• Tidak ada hasil yang ditemukan

Referat - Katarak Imatur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Referat - Katarak Imatur"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

REFERAT REFERAT

KATARAK IMATUR

KATARAK IMATUR

Oleh : Oleh : Ade Marantika (1518012195) Ade Marantika (1518012195) Perseptor : Perseptor : dr. H. Yul Khaizar, Sp. M dr. H. Yul Khaizar, Sp. M KEPANITE

KEPANITERAAN KRAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT MATALINIK SMF ILMU PENYAKIT MATA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AHMAD YANI METRO RUMAH SAKIT UMUM DAERAH AHMAD YANI METRO

FAKULTAS KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

ii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI...ii

I. PENDAHULUAN...1

II. TINAJUAN PUSTAKA...2

III. KESIMPULAN...15

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan penurunan  penglihatan. Katarak terjadi apabila lensa mata berubah menjadi keruh akibat  berbagai penyebab antara lain metabolik, traumatik, toksik, akibat proses penuaan,  penyakit intraokuler, penyakit sistemik ataupun kongenital (Voughan, 2013). Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia di atas 40 tahun. Katarak senilis adalah penyebab kebutaan sekitar 20 juta orang di dunia. Hal inilah yang menyebabkan peningkatan jumlah operasi katarak. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2007, prevalensi nasional kebutaan di Indonesia yakni sebesar 0,9% dengan penyebab utama adalah katarak, dimana angka rata-rata operasi katarak di Indonesia adalah 468 per 1 juta penduduk per tahun (Ilyas, 2013).

Dengan bertambahnya usia harapan hidup dan populasi usia lanjut, diperkirakan  pada tahun 2010 prevalensi kebutaan katarak meningkat dua kali lipat. Oleh

karena itu WHO mencanangkan program penurunan angka kebutaan dengan mengendalikan katarak senilis sehingga pada tahun 2000 angka kebutaan turun 0,5% (Ilyas, 2013). Katarak senilis dapat dikategorikan berdasarkan derajat maturitasnya, salah satunya adalah katarak senilis imatur. Katarak senilis imatur dapat menimbulkan komplikasi berupa glaukoma sekunder (Voughan, 2013).

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lensa

2.1.1 Anatomi dan Histologi

Lensa adalah struktur kristalin berbentuk bikonveks dan transparan. Lensa memiliki dua permukaan, yaitu permukaan anterior dan posterior. Permukaan posterior lebih cembung daripada permukaan anterior. Radius kurvatura anterior 10 mm dan radius kurvatura posterior 6 mm. Diameter lensa adalah 9-10 mm dengan ketebalan lensa adalah 3,5 mm saat lahir dan menjadi 5 mm saat usia lanjut. Berat lensa berkisar 135 mg pada usia 0-9 tahun dan mencapai 255 mg pada usia 40-80 tahun (Tortora, 2010).

Lensa terletak di bilik posterior bola mata, di antara permukaan posterior iris dan corpus vitreus pada lengkungan berbentuk cawan corpus vitreus yang disebut fossa hyaloid. Lensa bersama dengan iris membentuk diafragma optikal yang memisahkan bilik anterior dan posterior bola mata. Lensa tidak memiliki serabut saraf, pembuluh darah, dan jaringan ikat. Lensa dipertahankan di tempatnya oleh serat zonula yang berada di antara lensa dan badan siliar. Serat zonula ini, yang berasal dari ephitel siliar, adalah serat kaya fibrilin yang mengelilingi lensa secara sirkular (Tortora, 2010).

Lensa terdiri atas beberapa bagian, yakni:

 Kapsul lensa

Merupakan suatu membran hialin tipis semipermeabel dan transparan yang melapisi lensa dan lebih tebal pada permukaan anterior (14µm)

(5)

dibandingkan permukaan posterior lensa (3µm). Pada bagian anterior lensa dan ekuator antara kapsul dan serat lensa terdapat epitel lensa yang terbentuk dari selapis sel kuboid. Pada bagian ekuator, sel ini menjadi sel kolumnar yang secara aktif membelah untuk membentuk serat lensa yang  baru (Kanski, 2007).

  Nukleus dan korteks lensa

Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedangkan dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda (Kanski, 2007).

