TUGAS AKHIR – MM091381
PENGARUH VARIASI pH DAN ASAM
ASETAT TERHADAP KARAKTERISTIK
KOROSI CO
2BAJA BS 970
Dosen Pembimbing :
Budi Agung Kurniawan, ST., M.Sc
Latar Belakang
Baja BS 970
Pipa Minyak Bumi
CH3COOH
Perumusan Masalah
• Bagaimana pengaruh pH dan asam asetat terhadap
karakteristik korosi CO2 pada baja BS 970
1. Parameter dibatasi pengaruh asam asetat, dan pH yang divariasikan
2. Temperatur pengujian dan tekanan parsial
CO2 diasumsikan konstan.
3. Kekasaran permukaan spesimen dianggap tidak berpengaruh.
4. Beker glass dianggap kedap udara.
Tujuan
1. Mengetahui perilaku korosi CO2 sebagai akibat
dari pengaruh pH, dan keberadaan asam asetat.
2. Mengetahui karakteristik lapisan film FeCO3
sebagai akibat dari pengaruh pH, dan keberadaan asam asetat.
Manfaat Penelitian
Mengetahui perilaku korosi CO2 pada berbagai
kondisi pH dan keberadaan asam lemah sebagai salah satu cara prediksi dan pengendalian korosi
Tinjauan Pustaka
• Korosi adalah kerusakan atau berkurangnya suatu material yang disebabkan oleh reaksi kimia dengan lingkungannya (Tretheway, 1991).
• Sebagian besar proses korosi melibatkan proses
elektrokimia. Sebuah sistem elektrokimia tersusun atas katoda dan anoda yang mempunyai hubungan potensial dan arus.
• Secara sederhana, dengan menggunakan persamaan Faraday, laju korosi sebuah logam dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :
CR = 3.27 x 10-3 i
corrEW
Anoda dan Katoda
• Elektroda Pembanding (refference electrode) Elektroda Kalomel merupakan elektrode yang terdiri dari lapisan Hg yang ditutupi dengan pasta Merkuri (Hg), Merkuri Klorida /Kalomel
• Elektrode Bantu (Auxiliary Elektrode)
Auxiliary Elektrode semata-mata untuk
membangkitkan kecenderungan system tersebut dalam mengambil atau melepaskan electron;
logam itu sendiri tidak ikut serta secara nyata dalam reaksi redoks, potensialnya merupakan
Efek Garam Terlarut
• Uhlig (1984) mengemukakan, kelarutan oksigen berkurang seiring dengan konsentrasi NaCl,
menjelaskan penurunan laju korosi pada konsentrasi NaCl yang tinggi.
• Kenaikan awalnya berhubungan dengan suatu perubahan dalam perlindungan alami dari difusi film karat pelindung.
Korosi
CO
2Pada
Baja
• Dalam korosi CO2, sejumlah proses kimia,
elektrokimia, dan transport terjadi secara simultan.
Pada saat larut dalam air, CO2 terhidrasi membentuk
asam karbonat.
CO2(g) → CO2 (aq)
CO2(aq) + H2O ↔ H2CO3(aq)
• Selanjutnya asam karbonat akan terdisosiasi menjadi ion karbonat dan bikarbonat
H2CO3 ↔ H+ + HCO
3- (pada pH tinggi)
HCO3- ↔ H+ + CO
• Ada dua kemungkinan reaksi katodik yang mungkin
terjadi pada proses korosi CO2 : yaitu reduksi
langsung dari H2CO3 serta reduksi dari ion hidrogen.
• Elektron yang dibutuhkan selama proses
berlangsung, tersedia dari sebuah reaksi anodik tunggal, yaitu pelarutan besi :
-• Sehingga reaksi keseluruhannya adalah sebagai berikut
Fe2+ + CO
2(aq) + H2O ↔ FeCO3(aq) + H2(g)
Fe2+ + HCO
3- ↔ FeCO3(s) + H+
• Skema korosi CO2 pada baja digambarkan pada
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Korosi CO2
1. Temperatur
• Temperatur sangat mempengaruhi korosi CO2
karena pengaruhnya terhadap kecepatan pembentukan lapisan film.
• Setiap kenaikan 10oC, akan meningkatkan laju
korosi sampai dua kali lipatnya.
• Kenaikan laju korosi akan meningkatkan produk
film FeCO3 dan akan mengendap dipermukaan
• Pembentukan film diamati oleh DeWaard dan Milliams, ditunjukkan dalam gambar berikut ini
2. Derajat Keasaman (pH)
• Salah satu reaksi katodik penting dalam proses
korosi CO2 adalah pengurangan ion H+, sehingga pH
demikian berperan penting dalam reaksi katodik. • Adanya perubahan pH dengan cepat yang
berdekatan dengan permukaan elektroda pada
elektrolit akan memiliki pengaruh besar pada sifat fisik presipitat seperti sulfida karbonat dan besi
karbonat.
• Laju korosi baja karbon pada suhu kamar dapat berubah, cukup dengan perubahan pH larutan.
