• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH HIPNOTERAPI TERHADAP PENURUNAN NYERI RHEUMATOID ARTHRITIS PADA LANSIA DI KECAMATAN LANGSA BARAT KOTA LANGSA. Idwar 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH HIPNOTERAPI TERHADAP PENURUNAN NYERI RHEUMATOID ARTHRITIS PADA LANSIA DI KECAMATAN LANGSA BARAT KOTA LANGSA. Idwar 1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH HIPNOTERAPI TERHADAP PENURUNAN NYERI RHEUMATOID ARTHRITIS PADA LANSIA DI KECAMATAN LANGSA BARAT

KOTA LANGSA Idwar1

1

Dosen Prodi Keperawatan Langsa Poltekkes Kemenkes Aceh ABSTRAK

Rheumatoid Artritis merupakan penyakit degenerative dengan keluhan nyeri, kaku serta kelemahan pada sendi. Nyeri Rheumatoid Arthritis dapat diatasi dengan menggunakan tehnik hipnoterapi.

Tujuan penelitian: untuk diketahuinya pengaruh hipnoterapi terhadap penurunan nyeri rheumatoid arthritis pada lansia di Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.

Metode: Jenis penelitian ini menggunakan Quasi ekperimen. Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pre eksperimen. Sampel dalam penelitian ini adalah lansia sebanyak masing-masing 15 orang pada kelompok kontrol dan intervensi sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Hasil : Hasil penelitian ini didapatkan bahwa skala nyeri kelompok kontrol mayoritas adalah responden yang mengalami nyeri berat terkontrol dengan jumlah 9 responden (60%) dan minoritas yang mengalami nyeri ringan dengan jumlah 6 responden (40%). Skala nyeri yang dilakukan hipnoterapi mayoritas adalah responden yang mengalami nyeri ringan dengan jumlah 13 responden (86,7%) dan minoritas adalah responden yang mengalami nyeri berat terkontrol dengan jumlah 2 responden (13,3%).

Kesimpulan dan Saran: Hasil uji statistik menunjukkan ada pengaruh hipnoterapi terhadap penurunan skala nyeri rheumatoid arthritis dengan p-value = 0,000. Saran yang diberikan kepada responden dan petugas kesehatan agar dapat melaksanakan hipnoterapi sebagai terapi tanpa obat-obatan untuk menurunkan nyeri Rheumatoid Artritis.

Kata Kunci: Hipnoterapi, Nyeri, Rheumatoid Arthritis, Lansia

PENDAHULUAN

Penyakit Rheumatoid Artritis (RA), adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi. Rheumatoid Artritis atau bisa disebut dengan rematik ini adalah penyakit yang berupa keluhan nyeri, kaku serta kelemahan sendi. Jika keluhan tersebut berlanjut dan tidak segera dikonsultasikan ke dokter, tentunya tidak menutup kemungkinan akan menjadi penyakit yang membahayakan.1

Penyakit rematik tanda dan gejalanya sering di jumpai rasa nyeri dan pembengkakan pada persendian.Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat, nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalami. Nyeri adalah sensasi yang muncul akibat stimulasi nyeri berupa biologis, zat kimia, panas, listrik, serta mekanik.2

Masalah penyakit degeneratif salah satu diantaranya adalah penyakit

(2)

