………... 55 4. Tingkat UPPB………. 57 D. Tatacara Pelaporan pada Pengelola Barang………... 59 1. Tingkat KPKNL………. 59 2. Tingkat Kanwil DJKN………... 62 3. Tingkat DJKN……… 65 E. Rangkuman………... 66 F. Test Formatif………... 66
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut………... 68
BAB VI : PENUTUP ... 69
DAFTAR SINGKATAN ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
PENDAHULUAN
1. Pengantar
Modul Penatausahaan Barang Milik Negara (BMN) ini dikembangkan untuk peserta DTSS Pengelolaan Kekayaan Negara yang diselenggarakan oleh Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Keuangan Umum BPPK Departemen Keuangan. Modul ini dimaksudkan untuk membantu pemahaman peserta Diklat terhadap kegiatan penatausahaan BMN sehingga diharapkan dapat mempermudah pelaksanaan kegiatan penatausahaan BMN di lingkungan kantor masingmasing. Materi modul Penatausahaan BMN ini diambil dari berbagai Peraturan PerundangUndangan yang menyangkut BMN khususnya yang terkait dengan penatausahaan BMN. Oleh karena itu, para peserta Diklat sangat dianjurkan untuk membaca dan memahami seluruh ketentuan yang ada dalam literatur maupun Peraturan PerundangUndangan terkait dengan penatausahaan BMN.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006, penatausahaan BMN diartikan sebagai sub kegiatan pengelolaan BMN yang meliputi kegiatan pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan BMN/D sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Peranan penatausahaan BMN dalam pengelolaan BMN menempati posisi yang sangat strategis karena semua kebijakan lebih efektif jika didasarkan pada data akurat yang diperoleh dari kegiatan penatausahaan BMN.
Sampai saat ini masalah akurasi data BMN belum mendapat perhatian yang sungguhsungguh dari mayoritas Kementerian Negara/Lembaga. Oleh karena itu tidak mustahil bahwa sampai saat ini pemerintah salalu menghadapi kesulitan dalam mengetahui berapa sebenarnya jumlah dan nilai BMN. Kesulitan ini akan sangat terasa pada saat penyusunan neraca pemerintah pusat pada Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan pada saat melakukan pengelolaan BMN seperti penghapusan, pemindahtanganan, pemanfaatan, dan penilaian. Pada saat menyusun neraca pemerintah pusat sangat dibutuhkan nilai akuntansi dari keseluruhan BMN dan pada saat melakukan pengelolaan dibutuhkan data rinci/detil dari setiap BMN tersebut.
Bertolak dari halhal tersebut maka pembahasan dalam Modul ini yang difokuskan pada masalah penatausahaan barang milik negara akan disajikan secara terstruktur mulai dari pendahuluan, latar belakang, pengorganisasian, pembukuan, inventarisasi, pelaporan, penggolongan dan kodefikasi, dan penutup.
2. Deskripsi Singkat
Materi Penatausahaan BMN merupakan bagian dari Pengelolaan BMN, yang disajikan dengan maksud untuk menambah wawasan bagi mereka yang belum pernah mendapat tugas sebagai pengelola BMN khususnya penatausahaana BMN dan untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan mengenai penatausahaan BMN bagi mereka yang sudah atau sedang melaksanakan tugas dimaksud.
3. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mempelajari Modul Penatausahaan BMN ini, peserta diharapkan dapat memahami prosedur penatausahaan BMN dengan baik, karena sudah mengetahui dengan baik kegiatankegiatan yang dilaksanakan dalam penatausahaan BMN. Selain itu, dengan mengetahui betapa pentingnya peranan data/informasi, maka dapat dimengerti bagaimanapentingnya fungsi penatausahaan dalam rangka mengelola BMN. Dengan demikian, tujuan penatausahaan yaitu tertib administrasi dan mendukung tertib pengelolaan BMN dapat diwujudkan.
4. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti diklat ini peserta diklat diharapkan dapat : a) Menjelaskan pengorganisasian penatasauhaan BMN
b) Melaksanakan pembukuan BMN
c) Melaksanakan inventarisasi barang milik negara d) Melaksanakan pelaporan barang milik negara
e) Melaksanakan penggolongan dan kodefikasi barang milik negara f) Menjelaskan pentingnya penatausahaan barang milik negara.
KEGIATAN BELAJAR 1 PENGORGANISASIAN
DAN TUGAS PELAKSANA PENATAUSAHAAN
Pada kegiatan belajar ini, akan dijelaskan mengenai latar belakang, tujuan dan pengertian penatausahaan BMN. Selain itu dijelaskan pula struktur organisasi penatausahaan BMN baik pada pengguna barang maupun pengelola barang. Selanjutnya agar setiap pelaksana penatausahaan mengerti apasaja yang harus dikerjakan dalam kegiatan penatausahaan, maka dijelaskan pula tugas dan tanggung jawab pelaksana penatausahaan pada setiap tingkatan baik pada pengguna barang maupun pengelola barang.
A. Latar belakang perlunya penatausahaan BMN
1. Pengantar
Sebagai pelaksanaan dari ketentuan Pasal 48 ayat (2) dan Pasal 49 ayat (6) UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan untuk menjamin terlaksananya tertib administrasi dan tertib pengelolaan BMN/D, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan BMN/D.
PP Nomor 6 tahun 2006 pada dasarnya merupakan penyatuan peraturan peraturan mengenai pengelolaan BMN yang telah ada sebelumnya, mengatur halhal yang belum tertampung dalam peraturanperaturan yang ada sebelumnya, dan memberikan landasan hukum yang lebih kuat agar tertib administrasi dan tertib pengelolaan BMN/D dimaksud dapat diwujudkan. Oleh karena itu, dengan adanya PP Nomor 6 Tahun 2006 diharapkan pengelolaan BMN/D semakin tertib baik dalam hal pengadministrasiannya maupun pengelolaannya sehingga pengadaan, pemanfaatan, dan pemeliharaan, serta pengamanan BMN/D di masa mendatang dapat lebih efektif dan efisien.
Adapun pengertian BMN/D sesuai dengan pasal 1 angka 10 dan 11 Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 adalah “semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN/D atau berasal dari perolehan lain yang sah”. Selanjutnya, dalam pasal 2 ayat (2) PP Nomor 6 Tahun 2006, dari pengertian BMN/D yang berasal dari perolehan lain yang sah dimaksud dirinci dalam 4 bagian, yaitu: (a) barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan/sejenisnya, (b) diperoleh sebagai pelaksanaan perjanjian/kontrak, (c) diperoleh berdasarkan ketentuan undangundang, dan (d) diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Dalam PP Nomor 6 Tahun 2006 diatur pejabat yang melakukan pengelolaan BMN/D termasuk kewenangannya. Untuk pengelolaan BMN, Menteri Keuangan
adalah Pengelola Barang, menteri/pimpinan lembaga adalah Pengguna Barang, dan Kepala Kantor Satuan Kerja adalah Kuasa Pengguna Barang.
Ruang lingkup pengelolaan BMN/D dalam PP Nomor 6 Tahun 2006 adalah meliputi semua aktivitas yang berkaitan dengan BMN/D terdiri dari perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan (meliputi sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, dan bangun guna serah/bangun serah guna), pengamanan (meliputi administrasi, fisik dan hukum) dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan (meliputi penjualan, tukar menukar, hibah, dan PMP), penatausahaan (meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan), pembinaan, pengawasan dan pengendalian.
Namun demikian, PP Nomor 6 Tahun 2006 adalah mengatur mengenai pokokpokok pengelolaan BMN/D. Agar pengelolaan BMN/D tersebut lebih operasional tentunya masih diperlukan aturan yang lebih tehnis sebagaimana diamanatkan oleh PP dimaksud, baik berupa Peraturan Menteri Keuangan (PMK) ataupun berupa peraturan pelaksanaan lainnya. Halhal yang perlu diatur dalam peraturan pelaksanaan dimaksud antara lain berupa kebijakan mengenai penatausahaan (pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan) BMN.
