• Tidak ada hasil yang ditemukan

REFERAT katarak kongenital 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REFERAT katarak kongenital 1"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Referat

KATARAK KONGENITAL

Oleh:

FEBDI MAULANA

NIM. 0808114750

FIKA SILVIA

NIM. 0808121363

NURMAULI

NIM. 0608120833

RONA FEBRIANI

NIM. 0608120091

SITI KHODIJAH

NIM. 0608120558

Pembimbing: dr. Bagus Sidharto, SpM

KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ILMU MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

RUMAH SAKIT ARIFIN ACHMAD

(2)

2013

BAB I PENDAHULUAN

Katarak adalah kekeruhan pada lensa sehingga cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.1 Katarak

kongenital adalah perubahan pada kebeningan struktur lensa mata yang muncul pada saat kelahiran bayi atau segera setelah bayi lahir. Katarak jenis ini dapat terjadi bilateral maupun unilateral. Penyebab paling umum adalah mutasi genetik, biasanya autosomal dominan (AD), penyebab lain termasuk oleh kelainan kromosom, kelainan metabolik, infeksi intraurin atau gangguan penyakit maternal selama masa kehamilan.2

Katarak kongenital terjadi pada sekitar 3 pada 10 000 kelahiran hidup.2

Penelitian di Inggris didapatkan hasil bahwa insidensi dari katarak kongenital dan infantil tertinggi pada tahun pertama kehidupan, yaitu 2,49 per 10.000 anak. Insidensi katarak bilateral lebih tinggi jika dibandingkan yang unilateral, akan tetapi tidak dapat dibedakan oleh jenis kelamin dan tempat.3

Katarak kongenital harus segera mendapatkan intervensi. Tanpa intervensi yang segera, katarak kongenital dapat memicu terjadinya “mata malas” atau ambliopia. Keadaan ambliopia ini kemudian memicu masalah lain seperti nistagmus, strabismus, dan ketidakmampuan untuk menyempurnakan gambaran terhadap objek. Hal ini akan sangat mempengaruhi kemampuan belajar, kepribadian, dan penampilan, lebih jauh lagi mempengaruhi seluruh kehidupan anak.4 Mengingat pentingnya pengetahuan tentang katarak kongenital ini maka

hendaknya penulisan referat ini dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis. Sehingga dapat membantu memberi petunjuk dalam penatalaksanaan katarak kongenital untuk mencegah terjadinya penanganan yang tidak tepat dan berakibat fatal.

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. LENSA

1. Anatomi lensa

Lensa mata berbentuk bikonveks, avaskuler, transparan, dengan diameter 9 mm, dan tebal sekitar 5 mm. Lensa terdiri dari kapsul, epitel lensa, korteks dan nukleus. Anterior lensa berhubungan dengan humor aqueous, ke posterior berhubungan dengan corpus vitreus. Di posterior iris, lensa digantung pada prosesus siliaris oleh zonula Zinii (ligamentum suspensorium lentis), yang melekat pada ekuator lensa, serta menghubungkannya dengan corpus siliare. Zonula Zinii berasal dari lamina basal epitel tidak berpigmen prosesus siliare. Zonula Zinii melekat pada bagian ekuator kapsul lensa, 1,5 mm pada bagian anterior dan 1,25 pada bagian posterior.5

Gambar 1. Anatomi mata5

Permukaan lensa pada bagian posterior lebih cembung daripada permukaan anterior. Lensa diliputi oleh kapsula lentis, yang bekerja sebagai membran semipermeabel, yang dapat dilewati air dan elektrolit sebagai sumber nutrisi. Di bagian anterior terdapat epitel subkapsuler sampai ekuator. Epitel subkapsuler ini berperan dalam proses metabolisme dan menjaga sistem normal dari aktivitas sel, termasuk biosintesa dari DNA, RNA, protein dan lipid.5,6

(4)

Substansi lensa terdiri dari nukleus dan korteks, yang terdiri dari lamel-lamel panjang yang konsentris. Nukleus lensa lebih keras daripada korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi, sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks terbentuk dari lamellae konsentris yang panjang. Tiap serat mengandung inti yang pipih dan terdapat di bagian pinggir lensa dekat ekuator, yang berhubungan dengan epitel subkapsuler. Serat-serat ini saling berhubungan di bagian anterior. Garis-garis persambungan yang terbentuk dengan persambungan lamellae ini ujung-ke-ujung berbentuk {Y} bila dilihat dengan slitlamp. Bentuk {Y} ini tegak di anterior dan terbalik di posterior (huruf Y yang terbalik).5