persendian atau artritis yang kebanyakan lansia mengalami penyakit tersebut karena seiring perubahan usia. Berdasarkan survey WHO bahwa pada tahun 2010 di temukan bahwa artritis/rheumatisme menepati urutan pertama (49%) dari pola penyakit lansia.3 Prevalensi nyeri rematik dibeberapa negara Asean adalah 26.3% Bangladesh, 18.2% India, 23.6-31.3% Indonesia, 16.3% Filipina, dan 14.9% Vietnam. Dari data yang didapatkan ini, bisa dikatakan bahwa, negara Indonesia mempunyai prevalensi nyeri rematik yang cukup tinggi dimana keadaan seperti ini dapat menurunkan produktivitas negara akibat dari pada keterbatasan fungsi fisik penderita yang mengefek kualitas hidupnya. Rasa tidak nyaman dapat berupa rasa nyeri yang dirasakan oleh lanjut usia sebagai salah satu bentuk penurunan fungsi akibat dari penuaan seperti rematik, nyeri sendi dan sebagainya. Munculnya rasa nyeri secara berulang ini menimbulkan rasa kekhawatiran pada diri lanjut usia jika ras nyeri tersebut datang kembali. Lanjut usia yang memiliki penyakit nyeri tentunya telah memahami saat mana nyeri tersebut akan muncul yaitu seperti saat udara atau cuaca dingin dan sebagainya. Umumnya untuk menghilangkan nyeri pada sendi biasanya dengan pemberian obat obatan, seperti alopurinol dan proxikam tetapi mempunyai efek samping bagi kehidupan sel bahkan bisa jadi kefatalan, adapun upaya penyembuhan untuk menghilangkan nyeri sendi rematik tanpa efek samping lainnya non farmakologis yaitu dengan terapi komplementer.4

Terapi komplementer bisa di bilang belum cukup dikenal oleh masyarakat, karena terapi komplementer lebih dikenal dengan pengobatan alternatif berkaitan dengan keluarnya peraturan Menteri

Kesehatan RI nomor

HK.02.02/MENKES148/1/2010 tahun 2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat, maka terapi komplementer bisa dilakukan disarana pelayanan kesehatan. Terapi

komplementer yang bisa di aplikasikan di klinik diantaranya akupuntur kesehatan, aroma terapi, terapi relaksasi, terapi herbal, dan hipnoterapi.

Penelitian Wahida dan Khusniyah (2012) “Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Nyeri Sendi Pada Lansia” hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan antara skala nyeri pada lansia sebelum dan sesudah dilaksanakan hipnoterapi dengan nilai signifikan P = 0,032. Kesimpulannya adalah ada pengaruh hipnoterapi terhadap nyeri sendi pada lansia karena hipnoterapi menyebabkan relaksasi, sehingga tubuh akan mengeluarkan hormone endorphin yang menghambat signal nyeri di subtansia gelatinosa (kornudorsalis medulla spinalis).5

Dalam buku hipnoterapi menurut Prabowo kata hypnosis berasal dari bahasa yunani yang merupakan dewa tidur (Hypnos berarti tidur) namun, hypnosis itu sendiri bukanlah tidur. Secara sederhana, yaitu fenomena yang mirip tidur, dimana alam bawah sadar lebih mengambil peranannya. Pada kondisi ini seseorang menjadi sangat sugesti (mudah dipengaruhi), karena alam bawah sadar yang seharusnya menjadi filter logic sudah tidak ada lagi mengambil peranan. Kunci dari hypnosis adalah adanya kekuatan sugesti/ keyakinan terhadap sesuatu hal yang positif yang muncul berdasarkan pada konsep dalam pikiran, sehingga akan memberikan energi positif bagi suatu tindakan yang dilakukan. Kajian inti dari hypnosis adalah berpijak pada asumsi dasar bahwa mind control dapat dicoba diterapkan dalam intervensi pembedahan jaringan. Hal ini lah yang sering disebut hypnoanasthesia. Keberhasilan menerapkan hypnosis dalam mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri (hypnoanasthesi) penggunaan metode ini mengakibatkan berkurangnya bahkan menghilangkan rasa nyeri yang dialami tubuh manusia sebagai respon terhadap suatu trauma ataupun adanya intervensi terhadap jaringan.6

(3)

Hasil penelitian Wahida dan Khusniyah, (2012), tentang pengaruh hipnoterapi terhadap nyeri sendi pada lansia. .hasil penelitian tersebut menunjukan adanya perbedaan antara skala nyeri pada lansia sebelum dan sesudah dilaksanakan hipnoterapi dengan nilai signifikan P= 0,032. Kesimpulannya adalah ada pengaruh hipnoterapi terhadap nyeri pada lansia karena hipnoterapi menyebabkan relaksasi, sehingga tubuh akan mengeluarkan hormone endorphin yang mengahmbat signal nyeri disubtansia gelatinosa (kornudorsalis medulla spinalis). Hipnoterapi dapat direkomendasikan sebagai terapi alternative lansia yang mengalami nyeri sendi.5

Berdasarkan hasil survey awal pada responden dengan prinsip observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti langsung terhadap responden lansia yang mengalami nyeri, terdapat 7 diantaranya mengalami nyeri berat dan 8 diantaranya mengalami nyeri sedang kisaran umur dari 65 tahun keatas di Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa. Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh hipnoterapi terhadap penurunan skala nyeri heumatoid.

PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: “Apakah pemberian hipnoterapi berpengaruh terhadap penurunan nyeri Rheumatoid Artritis di Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa? Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh hipnoterapi terhadap penurunan nyeri Rheumatoid Artritis pada lansia di Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.

METODE

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi ekperimen. Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pre eksperimen (one group pre dan post design) dimana sampel di observasi terlebih dahulu sebelum di beri perlakuan (pre test) setelah diberikan perlakuan (post test) sampel tersebut di observasi kembali18. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti.19 Adapun populasi penelitian ini adalah seluruh lansia yang mengalami nyeri rheumatoid arthritis dengan skala nyeri sedang dan berat yang berjumlah 34 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan di teliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi.20 Untuk menentukan sampel dari populasi digunakan perhitungan maupun acuan tabel yang dikembangkan oleh para ahli. Secara umum dalam penelitian eksperimental jumlah sampel minimum 15 dari masing masing kelompok, untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eksperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah dengan ukuran sampai kecil antara 10 sampai dengan 20. Maka dari itu pada penelitian ini sampel ditetapkan secara non probability sampling (purposive sampling) yaitu tehnik dimana penentu sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki penelitian.21Jumlah sampel dalam penelitian ini 30 responden masing masing kelompok 15 responden.

(4)

3. Kriteria Inskusi dan Eksklusi

Sampel pada penelitian ini seluruh lansia yang mengalami nyeri sedang dan nyeri berat yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut :

1) Meliputi usia > 65 di kecamatan langsa barat kota langsa

2) Bersedia untuk menjadi responden penelitian

3) Lansia rheumatoid athritis yang mengalami nyeri sedang dan nyeri berat

Adapun yang menjadi criteria eksklusi dalam penelitian ini adalah : 1) Lansia yang mengalami nyeri

ringan

2) Tidak bersedia menjadi responden 3) Lansia yang tidak berpenyakit

rheumatoid arthritis Cara Pengumpulan Data

Penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu: Persiapan penelitian, pelaksanan penelitian dan penyusunan laporan.

1. Persiapan penelitian

Persiapan penelitian diawali dengan studi literatur dengan mempelajari beberapa hasil penelitian.Selanjutnya melakukan usulan penelitian disertai dengan studi pendahuluan di di Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa. Setelah mendapatkan data maka dilakukan pengurusan perizinan.

2. Pelaksanaan penelitian

a. Menentukan dan memilih responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Mengisi lembaran persetujuan sebagai responden. Bila responden menyetujui maka menandatangani informed consent yang telah disediakan. Proses pengumpulan data dan pengisian biodata dilakukan langsung oleh peneliti.

b. Pengolahan dan analisis data. 3. Penyusunan laporan

Tahap terakhir ini adalah penyusunan laporan setelah melakukan analisis data, pembahasan hasil, dan menyusun kesimpulan dari penelitian. Data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari lapangan.

Analisis Data.

Tabulasi data dilakukan sesuai dengan variabel yang diteliti untuk mempermudah dalam melakukan analisis. Analisis data menggunakan komputer dengan program SPSS dengan tahapan sebagai berikut: 1. Analisis univariat

Dilakukan dengan statistik deskriptif untuk melihat distribusi frekuensi masing-masing variabel penelitian (kelompok kontrol dan kelompokperlakuan) dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis bivariat

Analisis bivariat yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel, yaitu pengaruh hipnoterapi terhadap penurunan skala nyeri rheumatoid arthritispada lansia dengan menggunakan rumus t-test dependent sebab peneliti ingin membandingkan pengaruh intensitas nyeri saat rheumatoid arthritis sebelum dan sesudah pemberian hipnoterapi, dengan tingkat kepercayaan 95% atau dapat pula dengan membandingkan nilai p-value dengan membandingkan nilai α 0,05.22

