• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perdagangan di masyarakat telah berkembang sangat pesat. Hal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perdagangan di masyarakat telah berkembang sangat pesat. Hal"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kegiatan perdagangan di masyarakat telah berkembang sangat pesat. Hal tersebut dipengaruhi salah satunya dengan berkembangnya teknologi yang berbasis internet yang dikenal dengan nama commerce. Perkembangan e-commerce tidak terlepas dari laju pertumbuhan internet karena e -e-commerce berjalan melalui jaringan internet.

Pertumbuhan pengguna internet yang sedemikian pesatnya merupakan suatu kenyataan yang membuat internet menjadi salah satu media yang efektif bagi perusahaan maupun perseorangan untuk memperkenalkan dan menjual barang atau jasa kepada konsumen dari seluruh dunia. E-commerce merupakan model bisnis modern yang non-fice (tidak menghadirkan pelaku bisnis secara fisik) dan non-sign (tidak memakai tanda tangan asli).

Internet membawa perekonomian dunia memasuki babak baru yang lebih populer dengan istilah digital economic atau ekonomi digital1. Keberadaannya ditandai dengan semakin maraknya kegiatan perekonomian yang memanfaatkan internet sebagai media komunikasi, kolaborasi dan kooperasi. Perdagangan misalnya, semakin banyak mengandalkan perdagangan elektronik / electronic commerce (e-commerce) sebagai media transaksi dan di perkirakan pada

1

Richardus Eko Indrajit, 2001, E-Commerce : Kiat dan Strategi Bisnis Di Dunia Maya, Jakarta, PT.Elex Media Komputindo, hal. 33

(2)

tahun 2003 lebih dari 95 persen dari seluruh kegiatan internet merupakan kegiatan perdagangan.2

Menurut World Trade Organization (WTO), cakupan e-commerce meliputi bidang produksi, distribusi, pemasaran, penjualan dan pengiriman barang dan atau jasa melalui elektronik, sedangkan OECD (Organization For Economic Cooperation and Development) menjelaskan bahwa e-commerce adalah transaksi berdasarkan proses dan transmisi data secara elektronik. Selain dari dua lembaga internasional tersebut, Alliance for Global Business, suatu asosiasi di bidang perdagangan terkemuka mengartikan e-commerce sebagai seluruh transaksi nilai yang melibatkan transfer informasi, produk, jasa atau pembayaran melalui jaringan elektronik sebagai media.3

Sebagai suatu perdagangan yang berbasis teknologi canggih, e-commerce telah mereformasi perdagangan konvensional dimana interaksi antara konsumen dan perusahaan yang sebelumnya dilakukan secara langsung menjadi interaksi yang tidak langsung. E-commerce telah merubah paradigma bisnis klasik dengan menumbuhkan model-model interaksi antara produsen dan konsumen di dunia virtual. Sistem perdagangan yang dipakai dalam E-commerce dirancang untuk menandatangani secara elektronik. Penandatanganan elektronik ini dirancang mulai dari saat pembelian, pemeriksaan dan

2

Andi Waluyo, 2001, “E-commerce di Dunia Maya”, URL : http://www.Kompas.com, diakses tanggal 10 Juni 2015

3

Ade Maman Suherman, 2002, Aspek Hukum Dalam Ekonomi Global, Jakarta, Ghalia Indonesia, hal. 179

(3)

pengiriman.4

Karena itu ketersediaan informasi yang benar dan akurat mengenai konsumen dan perusahaan dalam E-commerce merupakan suatu persyaratan mutlak. Permasalahan akibat liberalisasi perdagangan melalui internet tampil ke permukaan dalam bentuk pengaduan/komplain dari konsumen atas barang atau jasa yang dikonsumsinya.

Perkembangan transaksi e-commerce menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan, tidak saja di negara – negara maju tetapi juga di negara-negara berkembang, khususnya Indonesia. Banyak keuntungan yang ditawarkan e-commerce yang sulit atau tidak dapat diperoleh melalui cara- cara transaksi konvensional. Pada dasarnya, keuntungan penggunaan e-commerce dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yakni keuntungan bagi pedagang dan keuntungan bagi pembeli.