Gambar 2. Struktur lensa7

(5)

Sebanyak 65% bagian dari lensa terdiri dari air, sekitar 35% protein (kandungan protein tertinggi di antara jaringan-jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Protein lensa terdiri dari water soluble dan water insoluble. Water soluble merupakan protein intraseluler yang terdiri dari alfa (α), beta (β) dan delta (δ) kristalin, sedang yang termasuk dalam water insoluble adalah urea soluble. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada di kebanyakan jaringan lain. Pada lensa tidak terdapat serat nyeri, pembuluh darah atau saraf.5

Gambar 4. Biokimia lensa7

2. Embriologi lensa

Mata berasal dari tonjolan otak (optic vesicle). Lensanya berasal dari ektoderm permukaan pada tempat lensplate, yang kemudian mengalami invaginasi dan melepaskan diri dari ektoderm permukaan membentuk vesikel lensa dan bebas terletak di dalam batas-batas dari optic cup. Segera setelah vesikel lensa terlepas dari permukaan ektoderm, maka sel-sel bagian posterior memanjang dan menutupi bagian yang kosong. Pada stadium ini, kapsul hialin dikeluarkan oleh sel-sel lensa. Serat-serat sekunder memanjangkan diri, dari daerah ekuator dan tumbuh ke depan di bawah epitel subkapsuler, yang hanya selapis dan ke belakang di bawah kapsula lentis. Serat-serat ini saling bertemu dan membentuk sutura lentis, yang berbentuk huruf Y yang tegak di anterior dan Y yang terbalik di posterior. Pembentukan lensa selesai pada usia 7 bulan penghidupan fetal. Inilah yang membentuk substansi lensa, yang terdiri dari korteks dan nukleus. Pertumbuhan dan proliferasi dari serat-serat sekunder berlangsung terus selama

(6)

hidup tetapi lebih lambat, karenanya lensa menjadi bertambah besar lambat-lambat. Kemudian terjadi kompresi dari serat-serat tersebut dengan disusul oleh proses sklerosis.6

Gambar 5. Nukleus dan korteks lensa7

3. Fisiologi lensa

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Supaya hal ini dapat dicapai, maka daya refraksinya harus diubah-ubah sesuai dengan sinar yang datang sejajar atau divergen. Perubahan daya refraksi lensa disebut akomodasi. Hal ini dapat dicapai dengan mengubah lengkungnya lensa terutama kurvatura anterior.6

Untuk memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, dalam posisi ini daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya pararel akan terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh daya biasnya. Kerjasama fisiologik antara korpus siliaris, zonula dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-lahan akan berkurang.5

Secara fisiologi lensa mempunyai sifat tertentu yaitu kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung,

(7)

jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan, dan terletak di tempatnya.8 Pada fetus, bentuk lensa hampir sferis dan lemah. Pada orang

dewasa lensanya lebih padat dan bagian posterior lebih konveks. Proses sklerosis bagian sentral lensa, dimulai pada masa kanak-kanak dan terus berlangsung secara perlahan-lahan sampai dewasa dan setelah ini proses bertambah cepat dimana nukleus menjadi lebih besar dan korteks bertambah tipis. Pada orang tua lensa menjadi lebih besar, lebih gepeng, warna kekuning-kuningan, kurang jernih dan tampak sebagai grey reflex atau senile reflex, yang sering disangka sebagai katarak. Karena proses sklerosis ini, lensa menjadi kurang elastis dan daya akomodasinya pun berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia, pada orang Indonesia dimulai pada umur 40 tahun.5

B. KATARAK KONGENITAL 1. Definisi

Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract dan Latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi akbiat keduanya. Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah kelahiran dan bayi yang berusia kurang dari satu tahun.8 Sebuah katarak disebut

kongenital bila ada saat lahir, atau dikenal juga sebagai “infantile cataract” jika berkembang pada usia 6 bulan setelah lahir.9