(5)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN

1. Analisis Univariat

a. Skala Nyeri Rheumatoid Arthritis Kelompok Kontrol Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Skala Nyeri Rheumatoid Arthritis Kelompok Kontrol No Skala Nyeri Kelompok Kontrol Frekuensi

(f) Persentase (%) 1 2 Nyeri Sedang

Nyeri Berat Terkontrol

6 9

40 60

Jumlah 15 100

Sumber : Data Primer (Diolah Tahun 2016) Berdasarkan tabel 4.1 hasil penelitian menunjukkan bahwa skala nyeri kelompok kontrol mayoritas adalah responden yang mengalami nyeri berat

terkontrol dengan jumlah 9 responden (60%) dan minoritas adalah responden yang mengalami nyeri sedang dengan jumlah 6 responden (40%).

b. Skala Nyeri Rheumatoid Arhritis Kelompok Hipnoterapi Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Skala Nyeri Rheumatoid Kelompok Hipnoterapi No Skala Nyeri Sesudah Hipnoterapi Frekuensi

(f) Persentase (%) 1 2 Nyeri Ringan Nyeri Sedang 13 2 86,7 13,3 Jumlah 15 100

Sumber : Data Primer (Diolah Tahun 2016) Berdasarkan tabel 4.2 hasil penelitian menunjukkan bahwa skala nyeri kelomok hipnoterapi mayoritas adalah responden yang mengalami nyeri ringan

dengan jumlah 13 responden (86,7%) dan minoritas adalah responden yang mengalami nyeri sedang dengan jumlah 2 responden (13,3%).

2. Analisis Bivariat

c. Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Rheumatoid Arthritis Pada Lansia Tabel 4.3

Uji Paired Samples Test (t – test)

Skala Nyeri Rheumatoid Arthritis t df P Paired Differences Mean Std. Devia tion Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Skala Nyeri Kelompok Kontrol Skala Nyeri Hipnoterapi 3,60 2,13 0,507 0,352 0,133 0,091 1,181-1,753 11,260 24 0,000

(6)

Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa hasil pengukuran nyeri rheumatoid arthritis dengan Uji Paired Samples Test (t-Test) didapatkan nilai signifikan yaitu 0,000 yang nilainya lebih kecil dari alpha 0,05 atau dengan signifikan 95% dan didapatkan nilai mean kelompok kontrol yaitu 3,60 dengan standart deviasi 0,507. Sedangkan nilai mean hipnoterapi adalah 2,13 dengan standart deviasi 0,352.

Terlihat nilai mean yang berbeda antara kelompok kontrol dengan kelompok hipnoterapi yaitu 1,467 dengan standart deviasi 0,516 dengan nilai t hitung 11,260 >

t tabel 1,740. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh yang signifikan antara skala nyeri rheumatoid arthritis antara kelompok kontrol dengan kelompok hipnoterapi.

PEMBAHASAN

Bab ini mendiskusikan hasil penelitian yang telah di peroleh peneliti dan litelatur terkait dan penelitian yang di proleh pada penelitian sebelumnya. Selain itu bab ini akan membahas keterbatasan penelitian.

1. Nyeri Rheumatoid Arthritis Kelompok Kontrol dan Kelompok Hipnoterapi

Berdasarkan hasil penelitian menyimpulkan bahwa skala nyeri kelompok kontrol mayoritas adalah responden yang mengalami nyeri berat terkontrol jumlah 9 responden (60%) dan minoritas adalah responden yang mengalami nyeri ringan dengan jumlah 6 responden (40%).

Berdasarkan hasil penelitian menyimpulkan bahwa skala nyeri kelompok kontrol mayoritas adalah responden yang mengalami nyeri berat terkontrol jumlah 9 responden (60%) dan minoritas adalah responden yang mengalami nyeri ringan dengan jumlah 6 responden (40%).