(6)

4 2.1.2 Fisiologi

Fisiologis lensa antara lain mengatur keseimbangan air dan kation dalam lensa, transportasi aktif pada bagian epitelium lensa,  pump leak , dan akomodasi. Mata dapat mengubah fokusnya dari obyek jarak jauh ke jarak dekat karena kemampuan lensa untuk berubah bentuk, keadaan tersebut dikenal sebagai akomodasi. Elastisitasnya yang alami memungkinkan lensa untuk menjadi lebih atau kurang bulat (sferis), tergantung besarnya tegangan serat-serat zonula pada kapsul lensa. Tegangan zonula dikendalikan oleh aktivitas muskulus siliaris, yang bila berkontraksi akan mengendurkan tegangan zonula. Dengan demikian, lensa menjadi lebih bulat dan dihasilkan daya dioptri yang lebih kuat untuk memfokuskan obyek-obyek yang lebih dekat. Relaksasi muskulus siliaris akan menyebabkan lensa mendatar dan memungkinkan obyek-obyek jauh terfokus. Dengan bertambahnya usia, daya akomodasi lensa akan berkurang secara perlahan seiring dengan  penurunan elastisitasnya (Voughan, 2013).

3.1.3. Metabolisme

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation sodium dan kalium. Kedua kation berasal dari humor aqueous dan vitreus. Kadar kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian  posterior dan keluar ke humor aqueous. Dari luar, ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K-ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase. Metabolisme lensa melalui glikolisis anaerob (95%) dan HMP- shunt (5%) (Khurana, 2007).

(7)

2.2 Katarak 

2.2.1 Definisi

Katarak berasal dari bahasa Yunani yaitu "Kataarhakies" yang berarti air terjun, dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah proses kekeruhan lensa mata karena terganggunya metabolisme lensa. Pada katarak terjadi perubahan lensa mata yang semula  jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Kekeruhan pada lensa dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau karena kedua-duanya. Katarak sering terjadi dengan penambahan usia tapi dapat juga disebabkan oleh cedera, paparan sinar ultraviolet berlebih,  pengobatan (seperti pengobatan steroid jangka panjang), atau komplikasi

dari penyakit lain (Lang, 2008).

2.2.2 Faktor Resiko

a. Usia

Seiring dengan pertambahan usia, lensa akan mengalami penuaan juga. Keistimewaan lensa adalah terus menerus tumbuh dan membentuk serat lensa dengan arah pertumbuhannya yang konsentris. Tidak ada sel yang mati ataupun terbuang karena lensa tertutupi oleh serat lensa. Akibatnya, serat lensa paling tua berada di pusat lensa (nukleus) dan serat lensa yang  paling muda berada tepat di bawah kapsul lensa (korteks). Dengan  pertambahan usia, lensa pun bertambah berat, tebal, dan keras terutama  bagian nukleus. Selain itu, seiring dengan pertambahan usia, protein lensa pun mengalami perubahan kimia. Fraksi protein lensa yang dahulunya larut air menjadi tidak larut air dan beragregasi membentuk  protein dengan berat molekul yang besar. Hal ini menyebabkan transparansi lensa berkurang sehingga lensa tidak lagi meneruskan cahaya tetapi malah mengaburkan cahaya dan lensa menjadi tidak tembus cahaya.

(8)

6  b. Genetik

Riwayat keluarga meningkatkan resiko terjadinya katarak dan percepatan maturasi katarak.

c. Trauma

Trauma dapat menyebabkan kerusakan langsung pada protein lensa sehingga timbul katarak.

d. Obat-obatan

Penggunaan steroid jangka panjang dapat meningkatkan resiko terjadinya katarak. Jenis katarak yang sering pada pengguna kortikosteroid adalah katarak subkapsular.

e. Penyakit sistemik

Diabetes dapat menyebabkan perubahan metabolisme lensa. Tingginya kadar gula darah menyebabkan tingginya kadar sorbitol lensa. Sorbitol ini menyebabkan peningkatan tekanan osmotik lensa sehingga lensa menjadi sangat terhidrasi dan timbul katarak.

f. Dehidrasi

Perubahan keseimbangan elektrolit dapat menyebabkan kerusakan pada lensa. Hal ini disebabkan karena perubahan komposisi elektrolit pada lensa dapat menyebabkan kekeruhan pada lensa.

g. Infeksi

Uveitis kronik sering menyebabkan katarak. Pada uveitis sering dijumpai sinekia posterior yang menyebabkan pengerasan pada kapsul anterior lensa.

h. Radikal Bebas

Radikal bebas adalah adalah atom atau molekul yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas dapat merusak  protein, lipid, karbohidrat dan asam nukleat sel lensa. Radikal bebas dapat dihasilkan oleh hasil metabolisme sel itu sendiri, yaitu elektron monovalen dari oksigen yang tereduksi saat reduksi oksigen menjadi air  pada jalur sitokrom, dan dari agen eksternal seperti energi radiasi.