2. Epidemiologi

a. Frekuensi

Di Indonesia belum data mengenai insiden katarak kongenital, namun di Amerika Serikat insiden katarak kongenital adalah 1,2-6 kasus per 10.000 kelahiran. Insiden katarak secara internasional belum diketahui. Meskipun WHO dan organisasi kesehatan yang lain membuat resolusi yang luar biasa dalam vaksinasi dan pencegahan penyakit, angka rata-rata katarak kongenital mungkin lebih tinggi di bawah negara berkembang.5,10

(8)

Mordibitas penglihatan mungkin berasal dari ambliopia deprivasi, ambliopia refaksi, glaukoma (sebanyak 10% setelah operasi pengangkatan), danretinal detachment. Penyakit metabolik dan sistemik ditemukan sebanyak 60% pada katarak bilateral. Katarak kongenital umumnya menyertai pada retardasi mental, tuli, penyakit ginjal, penyakit jantung dan gejala sistemik.

c. Umur10

Katarak kongenital biasanya didiagnosa pada bayi yang baru lahir.

3. Etiologi

Katarak terbentuk saat protein di dalam lensa menggumpal bersama-sama membentuk sebuah clouding atau bentuk yang menyerupai permukaan. Ada banyak alasan yang menyebabkan katarak kongenital, yaitu antara lain:5,11

1) Herediter (isolated – tanpa dihubungkan dengan kelainan mata atau sistemik) seperti autosomal dominant inheritance.

2) Herediter yang dihubungkan dengan kelainan sistemik dan sindrom multisistem.

Kromosom seperti Down’s syndrome (trisomy 21), Turner’s syndrome.

Penyakit otot skelet atau kelainan otot seperti Stickler syndrome,

Myotonicdystrophy.

Kelainan sistem saraf pusat seperti Norrie’s disease.

Kelainan ginjal seperti Lowe’s syndrome, Alport’s syndrome.

Kelainan mandibulo-fasial seperti Nance-Horan cataract-dental

syndrome.

Kelainan kulit seperti Congenital icthyosis, incontinentia pigmenti. 3) Infeksi seperti toxoplasma, rubella, cytomegalovirus, herpes simplex,

sifilis, poliomielitis, influenza, Epstein-Barr virus saat hamil.

4) Obat-obatan prenatal (intra-uterine) seperti kortikosteroid dan vitamin A 5) Radiasi ion prenatal (intra-uterine) seperti X-rays

6) Kelainan metabolik seperti diabetes pada kehamilan dan galaktosemia. 7) Tapi penyebab terbanyak pada kasus katarak adalah idiopatik, yaitu tidak

(9)

4. Klasifikasi2

Klasifikasi katarak kongenital berdasarkan morfologi penting, karena dapat menunjukkan etiologi kemungkinan, diwariskan dan efek pada penglihatan. Adapun klasifikasi berdasarkan morfologi adalah sebagai berikut:

a. Katarak nuclear adalah katarak yang terbatas pada nukleus lensa embrio atau janin. Katarak bisa padat atau halus dengan kekeruhan berbentuk serbuk/seperti debu (Gambar 6A). Berhubungan dengan mikrophthalmos. b. Katarak lamellar, mempengaruhi lamella tertentu dari lensa baik anterior dan

posterior (Gambar 6B) dan dalam beberapa kasus dikaitkan dengan ekstensi radial (Gambar 6C). Katarak lamellar mungkin AD, terjadi pada bayi dengan gangguan metabolik dan infeksi intrauterin.

c. Katarak koroner (supranuclear), katarak terletak di korteks dalam dan mengelilingi inti seperti mahkota (Gambar 6D). Biasanya sporadis dan hanya sesekali yang bersifat herediter.

d. Katarak blue dot (cataracta punctata caerulea - Gambar 6E) yang umum dan tidak berbahaya, dan dapat bersamaan dengan katarak jenis lain.

e. Katarak sutura, di mana kekeruhan mengikuti sutura Y anterior atau posterior. (Gambar 6F).

f. Katarak polaris anterior (Gambar 7A), bisa flat atau kerucut ke ruang anterior (katarak piramidal - Gambar 7B). Katarak piramidal sering dikelilingi oleh daerah katarak kortikal dan dapat mempengaruhi penglihatan. Berhubungan dengan katarak polaris anterior termasuk membran pupil persisten (Gambar 7C), aniridia, anomali Peters dan lenticonus anterior.