Rheumatiod atau biasa disebut reumatik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri, dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitanya.5Secara umum penyakit reumatik meliputi cukupan luas dari penyakit dikarakteristikan oleh kecenderungan untuk mengefek tulang, sendi, dan jaringan lunak.6 Penyakit reumatik dapat digolongkan kepada dua bagian, yang pertama dapat diuraikan sebagai penyakit jaringan ikat karena ia

mengefek rangka pendukung (supporting framework) tubuh dan organ organ internalnya. Antara penyakit yang dapat digolongkan dalam golongan ini adalah osteoartritis, gout, dan fibromialgia. Golongan yang kedua pula dikenali sebagai penyakit autoimun karena ia terjadi apabila sistem imun yang biasanya memproteksi tubuh dari infeksi dan penyakit, mulai merusak jaringan jaringan tubuh yang sehat. Antara penyakit yang dapat digolongkan dalam golongan ini adalah rheumatoid artritis, spondiloartritis, lupus eritematosus sistemik, dan scleroderma.7

Penyakit rematik tanda dan gejalanya sering di jumpai rasa nyeri dan pembengkakan pada persendian. Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat, nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalami.8Menurut Presetyo tahun 2010 nyeri adalah sensasi yang muncul akibat stimulasi nyeri berupa biologis, zat kimia, panas, listrik, serta mekanik.10

Nyeri merupakan hal yang kompleks, banyak faktor yang mempengaruhi pengalaman seseorang terhadap nyeri. Nyeri selalu dikaitkan dengan adanya stimulus (rangsangan nyeri) dan reseptor, reseptor yang dimaksud dalah nosiseptor, yaitu ujung ujung saraf bebas kulit yang berespon terhadap stimulus yang kuat. Munculnya nyeri dimulai dengan adanya stimulus tersebut dapat berupa biologis, zat kimia, panas, listrik, serta mekanik.7

(7)

Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologis yang mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi yang mengatasi masalah pikiran, perasaan, dan prilaku. Hipnoterapi dapat juga dikatakan sebagai suatu teknik terapi pikiran menggunakan hipnotis.20

Keberhasilan menerapkan hypnosis dalam mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri (hypnoanasthesi) penggunaan metode ini mengakibatkan berkurangnya bahkan menghilangkan rasa nyeri yang dialami tubuh manusia sebagai respon terhadap suatu trauma ataupun adanya intervensi terhadap jaringan23

Berdasarkan hasil penelitian menyimpulan bahwa skala nyeri kelompok hipnoterapi mayoritas adalah responden yang mengalami nyeri ringan dengan jumlah 13 responden (86,7%) dan minoritas adalah responden yang mengalami nyeri berat terkontrol dengan jumlah 2 responden (13,3%).

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh hipnoterapi terhadap skala nyeri rheumatoid arthritis pada lansia. Dari hasil observasi tingkat nyeri terbanyak sebelum hipnoterapi adalah mahasiswi dengan tingkat nyeri berat terkontrol menurun menjadi nyeri sedang dan ringan dan tingkat nyeri sedang menurun menjadi tingkat nyeri ringan.

1. Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Skala Nyeri Rheumatoid Arthritis Pada Lansia

Ditinjau dari skala nyeri sebelum dan sesudah di lakukan hipnoterapi di dapatkan hasil observasi pengukuran nyeri rheumatoid arthritis dengan Uji T-Test didapatkan nilai signifikan yaitu 0,000 yang nilainya lebih kecil dari alpha 0,05 atau dengan signifikan 95% dan didapatkan nilai mean kelompok kontrol yaitu 3,60 dengan standart deviasi 0,507. Sedangkan nilai mean hipnoterapi adalah 2,13 dengan standart deviasi 0,352. Terlihat nilai mean yang berbeda antara

kelompok kontrol dengan kelompok hipnoterapi yaitu 1,467 dengan standart deviasi 0,516 dengan nilai t hitung 11,260 >

