• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pulau kecil disekitarnya. Pulau yang berada ditengah-tengah laut yang letaknya ber

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pulau kecil disekitarnya. Pulau yang berada ditengah-tengah laut yang letaknya ber"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Lokasi Penelitian

Pulau Simeulue yang terletak diujung kepulauan Sumatera dan merupakan sebuah pulau yang terletak ditengah samudra. Pulau Simeulue juga memiliki pulau – pulau kecil disekitarnya. Pulau yang berada ditengah-tengah laut yang letaknya ber mil-mil dari darat ini, membuat pulau ini cukup susah dijangkau atau dikunjungi oleh masyarakat luar, dan untuk mencapai pulau Simeulue ini memerlukan waktu yang cukup lama. Jauhnya pulau ini dari masyarakat luar, membuat pemandangan di kabupaten Simeuleu masih terlihat alami, terlihat dari pantainya yang bersih, pasirnya yang putih, lautnya yang biru, ditambah sejuknya pepohonan kelapa yang berada dipinggir pantai tersebut. dan beberapa pantai yang berombak besar saat ini juga dimanfaatkan untuk bermain selancar (surfing) oleh warga asing.

Kabupaten Simeulue ini memiliki beberapa pulau kecil dengan ekosisem biota laut yang sangat banyak. Laut Simeulue yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia, Hindia dan perairan dunia yang menjadi lintasan jalur pelayaran internasional. Kabupaten Simeulue yang dikeliling laut ini mempunyai sumber daya alam dalam sector perikananan yang cukup menjanjikan, seperti budidaya ikan laut, budidaya ikan tawar, budidaya rumput laut, budidaya tripang dan budidaya lobster

(2)

atau dalam bahasa pulau disebut “lahok”. Lobster atau lahok yang menjadi primadona kebanggaan Simeulue ini mempunyai nilai jual yang tinggi. Lobster juga mempunyai protein yang tinggi ini cukup banyak peminatnya. Lobster juga di impor keluar daerah bahkan sampai keluar negeri.

Simeulue juga mempunyai sumber daya alam dalam bidang pertanian yakni: kelapa sawit, cengkeh, kelapa dan pinang. Sekitar tahun 1981 pulau Simeulue terkenal dengan hasil cengkeh nya yang melimpah. Pada masa itu masyarakat Simeulue hidup sejahtera. Tapi beriring waktu hasil cengkeh pun berkurang karena kurangnya membudidayakan tanaman cengkeh. Sekarang pemerintah kabupaten Simeulue sedang marak maraknya membudidayakan kebun kelapa sawit yang dikelolah oleh pemerintah setempat. Selain sumber daya alam dalam perikanan dan pertanian, Simeulue juga memiliki sumber alam dalam bidang potensi peternakan contohnya sapi dan kerbau. Kerbau merupakan jenis hewan ternak yang penting khususnya di kabupaten Simeulue, kegunaan untuk membajak sawah, dagingnya juga bisa dikomsumsi, serta hewan ternak ini juga di impor keluar.

Letak Simeulue yang jauh dari daratan ini membuat pulau ini kurang dikenal oleh masyarakat luar. Tetapi semenjak bencana gempa dan tsumani yang melanda Aceh pada tahun 2004 membuat Simeulue mulai terkenal. Letak pulau Simeulue yang berada ditengah-tengah laut ini diperkirakan pulau Simeulue telah tenggelam karena pusat gempanya berada di pulau Simulue sendiri. Tetapi di kabupaten Simeulue sendiri ditemukan fenomena yang ajaib. Mskipun catatan menunjukan bahwa di

(3)

seluruh wilayah Kabupaten simeulue lebih dari 1.700 rumah hancur tersapu gelomabang tsunami, akan tetapi jumlah korban jiwa yang meninggal hanya tujuh orang. Sedikitnya korban yang ada di Kabupaten Simeulue menjadi pertanyaan besar mengapa bisa demikian. Adanya sebuah pemahaman oleh masyarakat Simeulue tentang mengetahui tanda-tanda akan terjadi bencana dan cara mengatasi bencana tersebut, membuat masyarakat Simeulue terhindar dari gelombang tsunami. Masyarakat pulau Sieulue belajar dari kejadian gempa dan tsunami yang terjadi pada beberapa ratus tahun yang lalu, dan mengembangkan istilah sendiri yang dikenal dengan smong yang artinya air laut surut dan segera lari kebukit atau ketempat yang lebih tinggi. Istilah smong kembali diceritakan kepada anak cucu dan menjadi dongeng yang melekat untuk masyarakat Simeulue.

Akhir-akhir ini pun pulau Simeulue sekarang banyak diberitakan dilayar televisi karena pulau ini menjadi pusat gempa yang sering melanda Sumatera. Dampak dari bencana tsnami tersebut membawa dampak yang cukup baik untuk pulau Simeulue. Karena bencana gempa tersebut menjadikan pulau Simeulue telah dikenal oleh banyak orang, maka orang luar pun telah banyak mengunjungi Simeulue hingga saat ini masih ada beberapa warga negara asing yang menetap di pulau Simeulue.