Menurut Joseph Luhukay (Presiden Director, Capital Market Society) sebagaimana dikutip oleh majalah Info komputer edisi Oktober 1999, keuntungan bagi pedagang (merchant) antara lain :

1. Dapat digunakan sebagai lahan untuk menciptakan pendapatan (revenue generation) yang sulit atau tidak dapat diperoleh melaluai cara konvensional, seperti memasarkan langsung produk atau jasa, menjual informasi, iklan (baner), membuka cybermall, dan sebagainya;

2. Menurunkan biaya operasional. Berhubungan langsung dengan pelanggan

4

Abdul Halim Barkatullah dan Teguh Prasetyo, 2005, Bisnis E-Commerce, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, hal. 7

(4)

melalui internet dapat menghemat kertas dan biaya telepon, tidak perlu menyiapkan tempat ruang pamer (outlet), staf operasional yang banyak, gudang yang besar dan sebagainya;

3. Memperpendek product cycle dan management supplier. Perusahaan dapat memesan bahan baku atau produk supplier langsung ketika ada pemesanan sehingga perputaran barang lebih cepat dan tidak perlu gudang besar untuk menyimpan produk – produk tersebut;

4. Melebarkan jangkauan (global reach). Pelanggan dapat menghubungi perusahaan / penjual dari manapun di seluruh dunia;

5. Waktu operasi tidak terbatas. Bisnis melalui internet dapat dilakukan selama 24 jam per hari, 7 hari per minggu;

6. Pelayanan ke pelanggan lebih baik. Melalui internet pelanggan bisa menyampaikan kebutuhan maupun keluahan secara langsung sehingga perusahaan dapat meningkatkan pelayanannya.

Sedangkan keuntungan bagi pembeli antara lain:

1. Home Shopping. Pembeli dapat melakukan transaksi dari rumah sehingga dapat menghemat waktu, menghindari kemacetan, dan menjangkau toko-toko yang jauh dari lokasi;

2. Mudah melakukan. Tidak perlu pelatihan khusus untuk bisa belanja atau melakukan transaksi melalui internet;

3. Pembeli memiliki pilihan yang sangat luas dan dapat membandingkan produk maupun jasa yang ingin dibelinya;

(5)

4. Tidak dibatasi waktu. Pembeli dapat melakukan transaksi kapan saja selama 24 jam per hari, 7 hari per minggu;

5. Pembeli dapat mencari produk yang tidak tersedia atau sulit diperoleh di outlet-outlet / pasar tradisional.5

Keuntungan – keuntungan di atas apabila dipergunakan dengan sebaik– baiknya akan mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap e- commerce yang pada akhirnya dapat pula meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional.

Melalui e-commerce semua formalitas–formalitas yang biasa digunakan dalam transaksi konvensional dikurangi di samping tentunya konsumen pun memiliki kemampuan untuk mengumpulkan dan membandingkan informasi seperti barang dan jasa secara lebih leluasa tanpa dibatasi oleh batas wilayah (borderless).

Dampak dari adanya internet sebagai hasil revolusi teknologi informasi bagi konsumen di satu sisi telah mengubah perilaku konsumen menjadi semakin kritis dan selektif dalam menentukan produk yang akan dipilihnya. Konsumen memiliki akses yang lebih besar pada bermacam-macam produk. Begitu pula bagi produsen, kemajuan ini memberi dampak positif dalam memudahkan pemasaran produk sehingga dapat memotong jalur distribusi yang akan berakibat pada penghematan biaya dan waktu, serta memudahkan

5

Dikdik M. Arief Mansur dan Elisatris Gultom, 2005, Cyber Law (Aspek Hukum Teknologi Informasi), Bandung, Refika Aditama, hal.150

(6)

produsen dalam menghimpun database pelanggan secara elektronik, di samping kemudahan-kemudahan lainnya.

Sebaliknya, karena kedua belah pihak secara fisik tidak bertemu maka kemungkinan lahirnya bentuk–bentuk kecurangan atau kekeliruan menjadi perhatian utama yang perlu penanganan lebih besar. Dampak negatif dari e-commerce itu sendiri cenderung merugikan konsumen. Diantaranya dalam hal yang berkaitan dengan produk yang dipesan tidak sesuai dengan produk yang ditawarkan, kesalahan dalam pembayaran, ketidaktepatan waktu menyerahkan barang atau pengiriman barang dan hal – hal lain yang tidak sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Disamping itu, bagi produsen, banyaknya jumlah orang yang dapat mengakses internet mengakibatkan produsen kesulitan untuk mendeteksi apakah pembeli yang hendak memesan produknya adalah pembeli yang sesungguhnya atau bukan. Sehingga terhadap faktor-faktor penghambat pelaksanaan transaksi jual beli online dan penyelesaian sengketa dalam jual beli online masih dipertanyakan.