t tabel 1,740. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh yang signifikan antara skala nyeri rheumatoid arthritis sebelum dan sesudah dilakukan hipnoterapi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Wahida dan Zulfa Khusniyah, (2012), tentang pengaruh hipnoterapi terhadap nyeri sendi pada lansia. Tujuan dari penelitian ini adalah pengetahui pengaruh hipnoterapi terhadap penurunan nyeri pada lansia, penelitian ini menggunakan desain Quasy Eksperimental Tipe Non Randomized Control Group Pretest-postest. Besar sample masing masing kelompok 10 responden, menggunakan teknik purposive sampling. Uji statistic menggunakan wilcoxon dan mannwhitney tingkat P ≤ 0.005. hasil penelitian menunjukan adanya perbedaan antara skala nyeri pada lansia sebelum dan sesudah dilaksanakan hipnoterapi dengan nilai signifikan P = 0,032. Kesimpulannya adalah ada pengaruh hipnoterapi terhadap nyeri pada lansia karena hipnoterapi menyebabkan relaksasi, sehingga tubuh akan mengeluarkan hormone endorphin yang mengahmbat signal nyeri disubtansia gelatinosa (kornudorsalis medulla spinalis).8

Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan ketegangan. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama atau teknik relaksasi nafas dalam, contoh bernafas dalam-dalam dan pelan. Hal ini di dukung oleh penelitian yang di lakukan oleh Ernawati, Tri Hartiti dan Idris Hadi tahun 2010. Menggunakan metode quasi eksperimen, dengan rancangan Non Equivalent Control Group Desain. Sample 50 orang usia 17 sampai 20 tahun. Dengan uji wiloxon di ketahui nilai signifikan difference P=0,000 < α (0,05). Sehingga ada perbedaan bermakna antara nyeri diminore sebelum

(8)

dan sesudah dilakukan teknik reaksi nafas dalam.

Kajian inti dari Hypnosis adalah berpijak pada asumsi dasar mind control dapat dicoba diterapkan dalam kegiatan intervensi pembedahan jaringan. Hal inilah yang sering disebut “hypnoanasthesia”. Keberhasilan menerapkan metode hypnosis dalam mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri (hypnoanasthesia), penggunaan metode ini mengakibatkan berkurangnya bahkan menghilangnya rasa nyeri yang dialami tubuh manusia sebagai respon terhadap suatu trauma ataupu adanya intervensi terhadap jaringan.9

Asumsi peneliti sendiri bahwa terdapat adanya pengaruh hipnoterapi terhadap penurunan nyeri rheumatoid arthritis pada lansia ini di lakukan selama 10 menit, sebagian dari responden pun memiliki tingkat sugestifitas sedang dan sedikit yang memiliki tingkat sugestifitas sulit. Walaupun demikian peneliti tetap harus meyakinkan respondent dengan test sugestifitas lebih lama dan lebih dalam lagi karena terdapat beberapa respondent masih ada yang kurang percaya diri untuk melakukan hipnoterapi.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Skala nyeri kelompok kontrol mayoritas adalah responden yang mengalami nyeri berat terkontrol dengan jumlah 9 responden (60%) dan minoritas adalah responden yang mengalami nyeri ringan dengan jumlah 6 responden (40%).

2. Skala nyeri yang dilakukan hipnoterapi mayoritas adalah responden yang mengalami nyeri ringan dengan jumlah 13 responden (86,7%) dan minoritas adalah responden yang mengalami nyeri berat terkontrol dengan jumlah 2 responden (13,3%).

3. Hasil uji statistik menunjukkan ada pengaruh hipnoterapi terhadap

penurunan skala nyeri rheumatoid arthritis dengan p-value = 0,000. Saran

1. Untuk institusi kesehatan untuk mengembangkan ilmu keperawatan khususnya penerapan metode pengurangan rasa nyeri rheumatoid arthritis secara non farmakologis dengan penerapan hypnoterapi.

2. Untuk pengembangan ilmu keperawatan untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang hipnoterapi untuk penurunan nyeri rheumatoid arthritis.

3. Untuk responden dapat melaksanakan hipnoterapi secara rutin yang dilakukan oleh petugas terlatih dan meningkatkan pengetahuan dalam pencegahan dan penurunan nyeri rheumatoid arthritis.

DAFTAR PUSTAKA

Adelia, (2011). Libas Reumatik dan Nyeri Otot Dari Hidup Anda Yogyakarta: Briliant Book.

Arbaini Umi Qamariati, (2013). Jurnal Kesehatan Masyarakat, (online). http://ejournals1.undip.ac.id./index.p hp.jkm

A. Tamsuri, (2007). Konsep Dan Penatalaksanaan Nyeri EGC, Jakarta.

Azizah, Lilik Ma’ rifatul, (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta: GrahaIlmu.

