• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANGGULANGAN BAHAYA LONGSOR PERIODIK DI DUSUN WAILAWA DESA TAWIRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENANGGULANGAN BAHAYA LONGSOR PERIODIK DI DUSUN WAILAWA DESA TAWIRI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

162

PENANGGULANGAN BAHAYA LONGSOR PERIODIK DI DUSUN

WAILAWA DESA TAWIRI

Felix Charlos Johnlow Kastanya1, Ferat Puturuhu2 1Universitas Kristen Indonesia Maluku

2Universitas Pattimura Email: felixchjkastanya@gmail.com

ABSTRAK

Posisi Dusun Wailawa Desa Tawiri dikelilingi oleh lereng dan daerah aliran sungai yang memberikan potensi bencana setiap tahunnya terutama pada musim penghujan. Bencana berupa tanah longsor senantiasa mengancam warga yang memanfaatkan lereng gunung sebagai upaya pembangunan rumah tinggal dengan cara momotong kaki lereng. Hasil potongan terhadap kaki lereng tersebut membuat dinding lereng menjadi terbuka dan mudah longsor akibat tererosi oleh air hujan yang mengalir melalui bagian atas lereng dan bergerak menuruni badan lereng, sehingga terjadi longsor secara parsial yang dapat berubah menjadi massif. Lereng yang dipotong juga dimanfaatkan oleh perangkat desa untuk meletakan papan pengumuman yang tidak permanen sehingga mudah roboh atau rusak karena pengaruh hujan maupun tiupan angin. Untuk mengatasi masalah tersebut dilaksankan pengabdian kepada masyarakat dengan membuat perkerasan pada bagian atas lereng yang disertai dengan penanaman stek pohon gamal pada bagian atas lereng yang dicoor dan penanaman stek pohon gamal pada bagian lereng diatasnya. Perkerasan diterapkan juga pada kaki lereng, dan pada badan lereng dibuat dinding penahan tanah yang berfungsi untuk menahan tanah sekaligus berfungsi sebagai papan pengumuman. Untuk mengamankan papa pengumuman tersebut dibuat rumah tidak permanen yang berfungsi juga sebagai pos jaga bagi masyarakat. Dalam rangka meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang bahaya longsor dan cara penanganannya, maka Sssialisasi dilakukan pada dua lokasi berbeda dengan jumlah peserta dibatasi lima belas peserta. Hasil pengabdian menunjukan Penanaman pohon gamal berupa stek pada daerah lereng yang memliki potensi longsor bervariasi dengan ketinggian 25cm sampai dengan 200cm, Perkerasan pada bagian atas lereng yang memiliki potensi longsor terbentuk dengan lebar 30cm – 50cm dan panjang 15 sampai 20m Dinding pengaman lereng yang memiliki fungsi ganda sesuai permintaan mitra terbentuk dengan ketinggian bervariasi

(2)

163

40 cm sampai 150cm. Terlaksananya sosialisasi tentang bahaya longsor dan penanganannya pada 2 lokasi yang berbeda dengan kenaikan tingkat pemahaman sebesar 32.5%

(3)

164

PENDAHULUAN

Dusun Wailawa RT 003/004, Desa Tawiri sebelah utara maupun barat diapit oleh gunung Kohara merupakan sapaan umum masyarakat pada lokasi tersebut,(Kastanya & Lewaherilla, 2017) walaupun ketinggian dari gunung ini dapat diklasifikasikan sebagai bukit yang berhubungan langsung dengan gunung kadera sebagai batas Desa Tawiri. Pada sisi Timur Dusun Wailawa berbatasan dengan sungai Wailawa, di mana Sungai Wailawa juga menerima air limpasan melalui avur atau sungai musiman (sungai yang mengalir saat hujan) yang ada pada bagian-bagian tertentu dari lereng gunung Kohara.

