• Tidak ada hasil yang ditemukan

NON-ACTIVATED VERSION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NON-ACTIVATED VERSION"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

KEPEMIMPINAN PENDEKATAN SITUASIONAL

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Perilaku Organisasi

Oleh:

Ani Khalifah 103403041

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTASEKONOMI UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA 2011

NON-ACTIVATED VERSION

www.avs4you.com

(2)

LEMBAR PENGESAHAN/PENERIMAAN

Makalah ini telah diterima pada hari…………..…, tanggal………

oleh

Dosen Mata Kuliah Perilaku Organisasi,

Rd. Neneng Rina A., S.E., M.M.

NON-ACTIVATED VERSION

www.avs4you.com

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkata rahmat dan hidayah-Nya penulis telah mampu menyelesaikan makalah berjudul “KEPEMIMPINAN PENDEKATAN SITUASIONAL”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Organisasi.

Kepemimpinan situasional pada dasarnya adanya hubungan antara jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan, jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan, tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukkan dalam melaksanakan tugas khusus, fungsi, atau tujuan tertentu.

Pemahaman ini telah dikembangkan untuk membantu orang menjalankan kepemimpinan tanpa memperhatikan peranannya, yang lebih efektif didalam interaksinya dengan orang-orang lain setiap harinya. Paham ini melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif dan tingkat kematangan para pengikutnya. Dengan demikian, walaupun terdapat banyak variabel-variabel situasional yang penting lainnya seperti: organisai, tugas-tugas pekerjaan, pengawas, dan waktu kerja, akan tetapi penekanan dalam kepemimpinan situasional ini hanyalah pada perilaku pemimpin dan bawahannya saja. Perilaku pengikut atau bawahan sangat penting untuk mengetahui kepeimpinan situasional. Kareana bukan saja pengikut sebagai individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai kelompok pengikut secara kenyataannya dapat menentukan kekuatan pribadi apapun yang dipunyai pemimpin.

Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis banyak mendapat berbagai bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Rd. Neneng Rina A., S.E., M.M. selaku Dosen Mata Kuliah Perilaku Organisasi; 2. Orang tua yang selalu memberikan inspirasi dan do’a demi kelancaran

NON-ACTIVATED VERSION

(4)

pembuatan makalah ini;

3. Rekan-rekan Akuntansi yang telah memotivasi penulis untuk menyelesaikan makalah ini;

4. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak kekurangan baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Amin

Tasikmalaya, Oktober 2011

Penulis

NON-ACTIVATED VERSION

www.avs4you.com

(5)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN ……….. i KATA PENGANTAR ………... ii DAFTAR ISI ……….. iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ………. 2

C. Tujuan Makalah ……… 3

D. Kegunaan Makalah ………... 3

E. Prosedur Makalah ………. 3

BAB II KEPEMIMPINAN PENDEKATAN SITUASIONAL A. Kajian Teoritis ……… 4

B. Pembahasan ……… 5

BAB III SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ………... 13

B. Saran ………... 13

DAFTAR PUSTAKA

NON-ACTIVATED VERSION

www.avs4you.com

(6)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Masalah kepemimpinan adalah suatu hal yang urgen sekali dalam suatu organisasi, karena kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, semangat dan kekuatan moral yang mampu mempengaruhi anggota untuk merubah sikap, tingkah laku kelompok atau organisasi menjadi searah dengan kemauan dan aspirasi pemimpin terhadap anak buahnya (Kartono, 1998: 9). Courtois berpendapat bahwa kelompok tanpa pimpinan seperti tubuh tanpa kepala, mudah menjadi sesat, panik, kacau, anarki (Sutarto, 2006: 1). Sebagian besar umat manusia memerlukan pimpinan, bahkan mereka tidak menghendaki yang lain dari pada itu. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang harus ada dalam organisasi, menurut Davis dan Filley dalam Sutarto (2006:2) mendefinisikan organisasi sebagai berikut: “it has been