2.2. Letak Keadaan Geografis

Kabupaten dengan ibu kota Sinabang terletak disebelah barat daya Profinsi Nanggroe Aceh Darusalam, berjarak 105 Mil dari Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat,

(4)

atau 85 Mil laut dari Tapak Tuan Kabupaten Aceh Selatan, serta berada koordinat 2°15 – 2°55 Lintang Utara dan terbentang dari 95°40 sampai dengan 96°30 Bujur Timur (Peta Rupa Bumi skala 1 : 250.000 oleh Bakosurtanal). Panjangnya pulaunya sekitar 100,2 km dengan lebar berkisar 8-28 km yang secara keseluruhan memiliki luas 198.021 Ha.

Kabupaten Simeulue merupakan gugus kepulauan yang terdiri dari 41 pulai besar dan kecil. Pulau yang terbesar adalah pulau Simeulue yang panjang nya ± 100,2 Km dan lebar 8 – 28 Km. pulau Simeulue memiliki luas 199.502 Ha, atau ± 94 % dari 212.512 Ha luas keseluruhan Kabupaten Simeulue. Sedangkan luas sisanya, yakni 14.491 dibagi tidak sama rata untuk P. Siumat, P. Panjang, P. Batu Berlayar, P. Mincau, P. Simeulue Cut, P. Pinang, P. Dara, P. Langgeni, P. Linggam, P. Lekon, P. Selaut, P. Silauik, P. Tepi, P. Ina, P. Alafulu, P. Penyu, P. Tinggi, P. Kecil, P. Khala-Khala, P. Asu, P. Babi, P. Lasia dan pulau-pulau kecil lainnya. Kepulauan ini dikelilingi oleh Samudra Indonesia dan berbatasan langsung dengan perairan internasional.

Adapun batas wilayah kabupaten Simeulue berada pada:

• Sebelah Utara berbatasan dengan samudra Hindia dan Kepulauan Aceh

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia dan Kepulauan Banyak

(5)

• Sebelah Timur berbatasan dengan daratan Samudra (kabupaten Aceh Barat Daya)

2.1.1 Tanah

Kepulauan Simeule bukan merupakan kepulauan vulkanik yang memiliki curah hujan yang tinggi karena dikelilingi samudra yang luas. Tananya numumnya memiliki tingkat kesamaan yang tinggi, seperti podsolik merah kuning, podsolik merah coklat, alluvial, organosol, batu kapur dan tanah bergambut.

Menurut Peta Rupa Bumi skala 1 : 250.000 (bakosurtanal), titik terendah Pulau Simeulue terletak pada nol meter di atas permukaan laut, sedangkan titik tertingginya terletak pada 600 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayahnya terletak pada ketinggian 0-300 meter di atas permukaan laut dan sisanya merupakan daerah berbukit-bukit dengan kemiringan dibawah 18° yang terletak di tengah pulau.

2.1.2 Iklim dan Cuaca

Secara umum Kabupaten Simeulue beriklim tropika basah dengan curah hujan 2.828 mm/tahun dan merata di setiap pulau. Keadaan cuaca ditentukan oleh penyebaran musim. Pada musim barat yang berlangsung sejak bulan September hingga Februari, sering terjadi.

Hujan yang disertai badai dan gelombang besar sehingga sangat berbahaya bagi pelayaran. Sedangkan pada musim timur yang berlangsung sejak bulan Maret

(6)

hingga Agustus, biasanya terjadi kemarau yang diselingi hujan yang tidak merata serta keadaan laut yang relative tenang. Suhu berkisar antara 25° - 33° serta kelembaban nisbi antara 60 – 75 % yang berlangsung sepanjang tahun. Kecepatan angin rata-rata sebesar 3 knot.

2.2 Sejarah Kabupaten Simeulue

Kabupaten Simeulue dengan persekutuan beberapa suku atau penduduk yang mendiaminya disebut Banon. Awal mula pemerintahan Simeulue secara testruktur dan teratur dibentuk oleh Belanda dan Jepang. Pada pertengahan abad 18 atau zaman Kolonil Belanda, Simeulue dibagi kepada lima Banon yaitu, Banon Teupah, Banon Simulul, Banon Sigulai, Banon Leukon, Banon Salang, setelah itu berubah kembali pada masa kekuasaan Belanda nama baru disesuaikan dengan struktur pemerintahan Belanda dan Jepang.