(9)

i. Radiasi Ultraviolet

Radiasi ultraviolet dapat meningkatkan jumlah radikal bebas pada lensa karena tingginya penetrasi jumlah cahaya UV menuju lensa. UV memiliki energi foton yang besar sehingga dapat meningkatkan molekul oksigen dari bentuk triplet menjadi oksigen tunggal yang merupakan salah satu spesies oksigen reaktif.

 j. Defisiensi Vitamin

Zat nutrisi merupakan antioksidan eksogen yang berfungsi menetralkan radikal bebas yang terbentuk pada lensa sehingga dapat mencegah terjadinya katarak (Khalilullah, 2010).

2.2.3 Klasifikasi

Berdasarkan usia, katarak dibagi menjadi : a) Katarak kongenital

Katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun  b) Katarak juvenil

Katarak yang terjadi setelah usia 1 tahun c) Katarak senilis

Katarak yang terjadi setelah usia 50 tahun (Ilyas, 2013).

Secara klinik, katarak senilis dibedakan menjadi empat stadium, yaitu insipien, imatur, matur dan hipermatur.

1) Katarak Insipien

Merupakan stadium dini yang belum menimbulkan gangguan visus. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti jari-jari roda (kuneiform) pada korteks anterior, sedangkan aksis masih relatif jernih. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator menuju korteks anterior dan posterior. Vakuol mulai terlihat di korteks, yang terlihat bila  pupil dilebarkan (” s pokes of wheel”)

(10)

8 2) Katarak Imatur

Pada stadium ini kekeruhan hanya terjadi pada bagian lensa, belum mengenai seluruh lapisan lensa.

3) Katarak Matur

Pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. 4) Katarak Hipermatur

Katarak hipermatur merupakan katarak yang telah mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras, lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa, sehingga lensa menjadi kecil, berwarna kuning dan kering (Ilyas, 2013).

2.3 Katarak Imatur

2.3.1 Patogenesis

Mekanisme utama yang berperan dalam pembentukan katarak senilis adalah hidrasi dan sklerosis.

a) Hidrasi

Peningkatan hidrasi lensa dapat disebabkan oleh kebocoran pompa transpor aktif dan peningktan tekanan osmotik. Peningkatan hidrasi akan menyebabkan pemisahan struktur lamelar lensa dan akumulasi cairan diantara serat-serta lensa. Hidrasi juga akan menyebabkan denaturasi  protein yang menyebabkan hilangnya sifat transparasi lensa dan terjadi  pembiasan berkas cahaya yang masuk.

 b) Sklerosis

Terjadi peningkatan kepadatan protein dan serat lensa akibat ikatan  protein dengan sulfida yang menghasilnya agregat protein dengan berat molekul tinggi dan mengubah tranparansi lensa. Mekanisme ini umum terjadi seiring dengan bertambahnya usia.

Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang belum mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium

(11)

ini terjadi penambahan volume lensa akibat meningkatnya tekanan bahan lensa yang degeneratif segingga mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi miopik dan mengakibatkan bilik mata depan akan lebih sempit. Pada pemeriksaan iris shadow test akan didapatkan hasil positif (Khalilullah, 2010).

2.3.2 Diagnosis

Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Keluhan yang membawa pasien datang antara lain:

 Pandangan kabur

Kekeruhan lensa mengakibatkan penurunan pengelihatan yang progresif atau berangsur-angsur disebabkan karena gangguan masuknya cahaya ke retina. Pasien biasanya mengeluh seperti melihat asap at au kabut.

 Fotofobia

Penderita katarak sering kali mengeluhkan penglihatan yang silau d imana tingkat kesilauannya berbeda-beda mulai dari sensitifitas kontras yang menurun dengan latar belakang yang terang hingga merasa silau di siang hari atau sumber cahaya lain yang mirip pada malam hari (Ilyas, 2013; Khurana, 2007).

Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk mengetahui kemampuan melihat pasien. Pada pemeriksaan slit lamp  biasanya dijumpai keadaan palpebra, konjungtiva,dan kornea dalam keadaan normal. Kelainan yang dapat ditemukan pada pemeriksaan oftalmologi  pasien katarak imatur adalah sebagai berikut:

 Lensa

Pada lensa pasien didapatkan lensa keruh sebagain dengan kesan  berwarna putih keabuan tidak merata, sedangkan pada katarak imatur warna lensa putih padat merata dan lensa berwarna putih seperti susu cair  pada katarak hipermatur.

(12)

10

 Kamera okuli anterior

Pada katarak imatur kamera okuli anterior menjadi dangkal. Hal ini disebabkan oleh lensa yang mencembung akibat proses penyerapan air ke dalam lensa, kemudian lensa mendorong iris ke depan dan menyebabkan kamera okuli anterior menjadi sempit.