pointed out that an organztation consist a group of individuals cooperating under the direction of executive leadership toward the accomplishment of certain common objectives.” (Telah dinyatakan bahwa suatu organisasi terdiri

dari sekelompok orang yang bekerja di bawah pengarahan kepemimpinan eksekutif bagi pencapaian tujuan-tujuan umum yang pasti). Dari bukti-bukti tersebut nampak dengan tegas bahwa kepemimpinan merupakan masalah sentral dalam kepengurusan organisasi, maju mundurnya organisasi, dinamis statisnya organisasi, tumbuh kembangnya organisasi, mati hidupnya organisasi, senang tidaknya seseorang bekerja dalam suatu organisasi, serta tercapai tidaknya tujuan organisasi, sebagian ditentukan oleh tepat tidaknya kepemimpinan yang diterapkan dalam organisasi yang bersangkutan. Dalam kepemimpinan dimensi yang sangat penting adalah adanya keteladanan. Sebab dengan keteladanan, dalam berbagai hal tidak sulit bagi seorang pemimpin menegur bawahannya bila ada yang melakukan kesalahan. Selain keteladanan, inisiatif juga merupakan dimensi penting yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Keberadaan seorang pemimpin diharapkan memiliki

NON-ACTIVATED VERSION

(7)

kekuasaan dan wewenang dalam memerintah bawahan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ciri-ciri seorang pemimpin menurut Collons adalah memiliki kecerdasan, kelancaran bahasa, kesadaran akan kebutuhan, keluwesan, kesediaan menerima tanggung jawab, keterampilan sosial, kesadaran akan diri dan lingkungan (Umar, 2005: 32). Berg (1992:20) berpendapat bahwa salah satu faktor penentu keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan yang diinginkan adalah perusahaan tersebut 3 memiliki kemampuan sumber daya manusia yang tangguh. Dalam hal ini benar-benar mampu melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab. kemampuan seorang pemimpin sangat diperlukan untuk mengatur sumber daya manusia yang ada pada perusahaan secara efektif dan efisien.

Secara umum para pemimpin dan manajer melakukan sejumlah pekerjaan dengan amat tekun. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin dalam memimpin sebuah organisasi atau perusahaan sangatlah penting untuk menunjang kinerja pegawai dalam perusahaan. Dengan adanya gaya kepemimpinan yang efektif tersebut diharapkan dapat membuat kinerja pegawai meningkat, yang nantinya dapat mencapai visi dan misi yang maksimal. Untuk lebih mempermudah dalam memahami kepemimpinan tersebut perlu digunakan beberapa pendekatan. Pendekatan-pendekatan tersebut antara lain adalah pendekatan kepemimpinan berdasarkan sifat, pendekatan kepemimpinan berdasarkan tingkah laku, dan pendekatan kepemimpinan berdasarkan teori situasional, serta pendekatan kepemimpinan berdasarkan teori penerimaan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Kepemimpinan Situasional?

2. Jelaskan variabel-variabel pendukung dalam Pendekatan Situasional? 3. Jelaskan macam-macam tingkat kematangan anak buah dalam

NON-ACTIVATED VERSION

(8)

Kepemimpinan Pendekatan Situasional? C. Tujuan Makalah

Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:

1. Definisi kepemimpinan situasional;

2. Variabel-variabel pendukung dalam pendekatan situasional;

3. Macam-macam tingkat kematangan anak buah dalam Kepemimpinan Pendekatan Situasional.

D. Kegunaan Makalah

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat bagi penulis, pembaca, dan pihak-pihak yang terkait didalamnya. Secara teoritis makalah ini disusun agar si pembaca atau pihak lainnya mendapatkan ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas dari makalah ini.

E. Prosedur Makalah

Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penulis akan menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan konprehensif. Data teoritis dalam makalah ini dikumpulkan dengan teknik study pustaka, artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai literature yang relevan dengan tema makalah. Data tersebut diolah dengan teknik analisis isi melalui kegiatan mengeksposisikan data serta mengaplikasikan data.