Menindaklanjuti ketentuan dalam PP nomor 6 tahun 2006 dimaksud dan dalam upaya mewujudkan tertib administrasi dan mendukung terwujudnya tertib pengelolaan BMN, dibuat suatu pedoman yang mengatur tentang prosedur/tatacara penatausahaan barang milik negara.
2. Tujuan Penatausahaan BMN
Prosedur/tatacara penatausahaan BMN ini bertujuan memberikan petunjuk umum bagi pelaksana penatausahaan BMN yang berada di Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang dan Pengelola Barang dalam rangka mewujudkan tertib administrasi dan mendukung terwujudnya tertib pengelolaan BMN, yaitu :
a) Penatausahaan BMN pada Pengelola Barang di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, dan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara;
b) Penatausahaan BMN pada Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang di tingkat Satuan Kerja, Wilayah, EselonI, Kementerian Negara/Lembaga, dan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk dana Dekonsentrasi/dana Tugas Pembantuan, serta Koordinator Wilayah dana Dekonsentrasi/dana Tugas Pembantuan.
3. Ruang Lingkup
Pedoman dan Tatacara Penatausahaan BMN ini berlaku untuk seluruh pelaksana penatausahaan BMN pada Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang dan pelaksana penatausahaan BMN pada Pengelola Barang, termasuk pelaksana
penatausahaan BMN pada Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan dana Dekonsentrasi dan/atau dana Tugas Pembantuan.
4. Penatausahaan BMN
Seluruh BMN merupakan objek penatausahaan, yakni semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau berasal dari perolehan lainnya yang sah, yang berada dalam penguasaan Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang, dan berada dalam pengelolaan Pengelola Barang. Penatausahaan BMN meliputi pembukuan, inventarisasi dan pelaporan BMN. Dalam penatausahaan BMN ini termasuk didalamnya melaksanakan tugas dan fungsi akuntansi BMN. Penatausahaan BMN dalam rangka mewujudkan tertib administrasi termasuk menyusun Laporan BMN yang akan digunakan sebagai bahan penyusunan neraca pemerintah pusat. Sedangkan penatausahaan BMN dalam rangka mendukung terwujudnya tertib pengelolaan BMN adalah menyediakan data agar pelaksanaan pengelolaan BMN dapat dilaksanakan sesuai dengan azas fungsional, kapastian hukum, transparansi dan keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan kepastian nilai.
Pelaksanaan tugas penatausahaan termasuk melaksanakan dan fungsi akuntansi BMN. Aturan yang digunakan mengacu pada Standar Akuntasi Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan melalui PP Nomor 24 Tahun 2005. Dalam SAP dimaksud, BMN terbagi atas persediaan pada pos aset lancar, aset tetap, aset tak berwujud, dan aset lainlain pada pos aset lainnya. Berikut ini penjelasan dari masing masing aset.
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan (supplies) yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barangbarang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap terdiri dari tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi, dan jaringan, aset tetap lainnya, dan konstruksi dalam pengerjaan.
Aset lainnya adalah aset pemerintah selain aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap, dan dana cadangan. Adapun BMN yang berada pada pos aset lainnya adalah aset tak berwujud dan aset lainlain. Aset tak berwujud meliputi
software komputer, lisensi dan franchise, hak cipta (copyright), paten, dan hak
lainnya, serta hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang. Selanjutnya, pos aset lainlain digunakan untuk mencatat BMN berupa aset lainnya yang tidak dapat dikelompokkan kedalam aset tak berwujud, seperti aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah.
Hasil penatausahaan BMN ini nantinya dapat digunakan dalam rangka (a) penyusunan negara pemerintah pusat setiap tahun, (b) perencanaan kebutuhan pengadaan dan pemeliharaan BMN setiap tahun untuk digunakan sebagai bahan penyusunan rencana anggaran, dan (c) pengamanan administrasi BMN.
B. Pengorganisasian
Barang milik negara tersebar pada 78 kementerian negara/lembaga yang terbagi lagi pada lebih kurang 20.000 satuan kerja yang lokasinya tersebar di seluruh Indonesia sehingga dibutuhkan koordinasi yang baik agar tujuan penatausahaan dapat tercapai. Untuk itu, diperlukan pengorganisasian dalam alur proses penatausahaan BMN.
Penatausahaan BMN meliputi penatausahaan pada Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang dan Pengelola Barang. Pelaksana penataausahaan BMN pada Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang dilakukan oleh unit penatausahaan Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang; dan pada Pengelola Barang dilakukan oleh unit penatausahaan Pengelola Barang. Selanjutnya dalam pelaksanaan penatausahaan BMN di Kantor Wilayah dan/atau Unit Eselon I, Pengguna Barang dibantu oleh unit penatausahaan wilayah dan/atau unit penatausahaan eselon I. Sedangkan Pengelola Barang dibantu oleh Kantor Vertikal DJKN di daerah yaitu Kanwil DJKN dan KPKNL.
Adapun organisasi penatausahaan BMN pada Pengguna Barang adalah sebagai berikut.
1. Unit Penatausahaan Pengguna Barang (UPPB)
UPPB adalah unit penatausahaan BMN pada tingkat Kementerian Negara/Lembaga (pengguna barang) yang secara fungsional dilakukan oleh unit eselon I yang membidangi kesekretariatan, unit eselon II, unit eselon III dan unit eselon IV yang membidangi BMN. Penanggung jawab UPPB adalah Menteri/Pimpinan Lembaga. UPPB ini membawahi UPPBE1, UPPBW dan/atau UPKPB.
2. Unit Penatausahaan Pengguna Barang – Eselon I (UPPBE1)
UPPBE1 adalah unit penatausahaan BMN pada tingkat eselon I yang secara fungsional dilakukan oleh unit eselon II yang membidangi kesekretariatan, unit eselon III dan unit eselon IV yang membidangi BMN. Penanggung jawab UPPBE1 adalah pejabat eselon I. UPPBE1 ini membawahi UPPBW dan/atau UPKPB.
3. Unit Penatausahaan Pengguna Barang – Wilayah (UPPBW)
a. UPPBW adalah unit penatausahaan BMN pada tingkat kantor wilayah atau unit kerja lain di wilayah yang ditetapkan sebagai UPPBW yang secara fungsional dilakukan oleh unit eselon III yang membidangi kesekretariatan dan unit eselon IV yang membidangi BMN. Penanggung jawab UPPBW adalah Kepala Kantor Wilayah atau Kepala unit kerja yang ditetapkan sebagai UPPBW. UPPBW ini membawahi UPKPB.
b. Untuk unit penatausahaan BMN Dana Dekonsentrasi, penanggung jawab UPPB W adalah Gubernur, sedangkan untuk penatausahaan BMN Dana Tugas Pembantuan, penanggung jawab UPPBW adalah Kepala Daerah sesuai dengan
BLU Dana TP Dana Dekon Kementerian Negara/Lembaga UPPB UPPBE1
UPPBW UPPBW UPPBW UPPBW
BAGAN ORGANISASI PENATAUSAHAAN
BAGAN ORGANISASI PENATAUSAHAAN
PADA PENGGUNA BARANG PADA PENGGUNA BARANG
K
penugasan yang diberikan oleh pemerintah melalui Kementerian Negara/Lembaga.
4. Unit Penatausahaan Kuasa Pengguna Barang (UPKPB)
a. UPKPB adalah unit penatausahaan BMN pada tingkat satuan kerja (Kuasa Pengguna Barang) yang secara fungsional dilakukan oleh unit eselon III, eselon IV dan/atau eselon V yang membidangi kesekretariatan dan/atau BMN. Penanggung jawab UPKPB adalah Kepala Kantor/Kepala Satuan Kerja.
b. Untuk unit penatausahaan BMN dari Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan, penanggung jawab UPKPB adalah Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).
c. Untuk unit penatausahaan BMN pada BLU, penanggung jawab UPKPB adalah Pimpinan BLU atau Pimpinan Satuan Kerja pada BLU.