 Bayangan iris

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui derajat kekeruhan lensa. Pada pemeriksaan ini, sentolop disinarkan pada pupil dengan membuat sudut 45° dengan dataran iris. Semakin sedikit lensa keruh pada bagian  posterior maka semakin besar bayangan iris pada lensa tersebut.

Interpretasi:

 Bila bayangan iris pada lensa terlihat besar dan letaknya jauh terhadap

 pupil berarti lensa belum keruh selurunya, ini terjadi pada katarak imatur, keadaan ini disbut iris shadow test (+).

 Bila bayangan iris pada lensa kecil dan dekat terhadap pupil berarti

lensa sudah keruh seluruhnya. Keadaan ini terjadi pada katarak matur dengan iris shadow test (-).

 Pada katarak hipermatur, lensa sudah keruh seluruhnya mengecil serta

terletak jauh di belakang pupil, sehingga bayangan iris pada lensa  besar dengan iris shadow test (-).

(13)

 Fundus reflex

Pada katarak imatur akan tampak titik hitam diantara warna merah, sedangkan pada katarak matur fundus reflek negatif karena seluruh lensa sudah keruh merata

 Tekanan intraokular

Bisa normal atau meningkat. Peningkatan TIO yang meningkat pada katarak imatur biasanya jika sudah terjadi komplikasi berupa glaukoma sekunder (fakomorfik) (Ilyas, 2013; Khurana, 2007).

Tabel 1. Perbedaan mataritas katarak senilis (Ilyas, 2013).

Gejala Insipien Imatur Matur Hipermatur Kekeruhan lensa Ringan Sebagian Seluruh Massif

Cairan lensa  Normal Bertambah (air masuk)

 Normal Berkurang (air + masa lensa keluar)

Iris  Normal Terdorong Normal Tremulans

 Shadow test  Negativ Positif Negatif Pseudopositif

COA  Normal Dangkal Normal Dalam

Sudut bilik mata  Normal Sempit Normal Terbuka

2.3.3 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Ekstraksi lensa diindikasikan apabila penurunan penglihatan mengganggu aktivitas normal penderita. Indikasi pembedahan pada katarak senilis :

- Bila katarak menimbulkan penyulit seperti uveitis atau glukoma,

meskipun visus masih baik untuk bekerja, dilakukan operasi juga setelah keadaan menjadi tenang.

- Bila sudah masuk dalam stadium matur karena jika dibiarkan dan

menjadi hipermatur dapat meninmbulkan penyulit

- Bila visus meskipun sudah dikoreksi, tidak cukup untuk melakukan

(14)

12 Beberapa tipe ekstraksi lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE), ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE), Small Incision Cataract Surgery (SICS) dan phakoemulsifikasi. Untuk katarak imatur, teknik operasi yang dianjurkan adalah teknik phakoemulsifikasi.

 Phakoemulsifikasi

Phakoemulsifikasi merupakan suatu teknik ekstraksi lensa dengan memecah dan memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonik akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin phako akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan dan irisan akan pulih dengan sendirinya. Tehnik ini bermanfaat pada katarak senilis imatur, kongenital, traumatik. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat (Khailullah, 2010). Teknik ini menghasilkan insidensi komplikasi luka yang lebih rendah,  proses penyembuhan dan rehabilitasi visual lebih cepat. Teknik ini membuat sistem yang relatif tertutup sepanjang fakoemulsifikasi dan aspirasi, oleh karenanya mengontrol kedalaman COA sehingga meminimalkan risiko  prolaps vitreus (Ilyas, 2013).

(15)

Perawatan pasca operasi :

 Mata dibebat

 Diberikan tetes antibiotika dengan kombinasi antiinflamasi

 Tidak boleh mengangkat benda berat, menggosok mata, berbaring di

sisi mata yang baru dioperasi, dan mengejan keras.

 Kontrol teratur untuk evaluasi luka operasi dan komplikasi setelah

operasi.