Denpasar merupakan kota terbesar di Provinsi Bali yang baik pusat pemerintahan atau perdagangan ada di Kota Denpasar. Sehingga kemungkinan terbesar terjadinya hal-hal tersebut di atas ada di Kota Denpasar, karena merupakan kota sebagai pusat pemerintahan dan perdagangan.

Terkait dengan hal tersebut, baik pelaku usaha maupun konsumen dapat melaporkan ke BPSK Denpasar. Karena BPSK Denpasar difungsikan sebagai lembaga untuk menyelesaikan sengketa konsumen sebagai perwujudan dari perlindungan hukum yang diberikan oleh Negara Indonesia.

(7)

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk membuat suatu karya tulis ilmiah berupa skripsi yang berjudul “Penyelesaian Sengketa Konsumen oleh BPSK Denpasar dalam Jual Beli Melalui Online (E-Commerce).”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, setelah diamati maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apakah faktor-faktor penghambat pelaksanaan transaksi jual beli online (e-commerce)?

2. Bagaimanakah penyelesaian sengketa dalam jual beli online oleh BPSK Denpasar?

1.3. Ruang Lingkup Masalah

Agar suatu pembahasan itu tidak keluar dari suatu pokok permasalahan, maka dalam penulisan skripsi ini ruang lingkup pembahasan akan dibatasi yaitu dengan menitikberatkan pembahasannya pada masalah : 1) Faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan transaksi jual beli online

(e-commerce).

(8)

1.4. Orisinalitas

Berdasarkan observasi penulis di Ruang Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Udayana, sejauh ini Skripsi tentang “Penyelesaian Sengketa Konsumen oleh BPSK Denpasar dalam Jual Beli Melalui Online (E-Commerce)” ini belum pernah ditulis sebelumnya di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Namun ditemukan ada beberapa skripsi terdahulu yang mengangkat tentang Implementasi Undang-Undang. Adapun indikator pembeda antara penelitian yang telah ada terdahulu dengan penelitian penulis dapat penulis sajikan sebagai berikut :

No Judul Skripsi Penulis Rumusan Masalah

1. Implementasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Terhadap Pemadaman Listrik PT. Pln (Persero) Distribusi Bali I Gusti Agung Putra Handayana NIM 1003005012 Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar 2015 1. Bagaimana perlindungan hukum yang diterima konsumen terhadap pelayanan PT. PLN (Persero) Distribusi Bali? 2. Bagaimana penyelesaian

kerugian konsumen terhadap pemadaman listrik (Kasus Blackout) tanggal 12 juli 2014?

(9)

Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 Tentang

Jaminan Sosial Tenaga Kerja Pada

PT. Sinar Sosro Pabrik di Gianyar Cintyadewi NIM. 0703005041 Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar 2011 Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja di PT. Sinar Sosro Pabrik Gianyar ?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi

pelaksanaan Undang-Undang No. 3 Tahun 1992 pada PT. Sinar Sosro Pabrik Gianyar ?

Letak perbedaan antara penelitian yang telah ada terdahulu dengan penelitian penulis adalah :

1. Terletak pada topik yang tersirat dari kedua judul skripsi yang telah ada terdahulu berbeda dengan penelitian ini.

2. Rumusan masalah dari kedua judul skripsi yang telah ada terdahulu berbeda dengan penelitian ini.

3. Hasil penelitian / kesimpulan dari kedua judul skripsi yang telah ada terdahulu berbeda dengan penelitian ini.

(10)

1.5. Tujuan Penelitian 1.5.1. Tujuan umum

1. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan transaksi jual beli online (e-commerce).

2. Untuk mengetahui penyelesaian sengketa dalam jual beli online oleh BPSK Denpasar.

2.5.2. Tujuan khusus

1. Untuk memahami faktor-faktor penghambat dalam pelaksanaan transaksi jual beli online (e-commerce).

2. Untuk memahami penyelesaian sengketa dalam jual beli online oleh BPSK Denpasar.

1.6. Manfaat Penelitian 1.6.1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dalam penulisan skripsi ini yaitu diharapkan dapat lebih memahami mengenai hubungan hukum dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat dalam kaitannya dalam pelaksanaan jual beli online (e-commerce).

a. Untuk menambah khasanah ilmu hukum khususnya dalam bidang Hukum Perlindungan Konsumen.

b. Untuk memberikan kontribusi dalam ilmu hukum khususnya bidang perlindungan konsumen dalam hal transaksi jual beli online (e-commerce).