Organisasi penatausahaan BMN pada Pengelola Barang adalah sebagai berikut : 1. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN)
DJKN adalah unit penatausahaan BMN pada tingkat Pengelola Barang, yang dilakukan oleh unit eselon II, unit eselon III dan unit eselon IV yang membidangi BMN pada Direktorat BMN I dan Direktorat BMN II. Penanggung jawabnya adalah Direktur Jenderal Kekayaan Negara. DJKN membawahi KWDJKN dan KPKNL. 2. Kantor WilayahDirektorat Jenderal Kekayaan Negara (KWDJKN)
KWDJKN adalah unit penatausahaan BMN pada tingkat Kantor Wilayah, yang dilakukan oleh unit eselon III dan unit eselon IV yang membidangi BMN. Penanggung jawabnya adalah Kepala Kantor Wilayah DJKN. KWDJKN membawahi KPKNL.
3. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL)
KPKNL adalah unit penatausahaan BMN pada tingkat kantor daerah, yang dilakukan oleh unit eselon IV yang membidangi BMN. Penanggung jawabnya adalah Kepala KPKNL.
C. Bagan Organisasi Penatausahaan BMN
2. Alur organisasi penatausahaan BMN pada Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang dan pada Pengelola Barang adalah sebagai berikut:
D. Tugas Pelaksana Penatausahaan
Tugas Pelaksana Penatausahaan sesuai dengan ketentuan dalam PP Nomor 6 tahun 2006 meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan. Selain itu juga termasuk tugas dari pelaksana penatausahaan adalah pengamanan dokumen. Secara rinci tugas dari pelaksana penatausahaan adalah sebagai berikut. 5. Pengguna Barang a. Tingkat UPKPB UPKPB bertugas menyelenggarakan penatausahaan BMN pada Kuasa Pengguna Barang, meliputi :
1) Membuat Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) yang meliputi DBPK Persediaan, tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan mesin (alat angkutan bermotor, alat besar, alat persenjataan dan peralatan lainnya), jalan/irigasi/jaringan, konstruksi dalam pengerjaan, barang bersejarah dan aset lainnya. 2) Melakukan Pembukuan BMN yang meliputi : a) Jenis Buku/Kartu Identitas/Daftar: i. Buku Barang Intrakomptabel ii. Buku Barang Ekstrakomptabel iii. Buku Barang Bersejarah iv. Buku Barang Persediaan v. Buku Barang Konstruksi Dalam Pengerjaan
vi. Kartu Identitas Barang (KIB), meliputi KIB Tanah, KIB Bangunan Gedung, KIB Bangunan Air, KIB Alat Angkutan Bermotor, KIB Alat Besar Darat, dan KIB Alat Persenjataan. vii. Daftar Barang Ruangan UPPB UPPBE1 UPPBW UPKPB KWDJKN Menkeu cq DJKN KPKNL DIT. APK DJPBN UAKPA/PPK
PENGORGANISASIAN DAN ARUS PELAPORAN
PENGORGANISASIAN DAN ARUS PELAPORAN
PENATAUSAHAAN BMN
PENATAUSAHAAN BMN
RPM K
: Alur Laporan/Daftar Barang (Semesteran/Tahunan) : Alur Tembusan Laporan/Daftar Barang (Semesteran/Tahunan) : Alur Rekonsiliasi Laporan/Daftar Barang (Semesteran/Tahunan)
viii. Daftar Barang lainnya
ix. Buku Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) b) Jenis Kegiatan :
i. Membukukan dan mencatat semua BMN yang telah ada, mencatat setiap mutasi barang, dan membukukan dan mencatat hasil inventarisasi ke dalam Buku Barang dan/atau Kartu Indentitas Barang.
ii. Menyusun Daftar Barang yang datanya berasal dari Buku Barang dan Kartu Indentitas Barang.
iii. Mencatat semua barang dan perubahannya atas perpindahan barang antar lokasi/ruangan ke dalam Daftar Barang Ruangan dan/atau Daftar Barang Lainnya.
iv. Mencatat perubahan kondisi barang ke dalam Buku Barang.
v. Mencatat PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN yang berada dalam penguasaannya.
Dalam membukukan dan mencatat BMN ke dalam Buku Barang, Kartu Identitas Barang, Daftar Barang Ruangan dan Daftar Barang Lainnya dapat menggunakan Sistem Aplikasi yang sudah ada.
3) Melakukan Inventarisasi BMN, meliputi BMN yang berada dalam penguasaannya sekurangkurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun dan BMN berupa persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan setiap tahun.
4) Melakukan rekonsiliasi data BMN dengan Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) dan/atau Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
5) Melakukan rekonsiliasi DBKP pada UPKPB dengan Daftar Barang Milik Negara Kantor Daerah per Kementerian Negara/Lembaga (DBMNKDK/L) pada KPKNL, jika diperlukan.
6) Melakukan Pelaporan BMN, meliputi penyampaikan DBKP yang berisi semua BMN untuk pertama kali, mutasi BMN pada DBKP secara periodik, menyusun dan menyampaikan laporan hasil inventarisasi BMN, menyusun dan menyampaikan Laporan Barang Kuasa Pengguna (LBKP) Semesteran dan Tahunan secara periodik, menyusun dan menyampaikan Laporan Kondisi Barang secara periodik, dan menyusun dan menyampaikan Laporan PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN kepada UPPBW, UPPBE1 atau UPPB dan KPKNL.
7) Melakukan Pengamanan Dokumen, meliputi menyimpan asli dokumen kepemilikan BMN selain tanah dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya, menyimpan fotocopy/salinan dokumen kepemilikan BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya, dan menyimpan asli dan/atau fotocopy/salinan dokumen penatausahaan BMN.
b. Tingkat UPPBW
UPPBW bertugas menyelenggarakan penatausahaan BMN pada Tingkat Wilayah, meliputi :
1) Membuat Daftar Barang Pengguna Wilayah (DBPW), yang meliputi DBPW Persediaan, tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan mesin (alat angkutan bermotor, alat besar, alat persenjataan dan peralatan lainnya), jalan/irigasi/jaringan, konstruksi dalam pengerjaan, barang bersejarah dan aset lainnya.
2) Melakukan Pembukuan BMN, meliputi mendaftarkan dan mencatat semua BMN, setiap mutasi BMN, dan hasil inventarisasi BMN ke dalam Daftar Barang, yang datanya berasal dari UPKPB yang berada di wilayah kerjanya, dan mencatat PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN, yang datanya berasal dari UPKPB.
3) Mengkoordinasikan pelaksanaan Inventarisasi BMN di wilayah kerjanya, meliputi BMN yang berada dalam pengusaannya sekurangkurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun dan BMN berupa persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan setiap tahun.
4) Melakukan Pelaporan BMN, meliputi :
a) Menyampaikan DBPW yang berisi semua BMN untuk pertama kali, mutasi BMN pada DBPW secara periodik, Menghimpun dan menyampaikan laporan hasil inventarisasi BMN yang datanya berasal dari UPKPB, Menyusun Laporan Barang Pengguna Wilayah (LBPW) Semesteran dan Tahunan secara periodik yang datanya berasal dari UPKPB, dan menyampaikannya kepada UPPBE1 atau UPPB dan KANWIL DJKN.
b) Menyusun dan menyampaikan Laporan Kondisi Barang yang datanya berasal dari UPKPB secara periodik kepada UPPBE1 atau UPPB dan tembusan kepada Kanwil DJKN.
c) Menyusun dan menyampaikan Laporan PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN yang datanya berasal dari UPKPB kepada UPPBE1 atau UPPB dengan tembusan kepada Kanwil DJKN.
5) Jika diperlukan UPPBW dapat melakukan pemutakhiran data dalam rangka penyusunan LBPW semesteran dan tahunan dengan UPKPB di wilayah kerjanya.