Efendi, F., Makhfudli, (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Rizqi Yulida Astari dan Arina Maliya, (2010). Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Penurunan Nyeri Pada

(9)

Pasien Post Operasi Fraktur Femur di Ruang Rawat Inap Bedah Rumah Sakit Ortopedi Surakarta. http://publikasiilmiah.ums.ac.id/hand le/123456789/3696.

Rudi Haryono dan Sulis Setianingsih, (2013). Awas Musuh Musuh Anda Setelah Usia 40 Tahun, Gosyen Publiishing.Buffer, (2010). Rheumatoid Arthritis. http://www.rheumatoid_arthritis.net/ duwload.doc

Nur Wahida dan Zulfa Khusniyah, (2012). Pengaruh Hipnoterapi Terhadap Nyeri Sendi Pada Lansia. http://N Wahida, Z Khusniyah - Prosiding Seminas Competitive …, 2012 -journal.unipdu.ac.id.

National Institute Of Arthritis and Muskuloskletal And Skin Disease (NIAMS), 2008. Questions And Answer about Arthriris and Reumatik Disease. National Institute Of Health, United State: 02-4999 Maryam, R. Siti, dkk. (2008) Mengenal

Lanjut Usia dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Medikal Book.

Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare, (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2., Jakarta: EGC

Mubarak, (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas, Konsep dan Aplikasi, Salemba Medika.

Nugroho, Wahyudi, (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi 3. Jakarta:

EGC.

Rinajumita, (2011). Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kemandirian Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Lampasi Kecamatan PayaKumbuh Utara. http:// repository.unand.ac.id Rudi Haryono dan Sulis Setianingsih,

(2013). Awas Musuh Musuh Anda Setelah Usia 40 Tahun, Gosyen Publiishing.Buffer, (2010). Rheumatoid Arthritis. http://www.rheumatoid_arthritis.net/ duwload.doc

Kozier, Erb, Berman, Snyder, (2010). Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, & Praktek, Edisi 7. Jakarta:ECG

Setiadi, (2007). Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Iwan Ketan&Fadli Nur Haque, (2010). Fenomena Hipnotis Menguat Fakta Di Balik Mitos. Mini book

Prabowo. PB, (2009). Hipnomedik, Hipnoterapi, & Hypnopregnancy. Yogyakarta: Nuha Medika

Syarifudin. B, (2010). Panduan TA Keperawatan dan Kebidanan Dengan SPSS. Yogyakarta: Grafindo Litera Media.

Tubagus Erwin Kusuma& Nenden Rilla Artistiana, (2013). Bebas Hipertensi Dengan Self-Hypnosis. Jakarta: Noura Book

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat determinasi yang signifikan kecerdasan spiritual terhadap kecenderungan perilaku menyimpang siswa kelas X SMA

Dan komunikasi antarpribadi dalam keluarga yang terjalin secara terus menerus, maka dapat terlihat bahwa pola komunikasi yang terbentuk adalah pola komunikasi kelengkapan,

Adalah salah satu jenis sensor suhu yang mempunyai koefisien temperatur yang tinggi, dimana komponen ini dapat mengubah nilai resistansi karena adanya perubahan

Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis struktur, perilaku dan kinerja ekonomi pola perusahaan inti rakyat (pola PIR-Sus, PIR-Trans, PIR-KUK) kelapa sawit di Sumatera

Berdasarkan pembahasan di atas dapat di buat catatan, bahwa bangunan budaya pesantren pada PM Gontor, PP Lirboyo dan Pesantren Tebuireng dapat dipresentasikan sebagai

kesempatan, dimana kondisi atau situasi yang menyediakan peluang bagi karyawan untuk melakukan tindak kecurangan karena mereka mempunyai posisi dengan kepercayaan

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul Sistem Pembukuan dan

Dalam penelitian ini akan dipelajari pengaruh dari: waktu fermentasi dan jumlah penambahan stater terhadap kadar: glukosa sisa, HCl sisa, yield dan kadar etanol.