g. Katarak polaris posterior (Gambar 7D) kadang-kadang berhubungan dengan sisa-sisa hyaloid persisten (Mittendorf dot), lenticonus posterior dan vitreous primer hiperplastik persisten.

h. Katarak central oil droplet (Gambar 7E), khas pada galaktosemia.

i. Katarak membranosa, jarang dan mungkin terkait dengan Hallermann-Streiff-François sindrom. Terjadi ketika bahan lentikular sebagian atau seluruhnya menyerap kembali meninggalkan sisa kapur putih-materi lensa yang terjepit di antara kapsul anterior dan posterior (Gambar 7F).

(10)
(11)

Gambar 7. Morfologi katarak kongenital2

5. Diagnosis

Gejala klinis pada katarak kongenital adalah silau, bercak putih pada pupil disebut leukokoria, penglihatan berkurang, cahaya tidak dapat melalui lensa, karena tidak lagi transparan. Pada anak yang lebih tua mata bisa berubah. Ini disebut strabismus, atau dikenal dengan juling. Terjadi karena mata tidak bisa fokus dengan baik.12 Pemeriksaan mata secara menyeluruh dapat menegakkan

diagnosis dini katarak kongenital. Lensa yang keruh dapat terlihat tanpa bantuan alat khusus dan tampak sebagai warna keputihan pada pupil yang seharusnya

(12)

berwarna hitam. Bayi gagal menunjukkan kesadaran visual terhadap lingkungan di sekitarnya dan kadang terdapat nistagmus.

Pemeriksaan dengan slit lamp pada kedua bola mata tidak hanya melihat adanya katarak tetapi juga dapat mengidentifikasi waktu terjadinya saat di dalam rahim dan jika melibatkan sistemik dan metabolik. Pemeriksaan dilatasi fundus direkomendasikan untuk pemeriksaan kasus katarak unilateral dan bilateral. Bila fundus okuli tidak dapat dilihat dengan pemeriksaan oftalmoskopi indirek, maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.3

Pada katarak kongenital, pemeriksaan laboratorium yang dilakukan seperti hitung jenis darah, titer TORCH, tes reduksi urin, red cell galactokinase, pemeriksaan urin asam amino, kalsium dan fosfor. Pemeriksaan darah dan rontgen perlu dilakukan untuk mencari kemungkinan penyebab.10

6. Penatalaksanaan2

Pertimbangan waktu sangat penting dalam hal-hal sebagai berikut:

1. Katarak total bilateral memerlukan operasi awal ketika usia anak 4-6 minggu untuk mencegah penurunan perkembangan stimulus ambliopia. Jika kelainan asimetris yang sudah berat, mata dengan katarak harus ditangani terlebih dahulu.

2. Katarak parsial bilateral mungkin tidak memerlukan pembedahan. Dalam kasus yang meragukan, mungkin lebih bijaksana untuk menunda operasi, kekeruhan lensa dan fungsi visual dimonitor dan dilakukan intervensi nanti jika penglihatan memburuk.

3. Katarak total unilateral harus dioperasi segera (mungkin dalam hitungan hari) diikuti oleh terapi anti-amblyopia agresif, meskipun yang hasilnya sering minimal. Waktu intervensi harus seimbang dengan saran bahwa intervensi dini (<4 minggu) dapat menyebabkan peningkatan risiko glaukoma sekunder berikutnya. Jika katarak terdeteksi setelah usia 16 minggu maka prognosis penglihatan sangat minimal.

4. Katarak parsial unilateral biasanya dapat diamati atau diperlakukan secara non-pembedahan dengan dilatasi pupil dan mungkin oklusi kontralateral untuk mencegah ambliopia.

(13)

5. Pembedahan yang melibatkan capsulorhexis anterior, aspirasi materi lensa, capsulorhexis dari kapsul posterior, terbatas pada anterior vitrektomi dan implantasi IOL, jika sesuai. Hal ini penting untuk memperbaiki kesalahan bias terkait.

a. Rehabilitasi optikal setelah operasi

Pemilihan optical device untuk koreksi aphakia tergantung pada beberapa faktor. Kacamata merupakan metoda yang paling aman, mudah diatur sesuai pertumbuhan tetapi tidak ideal pada kasus aphakia monokular.