Pada masa penjajahan Belanda, pulau Simeulue merupakan salah satu bagian Afdelling witkust Fan Aceh disebut dengan Onderarfdeeling. Simeulue sejak tahun 1912 yang diperintah seseorang controller dan dibagi atas nama lima landschap yaitu:

1. Landschap Teupah dengan ibu negerinya Sinabang 2. Landschap Salang ibu negerinya Nasreuhe

3. Lanschap Simeulue dengan ibu negerinya Simeulue 4. Lanschap Leukon ibu negerinya Leukon

(7)

Masing-masing Lanschap tersebut di kepalai oleh seorang Zelthertuurder yang memimpin pada masing-masing lanschap pada tahun 1916 adalah :

1. Landschap Teupah dipimpin oleh Sultan Amin 2. Landschap Salang dipimpin oleh Datol Ma’syawal

3. Landschap Simeulue dipimpin oleh Teungku Raja Mahmud 4. Landschap Leukon dipimpin oleh Silagauri

5. Landschap Sigulai dipimpin oleh Datuk M. Tunei

Istilah Landschap membedakan cara pembagian daerah di pulau Simeulue pada masa penjajahan Belanda dengan masa-masa sebelum dan sesudah penjajahannya. Penggunaan istilah landschap ini berakhir terhadap wilayah-wilayah di pulau Simeulue adaalh sejalan dengan berakhirnya penjajahan Belanda di daerah ini.

Setelah berakhir penjajahan Belanda pada tahun 1942, Jepang mulai berkuasa dengan menginjakan kakinya di Simeulue dalam tahun 1942. Namun dengan mendaratnya Jepang wilayah pulau Simeulue tetap dibagi lima wilayah dengan wilayah-wilayah yang sama, akan tetapi dari segi istilah-istilanya yang digunakan pada masa penjajahan Belanda terhadap bagian-bagian wilayah Simeulue seperti landschap, diganti oleh Jepang dengan bahasanya sendiri yaitu son.

Adapun nama-nam daerah yang diganti dengan istilah Jepang adalah: 1. Landschap Teupah diganti dengan Teupah Son

(8)

2. Landschap Simeulue diganti dengan Simeulue Son 3. Landschap Salang diganti dengan Salang Son 4. Landschap Leukon diganti dengan Leukon Son 5. Landschap Sigulai diganti dengan Sigulai Son

Begitu juga dengan orang-orang yang menjadi kepala masing-masing Son tersebut. Jepang tidak menaru kepercayaan terhadap orang-orang yang pernah menjadi kepercayaan Belanda, maka orang yang menjadi kepala masing-masing landschap juga diganti dengan orang yang menjadi kepercayaan orang Jepang. Dalam penyelenggaraan pemerintahan wilayah kerja Simeulue dikepalai oleh seoarang yang disebut Guntyoo yang berfungsi sebagai kepala pemerintahan. Sedangkan untuk masing-masing daerah (son) dikepalai seorang yang disebut suntyoo. Adapun nama-nama yang diangkat sebagai suntyoo pada masa penjajahan Jepang untuk masing-masing son tersebut adalah sebagai berikut:

1. Teupah son dikepalai oleh T. Raja Mahmud 2. Simeulue son dikepalai oleh T. Raja Mahmud 3. Salang son dikepalai oleh T. Hamzah

4. Leukon son dikepalai oleh Syamsudin 5. Sigulai son dikepalai T.R. Husaini

Jepang juga pernah berkuasa menjalankan kegiatan adminitrasinya di kepulauan Simeulue yang berlangsung hingga kemerdekaan Indonesia. Setelah Jepang menyerah tampa syarat kepada sekutu karena kota Hirosima dan Nagasaki dibom

(9)

oleh sekutu, maka pada saat ituseluruh berita kekalahan Jepang cepat sekali menyebar samapi ke polosok negeri. Tepat pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia mengumandangankan kemerdekaan dan beritanya terus disampaikan oleh seluruh pejuang Indonesia dari satu negeri hingga ke negeri berikutnya. Begitu pula dengan pulau-pulau yang berjarak sekitar 105 mil laut sebelah barat daya wilayah sumatera juga mendapatkan kabar yang sama pada tanggal 25 Desember 1945.

Dengan merdekanya Indonesia maka daerah Aceh juga ikut merdeka. Kabupaten Simeulue yang merupakan bagian pemekaran dari Aceh Barat ini merupakan Kabupaten Simulue adalah salah satu kabupaten termuda di Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam. Perjuangan untuk meningkatkan status Simeulue menjadi sebuah Kabupaten telah dimulai sejak tahun 1957 melalui Kongres Rakyat Simeulue. Sebelum tahun 1965, wilayah yang terletak disebelah barat daya Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam ini merupakan salah satu kewedanana dan bagian dari bagian Aceh Barat. Sejak tahun 1967 sampai 1996 daerah yang terdiri dari 41 pulau besar dan kecil ini berubah status menjadi wilayah pembantu Bupati. Selanjutnya, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 1996, status gugus kepulauan yang terpisah + 100 Mil Laut dari Pulau Sumatera ini meningkat menjadi Kabupaten Administrasif. Akhirnya berdasarkan undang-undang No. 48 Tahun 1999 yang dikeluarkan pada tanggal 12 Oktober 1999, Kabupaten yang berluas 212.512 Ha ini diresmikan menjadi Kabupaten Otonom.