(11)

1.6.2. Manfaat praktis

Manfaat praktis yang di dapat dari penulisan skripsi ini adalah diharapkan dapat melatih mahasiswa untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi para pelaku usaha dan para konsumen dalam jual beli online, dalam mengatasi permasalahan akibat adanya jual beli online di internet, serta pemerintah dalam hal membuat aturan-aturan yang berkaitan dengan Perlindungan Konsumen khususnya dalam hal jual beli online (e-commerce).

1.7. Landasan Teoritis

Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat) dan tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtstaat) Penegasan ini dapat ditemukan dalam penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (selanjutnya disingkat UUD 1945). Sebagai Konsekuensi logisnya, maka tata kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara harus berpedoman pada norma-norma hukum. Hukum ditempatkan sebagai “panglima” diatas bidang-bidang yang lain seperti politik, ekonomi, sosial budaya dan seterusnya6.

Van Apel Dorn mengemukakan bahwa “Tujuan hukum ialah mengatur pergaulan hidup secara damai”. Dalam hal ini perdamaian diantara manusia dipertahankan oleh hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan manusia, kehormatan kemerdekaan, jiwa, harta benda, terhadap yang merugikannya.7

6

Bambang Sutiyoso, Sri Hastuti Puspitasari. 2005. Aspek-Aspek Perkembangan Kekuasaan Kehakiman, Penerbit UII Press Yogyakarta, hal. 9.

7

(12)

Teori merupakan generalisasi yang dicapai setelah mengadakan pengujian yang hasilnya menyangkut ruang lingkup dan fakta yang luas. Dimana dalam penelitian ini berhubungan dengan suatu perjanjian.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disingkat KUHPer) memberikan pengertian perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPer yang berbunyi sebagai berikut : “Perjanjian adalah suatu perbuatan dimana suatu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”

Rumusan pasal tersebut tidak memberikan batasan yang jelas. Dikarenakan menurut para ahli hukum, ketentuan pasal tersebut memiliki beberapa kelemahan, antara lain yaitu tidak jelas karena disetiap perbuatan dapat disebut perjanjian, tidak tampak asas konsensualisme, dan bersifat dualisme. Sehingga menurut teori baru setiap perjanjian haruslah berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.

Menurut Subekti suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dimana dalam peristiwa ini timbul suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan, perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulisi.8

Van Dune dalam buku Salim HS memberikan pendapat mengenai perjanjian yang menyatakan bahwa yang diartikan dengan perjanjian adalah suatu

8

Subekti, 1979, Hukum Perjanjian, Cet. VI. PT. Intermasa, Jakarta, (Selanjutnya disingkat Subekti I), hal. 1.

(13)

hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum9.

Menurut Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya Azas-azas Hukum Perjanjian, dikatakan sebagai penggabungan antara dua orang atau dua pihak adalah suatu perhubungan hukum, yang berarti bahwa hak si berpiutang itu dijamin oleh hukum atau undang-undang10.

Hukum perjanjian memberikan kebebasan yang luas kepada pihak-pihak yang mengkaitkan diri pada perjanjian sepanjang tidak bertentangan dengan norma dan hukum sistem terbuka dalam perjanjian diatur dalam pasal 1338 ayat (1) KUHPer sebagai berikut : “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”

Untuk mengetahui sahnya perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPer diperlukan 4 (empat) syarat yaitu : sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, cakap untuk membuat suatu perjanjian, mengenai suatu hal, dan suatu sebab yang halal.

Budi Agus Riswandi mengungkapkan bahwa “Masalah perlindungan konsumen dalam e-commerce merupakan aspek yang penting untuk diperhatikan, karena beberapa karakteristik khas e-commerce akan menempatkan pihak konsumen pada posisi yang lemah atau dirugikan seperti :

a. Perusahaan di internet (the internet merchant) tidak memiliki alamat secara fisik di suatu negara tertentu, sehingga hal ini akan menyulitkan konsumen

9

Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis, Cet II, Jakarta : Sinar Grafika Offset, hal. 160.

10

Wirjono Prodjodikoro, 1978, Azas-azas Hukum Perjanjian, Penerbit PT Pembimbing Massa, Jakarta, hal. 42.