1. Lensa kontak merupakan metode yang paling popular pada kasus aphakia monokular tetapi mempunyai resiko tinggi untuk mengalami infeksi mata dan ulkus kornea. Meskipun kesulitan teknis melakukan operasi katarak pada bayi dan anak-anak sebagian besar telah diselesaikan, hasil visual yang terhambat oleh amblyopia. Sehubungan dengan koreksi optik untuk anak aphakic, dua pertimbangan utama adalah usia dan laterality dari aphakia. Kacamata berguna untuk anak-anak dengan aphakia bilateral. 2. Lensa kontak memberikan solusi optik superior untuk aphakia baik

unilateral dan bilateral. Toleransi biasanya wajar sampai usia sekitar 2 tahun, meskipun setelah ini masalah periode dengan kepatuhan dapat berkembang sebagai anak menjadi lebih aktif dan mandiri.

3. IOL implantasi semakin banyak dilakukan pada anak-anak muda dan tampaknya efektif dan aman dalam kasus-kasus dipilih. Kesadaran laju pergeseran rabun yang terjadi di mata berkembang, dikombinasikan dengan biometri akurat, memungkinkan perhitungan kekuatan IOL ditargetkan pada awal hypermetropia (diperbaiki dengan kacamata) yang idealnya akan membusuk menuju emmetropia di kemudian hari. Namun, refraksi akhir adalah variabel dan emetropia di masa dewasa tidak dapat dijamin.

4. Oklusi untuk mengobati atau mencegah ambliopia sangat penting. Atropin hukuman juga dapat dipertimbangkan.

(14)

b. Perawatan pasca operasi

• Terapi medis

Jika seluruh korteks dapat diangkat maka inflamasi setelah operasi tanpa IOL, biasanya ringan sehingga dapat diberikan antibiotik topikal dan steroid topikal sekitar 2 minggu. Pada kasus aphakia, pemberian midriasis dilanjutkan beberapa minggu menggunakan atropin atau agen lainnya. Steroid topikal diberikan lebih agresif pada pemasangan IOL dan steroid oral diberikan bila heavy pigmented irides.

• Manajemen ambliopia

Terapi ambliopia penting dilakukan secepat mungkin setelah operasi. Pada pasien aphakia, kacamata atau lensa kontak diberikan 1 minggu setelah operasi. Patching diindikasikan pada kasus katarak unilateral atau katarak bilateral dimana ditutup mata yang lebih baik. Part

time occlusion pada neonatus untuk merangsang penglihatan binokular dan

menghambat strabismus. Regimen yang popular : jumlah jam mata ditutup sesuai dengan usia anak dalam bulan. Misalnya mata ditutup 1 jam pada usia 1 bulan setiap hari. Maksimal 8 jam pada usia 8 bulan.

• Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi setelah operasi katarak berbeda antara anak dan dewasa. Retina detachment, makular edema dan abnormalitas kornea jarang pada anak-anak. Angka kejadian infeksi dan perdarahan sama antara anak dan dewasa. Glaukoma pada anak-anak aphakia dapat terjadi beberapa tahun kemudian.

7. Komplikasi

Tanpa intervensi yang segera, katarak kongenital dapat memicu terjadinya “mata malas” atau ambliopia. Keadaan ambliopia ini kemudian memicu masalah lain seperti nistagmus, strabismus, dan ketidakmampuan untuk menyempurnakan gambaran terhadap objek. Hal ini akan sangat mempengaruhi kemampuan belajar, kepribadian, dan penampilan, lebih jauh lagi mempengaruhi seluruh kehidupan

(15)

anak.4 Ambliopia yang terjadi dapat berupa ambliopia sensoris (ambliopia ex

anopsia) akibat makula lutea yang tidak cukup mendapat rangsangan dan ambliopia eksanopia akibat kerusakan permanen pada saraf penglihatan.14 Operasi

katarak pada anak-anak memiliki komplikasi yang lebih tinggi dibandingkan pada orang dewasa. Komplikasi pasca operasi adalah sebagai berikut:2

1. Kekeruhan capsular posterior hampir menyeluruh jika kapsul posterior masih dipertahankan pada anak di bawah usia 6 tahun. Hal ini juga lebih penting pada anak-anak karena efek ambliogeniknya. Insiden kekeruhan berkurang saat capsulorhexis posterior dikombinasikan dengan vitrektomi.