(10)

Sebelumnya Simeulue yang terdiri dari lima kecamatan ini, pada tahun 2002 terjadi pemekaran kecamatan lagi sehingga terbentuklah delapan kecamatan lagi, yaitu:

1. Kecamatan Simeulue Timur dengan ibu kotanya Sinabang 2. Kecamatan Simeulue Tengah dengan ibu kotanya Kampung aie 3. Kecamatan Simeulue Barat dengan ibu kotanya Sibigo

4. Kecamatan Teupah Barat dengan ibu kotanya Salur 5. Kecamatan Teupah Selatan dengan ibu kotanya Kawat 6. Kecamatan Salang dengan ibu kotanya Nasrehe

7. Kecamatan Teluk Dalam dengan ibu kotanya Luan Balu 8. Kecamatan Alafan dengan ibu kotanya Alafan

2.3. Gambaran Umum Kecamatan

Penelitian ini dilakukan dikecamatan Simeulue Timur. Pemilihan lokasi ini karena menimbang peneliti tinggal di daerah kecamatan Simeulue timur. Lokasi penelitian merupakan ibu kota dari kabupaten Simeulue. Kecamatan Simeulue Timur yang terdiri dari 29 desa. Peneliti sengaja meneliti di suatu kecamatan karena seniman nandong tidak terlalu banyak dalam suatu desa makanya peneliti mengambil informan di setiap desa di kecamatan Simeulue Timur. Peneliti akan menjelaskan lebih terperinci tentang desa berdasarkan letak pola pemukiman, pendidikan kependudukan serta mata pencarian.

(11)

2.3.1. Pemukiman Penduduk

Penduduk Simeulue mempunyai pemukiman berjajar disepanjang jalan. Jalannya mengikuti bentuk pulau Simeulue yaitu memanjang. Pusat kota penduduk terletak hanya disuatu tempat yaitu di desa Sinabang. Desa Sinabang merupakan ibu kota dari kecamatan Simuelue Timur.

Pola pemukiman pada masyarakat Simeulue Timur mengikuti pola kota pada umumnya khususnya di desa Sinabang yang merupakan ibu kota dari Simelue Timur, adanya fasilitas pasar, adanya perkantoran, dan sarana lainnya. Pemukiman masyarakat Simeulue Timur telah mengikuti pemukiman modern terlihat dari rumah penduduk yang telah banyak menggunakan rumah permanen, serta model rumah yang terlihat modern seperti rumah kota pada umumnya. Pada umumnya setiap rumah mempunyai perkarangan halaman dan mempunyai jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya, jarak tersebut dipisahkan oleh pagar. Sementara itu pemukiman penduduk yang berada jauh dari kota, pola pemukimannya tersebar disekitar persawahan maupun perladangan dan jarak satu rumah dengan rumah lainnya mempunyai jarak yang cukup jauh. Dan pola jalan pemukimannya juga mengikuti panjangnya pantai Simeulue.

Sementara itu letak pasar kotanya terletak pada satu tempat saja yaitu di jalan perdagangan. Semakin berkembangnya dan bertambahnya penduduk Simeulue membuat masyarakat khususnya pengusaha pedagang mulai banyak bertambah juga sehingga sekarang terjadi perluasan kota. Sedangkan letak kantor pemerintah Bupati

(12)

Simeulue berada di jalan Air Dingin. Karena adanya perluasaan kota di Kabupaten Simeulue, kantor pemerintah yang lain diletakan di pinggir kota.

2.3.2. Komposisi Etnis

Masyarakat Sinabang merupakan masyarakat heterogen dengan banyak suku dari berbagai daerah. Sebagian besar penduduk yang mendiami Kecamatan Simeulue adalah pendatang dari daerah lain, seperti dari daratan Sumatera (Aceh, Sibolga, Padang), Jawa (Begawan dari Solo), Sulawesi (Bugis dan Makasar) serta daerah yang berbatasan dengan pulau yaitu pulau Nias yang kemudian membentuk komunitas suku tersendiri.

Kabupaten Simuelue memiliki banyak corak etnis yang tersendiri dan memiliki keunikan dibandingkan dengan etnis lain yang ada didaerah Aceh. Secara umum jika dilihat dari ciri biologinya, penduduk Simeulue mempunyai mata sipit dan berkulit kuning langsat yang membedakan dengan penduduk Aceh daratan pada umumnya. Sehingga suku yang mendiami kepulauan Simeulue disesuaikan dengan latar belakang, asal muasal penduduk hingga saat ini suku yang mendiami kabupaten Simeulue adalah suku Aceh, suku dagang, suku pemuncak, suku rainang, suku raa’wa lumah, suku lanteng, suku abon, suku fagoan dan masih banyak suku-suku kecil lainnya.

(13)

2.4. Keadaan Penduduk

Salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian dalam proses pembangunan adalah masalah kependudukan yang sangat kompleks ke segala bidang. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi modal pembangunan bila kualitasnya baik, namun sebaliknya dapat menjadi beban pembangunan bila kualitasnya rendah. Jumlah penduduk kabupaten Simeulue sebanyak 84.005 jiwa yang terdiri atas 43.896 jiwa laki-laki dan 40.109 jiwa perempuan. Dari jumlah tersebut masyrakat Sinabang kecamatan Simeulue ini diklasifikasikan dalam beberapa klasifikasi yaitu menurut jenis kelamin, pendidikan, dan mata pencarian.