Peningkatan muka air tanah yang cepat merupakan salah satu pemicu longsoran.(Hardiyatmo, 2006a) Hal ini juga yang sering terjadi pada lereng gunung kohara, di mana pada bagian-bagian tertentu tidak stabil sehingga pada musim hujan lereng tersebut mudah bergerak atau longsor. Pada kaki lereng gunung penduduk juga membangun rumah mereka dan untuk memperoleh lokasi yang agak luas dilakukan pemotongan kaki lereng, sehingga potensi longsoran juga semakin tinggi. Pada sisi lain kebutuhan memasak oleh penduduk sekitar masih menggunakan kayu bakar dengan cara menebang pohon-pohon pada daerah lereng. Penebangan pohon-pohon pada lereng cenderung mematikan akar-akar pohon yang berfungsi sebagai angker guna menghindari erosi dangkal,(Hardiyatmo, 2006b) kondisi ini juga merupakan salah satu pemicu terjadinya kelongsoran pada lereng

Kondisi daerah datar yang sangat terbatas memaksa warga memotong kaki lereng untuk penambahan lokasi guna pembuatan rumah tinggal juga dipengaruhi oleh cekungan air tanah sungai Wailawa. cekungan air tanah (CAT) adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian hidrologis, seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air tanah berlangsung.(Kodoatie, 2012) Batasan daerah datar arah timur terhadap sungai Wailawa inilah yang memaksa masyarakat harus memotong kaki lereng untuk membangun rumah mereka

Mitra adalah warga desa Tawiri RT 003/RW 004 yang tinggal pada sekitar lokasi gunung Kohara, dimana sebagaian mitra membangun rumah sangat dekat dengan sungai (kali) Wailawa sehingga rentan terhadap bahaya banjir, dan sebagian

(4)

165

mitra membangun rumah pada kaki lereng gunung kohara, maupun melakukan pemotongan kaki lereng untuk pembangunan rumah atau perluasan rumah mereka. Masalah mendesak yang diharapkan mitra untuk diselesaikan adalah melakukan pengamanan terhadap lereng yang rawan longsor dalam bentuk upaya pencegahan awal yaitu penanaman pohon gamal sebagai tiang penahan yang dicor dengan tinggi 25cm untuk mengalirkan air kearah lain sehingga tidak mengalir melalui badan lereng yang telah dipotong, membuat pengecoran pada bagian lain yang dipotong selanjutnya ditutupi dengan zeng, sehingga memiliki tiga fungsi sebagai papan pengumuman mitra, pengaman dinding lereng yang telah dipotong, serta dapat berfungsi sebagai pos jaga, dan peningkatan pengetahuan berupa sosialisasi tentang bahaya longsor serta langkah-langkah mengantisipasinya.

Tujuan

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat stimulus ini adalah: a. Melakukan penanaman pohon gamal berupa stek pada daerah lereng yang memliki

potensi longsor

b. Membuat perkerasan pada bagian atas lereng yang memiliki potensi longsor c. Membuat dinding pengaman yang memiliki fungsi ganda sesuai permintaan mitra d. Membuat sosialisasi tentang bahaya longsor dan penanganannya

Sasaran Kegiatan

Sasaran kegiatan ini adalah meningkatkan kekuatan lereng-lereng alam, yaitu lereng alam yang terganggu di lokasi mitra dan memiliki potensi longsor dengan cara lereng tersebut di tanami stek pohon gamal dan sebagian diperkeras dengan beton pada bagian lereng atas yang juga berfungsi memperkuat stek pohon gamal sehingga tidak mudah tercabut serta mengalirkan air kearan lain menjauhi diding lereng yang dipotong mitra, juga melakukan pengecoran pada kaki lereng. Membuat papan

pengumuman dari beton, di mana pada lokasi mitra khusus lereng yang dipotong

mitra untuk membuat papan pengumuman, di lakukan pengecoran untuk menahan dinding tanah, sehingga dinding penahan tersebut juga berfungsi sebagai papan pengumuman atau papan informasi permanen, dan untuk mengamankan dinding yang memiliki fungsi juga sebagai papan pengumuman/informasi diberi penutup atap pada bagian atas berupa zeng sehingga membentuk rumah pelindung sederhana yang juga berfungsi sebagai pos kamling. Peningkatan pengetahuan mitra, yakni melakukan

(5)

166

sosialisasi tentang bahaya longsor serta langkah-langkah penanganannya.