BAB II

NON-ACTIVATED VERSION

www.avs4you.com

(9)

PEMBAHASAN A. Kajian Teoritis

1. Teori Kepemimpinan

Siagian (2002), mengatakan “Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain, dalam hal ini para bawahannya sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pimpinan meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenanginya”.

Anoraga (2005) mengemukakan bahwa “Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, melalui komunikasi, baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang agar dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan itu”.

Robbins dan Judge (2008) mendefenisikan “Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai sebuah visi atau serangkaian tujuan yang ditetapkan”.

Menurut Sulvian dan Decker (1989) dalam Suyanto (2009), bahwa “Kepemimpinan merupakan penggunaan keterampilan seseorang dalam mempengaruhi orang lain, untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya”.

Ivansevich dan Matteson (2008) menyatakan kepemimpinan merupakan kemampuan untuk memakai pengaruh dalam lingkungan atau situasi organisasi, untuk menghasilkan efek yang berarti dan berdampak langkung terhadap pencapaian tujuan yang menantang.

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk berbuat guna mewujudkan tujuan-tujuan yang sudah ditentukan. Kepemimpinan selalu melibatkan upaya seseorang (pemimpin) untuk mempengaruhi perilaku seseorang pengikut atau para pengikut dalam suatu situasi. (Manullang.M., & Manullang. M, 2001).

Sedangkan menurut Ishak. A dan Hendry. T (2003), kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang untuk menguasai atau

NON-ACTIVATED VERSION

(10)

mempengaruhi orang lain atau masyarakat yang berbeda-beda menuju pencapaian tertentu.

B. Pembahasan

Kepemimpinan merupakan kemampuan dan kesiapan yang dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan dan kalau perlu memaksa ortang lain agar dapat berbuat sesuatu untuk mencapai tujuan organisasi. Kebutuhan untuk memahami kepemimpinan yang dipertautkan dengan situasi tertentu, pada hakekatnya telah dikenal dari usaha-usaha pada penelitian yang terdahulu.

Konsep kepemimpinan dapat dilihat dari dua kubu, yaitu Kubu Determinisme yang menganggap bahwa pemimpin dilahirkan (Takdir), dan kubu Non Determinisme yang menganggap bahwa pemimpin merupakan suatu proses (dapat dipelajari). Berbagai penelitian tentang kepemimpinan telah melahirkan berbagai Pendekatan dalam studi kepemimpinan, seperti : pendekatan kesifatan, perilaku dan situasional. Pendekatan kesifatan, memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat (traits) yang tampak pada seseorang. Pendekatan perilaku, bermaksud mengidentifikasi perilaku-perilaku (behaviors) pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan efektif. Kedua pendekatan ini (sifat dan perilaku) mempunyai anggapan bahwa seorng individu yang memiliki sifat-sifat tertentu atau memperagakan perilaku-perilaku tertentu akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi kelompok apapun dimana dia berada.

Pendekatan situasional yaitu pendekatan yang menganggap bahwa kondisi yang menentukan efektifitas kepemimpinan bervariasi dengan situasi-tugas-tugas yang dilakukan, keterampilan dan penghargaan bawahan, lingkungan organisasi, pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan. Pandangan situasional ini telah menimbulkan pendekatan contingency pada kepemimpinan, yang bermaksud untuk menetapkan faktor-faktor situasional yang menentukan seberapa besar efektifitas gaya kepemimpinan tertentu. Pendekatan situasional ini muncul karena para peneliti mengenai gaya

NON-ACTIVATED VERSION

(11)

kepemimpinan tidak menemukan pendekatan yang paling efektif bagi semua situasi (Fielder, dengan teori contingency, Tannembaum dan Schmidt, dengan teori rangkaian kesatuan kepemimpinan (leadership continuum), Hersey dan Blanchard, dengan teori siklus kehidupan)..

Beberapa pendekatan situasional terdiri dari : 1. Model Kontigensi Fiedler

Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya.

Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur tugas (the task structure) dan kekuatan posisi (position power). Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin.

Struktur tugas menjelaskan sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang baku.

Kekuatan posisi menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin (misalnya) menggunakan otoritasnya dalam memberikan hukuman dan penghargaan, promosi dan penurunan pangkat (demotions).

NON-ACTIVATED VERSION

www.avs4you.com

(12)

2. Model Kepemimpinan Vroom – Jago

Model kepemimpinan ini menetapkan prosedur pengambilan keputusan yang paling efektif dalam situasi tertentu. Dua gaya kepemimpinan yang disarankan adalah autokratis dan gaya konsultatif, dan satu gaya berorientasi keputusan bersama.    Dalam pengembangan model ini, Vroom dan Yetton membuat beberapa asumsi yaitu :

a. Model ini harus dapat memberikan kepada para pemimpin, gaya yang harus dipakai dalam berbagai situasi.

b. Tidak ada satu gaya yang dapat dipakai dalam segala situasi.

c. Fokus utama harus dilakukan pada masalah yang akan dihadapi dan situasi dimana masalah ini terjadi.

d. Gaya kepemimpinan yang digunakan dalam satu situasi tidak boleh membatasi gaya yang dipakai dalam situasi yang lain.

e. Beberapa proses social berpengaruh pada tingkat partisipasi dari bawahan dalam pemecahan masalah.

3. Model Kepemimpinan Jalur Tujuan

Model kepemimpinan jalur tujuan (path goal) menyatakan pentingnya pengaruh pemimpin terhadap persepsi bawahan mengenai tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalur pencapaian tujuan. Dasar dari model ini adalah teori motivasi eksperimental. Model kepemimpinan ini dipopulerkan oleh Robert House yang berusaha memprediksi ke-efektifan kepemimpinan dalam berbagai situasi.

Menurut Path-Goal Theory, dua variabel situasi yang sangat menentukan efektifitas pemimpin adalah karakteristik pribadi para bawahan/karyawan dan lingkungan internal organisasi seperti misalnya peraturan dan prosedur yang ada. Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih sempurna dibandingkan  model-model sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan dalam organisasi, namun demikian model ini belum dapat menghasilkan klarifikasi yang

NON-ACTIVATED VERSION

(13)

jelas tentang kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin dan variabel situasional.

4. Model Kepemimpinan Situasional Hersey-Blanchard

Pendekatan situasional menekankan pada ciri-ciri pribadi pemimpin dan situasi, mengemukakan dan mencoba untuk mengukur atau memperkirakan ciri-ciri pribadi ini, dan membantu pimpinan dengan garis pedoman perilaku yang bermanfaat yang didasarkan kepada kombinasi dari kemungkinan yang bersifat kepribadian dan situasional.

Pendekatan situasional atau pendekatan kontingensi merupakan suatu teori yang berusaha mencari jalan tengah antara pandangan yang mengatakan adanya asas-asas organisasi dan manajemen yang bersifat universal, dan pandangan yang berpendapat bahwa tiap organisasi adalah unik dan memiliki situasi yang berbeda-beda sehingga harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tertentu.

Lebih lanjut Yuki menjelaskan bahwa pendekatan situasional menekankan pada pentingnya faktor-faktor kontekstual seperti sifat pekerjaan yang dilaksanakan oleh unit pimpinan, sifat lingkungan eksternal, dan karakteristik para pengikut.

Robbins dan Judge (2007) menyatakan bahwa pada dasarnya pendekatan kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard mengidentifikasi empat perilaku kepemimpinan yang khusus dari sangat direktif, partisipatif, supportif sampai laissez-faire. Perilaku mana yang paling efektif tergantung pada kemampuan dan kesiapan pengikut. Sedangkan kesiapan dalam konteks ini adalah merujuk pada sampai dimana pengikut memiliki kemampuan dan kesediaan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Namun, pendekatan situasional dari Hersey dan Blanchard ini menurut Kreitner dan Kinicki (2005) tidak didukung secara kuat oleh penelitian ilmiah, dan inkonsistensi hasil penelitian mengenai kepemimpinan situasional ini dinyatakan oleh Kreitner dan Kinicki (2005) dalam berbagai penelitian sehingga pendekatan ini tidaklah akurat dan sebaiknya hanya digunakan dengan catatan-catatan khusus.