2.4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Table 2.4.1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 43.896 52,68%

2 Perempuan 40.109 48,32%

Jumlah 83.005 100%

Sumber Data : Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Berdasarkan table diatas, dapat dilihat Jumlah penduduk laki-laki lebih besar dari perempuan, sehingga rasio jenis kelamin Kabupaten Simeulue pada tahun 109, artinya setiap orang penduduk laki-laki terdapat 100 orang penduduk perempuan.Hubungan antara kesenian Nandong dengan jumlah penduduk sangat erat

(14)

kaitanya, yaitu dalam kelompok kesenian Nandong yang dimainkan oleh kelompok laki-laki.

2.4.2. Mata Pencarian

Tabel 2.4.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian

No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase

1 Petani 1835 15,63%

2 Wiraswata/Pedagang 230 1,95%

3 Nelayan 560 4,77%

4 Pegawai Negara Sipil (PNS) 2003 17,06%

Jumlah 11738 100%

Sumber data: Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Berdasarkan table diatas, dapat dilihat bahwa penduduk di Desa Sinabang sebagian besar bermata pencarian sebagai pegawai negeri sipil yaitu sebanyak 2003 jiwa. Mata pencarian ini merupakan mata pencarian utama penduduk Simulue Timur. Banyaknya penduduk yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil ini karena di Simeulue merupakan pusat kota dari kabupaten Simeulue, yang dimana banyaknya kantor-kantor pemerintah yang membutuhkan tenaga pegawai. Sementara itu urutan kedua dari mata pencarian penduduk Simeulue Timur adalah petani, ini juga disebabkan oleh banyaknya luas lahan yang bisa digunakan untuk bersawah dan beladang. Urutan ketiga yaitu mata pencarian nelayan, ini disebabkan karena di Simeulue Timur merupakan daerah yang dekat dengan laut, sehingga masyarakat bisa mencari nafka dari hasil laut tersebut. Dan urutan yang terakhir adalah pedagang.

(15)

Bagian masyarakat yang bermata pencarian pedagang ini mayoritas dari suku padang dan aceh.

2.4.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Penduduk yang terdapat di kecamatan Simeulue Timur pada umum nya telah memasuki dunia pendidikan. Hal tersebut dapat kita lihat banyak nya anak – anak yang bisa bersekolah. Bisa kita lihat banyaknya orang tua yang semangat untuk menyekolahkan anak-anaknya. Masyarakat daerah ini juga memiliki motivasi yang kuat untuk maju menghadapi masa yang akan datang. Bukan motivasi saja yang dimiliki oleh masyarakat Simeulue Timur ini tetapi ditambah juga dengan sarana dan prasarana yang cukup untuk bisa menikmati sekolah.

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan aspek yang sangat penting, pendidikan merupakan salah satu yang dapat membantu pembangunan. Bagi sebagian masyrakat tingkat pendidikan menunjukan status atau kelas seseorang dalam masyarakat. Dalam rangka memajukan pendidikan maka diperlukan sarana dan prasana pendidikan. Di Kabupaten Simeulue pada tahun 2009 tercatat 30 Taman Kanak-Kanak, 110 Sekolah Dasar, 39 Sekolah Menengah Pertama, 15 Sekolah Menengah Umum dan 4 Sekolah Menengah kejuruan. Di Simeulue baru juga dibangun Unversitas Serambih Mekkah yang baru dibangun tahun 2009. Data – data yang mengenai tingkatan penduduk bisa kita lihat ditabel berikut ini:

(16)

Tabel 2.4.3.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Persentase

1 Belum Sekolah 6273 22,99% 2 SD 6737 24,69% 3 SLTP 4710 17,26% 4 SLTA 6912 25,33% 5 D-II 670 2,45% 5 D-III 666 2,44% 6 S1 1247 4,57% 7 S2 66 0,24% 8 S3 4 0,014% Jumlah 27285 100%

Sumber data: Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Berdasarkan table diatas, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan di kecamatan Simeulue Timur cukup meningkat karena anak-anak Simeulue pada umumnya dapat menikmati pendidikan sampai jenjang SLTA.

2.4.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

Table 2.4.4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah Persentase

1 Islam 31625 99,3% 2 Kristen Katolik 179 0,56% 3 Kristen Protestan 9 0,028% 4 Budha 2 0,006% 5 Hindu 29 0,09% Jumlah 31844 100%

(sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil)

Dari table diatas dapat kita lihat di Kabupaten Simeulue Timur mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Islam dengan persentase 99,72 persen

(17)

sedangkan sisanya 0,28 beragama selain agama Islam. Fasilitas tempat ibadah di Kabupaten Simeulue tercatat 153 mesjid dan 226 langgar/meunasah.