METODE

Untuk mencapai tujuan pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut:

I. Untuk kegiatan peningkatan kekuatan lereng terhadap bahaya longsor dilakukan atas 3 tahap yaitu:

a. Tahap persiapan

Tahap persiapan terdiri atas: pengukuran dan penetapan kembali lokasi lereng yang akan ditingkatkan kekuatannya. Pengukuran dilaksanakan bersama mahasiswa dan pihak RT dalam hal ini sekretaris RT bersama yang selanjutnya disetujui oleh ketua RT untuk dilaksanakan perkerasan

b. Tahap pelaksanaan

Pelaksanaan perkerasan dilakukan setelah pengumpulan bahan pelaksanaan terkumpul dilokasi masing-masing. Bahan yang dimaksud terdiri atas bahan perkerasan dan dan bahan penunjang. Bahan penunjang merupakan bahan yang akan digunakan untuk membantu proses pembentukan perkerasan dan proses pencapaian kekuantan perkerasan.

Bahan perkerasan diarahkan untuk memenuhi kekuatan perkerasan sesuai ketentuan beton normal.(Indonesia & Nasional, 2013) Bahan perkerasan meliputi aggregate kasar dan halus yaitu kerikil dan pasir 60-70%, semen sebagai bahan aktif ditambah air 25-30%, (Mulyono, 2005) dengan menggunakan berat semen 325 kg/kubik untuk beton yang berada diluar ruangan mengalami basah dan kering silih berganti.(Uji & Beton, 1994)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan perkerasan sesuai persetujuan ketua RT dilaksanakan pada 3 lokasi di dusun Wailawa 2 RT003/RW004 dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 1. Langkah I Tahapan Persiapan dan Pelaksanaan

(6)

167

Tim bersama mitra melakukan pengukuran terhadap lokasi penerapan ipteks (lokasi longsor maupun lereng yang dipotong mitra)

Meter Rol, Meter Tangan, Waterpass, Camera, Papan Sketsa, Kertas dan Pena Tim memproduksi gambar kerja yang akan diterapkan Labtop, Program Autocad

Tabel 2. Langkah II Tahapan Persiapan dan Pelaksanaan

Langkah II Alat dan bahan

Tim bersama pekerja (pembantu pelaksanan pengabdian melaksanakan pembersihan terhadap lokasi yang akan diterapkan)

Cangkul, Sekop, Karung, kamera

Tim bersama pembantu pelaksanan pengabdian melakukan penimbangan permukaan lokasi lereng yang dipotong untuk penentuan tinggi papan informasi dan tinggi bangunan pos siskamling

Kayu Bakesting, Selang Timbang, Benang Tukang

Tim bersama pembantu pelaksanan pengabdian melaksanakan penanaman stek pohon gamal

Stek pohon gamal, linggis, kamera

Tim bersama pembantu pelaksanan pengabdian melaksanakan pembuatan dinding penahan tanah yang berfungsi juga sebagai papan informasi. Diatas papan informasi dibuat penutup dari zeng gelombang sehingga berfungsi juga sebagai pos jaga(kamling)

Papan , Kayu 5/7 untuk bakesting, Kayu 5/7 untuk tiang dan kuda-kuda, Zeng gelombang 10 lembar, Paku 7 cm, Benang tukang, Semen, Pasir , Batu kerikil , Air, Logo UKIM, Logo RISET DIKTI, Trofol, Sekop, Cangkul, Bakul/Karung Tim melakukan pengecoran pada bagian atas lereng dan

kaki lereng yang dipotong disertai penanaman stek pohon gamal (hanya pada lokasi yang terdapat rumah mitra)

Papan, Kayu 5/7 untuk bakesting, Paku 7 cm, Benang tukang, Semen, Pasir, Batu kerikil , Air, Trofol, Sekop, Cangkul, Bakul/Karung, zeng