6) Dapat melakukan pembinaan penatausahaan BMN kepada UPKPB di wilayah kerjanya.
7) Melakukan Pengamanan Dokumen, meliputi menyimpan fotocopy/salinan dokumen kepemilikan BMN selain tanah dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya, menyimpan fotocopy/salinan dokumen kepemilikan BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya,
dan menyimpan asli dan/atau fotocopy/salinan dokumen penatausahaan BMN.
c. Tingkat UPPBE1
UPPBE1 bertugas menyelenggarakan penatausahaan BMN pada Tingkat Eselon I, meliputi :
1) Membuat Daftar Barang Pengguna Wilayah (DBPE1), yang meliputi DBP E1 Persediaan, tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan mesin (alat angkutan bermotor, alat besar, alat persenjataan dan peralatan lainnya), jalan/irigasi/jaringan, konstruksi dalam pengerjaan, barang bersejarah dan aset lainnya.
2) Melakukan Pembukuan BMN, meliputi mendaftarkan dan mencatat semua BMN, setiap mutasi BMN, dan hasil inventarisasi BMN ke dalam Daftar Barang yang datanya berasal dari UPPBW atau UPKPB yang berada di wilayah kerjanya, dan mencatat PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN yang datanya berasal dari UPPBW atau UPKPB.
3) Mengkoordinasikan pelaksanaan Inventarisasi BMN di wilayah kerjanya, meliputi BMN yang berada dalam pengusaannya sekurangkurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun dan BMN berupa persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan setiap tahun.
4) Melakukan Pelaporan BMN, meliputi :
a) Menyampaikan DBPE1 untuk pertama kali, mutasi BMN pada DBPE1 secara periodik, menghimpun dan menyampaikan laporan hasil inventarisasi BMN yang datanya berasal dari UPPBW atau UPKPB, dan menyusun Laporan Barang Pengguna Eselon I (LBPE1) Semesteran dan Tahunan secara periodik yang datanya berasal dari UPPBW atau UPKPB, dan menyampaikannya kepada UPPB dengan tembusan kepada DJKN.
b) Menyusun dan menyampaikan Laporan Kondisi Barang yang datanya berasal dari UPPBW secara periodik kepada UPPB dan tembusan kepada DJKN.
c) Menyusun dan menyampaikan Laporan PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN yang datanya berasal dari UPPBW kepada UPPB. 5) Jika diperlukan UPPBE1 dapat melakukan pemutakhiran data dalam rangka
penyusunan LBPE1 semesteran dan tahunan dengan UPPBW dan/atau UPKPB di wilayah kerjanya.
6) Dapat melakukan pembinaan penatausahaan BMN kepada UPPBW dan/atau UPKPB di wilayah kerjanya.
7) Melakukan Pengamanan Dokumen, meliputi menyimpan fotocopy/salinan dokumen kepemilikan BMN selain tanah dan/atau bangunan yang berada
BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya, dan menyimpan asli dan/atau fotocopy/salinan dokumen penatausahaan BMN.
d. Tingkat UPPB
UPPB bertugas menyelenggarakan penatausahaan BMN pada Tingkat Pusat, meliputi :
1) Membuat Daftar Barang Pengguna (DBP), yang meliputi DBPPersediaan, tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan mesin (alat angkutan bermotor, alat besar, alat persenjataan dan peralatan lainnya), jalan/irigasi/jaringan, konstruksi dalam pengerjaan, barang bersejarah dan aset lainnya.
2) Melakukan Pembukuan BMN, meliputi mendaftarkan dan mencatat semua BMN, setiap mutasi BMN, dan hasil inventarisasi BMN ke dalam Daftar Barang yang datanya berasal dari UPPBE1, UPPBW dan/atau UPKPB, dan mencatat PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN yang datanya berasal dari UPPBE1, UPPBW dan/atau UPKPB.
3) Mengkoordinasikan pelaksanaan Inventarisasi BMN di wilayah kerjanya, meliputi BMN yang berada dalam pengusaannya sekurangkurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun dan BMN berupa persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan setiap tahun.
4) Melakukan rekonsiliasi DBP pada UPPB dengan DBMNK/L pada DJKN jika diperlukan.
5) Melakukan Pelaporan BMN, meliputi :
a) Menyampaikan DBP yang berisi semua BMN untuk pertama kali, mutasi BMN pada DBP secara periodik, menghimpun dan menyampaikan laporan hasil inventarisasi BMN yang datanya berasal dari UPPBE1, UPPBW dan/atau UPKPB, menyusun Laporan Barang Pengguna (LBP) Semesteran dan Tahunan secara periodik yang datanya berasal dari UPPBE1, UPPBW dan/atau UPKPB, dan menyampaikannya kepada Menteri Keuangan cq. DJKN.
b) Menyusun Laporan Kondisi Barang yang datanya berasal dari UPPBE1, UPPBW dan/atau UPKPB, dan menyampaikannya secara periodik kepada Menteri Keuangan cq. DJKN.
c) Menyusun dan menyampaikan Laporan PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN yang datanya berasal dari UPPBE1, UPPBW dan/atau UPKPB kepada Menteri Keuangan cq. DJKN
6) Jika diperlukan UPPB dapat melakukan pemutakhiran data dalam rangka penyusunan LBP semesteran dan tahunan dengan UPPBE1, UPPBW dan/atau UPKPB.
7) Melakukan pemutakhiran dan/atau rekonsiliasi data dalam rangka penyusunan LBMN semesteran dan tahunan dengan DJKN.
8) Melakukan pembinaan penatausahaan BMN kepada UPPBE1, UPPBW dan/atau UPKPB.
9) Melakukan Pengamanan Dokumen, meliputi menyimpan fotocopy/salinan dokumen kepemilikan BMN selain tanah dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya, menyimpan fotocopy/salinan dokumen kepemilikan BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang berada dalam penguasaannya, dan menyimpan asli dan/atau fotocopy/salinan dokumen penatausahaan BMN.
6. Pengelola Barang a. Tingkat KPKNL
KPKNL bertugas menyelenggarakan penatausahaan BMN, meliputi:
1) Membuat Daftar BMN Kantor Daerah berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle (DBMNKDT/B), meliputi DBMNKDT/B Tanah dan DBMNKDT/B Gedung dan Bangunan.
2) Membuat Daftar BMN Kantor Daerah perKementerian Negara/ Lembaga (DBMNKDK/L) berupa himpunan DBKP di wilayah kerjanya, yang berisi DBMNKDK/L Persediaan, tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan mesin (alat angkutan bermotor, alat besar, alat persenjataan dan peralatan lainnya), jalan/irigasi/jaringan, konstruksi dalam pengerjaan, barang bersejarah dan aset lainnya.
3) Melakukan Pembukuan BMN, meliputi :
a) Jenisjenis buku ada dua yaitu Buku Tanah Idle dan Buku Gedung dan Bangunan Idle
b) Jenis Kegiatan :
i. Membukukan dan mencatat semua BMN dan setiap mutasi BMN berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle, ke dalam Buku Tanah Idle dan Buku Gedung dan Bangunan Idle.
ii. Menyusun DBMNKD yang datanya berasal dari Buku Tanah Idle dan Buku Gedung dan Bangunan Idle.
iii. Menghimpun semua BMN, setiap mutasi BMN, kedalam DBMN KD perKementerian Negara/Lembaga (DBMNKDK/L) yang datanya berasal dari UPKPB Kementerian Negara/Lembaga yang berada di wilayah kerjanya.
iv. Membukukan dan mencatat hasil inventarisasi BMN berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle ke dalam DBMNKD Tanah dan/atau Bangunan Idle (DBMNKDT/B).
v. Menghimpun Laporan Kondisi Barang dari UPKPB Kementerian Negara/Lembaga di wilayah kerjanya.
vi. Mencatat PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle yang dalam penguasaannya.