NON-ACTIVATED VERSION

(14)

LPC (Least Preferred Co-worker) CONTINGENCY MODEL (Fielder) Model kontijensi efektifitas kepemimpinan ini menyimpulkan bahwa seorang menjadi pemimpin bukan hanya karena kepribadian yang dimilikinya, tetapi juga karena berbagai faktor situasi dan saling hubungan antara pemimpin dengan bawahan. Keberhasilan seorang pemimpin tergantung (contingent) baik kepada keadaan diri pemimpin maupun kepada keadaan organisasi Pemimpin yang cenderung berhasil pada situasi tertentu belum tentu berhasil pada situasi yang lain. Variabel Situasional.

Fielder mengemukakan 3 dimensi variabel situasional yang mempengaruhi gaya kepemimpinan, yaitu

1. Hubungan pemimpin dengan bawahan (anggota) (Leaser-Member Relations), sejauhmana pimpinan diterima oleh anggotanya.

2. Posisi kekuasaan atau Kekuatan posisi (Position Power), kekuasaan dari organisasi, artinya sejauhmana pemimpin mendapatkan kepatuhan dari bawahannya dengan menggunakan kekuasaan yang bersumber dari organisasi secara formal (bukan kekuasaan yang berasal dari kharisma atau keahlian). Pemimpimpin yang memiliki kekuasaan yang jelas (kuat) dari organisasi akan lebih mendapatkan kepatuhan dari bawahannya.

3. Struktur Tugas (Task Structure), Kejelasan tugas dan tanggung jawab setiap orang dalam organisasi. Apabila tatanan tugas cukup jelas, maka prestasi setiap orang yang ada dalam organisasi lebih mudah dikiontrol dan tanggung jawab setiap orang lebih pasti.

Berdasarkan tiga dimensi variabel situasional tersebut, maka ada dua gaya kepemimpinan menurut Fielder, yaitu

1. Gaya kepemimpinan yang mengutamakan tugas (task oriented), dan

2. Gaya kepemimpinan yang mengutamakan hubungan dengan bawahan (Human relations).

Teori contijensi dari Fielder mengatakan bahwa efektivitas suatu kelompok atau organisasi tergatung pada interaksi antara kepribadian pemimpin dan sutuasi. Situasi dirumuskan dengan dua karasteristik, yaitu :

NON-ACTIVATED VERSION

(15)

situasi yang sangat menyenangkan (menguntungkan) dan situasi yang sangat tidak menyenangkan (tidak menguntungkan).

1. Situasi sangat menyenangkan (menguntungkan), adalah situasi dimana pemimpin menguasai, mengendalikan dan mempengaruhi situasi.

2. Situasi sangat tidak menyenangkan (tidak menguntungkan), adalah situasi yang dihadapi oleh manajer dengan ketidak pastian.

Dalam teori pendekatan situasional, kepemimpinan yang efektif adalah bagaimana seorang pemimpin dapat mengetahui keadaan baik kemampuan ataupun sifat dari anak buah yang di pimpinnya untuk kemudian pemimpin dapat menentukan perintah atau sikap terhadap anak buah sesuai dengan keadaan atau pun kemampuan anak buahnya.

Tingkat kematangan atau kemampuan anak buah ada empat macam yaitu : intruksi, konsultasi, delegasi dan partisipasi. adapun gaya yang tepat di terapkan dalam keempat tingkat kematangan anak buah seperti yang telah di jelaskan oleh Miftah Thoha dala bukunya Kepemimpinan dalam Manajemen adalah sebagai berikut:

1. Instruksi, yaitu perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan rendah dukungan dirujuk sebagai instruksi karena gaya ini dicirikan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin memberikan batasan peranan pengikutnya dan memberitahu mereka tentang apa, bagaimana, bilamana, dan dimana melaksankana berbagai tugas. Inisiatif pemecahan masalah dan pembuatan keputusan semata-mata dilakukan oleh pemimpin. Pemecahan masalah dan keputusan diumumkan, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh pemimpin.