(14)

untuk mengembalikan produk yang tidak sesuai dengan pesanan.

b. Konsumen sulit memperoleh jaminan untuk mendapatkan local follow up service or repair.

c. Produk yang dibeli konsumen ada kemungkinan tidak sesuai atau tidak kompatible dengan persyaratan lokal (local requirments).”11

Kondisi di atas jelas merugikan baik bagi konsumen ataupun bagi produsen terlebih konsumen yang relatif memiliki posisi tawar (bargaining position) yang lebih rendah dibandingkan produsen/pelaku usaha. Lemahnya posisi konsumen seringkali menjadi obyek aktivitas untuk memperoleh keuntungan sebesar–besarnya dari produsen, sehingga keseimbangan yang diharapkan melalui hubungan jual beli tidak tercapai.

Perlindungan hukum terhadap konsumen di Indonesia atas pemanfaatan barang atau jasa dari produsen/pelaku usaha diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disingkat UUPK). Undang-Undang ini telah disahkan pada tanggal 20 April 1999, sekalipun baru berlaku setahun kemudian. Namun, setelah satu semester diberlakukannya UUPK, masih banyak masyarakat konsumen yang belum pernah mendengar tentang keberadaan UUPK. Selain itu, ketidaktahuan konsumen e-commerce akan hak–haknya menjadi salah satu penghambat terlaksananya perlindungan hukum bagi dirinya.

11

Budi Agus Riswandi, 2003, Hukum dan Internet di Indonesia, Yogyakarta, UII Press, hal.62.

(15)

UUPK yang berlaku efektif pada 20 April 2000 hingga dikeluarkannya sejumlah peraturan perundang-undangan pelaksanaan UUPK, belum banyak terdapat perubahan sikap perlakuan pelaku usaha terhadap konsumen. Hal ini jelas terlihat sebagian besar komoditas yang terdapat pelanggaran-pelanggaran hak-hak konsumen.

Norma-norma (perlindungan konsumen) lainnya diluar UUPK ini, dijadikan acuan dengan menempatkan UUPK sebagai sistem perlindungan hukum terhadap konsumen. Konstruksinya adalah dengan merujuk pasal 64 (Bab XIV Ketentuan Peralihan). Melalui ketentuan tersebut dapat dipahami secara implicit bahwa UUPK merupakan ketentuan khusus (Lex Specialis) terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang sudah ada sebelum Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Sesuai asas lex specialis de rogat lex generalis yang artinya, ketentuan- ketentuan diluar UUPK tetap berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus dalam UUPK.12 Melalui ketentuan peralihan ini, segala ketentuan peraturan perundang- undangan yang bertujuan melindungi hak konsumen yang telah ada pada saat UUPK diundangkan, tetap berlaku sepanjang tidak diatur secara khusus dan/atau tidak bertentangan dengan UUPK.

Penjelasan umum tentang UUPK pada alenia sembilan menyebutkan, Undang-Undang ini mengacu pada filosofi pembangunan nasional termasuk pembangunan hukum didalamnya yang memberikan perlindungan terhadap

12

Yusuf Sofie, 2003, Penyelesaian Sengketa Konsumen Menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen (UUPK) Teori dan Praktek Penegakan Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 10.

(16)

konsumen yang berlandaskan kepada Pancasila dan UUD 1945. Ada lima asas perlindungan konsumen yang ditetapkan UUPK yaitu pada pasal 2 antara lain: 1. Asas manfaat;

2. Asas keadilan; 3. Asas keseimbangan;

4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen; 5. Asas kepastian hukum.

Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamankan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan. Asas ini menghendaki bahwa pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen tidak dimaksudkan untuk menempatkan salah satu pihak diatas pihak lainnya atau sebaliknya, tetapi adalah memberikan kepada masing-masing pihak, produsen dan konsumen apa yang menjadi haknya. Dengan demikian, diharapkan bahwa pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat dan pada gilirannya bermanfaat bagi kehidupan berbangsa.

Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan pada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajiban secara adil. Asas ini menghendaki bahwa melalui pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen ini, konsumen dan produsen dapat berlaku adil melalui perolehan hak dan penunaian kewajiban secara seimbang. Karena itu

(17)

UUPK ini mengatur sejumlah hak dan kewajiban konsumen dan pelaku usaha (produsen).

Asas keseimbangan dimaksudkan memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti materiil dan spiritual. Asas ini menghendaki agar konsumen, pelaku usaha (produsen) dan pemerintah memperoleh manfaat yang seimbang dari pengaturan dan penegakan- penegakan hukum perlindungan konsumen. Kepentingan antara konsumen, produsen dan pemerintah diatur dan harus diwujudkan secara seimbang sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tidak ada salah satu pihak yang mendapat perlindungan atas kepentingan yang lebih besar dari pihak lain sebagai komponen bangsa dan negara.

Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau digunakan. Asas ini menghendaki adanya jaminan hukum bahwa konsumen akan memperoleh manfaat dari produk yang dikonsumsi atau dipakainya dan sebaliknya bahwa produk itu tidak akan mengancam ketentraman dan keselamatan jiwa dan harta bendanya. Karena itu, UUPK membebankan sejumlah kewajiban yang harus dipenuhi dan menetapkan sejumlah larangan yang harus dipatuhi oleh produsen dalam memproduksi dan mengedarkan produknya.

(18)

konsumen menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum. Artinya undang- undang mengharapkan bahwa aturan tentang hak dan kewajiban yang terkandung didalam undang-undang ini harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga masing-masing pihak memperoleh keadilan. Oleh karena itu, negara bertugas dan menjamin terlaksananya undang-undang ini sesuai dengan isinya.

Hukum berfungsi untuk mengatur hubungan antara manusia agar segala kehidupan di dalam masyarakat berjalan dengan lancar.13 Dari fungsi hukum yang demikian itu maka dapat dikatakan bahwa tujuan hukum adalah mencapai ketertiban, keamanan dan keadilan dalam masyarakat yang dikenai peraturan perundangan tersebut.

Masalah yang timbul, apakah dengan diaturnya suatu masalah ke dalam hukum berarti telah tercipta suasana tertib, aman dan adil dalam masyarakat? Ternyata jawaban dari permasalahan tersebut adalah “belum tentu”. Artinya, bahwa hukum dalam hal ini tergantung pada kaidah hukum itu sendiri. Apakah hukum itu sudah dapat dianggap adil oleh masyarakat atau tidak? Bilamana suatu peraturan perundangan (hukum) oleh masyarakat dianggap tidak adil atau kurang menyentuh perasaan keadilannya maka tidak ditutup kemungkinan akan terjadi suasana yang sebaliknya dalam masyarakat yaitu suasana yang tidak tertib, tidak aman dan tidak tidak tentram.

Agar suatu kaidah hukum atau peraturan tertulis benar-benar berfungsi

13

(19)

dengan baik, maka senantiasa dapat dikembangkan kepada empat faktor, yaitu : 1) Kaidah hukum atau peraturan itu sendiri;

2) Petugas yang menjalankan atau yang menerapkan;

3) Fasilitas yang diharapkan akan mendukung pelaksanaan kaidah hukum; 4) Warga masyarakat yang terkena ruang peraturan tersebut.14

Bilamana hendak disederhanakan maka dapat pula dikatakan faktor kesatu dan kedua adalah faktor yuridis dan faktor ketiga dan keempat adalah faktor non yuridis. Faktor keempat yakni manusia (warga masyarakat) merupakan faktor yang paling sulit menyesuaikan diri dengan hukum. Hal ini disebabkan karena perbedaan tingkat pendidikan dan kepentingan masing-masing orang dalam masyarakat. Kenyataan di lapangan menunjukan bahwa masyarakat sering tidak mengetahui dan memahami suatu hukum tertentu.

Untuk membantu penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, UUPK memperkenalkan sebuah lembaga yang bernama Badan Penyeleseaian Sengketa Konsumen (selanjutnya disingkat BPSK). Badan ini merupakan badan hasil bentukan pemerintah yang berkedudukan di ibu kota Daerah Tingkat II Kabupaten/Kota. (Pasal 49 ayat 1).

Penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan ini sama seperti penyelesaian sengketa dengan jalan mediasi, arbitrase, atau konsiliasi. Jadi, majelis BPSK sedapat mungkin mengusahakan terciptanya kesepakatan di antara pihak-pihak yang bersengketa, sebagai bentuk penyelesaian sengketa tersebut. Dengan demikian, penyelesaian sengketa melalui BPSK ini memuat unsur

14

Soerjono Soekanto, 1980, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat, Jakarta : Rajawali Press, hal. 215.

(20)

perdamaian.

Namun, harus diingat bahwa sengketa konsumen tidak boleh diselesaikan dengan perdamaian saja sebab ketentuan hukum harus tetap dipegang. BPSK tidak menyelesaikan sengketa konsumen dengan jalan damai, tetapi memeriksa dan memutus sengketa berdasarkan hukum. Artinya, BPSK dalam menjalankan perannya dalam penyelesaian sengketa tetap berpegang pada ketentuan undang-undang (hukum) yang berlaku. Namun demikian, penyelesaian sengketa konsumen melalui BPSK termasuk penyelesaian sengketa di luar pengadilan.

Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam melakukan transaksi e-commerce mutlak diperlukan. Perlindungan konsumen itu sendiri menurut Pasal 1 ayat (1) UUPK menyebutkan “Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen”.

Sri Redjeki Hartono mengemukakan bahwa perlindungan terhadap konsumen dipandang secara materiil dan formal makin terasa sangat penting, mengingat makin lajunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan motor penggerak bagi produktifitas dan efisiensi produsen atas barang atau jasa yang dihasilkannya dalam rangka sasaran usaha. Dalam rangka mengejar kedua hal tersebut, akhirnya baik langsung maupun tak langsung, maka konsumenlah yang pada umumnya merasakan dampaknya. Dengan demikian upaya- upaya untuk memberikan perlindungan yang memadai terhadap kepentingan konsumen merupakan suatu hal yang penting dan mendesak untuk segera dicari solusinya, terutama di Indonesia,

(21)

mengingat sedemikian kompleksnya permasalahan yang menyangkut perlindungan konsumen, lebih-lebih menyongsong era perdagangan bebas yang akan datang.15

Jaminan akan kepastian hukum bagi konsumen dalam melakukan transaksi e-commerce diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan konsumen. Apabila hal tersebut terabaikan maka dapat dipastikan akan terjadi pergeseran efektifitas transaksi e-commerce dari falsafah efisiensi menuju ke arah ketidakpastian yang akan menghambat upaya pengembangan pranata e-commerce.

1.8. Metode Penelitian 1.8.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris, karena penulis ingin meneliti langsung ke lapangan dan menganalisis penyelesaian sengketa oleh BPSK terhadap transaksi jual beli online (e-commerce). Penelitian hukum empiris dilakukan dengan cara melakukan penelitian langsung ke lapangan untuk mendapatkan fakta dan konsep penyelesaian sengketa yang sesuai dengan permasalahan yang di bahas dalam penulisan skripsi ini, yang kemudian di tambah dengan data lapangan dan data kepustakaan.

15

Sri Redjeki Hartono, 2000, Kapita Selekta Hukum Ekonomi, Bandung, Mandar Maju, hal. 78.

(22)

1.8.2. Jenis Pendekatan

Dalam penulisan skripsi ini menggunakan jenis pendekatan perundang-undangan (the statue approacha) yaitu mendekati masalah berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dan pendekatan fakta (the fact approach) yaitu mendekati masalah dari kenyataan yang terjadi di lapangan yang berkaitan dengan masalah dalam skripsi ini.

1.8.3. Sifat Penelitian

Adapun sifat penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah bersifat deskriptif, yaitu penelitian secara umum dimana terdapat ketentuan peraturan perundang-undangan yang kemudian dikaitkan dengan kenyataan yang ada di lapangan. Dalam skripsi ini yang diteliti adalah “Implementasi Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Terhadap Jual Beli Online (E-Commerce) Di BPSK Denpasar.

1.8.4. Data dan Sumber Data

Oleh karena metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode empiris maka data yang dibutuhkan adalah data primer dan data sekunder.

a. Data primer adalah data empiris yang diperoleh langsung oleh penulis dari hasil penelitian di lapangan (Field Research) melalui responden dengan cara wawancara dan observasi. Dalam penelitian ini, tempat dilakukannya penelitian untuk mendapatkan data lapangan yaitu di kantor Badan

(23)

Penyelesaian Sengketa Konsumen (selanjutnya disingkat BPSK) di Jalan Melati Nomor 21, Denpasar.

b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelitian kepusatakaan (library research) yaitu dengan mengkaji bahan-bahan bacaan yang ada kaitannya dengan permasalahan yang diperoleh dari buku-buku, peraturan perundang-undangan dan dokumen-dokumen resmi pemerintah. Adapun jenis-jenis data sekunder antara lain :

1) Bahan hukum primer, yaitu bahan yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat. Bahan hukum primer adalah semua aturan yang dibentuk dan dibuat secara resmi oleh suatu lembaga negara, dan lembaga atau badan pemerintahan yang untuk penegakannya diupayakan berdasarkan daya paksa yang dilakukan secara resmi oleh aparat negara. Dalam penelitian ini bahan-bahan hukum primer yang berkaitan dengan penelitian ini, meliputi undang-undang yaitu

1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

2) Bahan hukum sekunder, adalah bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu serta menganalisis

(24)

seperti pendapat para sarjana, tulisan para ahli, pejabat, pakar hukum, dan bahan hukum lainnya yang terdiri dari literatur-literatur, buku-buku, majalah, surat kabar, media elektronik dan jurnal yang ditulis oleh para ahli dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian.