4) Melakukan inventarisasi BMN, berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle yang berada dalam penguasaannya di wilayah kerjanya sekurangkurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun.
5) Melakukan rekonsiliasi DBMNKDK/L pada KPKNL dengan DBKPB pada UPKPB.
6) Menerima Laporan Hasil Inventarisasi BMN dari UPKPB Kementerian Negara/Lembaga di wilayah kerjanya
7) Melakukan Pelaporan BMN, meliputi :
a) Menyampaikan DBMNKDT/B yang berisi semua data, dan mutasi BMN berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle untuk pertama kali kepada Kanwil DJKN.
b) Menyampaikan DBMNKDK/L yang berisi semua BMN untuk pertama kali dan mutasi BMN pada DBMNKDK/L secara periodik kepada Kanwil DJKN.
c) Menyusun dan menyampaikan laporan hasil inventarisasi BMN berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle kepada Kanwil DJKN selambatlambatnya 1 bulan setelah inventarisasi dilakukan.
d) Menyusun Laporan BMN Kantor Daerah (LBMNKD) berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle dan Semesteran dan Tahunan, dan Laporan BMN Kantor Daerah (LBMNKD) PerKementerian Negara/Lembaga yang datanya berasal dari himpunan LBKP Semesteran dan Tahunan di wilayah kerjanya secara periodik, dan menyampaikannya kepada Kanwil DJKN. e) Menyampaikan Laporan Kondisi Barang perKementerian
Negara/Lembaga yang datanya berasal dari UPKPB di wilayah kerjanya kepada Kanwil DJKN.
f) Menyampaikan Laporan PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN yang berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle kepada Kanwil DJKN.
8) Melakukan Pengamanan Dokumen, meliputi peenyimpanan asli dokumen kepemilikan BMN berupa Tanah dan/atau Bangunan yang berada dalam pengelolaannya dan penyimpanan asli dan/atau fotocopy/salinan dokumen penatausahaan BMN.
b. Tingkat Kanwil DJKN
Kanwil DJKN bertugas menyelenggarakan penatausahaan BMN, meliputi:
1) Membuat Daftar BMN Kantor Wilayah Tanah dan/atau Bangunan Idle (DBMNKWT/B), meliputi DBMNKWT/B Tanah dan DBMNKWT/B Gedung dan Bangunan.
2) Membuat Daftar BMN Kantor Wilayah perKementerian Negara/Lembaga (DBMNKWK/L) berupa himpunan DBMNKDK/L di wilayah kerjanya, yang berisi DBMNKWK/L Persediaan, tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan mesin (alat angkutan bermotor, alat besar, alat persenjataan dan
peralatan lainnya), jalan/irigasi/jaringan, konstruksi dalam pengerjaan, barang bersejarah dan aset lainnya
3) Melakukan Pembukuan BMN, meliputi :
a) Mendaftarkan dan mencatat semua BMN, dan setiap mutasi BMN berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle ke dalam DBMNKW Tanah dan/atau Bangunan Idle (DBMNKWT/B) yang datanya berasal dari DBMNKD T/B di wilayah kerjanya.
b) Menghimpun semua BMN, setiap mutasi BMN ke dalam DBMNKW PerKementerian Negara/ Lembaga (DBMNKWK/L) yang datanya berasal dari DBMNKDK/L dan/atau DBPW yang berada di wilayah kerjanya.
c) Mendaftarkan dan mencatat hasil inventarisasi BMN berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle ke dalam DBMNKWT/B yang datanya berasal dari DBMNKDT/B yang berada di wilayah kerjanya.
d) Menghimpun Laporan Kondisi Barang dari KPKNL dan/atau UPPBW di wilayah kerjanya.
e) Menghimpun PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle yang datanya berasal dari KPKNL di wilayah kerjanya.
4) Mengkoordinasikan pelaksanaan Inventarisasi BMN, berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle di wilayah kerjanya sekurangkurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun.
5) Menerima Laporan Hasil Inventarisasi BMN dari KPKNL dan/atau UPPBW di wilayah kerjanya.
6) Melakukan Pelaporan BMN, meliputi :
a) Menyampaikan DBMNKWT/B yang berisi semua data, dan mutasi BMN berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle untuk pertama kali kepada DJKN.
b) Menyampaikan DBMNKWK/L yang berisi semua BMN per Kementerian Negara/Lembaga untuk pertama kali, dan mutasi BMN per Kementerian Negara/Lembaga pada DBMNKWK/L secara periodik kepada DJKN.
c) Menghimpun dan menyampaikan laporan hasil inventarisasi BMN berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle kepada DJKN selambatlambatnya 1 bulan setelah diterimanya hasil inventarisasi dari KPKNL.
d) Menyusun Laporan BMN Kantor Wilayah (LBMNKW) berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle Semesteran dan Tahunan secara periodik yang datanya berasal dari LBMNKD, dan LBMNKW PerKementerian Negara/Lembaga Semesteran dan Tahunan secara periodik, yang datanya berasal dari LBMNKD yang berada di wilayah kerjanya dan menyampaikannya kepada DJKN.
e) Menyampaikan Laporan Kondisi Barang perKementerian Negara/Lembaga yang datanya berasal dari KPKNL dan/atau UPPBW di wilayah kerjanya kepada DJKN.
f) Menyampaikan Laporan PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN yang berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle kepada DJKN.
7) Melakukan Pengamanan Dokumen, meliputi penyimpanan fotocopy/salinan dokumen kepemilikan BMN berupa tanah dan bangunan yang berada dalam pengelolaannya dan penyimpanan asli dan/atau fotocopy/salinan dokumen penatausahaan BMN.
c. Tingkat DJKN
DJKN bertugas menyelenggarakan penatausahaan BMN, meliputi:
1) Membuat Daftar BMN Tanah dan/atau Bangunan Idle (DBMNT/B), meliputi DBMNT/B Tanah dan DBMNT/B Gedung dan Bangunan.
2) Membuat Daftar BMN perKementerian Negara/Lembaga (DBMNK/L) berupa himpunan DBMNKWK/L, yang berisi DBMNK/L Persediaan, tanah, gedung dan bangunan, peralatan dan mesin (alat angkutan bermotor, alat besar, alat persenjataan dan peralatan lainnya), jalan/irigasi/jaringan, konstruksi dalam pengerjaan, barang bersejarah dan aset lainnya.
3) Melakukan Pembukuan BMN, meliputi :
a) Mendaftarkan dan mencatat semua BMN, setiap mutasi BMN berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle ke dalam DBMN Tanah dan/atau Bangunan Idle (DBMNT/B) yang datanya berasal dari DBMNKWT/B. b) Menghimpun semua BMN, dan setiap mutasi BMN ke dalam DBMN
PerKementerian Negara/ Lembaga (DBMNK/L) yang datanya berasal dari DBMNKWK/L dan/atau DBP.
c) Mendaftarkan dan mencatat hasil inventarisasi BMN berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle ke dalam DBMNT/B yang datanya berasal dari DBMNKWT/B.
d) Menghimpun Laporan Kondisi Barang dari Kanwil DJKN dan/atau UPPB.
e) Menghimpun data PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN yang berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle yang datanya berasal dari Kanwil DJKN, dan
f) Menghimpun Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang bersumber dari pengelolaan BMN yang datanya berasal dari UPPB.
4) Mengkoordinasikan pelaksanaan Inventarisasi BMN, berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle sekurangkurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun.
5) Melakukan rekonsiliasi DBMNK/L pada DJKN dengan DBP pada UPPB jika diperlukan.
6) Menerima Laporan Hasil Inventarisasi BMN dari Kanwil DJKN dan/atau UPPB.
7) Melakukan pemutakhiran data dalam rangka penyusunan LBMN tahunan dan dapat melakuan rekonsiliasi data dalam rangka penyusunan LBMN semester I dengan UPPB.