2. Konsultasi, yaitu perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan tinggi dukungan dirujuk sebagai konsultasi, karena dalam menggunakan gaya ini, pemimpin masih banyak memberikan pengarahan dan masih membuat hampir sama dengan keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan banyaknya komunikasi dua arah dan perilaku mendukung, dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang keputusan yang dibuat, serta ide-ide dan saran-saran mereka. Meskipun dukungan ditingkatkan,

NON-ACTIVATED VERSION

(16)

pengendalian (control) atas pengambilan keputusan tetap pada pemimpin. 3. Partisipasi, yaitu perilaku pemimpin yang tinggi dukunagn dan rendah

pengarahan dirujuk sebagai partisipasi, karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Dengan penggunaan gaya 3 ini, pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan, peran pemimpin adalah secara aktif mendengar. Tanggung jawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar berada pada pihak pengikut. Hal ini sudah sewajarnya karena pengikut memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas. Gaya ini melibatkan perilaku hubungan kerja yang tinggi dan perilaku berorientasi tugas yang rendah.

4. Delegasi, yaitu perilaku pemimpin yang rendah dukungan dan rendah pengarahan dirujuk sebagai delegasi, karena pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan bawahan sehingga tercapai kesepakatan mengenai definisi masalah yang kemudian proses pembuatan keputusan didelegasikan secara keseluruhan kepada bawahan. Sekarang bawahanlah yang memiliki kontrol untuk memutuskan tentang bagaimana cara pelaksanaan tugas. Pemimpin memberikan kesempatan yang luas bagi bawahan untuk melaksanakan pertunjukan mereka sendiri karena mereka memiliki kemampuan dan keyakinan untuk memikul tanggung jawab dalam pengarahan perilaku mereka sendiri.

Sejumlah variabel situasional seperti yang dikemukakan di atas dapat mempengaruhi gaya kepmimpinan dalam suatu situasi tertentu. Variabel itu diantaranya termasuk waktu, tuntuta tugas, iklim, organisasi, harapan-harapan dan kemampuan atasan, teman sejawat, dan bawahan. Walaupun diakui faktor-faktor itu semuanya mempunyai pengaruh yang penting terhadap efektifitas gaya tertentu. Tetapi hal tersebut tidak memberikan kemungkinan bagi pemimpin untuk menguji ketepatan semua variabel yang diajukan oleh para ahli tersebut, sebelum memutuskan gaya mana yang harus diterapkan.

NON-ACTIVATED VERSION

(17)

Hal inilah yang menjadi dasar pendekatan kepemimpinan situasional disekitar faktor utama yang mempunyai dampak terbesar atas gaya kepemimpinan yang bisa diterapkan oleh pemimpin dalam suatu situasi tertentu, yakni pengikut atau bawahan. Secara khusus, telah dikemukakan bahwa banyak pengarahan atau dukungan yang harus diberikan oleh pemimpin tergantung pada tingkat kematangan yang ditunjukkan para pengikut atas suatu tugas, fungsi, atau tujuan tertentu yang ingin dilaksanakan oleh pemimpin melalui individu atau kelompok.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan yang efektif adalah pemimpin yang dapat menyesuaikan gaya kepemimpinannya sesuai dengan tingkat kematangan anak buahnya. Hubungan antara gaya kepemimpinan dan tingkat kematangan anak buah adalah Jika anak buah dalam kematangan yang rendah maka gaya kepemimpinan yang efektif adalah instruksi. Jika kematangan anak buah sedang bergerak dari rendah kesedang maka gaya kepemimpinan yang efektif adalah konsultasi. Jika tingkat kematangan anak buah dari sedang ke tinggi maka gaya kepemimpinan yang efektif adalah partisipasi. Dan jika kematangan anak buah adalah tinggi maka gaya kepemimpinan yang efektif adalah delegasi.