2.4.5. Sarana Kesehatan

Dari delapan kecamatan yang ada di kabupaten Simeulue tercatat ada 1 buah Rumah Sakit Umum yang berada di kecamatan Simelue Timur, 8 puskesmas di setiap kecamatan, 99 Puskesmas Pembantu yang tersebar di setiap desa, 10 Puskesmas Keliling, dan 152 Posyandu. Sarana kesehatan di Kabupaten Simeulue sudah cukup memadahi untuk disetiap desa.

2.5. Transportasi ke Simeulue

Simeulue adalah sebuah pulau yang dikeliling oleh lautan. Letak pulaunya membuat pulau ini susah ditempuh. Infrastruktur tranportasi diperlukan mengingat posisi Kabupaten Simeulue yang terisolir dari daratan Sumatera. Dimana sumber daya alam Kabupaten Simeulue harus dipasarkan ke daerah lain. Kondisi ini memerlukan dukungan infrastruktur pelabuhan laut dan bandara. Saat ini di Kabupaten Simeulue telah terdapat beberapa ferry penyebrangan yang melayari rute sinabang – labuhan haji (aceh selatan), singkil – sinabang. Sarana transportasi laut ini menjadi prioritas di kabupaten Simeulue.

Untuk mengapai pulau Simeulue tersebut maka terlebih dahulu harus mengetahui aksebilitas ke pulau tersebut. Untuk mencapai pulau yang terletak di

(18)

daerah Barat Daya Sumatera ini, hanya melewati dua jalur perhubungan saja yakni perhubungan laut dan perhubungan udara.

2.5.1. Perhubungan Laut

Ada dua pelabuhan yang menuju ke pelabuhan Simeulue yakni pelabuhan dari Aceh Singkil dan pelabuhan Labuhan Haji ( Aceh Selatan). Transportasi laut ini menjadi transportasi utama bagi masyarakat Simeulue, semua hasil sumber daya alam dan segala kebutuhan masyarakat Simeulue selalu menggunakan kapal ferry. Untuk lebih jelas jadwal kapal ferry dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 2.5.1

Jadwal keberangakatan kapal

Nama

Pelabuhan Jenis Ferry

Jadwal Keberangkatan Keterangan Hari Pukul Pelabuhan Kolok KM Simeulue Selasa minggu 19:00 Wib 19:00 Wib Dari Sinabang ke Singkil Pelabuhan Singkil KM Simeulue Senin Sabtu 19:00 Wib 19:00 Wib Dari Singkil ke Sinabang Pelabuhan

Kolok KM Teluk Sinabang

Senin Rabu Sabtu 22:00 Wib 22:00 Wib 22:00 Wib Dari Sinabang ke Labuhan haji Pelabuhan Labuhan Haji

KM Teluk Sinabang Minggu Selasa Jumat 22:00 Wib 22:00 Wib 22:00 Wib Dari labuhan Haji ke Sinabang

(19)

Perjalanan menuju pulau Simeulue dari medan memerlukan waktu dua malam satu hari. Dari medan kita harus ke kabupaten Singkil atau ke Kabupaten Aceh Selatan. Untuk menuju ke Singkil atau Aceh Selatan biasanya bisa menggunakan jasa travel rental mobil yang ada. Biasanya perjalanan dari Medan ke Singkil atau ke Aceh Selatan memerlukan waktu satu malam. Sesampai ke Aceh Selatan atau Singkil pagi harinya dan kita harus menunggu keberangkatan kapal ferry malam harinya untuk bisa mencapai pulau Simeulue. Sementara itu perjalanan kapal laut ini memakan waktu satu malam atau sekitar 10 jam untuk mencapai Simeulue.

Pagi hari atau sekitar jam tujuh pagi kita baru sampai kepelabuhan Kolok Simeulue. Sementara perjalanan dari Pelabuhan Kolok untuk menuju pusat kota Simeulue memerlukan waktu sekitar 15 menit dengan menggunaka jasa tukang becak. Selain kapal ferry ini masih ada juga transportasi laut yang bisa dilewati yakni kapal kecil yang datang dari pelabuhan Sibolga, kapal ini khusus mengangkut barang – barang dagangan dan membawa barang sembako.

2.5.2. Perhubungan Udara

Transportasi yang lain yang bisa digunakan untuk menuju ke pulau Simeulue adalah Jalur perhubungan udara. Jalur perhubungan udara ini setiap hari selalu ada yang berangkat dari bandara Polonia. Berikut jadwal keberangkatan pesawat ke Pulau Simeulue.

(20)

Tabel 2.5.2

Jadwal keberangkatan pesawat Bandara Jenis Pesawat Jadwal Keterangan Hari Pukul Lasikin Merpati Minggu Selasa Jumat 11:30 Wib 11:30 Wib 11:30 Wib Sinabang Ke Medan Polonia Merpati Minggu Selasa Jumat 10:00 Wib 10:00 Wib 10:00 Wib Medan ke Sinabang

Lasikin Susi Air Setiap hari 06:00 Wib 15:00 Wib

Medan – Sinabang Sinabang – Medan Sumber Data: Bandara Lasikin Sinabang

Table diatas menunjukan bahwa aktivitas perhubungan udara ke Simeulue cukup lancar, terlihat dari adanya transportasi setiap hari yang selalu ada menuju Simeulue. Kapasitas pesawat Merpati bermuatan 30 orang, sedangkan pesawat Susi air bermuatan 8 orang. Perjalanan menuju Pulau Simeuelue memerlukan waktu sitar 45 menit. Sementara Bandara Lasikin yang berada 5 Km dari pusat kota, untuk mencapai pusat kota memerlukan waktu 30 menit dengan menggunakan mobil atau sepeda motor. Di Bandara Lasikin ini tidak ada jasa becak, jadi bagi pendatang yang tak ada kendaraan bisa menggunakan jasa mobil pesawat penjemputan.