8) Melakukan Pelaporan BMN, meliputi menyusun Laporan BMN (LBMN) berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle Semesteran dan Tahunan secara periodik yang datanya berasal dari LBMNKWT/B, dan menyampaikannya kepada Menteri Keuangan, dan menyusun LBMN Semesteran dan Tahunan secara periodik yang datanya berasal dari LBMNKWK/L dan/atau LBP, dan menyampaikannya kepada Menteri Keuangan.
9) Dapat melakukan pembinaan dan bimbingan teknis mengenai penatausahaan BMN kepada pelaksana penatausahaan BMN pada Pengguna Barang dan Pengelola Barang.
10) Melakukan Pengamanan Dokumen, meliputi penyimpanan fotocopy/ salinan dokumen kepemilikan BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang berada dalam pengelolaannya, dan penuimpanan asli dan/atau fotocopy/salinan dokumen penatausahaan BMN.
E. RANGKUMAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan pekerjaan penatausahaan BMN terlebih dahulu dibuatkan suatu organisasi yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan penatausahaan. Setelah itu, ditetapkan suatu alur proses baik untuk alur perintah/koordinasi maupun alur pelaporan. Hal ini dimaksudkan agar semua kegiatan yang dilakukan dapat terkoordinasi dengan baik dan jelas alurnya mulai dari unit penatausahaan paling bawah sampai dengan unit penatausahaan paling tinggi. Selain itu, agar terjadi harmonisasi dan terbentuknya kejelasan hal dan tanggung jawab masing
Berdasarkan PP Nomor 6 Tahun 2006, tugas pelaksana penatausahaan dibedakan menjadi tugas penatausahaan pada pengguna barang dan tuga penatausahaan pada pengelola barang. Dapatkan Anda menyebutkan tiga perbedaan pokok antara antara tugas pelaksana penatausahaan pada pengguna barang dan pada pengelola barang. Tulis jawaban Anda pada kotak ini.
masing pihak pada setiap unit penatausahaan, maka ditetapkanlah tugas dari masing masing pelaksana penatausahaan. Tugastugas disini meliputi tapi tidak terbatas pada pembukuan, inventarisasi, pelaporan, pemutakhiran/rekonsiliasi datam pembinaan, dan pengamanan dokumen.
Dengan telah terbentuknya organisasi, dibuatnya alur proses, tugas dari masing masing pelaksana penatausahaan, maka tugas penatasuahaan dapat dilakukan dengan baik.
F. TES FORMATIF
Lingkarilah jawaban yang benar atas pernyataan berikut ini :
1. ( B – S ) : Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006, telah di atur bahwa Menteri Keuangan adalah selaku Pengguna Barang dan Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengelola Barang.
2. ( B – S ) : Ruang lingkup penatausahaan BMN adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau dari perolehan lainnya yang sah, kecuali untuk barang yang diperoleh dari Bagian Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan (BA 69), Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
3. ( B – S ) : Unit penatausahaan BMN di tingkat Ditjen Kekayaan Negara pada pengelola barang, secara fungsional dilakukan oleh unit eselon II yang membidangi kesekretariatan, unit eselon III dan IV yang membidangi BMN.
4. ( B – S ) : Unit Penatausahaan BMN di tingkat UPKPB pada pengguna barang melakukan rekonsiliasi dengan Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UPKPA) dan/atau Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
5. ( B – S ) : Unit Penatausahaan BMN di tingkat UPKPB pada pengguna barang wajib melakukan rekonsiliasi DBKP pada UPKPB dengan Daftar BMN Kantor Daerah per KN/L pada KPKNL
6. ( B – S ) : Unit Penatausahaan BMN di tingkat UPKPB pada pengguna barang menyimpan asli dokumen kepemilikan BMN berupa tanah dan/atau bangunan yang berada dalam pengusaannya
7. ( B – S ) : Unit Penatausahaan BMN di tingkat UPPBW pada pengguna barang melakukan pembukuan dengan mendaftarkan dan mencatat hasil inventarisasi BMN ke dalam Daftar Barang, yang datanya berasal dari UPKPB yang berada diwilayah kerjanya
8. ( B – S ) : Unit Penatausahaan BMN di tingkat UPPBE1 pada pengguna barang mengkoordinasikan pelaksanaan inventarisasi BMN di wilayah kerjanya 9. ( B – S ) : Unit Penatausahaan BMN di tingkat KPKNL pada pengelola barang
melakukan inventarisasi BMN berupa tanah dan/atau bangunan di wilayah kerjanya
10. ( B – S ) : Unit Penatausahaan BMN di tingkat DJKN pada pengelola barang dapat melakukan pembinaan dan bimbingan tehnis mengenai penatausahaan kepada pelaksana penatausahaan BMN pada Pengguna Barang dan Pengelola Barang
Kunci jawaban (1/s, 2/s, 3/s, 4/b, 5/s, 6/s, 7/b, 8/b, 9/s, 10/b)
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkan hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif. Hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar. Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar IV. Rumus: Arti tingkat penguasaan yang Anda capai : 90% 100% = baik sekali 80% 89% = baik 70% 79% = cukup 69% = kurang
Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, maka Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar. Namun apabila tingkat penguasaan Anda kurang dari 80%, maka Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar, terutama pada materi yang belum Anda kuasai.
Tingkat Penguasaan =
Jumlah semua soal
Jumlah jawaban Anda yang benar
KEGIATAN BELAJAR 2 PEMBUKUAN BMN
Pada Kegiatan Belajar 1 telah dibahas latar belakang, pengorganisasian, dan pelaksanaan penatausahaan BMN. Langkah selanjutnya yang diperlukan untuk implementasi penatausahaan BMN dengan efektif adalah pembukuan BMN. Kegiatan Belajar 2 akan difokuskan pada pembahasan mengenai tata cara pembukuan pada setiap pelaksana penatausahaan baik pada Pengguna Barang maupun pada Pengelola Barang.
Dalam kaitan ini, pada Pasal 67 PP Nomor 6 Tahun 2006 disebutkan bahwa Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang harus melakukan pendaftaran dan pencatatan barang milik Negara ke dalam Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP)/Daftar Barang Pengguna (DBP) menurut penggolongan dan kodefikasi barang. Pengelola Barang harus melakukan pendaftaran dan pencatatan barang milik negara berupa tanah dan/atau bangunan dalam Daftar Barang Milik Negara (DBMN) menurut penggolongan dan kodefikasi barang. Adapun penggolongan dan kodefikasi barang dimaksud ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Selanjutnya, dalam Pasal 68 PP Nomor 6 Tahun 2006 disebutkan bahwa Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang harus menyimpan dokumen kepemilikan barang milik negara selain tanah dan/atau bangunan yang berada dalam penguasannya. Pengelola Barang harus menyimpan dokumen kepemilikan tanah dan/atau bangunan yang berada dalam pengelolaannya.
Terkait dengan ketentuan tersebut maka untuk membatu pelaksana penatausahaan melakukan pembukuan BMN, dibuat tatacara pembukuan BMN pada semua tingkatan pelaksana penatausahaan mulai dari UPKPB, UPPBW, UPPBE1, UPPB, KPKNL, Kanwil DJKN dan DJKN. Berikut penjelasan tata cara pembukuan untuk semua tingkatan pelaksana penatausahaan.