Pada dasarnya tidak ada pemimpin yang baik yang ada adalah pemimpin yang efektif, yaitu pemimpin yang selalu berubah-ubah perilakunya sesuai dengan tingkat perkembangan kedewasaan bawahannya. Oleh karena itu, seorang pemimpin dapat berperilaku efektif, akan lebih cocok apabila pemimpin itu dapat menerapkan ajaran teori kepemimpinan situasi. Dan teori kepemimpinan situasi sendiri pada hakikatnya merupakan teori yang dikembangkan dari teori kepemimpinan perilaku. Sedang teori kepemimpinan perilaku berdasarkan perkembangannya bersumber pada ajaran-ajaran yang dihasilkan oleh teori kepemimpinan sifat.

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

NON-ACTIVATED VERSION

www.avs4you.com

(18)

A. Simpulan

1. Pendekatan situasional yaitu pendekatan yang menganggap bahwa kondisi yang menentukan efektifitas kepemimpinan bervariasi dengan situasi-tugas-tugas yang dilakukan, keterampilan dan penghargaan bawahan, lingkungan organisasi, pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan. 2. Variabel-variabel pendukung dalam Kepemimpinan Pendekatan

Situasional antara lain: Hubungan pemimpin dengan bawahan (anggota), Posisi kekuasaan atau Kekuatan posisi (Position Power) dan Struktur Tugas (Task Structure).

3. Macam-macam tingkat kematangan anak buah dalam Kepemimpinan Pendekatan Situasional meliputi: intruksi, konsultasi, delegasi dan partisipasi.

NON-ACTIVATED VERSION

www.avs4you.com

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Thoha, Miftah. (1994). Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Tampubolon, Manahan P. (2004). Perilaku Keorganisasian. Jakarta: Ghalia

Indonesia. http://edymartin.wordpress.com/2007/10/19/gaya-kepemimpinan-situasional.[25Oktober2011] http://www.bintan-s.web.id/2011/04/pendekatan-kepemimpinan-berdasarkan_29.html.[25Oktober2011]

NON-ACTIVATED VERSION

www.avs4you.com

Referensi

Dokumen terkait

Hasil perhitungan kadar ALP secara statistik menunjukkan adanya pengaruh penggunaan deksametason terhadap tikus jika dibandingkan dengan kelompok tikus kontrol.. Hal ini

Artinya konsumen atau pelanggan kartu prabayar Tri di Kelurahan Wawalintouan menganggap harga sebagai salah satu pertimbangan utama untuk menggunakan kartu prabayar Tri

Adapun tujuan penelitian mengetahui peran Kepolisian dalam menganalisis tindak pidana pemalsuan surat, dan mengetahui factor-faktor yang menghambat penyidikan

Sistem yang dibangun memetakan dan meramalkan serangan organisme pengganggu tanaman di Kabupaten Boyolali dengan peta berbasis Google Map dan dengan peramalan

Kratom ( Mitragyna speciosa ) merupakan salah satu jenis tumbuhan yang terdapat dalam wilayah hutan di Indonesia yang belum dimanfaatkan secara optimal. Kratom

Ini dikenal dengan laju filtrasi glomerulus (GFR = Glomerular Filtration Rate). Gerakan masuk ke kapsula bowmans disebut filtrat. Tekanan filtrasi berasal dari perbedaan tekanan

1) Berdasarkan proses analisis le mbar observasi dapat dibuktikan penerapan buku teks 《汉字识写课本 上》 dalam pe mbela jaran menulis aksara Han siswa kelas X

peranan guru sebagai pendidik dalam pembelajaran untuk mengembangkan kecerdasan linguistik melalui bermain peran, guru mengajarkan anak bahasa yang sopan, jelas dan