Tabel 3. Langkah III Tahapan Persiapan dan Pelaksanaan

Langkah III Alat dan bahan

Pelaksanaan proses pemeliharaan dinding pengaman yang juga menjadi papan informasi mitra

Ember atau Gayung, Air

Tabel 4. Langkah IV Tahapan Persiapan dan Pelaksanaan

(7)

168

Pelaksanaan proses Sosialisasi Materi sosialisasi, Infocus mini, Daftar hadir, Kamera, Perlengkapan pencegahan corona

Properties dari kegiatan yang dilakukan selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut: Pada lokasi 1 yaitu lereng gunung antara keluarga Bpk Elias Titing dan Keluarga Bpk Erenst Puturuhu (Sekretaris RT): dibuat (a) dinding pengaman kaki lereng setinggi 40 cm sepanjang 6 meter (b) dinding pengaman lereng setinggi 1.5 meter dengan panjang 3 meter (c) bangunan pengaman tidak permanen untuk melindungi dinding pengaman lereng dan (d) pengecoran dan penanaman stek pohon gamal dengan tinggi bervariasi 30 cm sampai 200 cm sepanjang pinggiran (tepi) lereng bagian atas dan daerah lereng (e) dinding pengaman tersebut juga berfungsi untuk papan informasi bagi warga Dusun Wailawa RT003/004 Desa (Negeri) Tawiri.

Pada lokasi 2 yaitu Lereng belakang Rumah Keluarga Ibu Dorenci Tepal dilaksanakan pengecoran dan penanaman stek pohon gamal sepanjang pinggiran (tepi) lereng bagian atas dengan panjang 10 meter dan lebar 30 sampai 50 cm, sedangkan panjang stek pohon gamal 25 sampai 50 cm.

Pada lokasi 3 yaitu lereng belakang rumah keluarga Bapak Daniel Parenussa dilaksanakan penanaman stek pohon gamal sepanjang pinggiran (tepi) lereng bagian atas dengan panjang stek pohon gamal 25 sampai 200 cm hingga ke arah puncak gunung, dan pengecoran pada daerah atas tepi lereng yang dipotong dengan ukuran panjang 15 meter dan lebar 30 sampai 50 cm. pada bagian kaki lereng belakang rumah warga yang longsor dibuat dinding pengaman kaki lereng setinggi 70 cm sepanjang 10 meter dengan cara dicoor.

c. Tahap pemeliharaan

Yang dimaksudkan dengan tahap pemeliharaan adalah bentuk penyiraman air untuk memelihara beton yang akan dimanfaatkan sebagai dinding pengumuman atau dinding informasi. Hal ini disebabkan dinding ini tidak lagi berhubungan dengan udara secara langsung sehingga saat hujan air tidak dapat merendam beton tersebut, maka dilakukan penyiraman atau dalam istilah beton dikenal dengan nama curing time. Pemeliharaan dilakukan oleh warga yang tinggal disekitar lokasi papan informasi

(8)

169

tersebut

II. Pelaksanaan Sosialisasi

Kegiatan akhir dari pengabdian ini adalah melakukan sosialisasi tentang bencana longsoran dan penanganannya. Untuk kegiatan sosialisasi dibagi pada dua lokasi untuk membatasi jumlah peserta mengingat kondisi PSBB karena pandemic korona yang masih berlangsung di kota Ambon.

Tabel 5. Penjelasan Kondisi dan Dokumentasi lokasi 1

Penjelasan kondisi Dokumentasi

1. Lokasi awal sebelum dilaksanakan program pengabdian kepada masyarakat stimulus

2. Peninjauan awal dan survey

3. Penanaman stek pohon gamal dan pelepasan papan pengecoran, persiapan plesteran, pengecoran dasar lokasi dinding

(9)