A. Tatacara pembukuan pada Pengguna Barang 1. Tingkat UPKPB.
UPKPB melaksanakan proses pembukuan atas dokumen sumber dalam rangka menghasilkan data transaksi BMN, Laporan BMN dan laporan manajerial lainnya termasuk yang dananya bersumber dari anggaran pembiayaan dan perhitungan. Untuk keakuratan dan akuntabilitas data transaksi BMN, UPKPB bersama Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA) dan/atau Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) melakukan rekonsiliasi secara periodik. Untuk mewujudkan tertib administrasi BMN, UAKPA dan/atau PPK harus menyampaikan dokumen pengadaan termasuk fotocopy SPM dan SP2D kepada UPKPB. UPKPB Dekonsentrasi/UPKPB Tugas Pembantuan harus melaksanakan proses pembukuan atas dokumen sumber dalam rangka menghasilkan data transaksi BMN, Laporan BMN dan laporan manajerial lainnya atas perolehan BMN yang dananya bersumber dari Dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan.
a. Dokumen Sumber
UPKPB termasuk UPKPB Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan melakukan proses pembukuan dokumen sumber dan verifikasi BMN. Dokumen sumber dalam pembukuan BMN termasuk yang berasal dari transaksi BMN yang sumber dananya berasal dari Anggaran Pembiayaan dan Perhitungan. Dokumen sumber yang digunakan dalam proses pembukuan BMN pada tingkat UPKPB adalah sebagai berikut.
1) Saldo Awal, meliputi Catatan, buku, DBKP, dan LBKP BMN periode sebelumnya, dan apabila diperlukan dapat dilakukan inventarisasi. 2) Mutasi, meliputi perolehan, perubahan dan penghapusan, adalah : a) Berita Acara Serah Terima BMN b) Dokumen Kepemilikan BMN c) Dokumen pengadaan dan/atau pemeliharaan BMN: i. SPM/SP2D ii. Faktur pembelian iii. Kuitansi iv. Surat Keterangan Penyelesaian Pembangunan v. Surat Perintah Kerja (SPK) vi. Surat Perjanjian/Kontrak d) Dokumen pengelolaan BMN e) Dokumen lainnya yang sah. b. Jenis Transaksi Pembukuan BMN
Transaksi yang dicatat dalam pembukuan BMN meliputi tiga jenis, yaitu saldo awal, perolehan, serta perubahan dan penghapusan.
1) Saldo Awal
a) Saldo akhir periode sebelumnya merupakan akumulasi dari seluruh transaksi BMN periode sebelumnya.
b) Koreksi saldo merupakan koreksi perubahan atas saldo akhir BMN pada periode sebelumnya yang dikarenakan : (a) adanya koreksi pencatatan atas nilai/kuantitas BMN yang telah dicatat dan telah dilaporkan dalam periode sebelumnya, dan (b) penambahan/ pengurangan sebagai akibat dari pelaksanaan inventarisasi.
2) Perolehan BMN.
a) Hibah merupakan transaksi perolehan BMN yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis dari luar Pemerintah Pusat;
b) Pembelian merupakan transaksi perolehan BMN yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN;
c) Penyelesaian Pembangunan merupakan transaksi perolehan BMN dari hasil penyelesaian pembangunan berupa bangunan/gedung dan BMN lainnya yang telah diserahterimakan dengan Berita Acara Serah Terima. d) Pelaksanaan dari perjanjian/kontrak, merupakan barang yang diperoleh
dari pelaksanaan kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah/bangun serah guna, tukar menukar, dan perjanjian/kontrak lainnya;
e) Pembatalan penghapusan, merupakan pencatatan BMN dari hasil pembatalan penghapusan yang sebelumnya telah dihapuskan/ dikeluarkan dari pembukuan berdasarkan Surat Keputusan Penghapusan;
f) Rampasan, merupakan transaksi perolehan BMN dari hasil rampasan berdasarkan pelaksanaan ketentuan undangundang atau putusan pengadilan yang telah memperoleh kekutan hukum tetap;
g) Reklasifikasi Masuk, merupakan transaksi BMN yang sebelumnya telah dicatat dengan penggolongan dan kodefikasi BMN yang lain;
h) Transfer masuk, merupakan transaksi perolehan BMN dari Kuasa Pengguna Barang lain dari satu Pengguna Barang atau dari Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang lainnya.
3) Perubahan BMN
a) Pengurangan, merupakan transaksi pengurangan kuantitas/nilai BMN yang menggunakan satuan luas atau satuan lain yang pengurangannya tidak menyebabkan keseluruhan BMN hilang;
b) Pengembangan, merupakan transaksi pengembangan BMN yang dikapitalisir yang mengakibatkan pemindahbukuan di Buku Barang Ekstrakomptabel ke Buku Barang Intrakomptabel atau perubahan nilai/satuan BMN dalam Buku Barang Intrakomptabel;
c) Perubahan Kondisi, merupakan pencatatan perubahan kondisi BMN; d) Revaluasi, merupakan transaksi perubahan nilai BMN yang dikarenakan
adanya nilai baru dari BMN yang bersangkutan sebagai akibat dari pelaksanaan penilaian BMN.
4) Penghapusan BMN.
a) Penghapusan, merupakan transaksi untuk menghapus BMN dari pembukuan berdasarkan suatu Surat Keputusan Penghapusan.
b) Tranfer Keluar, merupakan transaksi penyerahan BMN ke Kuasa Pengguna Barang lain dari satu Pengguna Barang atau ke Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang lainnya.
c) Hibah, merupakan transaksi penyerahan BMN yang disebabkan oleh pelaksanaan hibah atau yang sejenis dari luar Pemerintah Pusat.
d) Reklasifikasi Keluar, merupakan transaksi BMN kepada pihak lain ke dalam penggolongan dan kodefikasi BMN yang lain. Transaksi ini berkaitan dengan transaksi reklasifikasi masuk.
c. Penggolongan dan Kodefikasi BMN
Penggolongan dan kodefikasi BMN didasarkan pada ketentuan tentang penggolongan dan kodefikasi BMN yang berlaku. Pada pembukuan BMN, barang dapat diklasifikasikan ke dalam : golongan, bidang, kelompok, sub kelompok dan subsub kelompok. Apabila terdapat BMN yang belum terdaftar pada ketentuan tersebut, agar menggunakan klasifikasi dan kode barang yang mendekati jenis dan/atau fungsinya. Tatacara penggolongan dan kodefikasi BMN diatur dalam Lampiran VI Peraturan Menteri Keuangan ini.
d. Nomor Urut Pendaftaran (NUP)
Nomor Urut Pendaftaran adalah nomor yang menunjukkan urutan pendaftaran BMN pada Buku Barang, Buku Barang Bersejarah, dan DBKP per subsub kelompok BMN, disusun berdasarkan urutan perolehan.
e. Satuan Barang
Satuan barang dalam pembukuan BMN menggunakan satuan yang terukur dan baku. Tatacara penggunaan satuan barang diatur dalam Lampiran VI Peraturan Menteri Keuangan ini.
f. Kapitalisasi BMN
Penentuan nilai kapitalisasi dalam pembukuan BMN mengacu pada Lampiran VII Peraturan Menteri Keuangan ini. Penerapan kapitalisasi dalam pembukuan BMN, mengakibatkan Buku Barang dibagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu:
1) Buku Barang Intrakomptabel, mencakup BMN berupa aset tetap yang memenuhi kriteria kapitalisasi dan seluruh BMN yang diperoleh sebelum berlakunya kebijakan kapitalisasi, dan BMN yang diperoleh melalui transaksi Transfer Masuk/Penerimaan dari pertukaran/ pengalihan masuk serta BMN yang dipindahbukukan dari Buku Barang Ekstrakomptabel pada saat nilai akumulasi biaya perolehan dan nilai pengembangannya telah mencapai batas minimum kapitalisasi.
2) Buku Barang Ekstrakomptabel, mencakup BMN berupa aset tetap yang tidak memenuhi kriteria kapitalisasi.