Sementara transportasi antar desa dan antar kecamatan di pulau Simeulue menggunakan becak untuk pergi kedesa lain, sementara transportasi penguhubung antar kecamatan menggunakan mobil bis yang yang telah disediakan oleh Dinas perhubungan Kabupaten Simeulue.

(21)

2.6. Bahasa

Pulau Simeulue yang terdiri dari delapan kecamatan ini mempunyai beberapa bahasa yang digunakan oleh masyarakat Simeulue yaitu bahasa Defayan, bahasa Sigulai, bahasa Aneuk Jame, dan bahasa Lekon. Bahasa ini digunakan masyarakat Simeulue berdasarkan tempat tinggal daerah masing-masing. Misalnya masyarakat Sinabang kecamatan Simeulue Timur, masyarakat ini menggunakan bahasa Jame, sementara bahasa Sigulai digunakan oleh masyarakat yang bermukim didaerah Sibigo kecamatan Simeulue Barat, dan masyarakat yang menggunakan bahasa Defayan adalah masyrakat Teupah dan masyarakat Teluk Dalam. Sementara bahasa Leukon, digunakan oleh penduduk yang berdomisili di ujung utara pulau Simeulue, tepatnya di kecamatan Alafan. Tetapi bahasa Leukon ini sudah jarang digunakan oleh masyarakat setempat dan bahasa ini juga hamper punah. Jadi bahasa yang digunakan bukan berdasarkan suku atau etnis tetapi berdasarkan tempat daerah masing-masing.

Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Simeulue ini memiliki struktur bahasa yang jauh berbeda antara bahasa devayan dengan bahasa sigulai. Dimana pengguna bahasa Devayan tidak mengetahui bahasa Sigulai, dan sebaliknya masayarakat yang menggunakan bahasa Sigulai tidak memahami bahasa Devayan. Untuk menjembatani komunikasi antar kedua penutur bahasa daerah ini, penduduk Kabupaten Simeulue memiliki “bahasa daerah pemersatu” yaitu bahasa aneuk jame yang memiliki kemiripan dengan bahasa Minangkabau. Selain bahasa aneuk jame,

(22)

komunikasi antar penutur bahasa defayan dan sigulai menggunakan bahasa Indonesia.

2.7. Kesenian

Masyarakat Simeulue yang merupakan masyarakat heterogen yang terdiri dari berbagai suku in memiliki banyak kesenian. Pulau Simeulue yang merupakan bagian dari daerah propinsi Nanggroe Aceh Darusallam ini memiliki kesenian yang tidak jauh beda dengan kesenian Aceh lainnya dan memiliki kemiripan juga dengan adat Minangkabau. Akan tetapi ada juga beberapa kesenian yang merupakan khas pulau ini antara lain adalah kesenian Nandong, Buai, Nanga-nanga. Kesenian Buai merupakan kesenian vocal yang dinyanyikan oleh perempuan. Kesenian Buai ini berisikan tentang pujian dan nasehat. Buai ini tidak jauh beda dengan kesenian Nandong, hanya saja yang menyanyikannya adalah perempuan. Sementara itu kesenian Nanga – Nanga merupakan nyanyian yang berisikan tentang kesedihan dan ratapan kehidupan atau kepahitan hidup yang dialami. Kesenian Nanga-nanga ini juga dinyanyikan oleh perempuan.

Kedua kesenian Buai dan kesenian Nanga-nanga ini mulai jarang dinyanyikan oleh masyarakat. Kesenian ini dulunya dinyanyikan seseorang waktu sedang ingin menidurkan atau mengayun anaknya dalam ayunan. Tetapi karena berkembangnya zaman dan semakin banyaknya nyanyian yang beredar yang bisa dinikmati melalui media televisi, radio dan lain-lain. Maka kesenian ini semakin lama mulai menghilang bersama berjalannya waktu.

(23)

Selain kesenian Nandong, Buai dan Nanga-nanga ada kesenian lain yang dikenal oleh masyarakat Aceh yaitu kesenian Debus. Kesenian Debus ini juga dimiliki oleh masyrakat Simeulue, kesenian debus ini disebut oleh masyrakat Simeulue dengan kesenian Dabui. Kesenian Debus (Dabui) merupakan kesenian unjuk kekabalan atau kekuatan sesorang dalam memainkannya. Dalam memainkan kesenian Debus ini biasanya menggunakan peralatan yang tajam seperti pisau, kris, rencong, kapak, dan lain-lain. Peralatan tersebut dihujamkan ketubuh parah pemain.