170

1. Dinding penahan tanah yang sekaligus berfungsi sebagai papan informasi Dusun Wailawa

2. Rumah Pelindung papan informasi berfungsi juga sebagai pos kamling 3. Kondisi akhir PKMS

Tabel 6. Penjelasan Kondisi dan Dokumentasi lokasi 2

Penjelasan kondisi Dokumentasi

1. Lokasi awal sebelum dilaksanakan program pengabdian kepada masyarakat stimulus

2. Peninjauan awal dan survey

1. Pengamanan dengan seng gelombang perkerasan lereng bagian atas

2. Penanaman stek gamal

(10)

171

Campuran sisa digunakan untuk memperbaiki tangga dari rumah keluarga ibu Dorenci. Bagian ini menghubungkan bagian belakang rumah keluarga tesebut yang merupakan lereng yang dipotong

Tabel 7. Penjelasan Kondisi dan Dokumentasi lokasi 3

Penjelasan kondisi Dokumentasi

1. Lokasi awal sebelum dilaksanakan program pengabdian kepada masyarakat stimulus

2. Peninjauan awal dan survey

1. Pengecoran dinding penahan tanah dan kayu serta papam yang digunakan tidak dilepas lagi hingga papan tersebut rusak atau dapat dimanfaatkan oleh keluarga terdampak

2. Kondisi akhir dinding pengaman

Pengecoran dinding bagian atas dan penanman pohon gamal

(11)

172

Campuran beton sisa digunakan untuk memperbaiki selasar rumah keluarga terdampak Bpk Dani Parinussa

Tabel 9. Penjelasan Kondisi dan Dokumentasi Sosialisasi

Penjelasan kondisi Dokumentasi

Pelaksanaan sosialisasi dilaksanaakan pada rumah keluarga Bpk Leo Puturuhu

Presentasi materi oleh Dr. Ferad Puturuhu, SP. M. Si

(12)

173

Kondisi pengecekan tingkat pemahaman masyarakat (test)

Pelaksanaan sosialisasi dilaksanaakan pada rumah keluarga ibu Neltje Ninkeula

Kondisi pengecekan tingkat pemahaman masyarakat (test)

Dengan diamankannya lereng dan kaki lereng melalui perkerasan dan penanaman stek pohon gamal serta pelaksanaan sosialisasi, maka dampak yang dapat dirasakan oleh mitra adalah:

1. Kerugian material maupun jiwa akibat longsoran tanah yang menimpa mitra dapat diminimalisir maupun dihindari

2. Terjadi Peningkatan Pemahaman mitra yang ditunjukan oleh hasil pemeriksaan test awal dan test akhir sebelum pelaksanaan sosialisasi dan sesudah pelaksanaan sosialisasi ditunjukan dengan perhitungan sebagai berikut: (1) jumlah jawaban benar bernilai 42, jumlah jawaban salah bernilai 78 terhadap 4 pertanyaan pilihan ganda, sehingga diketahui jawaban benar adalah 35% dan 65% jawaban salah dari 30 peserta yang mengikuti test awal atau pree test. Setelah sosialisasi pertanyaan yang sama diedarkan kembali dan diperoleh hasil: (2) jumlah jawaban benar bernilai 69, jumlah

(13)

174

jawaban salah bernilai 39 terhadap 4 pertanyaan pilihan ganda, sehingga diketahui jawaban benar adalah 57.5% dan 32.5% jawaban salah dari 30 peserta yang mengikuti test awal atau pree test. Hasil analisis menunjukan jawaban salah awal sebelum sosialisasi dan sesudah sosialisasi yang menjawab salah sebesar 65% - 32.5%. Kondisi ini menunjukan terjadi tingkat pemahaman terhadap materi sosialisasi meningkat sebesar 32.5%

Kontribusi Mitra Terhadap Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan kegiatan PKM, kontribusi yang diberikan mitra adalah: 1. Lokasi penyimpanan barang (gudang) disediakan oleh mitra

2. Untuk pemeliharaan dinding pengaman lereng yang dimanfaatkan mitra sebagai papan informasi dilakukan penyiraman oleh mitra hingga papan tersebut siap digunakan