2. Membran sekunder dapat terbentuk di seluruh pupil, terutama di microphthalmic mata atau dengan uveitis kronis. Pada uveitis pasca operasi fibrinosa di mata dinyatakan normal, kecuali jika diobati dengan agresif, juga dapat mengakibatkan pembentukan membran.

3. Proliferasi epitel lensa bersifat universal tetapi biasanya penglihatan tidak konsekuen, karena tidak melibatkan sumbu visual. Dan dapat berupa sisa-sisa kapsul anterior dan posterior dan disebut sebagai cincin Soemmerring.

4. Glaukoma akhirnya berkembang pada sekitar 20% dari mata.

Closed-angle glaucoma dapat terjadi pada periode pasca operasi segera di

mata microphthalmic sekunder karena terdapat penyumbatan pupil.

Secondary open-angle galucoma dapat berkembang bertahun-tahun

setelah operasi awal, karena itu penting untuk memantau tekanan intraokular jangka panjang.

5. Ablasio retina merupakan komplikasi yang jarang terjadi dan biasanya terlambat.

8. Prognosis

Prognosis visus tergantung dari age of onset, jenis katarak (unilateral/bilateral, total/parsial), ada tidaknya kelainan mata yang menyertai katarak, tindakan operasi (waktu, teknik, komplikasi) dan rehabilitasi visus pasca operasi.2 Dengan menggunakan teknik-teknik bedah canggih saat ini, penyulit

intra-operasi dan pasca-operasi serupa dengan yang terjadi pada tindakan untuk katarak dewasa. Dengan pengalaman, ahli bedah katarak anak-anak dapat

(16)

mengharapkan hasil teknik yang baik pada lebih dari 90 % kasus. Koreksi optik sangat penting bagi bayi dan memerlukan usaha besar oleh ahli bedah dan orang tua pasien. Koreksi tersebut dapat berupa kacamata untuk anak-anak harus diikuti dengan koreksi lensa kontak. Epikeratofakia tampaknya memberi harapan untuk mengkoreksi afakia pada pasien pediatrik yang tidak dapat mentoleransi lensa kontak.5

Prognosis penglihatan untuk pasien katarak anak-anak yang memerlukan pembedahan tidak sebaik prognosis untuk pasien senilis. Adanya ambliopia dan kadang-kadang anomali saraf optikus atau retina membatasi tingkat pencapaian penglihatan pada kelompok pasien ini. Prognosis untuk perbaikan ketajaman penglihatan setelah operasi paling buruk pada katarak kongenital unilateral dan paling baik pada katarak kongenital bilateral inkomplit yang progresif lambat.5

Hasil pembedahan katarak kongenital biasanya kurang memuaskan, karena banyak penyulit pembedahan atau adanya kelainan-kelainan kongenital lainnya di mata yang menyertainya.6 Pada monokular katarak yang dibedah dini disertai

dengan pemberian lensa kontak segera akan menghindari gangguan perkembangan penglihatan, maka sebaiknya katarak kongenital dilakukan pembedahan sebelum bayi berusia 4 bulan. Pada bayi pemakaian lensa kontak masih merupakan masalah. Pembedahan katarak kongenital sesudah berusia 4 bulan biasanya tidak efektif lagi.13 Beberapa ahli mengatakan waktu yang

optimum untuk pembedahan katarak adalah antara enam minggu hingga tiga bulan sejak kelahiran bayi.4

(17)

BAB III PENUTUP

Katarak kongenital didefinisikan sebagai katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah kelahiran dan bayi yang berusia kurang dari satu tahun. Katarak kongenital disebabkan oleh berbagai hal, seperti herediter, herediter yang dihubungkan dengan kelainan sistemik dan sindrom multisistem, infeksi, obat-obatan prenatal, radiasi ion prenatal, kelainan metabolik dan idiopatik. Berdasarkan morfologi katarak diklasifikasikan atas, katarak nuclear, lamellar, supranuclear, blue dot, sutura, polaris anterior, polaris posterior, central

oil droplet dan membranosa.