2.3.4 Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien dengan katarak imatur adalah glaukoma sekunder. Lensa yang mencembung dapat mendorong iris dan menyebabkan sudut kamera okuli anterior menjadi sempit, akhirnya timbul glaukoma sekunder (fakomorfik). Selain komplikasi dari penyakit katarak imatur itu sendiri, komplikasi operasi katarak bervariasi berdasarkan waktu dan luasnya. Komplikasi dapat terjadi intra operasi atau segera sesudahnya atau periode pasca operasi lambat. Oleh karenanya penting untuk mengobservasi pasien katarak paska operasi dengan interval waktu tertentu yaitu pada 1 hari, 1 minggu, 1 bulan, dan 3 bulan setelah operasi katarak.

a) Komplikasi intra operatif

Edema kornea, ruptur kapsul posterior, pendarahan suprakoroid ekspulsif, disrupsi vitreus, incacerata kedalam luka serta retinal light toxicity.

 b) Komplikasi dini pasca operatif

 COA dangkal karena kebocoran luka dan tidak seimbangnya antara

cairan yang keluar dan masuk, adanya pelepasan koroid, blok pupil dan siliar, edema stroma dan epitel, hipotonus, brown-McLean  syndrome (edema kornea perifer dengan daerah sentral yang bersih  paling sering)

 Ruptur kapsul posterior, yang mengakibatkan prolaps vitreus

(16)

14 c) Komplikasi lambat pasca operatif

 Ablasio retina

 Endoftalmitis kronik yang timbul karena organisme dengan virulensi

(17)

BAB III KESIMPULAN

Katarak merupakan penyebab kebutaan utama di seluruh dunia dengan tingkat operasi yang tinggi. Salah satu jenis katarak yang sering terjadi adalah katarak senilis, yakni katarak yang terjadi pada usia lebih dari 50 tahun. Katarak senilis dapat dikategorikan dalam beberapa stadium maturitas, salah satunya adalah katarak senilis imatur. Pada katarak senilis imatur, kekeruhan terjadi hanya pada sebagian lensa. Pada stadium imatur, lensa cendering bersifat hidrasi dimana lensa menyerap air berlebih yang menyebabkan lensa mencembung dan mendorong iris ke depan. Hal ini dapat mengakibatkan sudut kamera okuli menjadi sempit sehingga katarak senilis imatur dapat mengalami komplikasi berupa glaukoma sekunder (fakomorfik). Penanganan utama katarak senilis imatur masih berupa operasi pengangkatan lensa dimana teknik operasi yang dianjurkan pada jenis katarak ini adalah teknik phacoemulsifikasi. Teknik ini cenderung memiliki komplikasi operasi yang lebih minimal dibandingkan teknik operasi katarak lainnya.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas S, Yulianti SR. 2013.  Ilmu Penyakit mata Edisi Keempat . Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Kanski JJ. 2007. Clinical ophtalmology 6 th edition. Edinburg : Elsevier Publisher Ltd.

Khailullah A. Said. (2010). Patologi dan Penatalaksanaan pada Katarak senilis.  Khalilullah, Said Alfin, Version 1(December), 1 – 15.

Khurana, A. K. (2007). Comprehensive Ophtalmology (4th ed.). New Delhi: New Age International.

Lang G. 2008. Ophtalmology A Short Text Book.   New York: Thieme Stuttgart Publisher

Tortora GJ dan Sandra RG. 2010.  Principle of Anatomy and Physiology 11th  Edition. USA: John Wiley & Sons Inc

Vaughan DG, Taylor A, Paul R. 2013. Oftalmologi umum edisi 17 . Jakarta : Widya Medika

Gambar

Gambar 1 . Anatomi Lensa
Gambar 2 . Mekanisme shadow test .
Tabel 1 . Perbedaan mataritas katarak senilis (Ilyas, 2013).
Gambar 3 . Phakoemulsifikasi.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarakan dari pertimbangan efektifitas maka jarak spasi pada kelompok tiang diambil 1,5D - 3,5D , diambil =.. ( Buku

Penentuan kasus dilakukan secara purposive sampling dengan keriteria; Rumah budel berbentuk rumah panggung milik masyarakat Gorontalo baik permanen maupun semi

Keluarga yang sehat jiwa adalah keluarga yang anggota keluarganya tidak ada gangguan jiwa atau risiko masalah psikososial. Semua hasil deteksi dimasukkan dalam buku deteksi

Sedangkan tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan pemahaman matematis siswa pada lapisan property noticing dengan materi logaritma ditinjau dari

Secara umum pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan pendekatan saintifik pada siklus I telah terlaksana cukup baik. Meskipun

MP-AEIP Bitung, Provinsi Sulawesi Utara yang terdiri atas sub-model industri berbasis perikanan laut, sub-model industri berbasis kelapa, sub-model industri berbasis

Sedangkan dari 32 sampel kontrol, sebanyak 20 orang (62,5%) yang melakukan kebiasaan menggantung pakaian kotor.Uji statistik dengan menggunakan Chi-square, diperoleh hasil p

Isilah matriks perbandingan berpasangan untuk KRITERIA dalam dimensi merchandise yang berkaitan dengan penentuan kebijakan pengelolaan private label di PT. Penentuan bobot