Barang Bersejarah (heritage assets) dibukukan dan dilaporkan dalam kuantitasnya dan tanpa nilai karena nilai kultural, lingkungan, pendidikan, dan sejarahnya tidak mungkin secara penuh dilambangkan dengan nilai keuangan berdasarkan harga pasar maupun harga perolehannya;
Biaya untuk perolehan, konstruksi, peningkatan dan rekonstruksi harus dibebankan sebagai belanja tahun terjadinya pengeluaran tersebut, tidak dikapitalisasi menjadi nilai barang atau penambah nilai barang. Biaya tersebut
termasuk seluruh biaya yang berlangsung untuk menjadikan aset bersejarah tersebut dalam kondisi dan lokasi yang ada pada periode berjalan. BMN yang memenuhi kriteria aset bersejarah (heritage assets) dibukukan dalam Buku Barang Bersejarah dan Daftar Barang Bersejarah.
g. Penentuan Kondisi BMN
Penentuan kondisi BMN mengacu kepada Lampiran VII Peraturan Menteri Keuangan ini. Kriteria kondisi BMN terdiri dari Baik (B), Rusak Ringan (RR), dan Rusak Berat (RB).
h. Kode Lokasi
Kode Lokasi adalah kode yang dipergunakan untuk mengidentifikasi unit penanggung jawab penatausahaan BMN. Kode ini terdiri dari 16 (enam belas) angka yang memuat kode UPPB, UPPBE1, UPPBW, dan UPKPB. Tatacara pemberian Kode Lokasi diatur dalam Lampiran VI Peraturan Menteri Keuangan ini. Organisasi penatausahaan BMN yang tidak menguasai bagian anggaran atau yang mengelola dana sendiri (swadana), menggunakan kode khusus dengan persetujuan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.
i. Kode Barang
Kode Barang terdiri dari golongan, bidang, kelompok, sub kelompok dan subsub kelompok, dengan susunan sebagaimana diatur dalam Lampiran VI Peraturan Menteri Keuangan ini.
j. Kode Registrasi
Kode Registrasi adalah kode yang terdiri dari Kode Lokasi ditambah dengan tahun perolehan dan Kode Barang ditambah dengan nomor urut pendaftaran. Kode registrasi merupakan tanda pengenal BMN dengan susunan sebagaimana diatur dalam Lampiran VI Peraturan Menteri Keuangan ini.
Contoh:
Pada Periode Akuntansi 2006 Kantor Pusat Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Departemen Keuangan (kode kantor 411792.000) melakukan pembelian Komputer Note Book. Pada saat perolehan barang tersebut nomor pencatatan terakhir untuk Note Book yang dikuasai satuan kerja yang bersangkutan adalah 000040. Berdasarkan hal tersebut UPKPB dapat memberikan tanda pada Note Book tersebut sebagai berikut :
015 10 00 411792 000 2006 2 12 01 02 003 000041
Pada umumnya BMN berupa persediaan dan Konstruksi Dalam Pengerjaan tidak memerlukan kode registrasi barang.
k. Persediaan
1) Persediaan dicatat dalam Buku Persediaan untuk setiap jenis barang.
2) Laporan Persediaan disusun berdasarkan saldo per jenis persediaan pada Buku Persediaan, menurut Subkelompok Barang dan dilaporkan setiap akhir periode pelaporan (semesteran dan tahunan) berdasarkan saldo akhir per Subkelompok barang pada buku persediaan. Khusus untuk laporan tahunan, saldo akhir persediaan didasarkan pada hasil opname fisik.
3) Penyajian perkiraan persediaan dalam Neraca didasarkan pada hasil proses mapping klasifikasi BMN sesuai Keputusan Menteri Keuangan yang mengatur tentang penggolongan dan kodefikasi barang.
l. Keluaran dari proses pembukuan tingkat UPKPB
Dokumen yang dihasilkan dari proses pembukuan BMN tingkat UPKPB :
1) Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP), meliputi DBKP Persediaan, DBKP Tanah, DBKP Gedung dan Bangunan, DBKP Peralatan dan Mesin (DBKP Alat Angkutan Bermotor, DBKP Alat Besar, DBKP Alat Persenjataan, dan DBKP Peralatan lainnya), DBKP Jalan, Irigasi, dan Jaringan, DBKP Aset Tetap lainnya, DBKP Konstruksi Dalam Pengerjaan, DBKP Barang Bersejarah, dan DBKP Aset Lainnya.
2) Buku Barang dan Kartu Identitas Barang, meliputi Buku Barang Intrakomptabel, Buku Barang Ekstrakomptabel, Buku Barang Bersejarah, Buku Barang Persediaan, Buku Barang Konstruksi Dalam Pengerjaan, Kartu Identitas Barang (KIB) (KIB Tanah, KIB Bangunan Gedung, KIB Bangunan Air, KIB Alat Angkutan Bermotor, KIB Alat Besar Darat, KIB Alat Persenjataan), Daftar Barang Ruangan, Daftar Barang Lainnya, dan Buku PNBP.
m. Prosedur Pembukuan
1) Proses pertama kali, meliputi membukukan dan mencatat semua BMN yang telah ada sebelum diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan ini ke dalam Buku Barang dan/atau Kartu Indentitas Barang, menyusun dan mendaftarkan semua BMN yang telah ada sebelum diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan ini ke dalam DBKP, dan meminta pengesahan DBKP pertama kali kepada penanggung jawab UPKPB
2) Proses rutin
a) Membukukan dan mencatat data transaksi BMN ke dalam Buku Barang Intrakomptabel, Buku Barang Ekstrakomptabel, Buku Barang Bersejarah, Buku KDP dan Buku Persediaan berdasarkan dokumen sumber.
b) Membukukan dan mencatat semua barang dan perubahannya atas perpindahan barang antar lokasi/ruangan ke dalam Daftar Barang Ruangan (DBR) dan/atau Daftar Barang Lainnya (DBL).
d) Membukukan dan mencatat perubahan kondisi barang ke dalam Buku Barang Intrakomptabel, Buku Barang Ekstrakomptabel dan Buku Barang Bersejarah berdasarkan dokumen sumber.
e) Membukukan dan mencatat PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN yang berada dalam penguasaannya kedalam Buku PNBP.
f) Mengarsipkan dokumen penatausahaan dan dokumen kepemilikan BMN secara tertib.
3) Proses Bulanan, yaitu melakukan rekonsiliasi data transaksi BMN dengan UAKPA dan/atau pejabat pembuat komitmen.
4) Proses Semesteran, meliputi mencatat setiap perubahan data BMN kedalam DBKP berdasarkan data dari Buku Barang dan KIB, meminta pengesahan DBKP kepada penanggung jawab UPKPB, dan melakukan rekonsiliasi atas DBKP dengan DBMNKD pada KPKNL, jika diperlukan.
5) Proses Akhir Periode Pembukuan, meliputi menginstruksikan kepada setiap
Penanggungjawab Ruangan untuk melakukan pengecekan ulang kondisi BMN yang berada di ruangan masingmasing, mencatat perubahan kondisi
BMN yang telah disahkan oleh
Penanggungjawab Ruangan ke dalam DBKP serta Buku Barang dan KIB, dan melakukan proses back up data dan tutup tahun.
6) Proses Lainnya, yaitu membukukan dan mencatat hasil inventarisasi ke dalam Buku Barang dan/atau Kartu Identitas Barang.
2. Tingkat UPPBW.
UPPBW melaksanakan proses pembukuan atas dokumen sumber dalam rangka menghasilkan data transaksi BMN, Laporan BMN dan laporan manajerial lainnya termasuk yang dananya bersumber dari anggaran pembiayaan dan perhitungan. UPPBW Dekonsentrasi/UPPBW Tugas Pembantuan harus melaksanakan proses pembukuan atas dokumen sumber dalam rangka menghasilkan data transaksi BMN, Laporan BMN dan laporan manajerial lainnya atas perolehan BMN yang dananya bersumber dari Dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan.
a. Dokumen Sumber.
UPPBW termasuk UPPBW Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan melakukan proses pembukuan dokumen sumber dan verifikasi BMN. Dokumen sumber yang digunakan dalam proses pembukuan BMN pada tingkat UPPBW adalah sebagai berikut :
1) Saldo Awal, adalah berupa DBPW dan LBPW periode sebelumnya, dan DBKP, LBKP BMN, laporan mutasi BMN, laporan kondisi barang, dan laporan inventarisasi BMN dari UPKPB.