2.8. Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan pada masyrakat Simeulue adalah patriliniar. System ini bearti garis keturunan dan kekerabatan didasarkan pada garis keturunan ayah. Jika ibu yang meninggal maka ayah lah yang bertanggung jawab, tetapi jika ayah yang meninggal maka yang bertanggung jawab terhadap anak adalah wali dari pihak ayah yaitu saudara kandung laki-laki. Keluarga dari pihak saudara laki-laki disebut wali atau dalam bahasa Simeulue disebut “amarehet”. Meskipun menganut system patrilinial, saudara laki-laki pihak perempuan tetap memiliki kedudukan yang khas. Keluarga dari pihak saudara perempuan disebut waris atau dalam bahasa Simeulue disebut “Laulu”.

Kesatuan kekerabatan terkecil dalam masyarakat Simeulue adalah keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak yang belum nikah. System kekerabatan yang lebih luas lagi berbentuk hubungan seketurunan atau suku dan hubungan tali perkawinan yang disebut dengan family. Di Simeulue terdapat beberapa suku

(24)

diantarana Suku Dakwa (Ra’awa), Suku Dainang, suku Lanteng, Suku Dagang, Suku Aceh, Suku Pamuncak, Suku Pamuncak Bihao dan Suku Fangon (Bengawan).

Didalam kehidupan masyarakat biasanya selalu dilalui dengan serangkaian upacara. Demikian juga dengan masyarakat Kabupaten Simeulue. Upacara adat pernikahan masyarakat Kabupaten Simeulue secara umum mirip dengan upacara adat pernikahan masayarakat Aceh lainnya.

Bagian yang khas dari masyarakat Simeulue pada tradisi pernikahan adalah peran kekerabatan dari garis ayah dan ibu. Dalam acara pernikahan, kerabat dari garis ayah yang disebut wali atau amarehet bertugas meneliti dan menanyakan suku dari calon menantu. Selasai mencari tentang identitas tentang calon pengantin dan pihak amarehet memutuskan setuju untuk melanjutkan acara seterusnya. Selanjutnya peran diserahkan pada pihak kerabat dari garis ibu yang disebut laulu. Pihak laulu ini bertugas menentukan besarnya mahar dalam pernikahan atau perkawinan tersebut.

Dalam acara pernikahan ada acara khusus untuk pihak laulu yakni acara malam malaulu. Acara ini adalah acara dari pihak saudara ibu. Malam malaulu dilaksanakan sebelum akad nikah. Malam malaulu merupakan dimana pengantin perempuan minta izin kepada laulunya untuk melaksanakan nikah. Sementara pihak laulu menyiapkan atau memberi hantaran kepada pengantin berupa bakal baju, dan bekal rumah tangga seperti tempat makan piring, gelas, sendok dan bahan makanan lainnya. Sebelum hantaran diberikan kepada pengantinnya, acara ini biasanya di selinggi oleh kesenian nandong. Pada acara malam malaulu, syair-syair nandong

(25)

yang dilantukan biasanya berupa nasehat tentang pernikahan atau bercerita tentang kasih sayang. Para seniman nandong biasanya di undang untuk melakukan pertunjukan. Seniman nandong ini tidak hanya bernandong pada acara malam malaulu tetapi seniman nandong juga akan begendang ketika menjemput pengantin pria atau dalam bahasa Simeulue dikenal dengan sebutan marapurai untuk disandingkan dirumah anak daro (pengantin wanita) untuk resepsi pernikahan.

Referensi

Dokumen terkait

Selain penambang dari daerah luar, beberapa bekas pegawai di PT A yang berasal dari masyarakat Pongkor juga memiliki informasi penambangan emas sehingga tidak jarang

Gaya mengajar inklusi merupakan bentuk pembelajaran dengan merancang kegiatan pembelajaran dari tingkat yang paling mudah hingga pada tingkat paling sulit. Dari rangcangan

Paket rekomendasi kebijakan bidang moneter dan sektor eksternal meliputi dokumen- dokumen yang disampaikan dalam bentuk nota dinas, surat, laporan, serta analisis kebijakan

Norma hukum itu berjenjang dalam suatu hierarki tata susunan, sehingga norma yang lebih rendah bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi, norma yang lebih

Komponen yang mendinginkan udara panas sebelum disirkulasikan oleh Turbo Charge adalah….. Fungsi dari Turbo

Data analisis yang dibahas dalam penelitian ini meliputi data produksi energi listrik riil dan iradiasi rata-rata pada bidang array PLTS Off-Grid STT-PLN, dimana nilai HT

Citra Collection merupakan toko konvensional yang menjual baju muslim laki-laki dan perempuan, serta menjual kerudung. Citra Collection belum memiliki cabang, hanya memiliki satu

Dan semakin menunjukkan bahwa dalam hal penangguhan upah, DiJjen Binawas KetenagakeJjaan lebih memihak kepada pengusaha, hal tersebut dapat dibuktikan dengan adanya