3. Pengecatan dinding informasi dan pemberian nama terhadap papan informasi dilakukan dengan biaya yang dikeluarkan oleh mitra

4. Lokasi pelaksanaan sosialisasi disumbangkan oleh mitra dan penyediaan kelengkapan seperti kursi maupun meja di siapkan oleh mitra

5. Mitra berpartisipasi hadir dalam acara sosialisasi dari awal hingga selesai dan bersedia dipecahkan menjadi 2 grup yang direncanakan awal 30 peserta, walaupun saat kegiatan ada juga anak-anak yang ikut disekitar lokasi sosialisasi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

a. Penanaman pohon gamal berupa stek pada daerah lereng yang memliki potensi longsor bervariasi dengan ketinggian 25cm sampai dengan 200cm

b. Perkerasan pada bagian atas lereng yang memiliki potensi longsor terbentuk dengan lebar 30cm – 50cm dan panjang 15 sampai 20m

c. Dinding pengaman lereng yang memiliki fungsi ganda sesuai permintaan mitra terbentuk dengan ketinggian bervariasi 40 cm sampai 150cm

d. Terlaksananya sosialisasi tentang bahaya longsor dan penanganannya pada 2 lokasi yang berbeda dengan kenaikan tingkat pemahaman meningkat sebesar 32.5%

Saran

a. Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut harus diperhitungkan dan dipertimbangkan musim – musim yang terjadi di setiap daerah sebab dapat mempengaruhi waktu pelaksanaan pekerjaan.

b. Pada lokasi daerah Wailawa RT003/RW004 masih terdapat lereng alam yang dipotong untuk kebutuhan tempat tinggal warga tetapi belum terlindungi secara penuh, sehingga perlu diadakan kegiatan-kegiatan PKM seperti ini untuk membantu masyarakat

c. Tingkat pemahaman sosialisasi mencapai 32,5% hal ini menunjukan bahwa perlu dilakukan sosialisasi-sosialisasi lagi sehingga kemampuan tingkat penyerapan informasi dapat menjadi lebih baik

(14)

175

DAFTAR PUSTAKA

Hardiyatmo, H. C. (2006a). Mekanika Tanah I (Keempat). Gadjah Mada University Press. Hardiyatmo, H. C. (2006b). Penanganan Tanah Longsor & Erosi (Pertama). Gadjah Mada

University Press.

Indonesia, S. N., & Nasional, B. S. (2013). Persyaratan beton struktural untuk bangunan gedung.

Kastanya, F. C. J., & Lewaherilla, N. M. Y. (2017). Penelitian Dosen Pemula Riset Dikti. Kodoatie, R. J. (2012). Tata Ruang Air Tanah (Pertama). ANDI OFFSET.

Mulyono, T. (2005). Teknologi Beton. ANDI.

Gambar

Tabel 2. Langkah II Tahapan Persiapan dan Pelaksanaan
Tabel 6. Penjelasan Kondisi dan Dokumentasi lokasi 2
Tabel 7. Penjelasan Kondisi dan Dokumentasi lokasi 3
Tabel 9. Penjelasan Kondisi dan Dokumentasi Sosialisasi

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Kepuhrsan Kepala Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga tentang Persetujuan

[r]

Butir soal yang sudah melalui analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan efektivitas pengecoh kemudian dapat dijadikan dasar untuk

Virtual Server adalah teknologi server side tentang sistem operasi dan software yang memungkinkan sebuah mesin dengan kapasitas besar di bagi ke beberapa virtual mesin. Tiap

menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. Batasan

Penyusun asam amino, protein, asam nukleat, klorofil, hormon, dan enzim. Pertumbuhan terhambat, daun pucat

Dilihat dari aspek ekonomis secara rata-rata selama tahun 2007 sampai 2011 pemerintah kabupaten Gresik berada pada kriteria yang tidak ekonomis karena hasil perhitungannya

Dapat menjadikan tambahan informasi yang berguna bagi perusahaan, sehingga perusahaan dapat menerapkan strategi apa saja yang tepat dalam menghadapi permasalahan yang ada