1.8.5. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Studi dokumen, yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan jalan membaca, mencatat hal-hal penting, menelaah dan mengklasifikasikan dokumen-dokumen atau bahan-bahan hukum dan buku-buku yang relevan dengan pokok permasalahan penelitian. 2. Teknik Wawancara, yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan

cara melakukan wawancara langsung bertatap muka terhadap beberapa responden dengan mengajukan pertanyaan sehingga memperoleh jawaban yang relevan terhadap permasalahan penelitian.

1.8.6. Teknik Penentuan Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah teknik non-probabilitas/non-random sampling karena memberikan peran yang sangat besar pada peneliti untuk menentukan pengambilan sampelnya. Sesuai dengan ciri umum dari non probability sampling tidak semua elemen dalam populasi mendapat kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Dalam hal ini tidak ada ketentuan yang pasti berapa sampel yang harus diambil.

(25)

Bentuk dari non probability sampling yang digunakan dalam skripsi ini adalah Quota Sampling. Quota Sampling adalah suatu proses penarikan sampel dengan memperhatikan sampel yang paling mudah untuk diambil dan sampel tersebut telah memenuhi ciri-ciri tertentu yang menarik perhatian peneliti.

1.8.7. Pengolahan dan Analisis Data

Faktor terpenting dalam penelitian untuk menentukan kualitas hasil penelitian yaitu dengan analisa data. Data yang telah diperoleh setelah melewati mekanisme pengolahan data, kemudian ditentukan jenis analisanya agar nantinya data yang terkumpul tersebut lebih dapat dipertanggung jawabkan. Jenis penelitian ini adalah empiris, dengan sifat penelitian yang deskriptif, sedangkan data yang terkumpul bersifat kualitatif, maka dalam penulisan ini adalah menggunakan analisis kualitatif.

Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didefenisikan sebagai suatu tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriftif analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis maupun lisan dan juga perilakunya yang nyata yang diteliti dan dipelajari secara utuh kemudian disusun kembali secara sistematis.

Setelah data tersebut terkumpul, kemudian diidentifikasi dan dikumpulkan untuk dijadikan sumber utama di dalam membahas pokok permasalahan. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu data yang diperoleh di lapangan ditulis/diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang terperinci dan sistematis, selanjutnya data tersebut dianalisa,

(26)

diklasifikasi, dihubungkan antara satu dengan yang lainnya, sehingga mendapatkan kesimpulan yang ilmiah tentang permasalahan hukum dalam penelitian ini.

Referensi

Dokumen terkait

Adanya kenyataan bahwa jumlah kadar kalsium yang terdesorpsi paling besar (27,86%) berasal dari konsentrasi Ga(l!) yang paling kecil (4,981 mg pada 2 9 blondo) teradsorpsi pad a

Dalam penelitian Rahayu, dkk (2003) menyatakan bahwa factor-faktor yang mempengaruhinya terdiri dari penghasilan financial, pelatihan professional, pengakuan professional,

Pendekatan komunikasi kepemimpinan yang disampaikan oleh Anwar dalam ucapan dan pidatonya yang lebih vokal dapat membuktikan bahawa segala programnya adalah untuk kebaikan

Perpustakaan SMA N 5 Yogyakarta baru sebagian melakukan kegiatan pengolahan bahan pustaka, karena kurangnya tenaga pengelola didalam perpustakaan yang berlatar

kekuatan bending kayu komposit polyester diperkuat serat pandan wangi dengan filler serbuk gergaji kayu terjadinya kecenderungan peningkatan kekuatan bending pada variasi

Terbentuknya suatu komunitas yang dapat menarik konsumen untuk bergabung yang disertai dengan tingkat intentitas interaksi yang baik merupakan sarana promosi yang baik

Penghasilan bersih dari Cadangan Penyangga, dengan melalui penjualan eceran atau pengalihan kepada Persetujuan Karet Alam Internasional (INRA) yang baru pada harga pasar yang

Bu dönemin diğer önemli eserleri arasında, Mahmud Paşa Camisi, Gedik Ahmed Camisi, Karamani Mehmed’in Nişanca Camisi, Rum Mehmed Paşa Camisi, Has Murad Paşa Camisi,