• Dalam sistem korosi karbondioksida, ketika pH
larutan kurang dari 4, ion H+ yang ada membuat
reduksi H+ mendominasi pada reaksi katodik. Laju
3. Tekanan Parsial CO
2• Peningkatan tekanan parsial CO2 akan
meningkatkan laju korosi baja karbon dengan
meningkatkan konsentrasi H2CO3 dalam larutan,
• Pada tekanan atmosfer, peningkatan temperatur menimbulkan efek kontras meningkatkan kinetika presipitasi dan mengurangi kejenuhan
4. KOROSI
CO
2DENGAN ASAM ASETAT
• Asam asetat akan terdisosiasi menurut reaksi sebagai berikut :
CH3COOH ↔ H+ + CH3COO
-• Asam asetat dapat bereaksi dengan baja karbon
membentuk besi(II) asetat. Reaksinya adalah seperti berikut ini
Baja BS 970
• Komposisi kimia baja BS 970 ditunjukkan oleh tabel
dibawah ini Nama Unsur % Berat
Karbon (C) 0.24 Silikon (Si) 0.175 Mangan (Mn) 1.5 Phosporus (P) 0.010 Sulfur (S) 0.032 Kromium (Cr) 0.069 Molybdenium (Mo) 0.014 Nikel (Ni) 0.065 Besi (Fe) balance
METODOLOGI PENELITIAN • Alat : • Glass cell • pH meter • Termometer • Auxiliary electrode (Pt) • Reference electrode (Hg2Cl2) • Tabung CO2 • Selang Teflon • Hot plate • Gamry Potensiostat • Alat uji SEM
• Alat uji XRD •Bahan : • Air Aquades • Baja BS 970 • Resin epoxy • Asam asetat • Garam NaCl • Garam NaHCO3 • Garam CH3COONa • Gas CO2
MULAI
PENGISIAN LARUTAN 3%NaCl KEDALAM GLASS
CELL
PEMASANGAN SEMUA ALAT dan
ELEKTRODA UJI PEMANASAN
GLASS CELL PENGALIRAN GAS CO(PURGING 1 JAM) 2 PENAMBAHAN CH3COOH PENGECEKAN pH pH SESUAI PENGECEKAN TEMPERATUR TEMPERATUR TERCAPAI PENAMBAHAN NaHCO3 PENGOPERASIAN POTENTIOSTAT LINIER POLARIATION RESISTANCE POTENTIODYNAMIC POLARIZATION SWEEP PENGAMBILAN DATA SELESAI YA pH TURUN YA PENGALIRAN GAS CO2 pH NAIK TIDAK • Diagram Alir
Prosedur
• Preparasi Benda Uji
Dimensi benda uji: ø 15 mm x 5 mm.
Sampel di sambungkan dengan kawat tembaga lalu di moulding menggunakan resin epoksi
Permukaan benda uji yang terekspos dengan
lingkungan dihaluskan dengan kertas gosok mulai grade 200, 600 sampai grade 800
• Preparasi Larutan
Larutan yang dipakai untuk pengujian korosi adalah larutan 3% NaCl.
Larutan 3% NaCl dibuat dengan cara
menuang 500 mL air aquades ke dalam gelas ukur 1L .
Tambahkan 30 gram NaCl. Kemudian gelas ukur diisi lagi dengan air aquades sampai
Pembuatan Jembatan Garam
• Jembatan garam berbentuk agar-agar dari larutan KCl Jenuh. Cara pembuatannya yaitu:
• 250 mL air aquades diisikan kedalam gelas ukur 500 mL.
• Tambahkan KCl sedikit demi sedikit sambil terus diaduk hingga KCl tidak dapat larut lagi lalu
diamkan selama kurang lebih 15 menit agar terbentuk endapan KCl didasar gelas
• Larutan KCl tanpa endapannya kemudian dipindahkan ke gelas lain lalu ditambahkan
serbuk agar-agar netral secukupnya lalu diaduk sambil dipanaskan sampai mendidih.
• Setelah mendidih larutan agar-agar dituang kedalam pipa kaca berbentuk U lalu ditunggu sampai dingin dan mengeras.
Pengujian
• Pengujian Korosi Secara Elektrokimia
• Pengujian korosi secara elektrokimia dilakukan dengan bantuan mesin potentiostat. Pertama-tama, larutan 3% NaCl yang telah sesuai parameter diisikan kedalam glass cell. Lalu semua alat dan elektroda uji dipasangkan pada potensiostat, setelah
terpasang glass cell mulai dipanaskan disertai dengan
pengaliran gas CO2 (purging). Pengaliran gas CO2 ini dilakukan selama 45 menit dengan aliran yang cukup besar.