Gejala-gejala pada katarak kongenital dapat berupa silau, leukokoria, penglihatan berkurang dan strabismus. Intervensi katarak kongenital meliputi bedah dan non bedah., tergantung pada jenis katarak. Komplikasi berupa ambliopia, nistagmus, strabismus. Prognosis visus tergantung dari age of onset, jenis katarak, ada tidaknya kelainan mata yang menyertai katarak, tindakan operasi (waktu, teknik, komplikasi) dan rehabilitasi visus pasca operasi.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

1. Katarak, Jakarta Eye Center, Thursday, 5 June 2004. Tersedia dalam: www.infomedika.com

2. Kanski JJ Bowling B. Congenital Cataract in Clinical Ophthalmology A Systematic Approach Seventh Edition. UK : Elsevier. 2011.303.

3. Jugnoo S. R., Carol D. and for the British Congenital Cataract Interest Group, Measuring and Interpreting the Incidence of Congenital Ocular Anomalies: Lessons from a National Study of Congenital Cataract in the UK(Investigative Ophthalmology and Visual Science. 2001;42:1444-1448.). Available from:

www.iovs.org/misc/terms.shtml

4. Katarak kongenital. Tersedia dalam: http://www.perdami.or.id/? page=content.view&alias=custom_88

5. Vaughan DG, Asbury T, Riorda P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Idya Medika Jakarta : 2000.175-184.

6. Wijana NSD. Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-6. Abadi Tegal. Jakarta : 1993. 190-196.

7. Aminah, Hamzah. Anatomi dan fisiologi lensa. Diunduh dari:

http://perdamisulsel.org/dokumen/Sari%20Pustaka%20-%20Anatomi %20Lensa,%20Aminah,%20Hamzah.pdf

8. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. FKUI. Jakarta : 2007. 201-204.

9. RNIB. 2012. Congenital cataract. Available

from:http://www.rnib.org.uk/eyehealth/eyeconditions/conditionsac/Pages/con genital_cataracts.aspx

10. Boshour M, et al. 2012. Congenital cataract. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/1210837-followup#showall

11. Fecoretta C, et al. 2012. Congenital cataract. Available

from:http://www.merckmanuals.com/professional/pediatrics/eye_defects_and _conditions_in_children/congenital_cataract.html

(19)

12. Fact sheet congenital cataracts . Downloaded from:

http://kidshealth.schn.health.nsw.gov.au/sites/kidshealth.chw.edu.au/files/fact-sheets/pdf/congenital-cataracts.pdf

13. Ilyas S. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Cetakan ke-2. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2000.146.

Gambar

Gambar 1. Anatomi mata 5
Gambar 2. Struktur lensa 7
Gambar 4. Biokimia lensa 7
Gambar 5. Nukleus dan korteks lensa 7
+3

Referensi

Dokumen terkait

erbagai inter&amp;ensi pendidikan telah dilaksanakan di berbagai  penelitian. ?asil yang berbeda diharapkan dalam studi ini karena  perbedaan antara inter&amp;ensi dan

Dalam hal Pihak Kedua berhalangan menjalankan tugasnya di Klink atau Rumah Sakit  ______________ karena sesuatu alasan yang dapat dipertanggung jawabkan, sedangkan Pihak

Pengobatan secara tradisional masih tetap berlangsung di desa ini yaitu terdapat dukun kampung yang biasa membantu dalam kegiatan melahirkan dan melakukan

Dari hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa : 1) Terdapat 30 famili yang terdiri dari 48 spesies tumbuhan obat yang telah dimanfaatkan sebagai

pemerintah kolonial dan juga dari para prajurit Pangeran Mangkubumi,. namun serangan tersebut akhirnya dapat dikalahkan oleh Raden Mas

Screenshut diatas ini ,saya hasilkan dari modal $102.xx, dari hasil diatas ini saya tidak sama sekali bangga atau puas ,melainkan hasil yang sangat bodoh bagi saya ,

Untuk mengetahui bentuk dan cara yang dipakai guru Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi permasalahan siswa keluarga yang kurang harmonis (studi kasus empat

Sedangkan ruh atau jiwa bukanlah suatu kenyataan yang bisa berdiri sendiri bahkan ia hanya merupakan akibat saja dari proses gerakan kebenaran dengan salah satu cara