• Setelah temperatur mencapai parameter dilakukan pengecekan pH. Jika pH turun maka ditambahkan CH3COONa, jika pH naik maka gas CO2 dialirkan beberapa saat kemudian di cek kembali pH larutan. Jika telah memenuhi parameter maka mesin
potensiostat dinyalakan dan mulai mengambil data laju korosi
Skema penyusunan peralatan pengujian korosi
1. Elektroda kerja (benda uji); 2. Glass cell; 3. Termometer; 4 Elektroda bantu; 5. Jembatan garam; 6.Bubbler CO2;
7. Hot Plate 1 6 3 5 4 2 7
• Pengujian Linier Polarization Resistance
PARAMETER KETERANGAN
Larutan 3% NaCl
Gas CO2
Tekanan Parsial 1 bar
pH 4; 4,5; 5; 5,5; 6
Konsentrasi CH3COOH Total (ppm) 0; 2000
Lama Pengujian 1 jam
Temperatur (oC) 40
Sweep Rate 20 mV/menit
• Pengujian Potentiodynamic Polarization Sweep
PARAMETER KETERANGAN
Larutan 3% NaCl
Gas CO2
Tekanan Parsial 1 bar
pH 4; 4,5; 5; 5,5; 6
Konsentrasi CH3COOH Total (ppm) 0; 2000
Lama Pengujian 30 menit
Temperatur (oC) 40
Sweep Rate 20 mV/menit
Potential Range + 500 mV
Karakterisasi Produk Korosi CO
2 Pengujian Scanning Electron Microscope (SEM)
• SEM dilakukan setelah tes elektrokimia. Sampel
yang dilakukan pengujian SEM dengan perbesaran 5000x adalah sampel dengan laju korosi yang paling ekstrim rendah dan paling ekstrim tinggi.
Analisa Difraksi Sinar X (XRD)
• Analisis XRD dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa produk film korosi yang terbentuk di permukaan baja. • Hanya 3 sampel yang diperiksa, untuk kondisi 2
parameter terekstrim yaitu sampel yang diuji pada pH 4 dengan konsentrasi asam asetat 0 dan 2000 ppm serta sampel asli baja BS 970 sebelum dikorosikan. Mesin
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
• Dari pengujian LPR yang dilakukan didapatkan variasi nilai laju korosi (mm/yr) yang tersaji
pada tabel dibawah ini
pH CR (mm/yr) 0 ppm 2000 ppm 4 0.063 0.087 4.5 0.114 0.194 5 0.024 0.202 5.5 0.133 2.07 6 0.076 0.496
Grafik Laju Korosi 0 ppm Asam Asetat
Hasil SEM
FeCO3 FeCO3 FeCO3 FeCO3 Korosi sumuran Korosi sumuran a) b) c) d)Kesimpulan dan Saran
• Dari pengujian LPR, tren yang didapatkan pada parameter 0 ppm dan 2000 ppm asam asetat adalah sama yaitu terjadi kenaikan laju korosi dari pH rendah ke pH tinggi. Hal ini
disebabkan terjadinya reduksi langsung dari H2CO3
dipermukaan logam yang bersifat korosif
• Nilai laju korosi antara parameter 0 ppm dan 2000 ppm asam asetat mengalami perbedaan yang signifikan dimana laju korosi pada parameter 2000 ppm asam asetat lebih
• Dari pengujian PPS didapatkan pada parameter yang sama, hasil yang didapatkan:
• Pada parameter 0 ppm asam asetat, reaksi katodik pada grafik Tafel saling berhimpit antara parameter pH. Ini berarti reaksi katodik yang terjadi tidak terpengaruh oleh pH larutan serta mengindikasikan laju difusi hidrogen yang sama.
• Pada parameter 2000 ppm asam asetat, reaksi katodik antara parameter pH tidak saling berhimpit, semakin tinggi pH maka semakin bergeser kekanan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pH maka laju korosi semakin naik, maka disini pH pun tidak mempengaruhi reaksi katodik yang terjadi.
• Dari karakterisasi material yang dilakukan, di dapatkan hasil:
• Hasil XRD menunjukkan senyawa yang banyak
teridentifikasi adalah senyawa Fe-Cr-Ni yang
mendominasi komposisi kimia dari spesimen logam dibanding produk korosi yang terbentuk yang sangat sedikit.
• Hasil SEM pada 0 ppm asam asetat pH 4 tampak bulatan putih keabu-abuan yang sangat kecil yang diyakini sebagai produk korosi. Dengan perbesaran yang sama pada asam asetat 2000 ppm pH 4 produk korosi tampak lebih besar.
• Terjadinya korosi sumuran disebabkan larutan yang mengandung unsur klorida yang agresif sekali
terhadap baja karbon.
• Hasil EDX metode spot pada spesimen 0 ppm asam asetat pH 4 tampak unsur Fe, C, O dan Co. namun unsur Co sangat sedikit sekali.
• Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan, berikut ini adalah beberapa saran yang bisa dijadikan acuan untuk riset selanjutnya, antara lain :
• Pengujian laju korosi dilakukan secara long-term sehingga didapatkan data laju korosi dan perilaku pembentukan
produk korosi yang lebih baik.
• Pengujian SEM dapat dilakukan dengan melihat
penampang melintangnya juga untuk melihat ketebalan produk korosi yang terbentuk.