• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI DISKRIPTIF PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN ORAL HYGIENE PADA PENDERITA STROKE DI RSUD KAJEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI DISKRIPTIF PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN ORAL HYGIENE PADA PENDERITA STROKE DI RSUD KAJEN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI DISKRIPTIF PERAN PERAWAT

DALAM PELAKSANAAN ORAL HYGIENE

PADA PENDERITA STROKE

DI RSUD KAJEN

Manuscript

Oleh :

MUGI RAKHARJO

NIM. G2A209072

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2011

(2)

HALAMAN PESETUJUAN

Manuscript dengan judul

STUDI DISKRIPTIF PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN ORAL HYGIENE

PADA PENDERITA STROKE DI RSUD KAJEN

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan

Pada tangga, 31 Maret 2011

Pembimbing I

Ns. M. F. Mubin, M.kep, Sp. Jiwa

Pembimbing II

(3)

STUDI DISKRIPTIF PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN ORAL HYGIENE PADA PENDERITA STROKE

DI RSUD KAJEN

Mugi Rakharjo, Ns. M. F. Mubin, M.kep, Sp.Jiwa, Amin Samiasih,S.kep,Msi.Med

Abstrak

Ketidakmampuan penderita stoke untuk merawat dirinya dan melakukan sirkulasi air liur bila dibiarkan saja dapat mengakibatkan mulut berbau tidak sedap dan dapat pula terjadi infeksi rongga mulut. Oleh karena itu diperlukan peran perawat dalam pelaksanaan oral hygiene pasien stroke. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan peran perawat dalam pelaksanaan oral hygiene pada pasien stroke di RSUD Kajen. Desian penelitian menggunakan desian deskriptif. Populasi respondennya adalah seluruh perawat yang bekerja di ruang dalam wanita, ruang dalam pria dan ruang ICU RSUD Kajen yang memberikan perawatan langsung kepada pasien. Total sampel berjumlah 43 responden Analisa data ini menggunakan analisis Univariat. Data dikumpulkan menggunakan quesioner dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawat laki- laki lebih banyak melakukan tindakan oral hygiene pada penderita stroke dengan jumlah 64,3 % Usia perawat yang banyak melakukan tindakan oral hygiene adalah usia 27 tahun dengan jumlah 63,6 %. tindakan oral hygiene juga banyak dilakukan oleh perawat yang berpendidikan S 1 keperawatan dengan jumlah 80,0 %. Perawat dengan masa kerjanya 3 tahun lebih banyak melakukan tindakan oral hygiene pada penderita stroke dengan jumlah 83,3 %. Perawat yang berstatus PNS lebih banyak melakukan tindakan oral hygiene dengan jumlah 59,3 %. Pasien stroke yang yang berada di ruang VIP mayoriyas dilakukan tindakan oral hygiene dengan jumlah 100 %.

(4)

Abstract

The inability of patients to treat themselves stokes and saliva circulation if left alone can lead to mouth smells and may also result from infection of the oral cavity. Therefore we need the role of nurses in the implementation of oral hygiene stroke patients. This study aims to determine factors associated with the role of nurses in the implementation of oral hygiene in stroke patients in kajen hospitals. Design research using deskriptif design. The population of the respondents were all nurses who work in the space of women, the men's room and ICU Kajen hospitals that provide direct care to patients. The total sample of 43 respondents who fall into the inclusion criteria and variable is the role of nurses in the implementation of oral hygiene in patients with stroke. Analysis of these data using univariate analysis. Data were collected using a questioner and observation. The results showed that male nurses do more oral hygiene measures in stroke patients with a total 64.3%, Age nurses who do a lot of oral hygiene measures is the age of 27 years with a total of 63,6 %. oral hygiene measures carried out by S-educated nurses a nurse with the amount of 80.0%. period of 3 years more work to do oral hygiene measures in stroke patients with a total of 83.3%. Nurses who are civil servants to do more oral hygiene measures with the amount of 59.3%. Stroke patients who performed the majority of patients with oral hygiene oral hygiene VIP has been done with the amount of 100%

(5)

Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) adalah penyakit neurogenik yang menyebabkan gangguan fungsi otak baik fokal maupun global (Syaiful Islam, 2000) dan merupakan penyebab kecacatan yang paling banyak (Lumbantobing, 2004). Penderita dapat mengalami berbagai masalah diantaranya gangguan kesadaran, gangguan mobilitas fisik, gangguan menelan dan gangguan perawatan diri (Doengoes, 2000)

Jumlah penderita stroke di indonesia kini kian meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini di indonesia penyakit stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung koroner dan sekitar 28,5% penderita penyakit stroke di indonesia meninggal dunia. Di samping itu stroke juge merupakan penyebab utama kecacatan. Sehingga keadaan tersebut menempatkan stroke sebagai masalah yang serius (Mangoenprasodjo, 2005).

Kasus tertinggi stroke adalah di kota semarang yaitu sebesar 3.986 kasus (17,91%) dibanding dengan jumlah keseluruhan kasus stroke di kabupaten/kota lain di jawa tengah dan rata-rata kasus stroke di jawa tengah adalah 635,60 kasus (Dinkes jateng, 2004). di kabupaten pekalongan jumlah penderita stroke pada tahun 2008 sebanyak 188 orang dan pada tahun 2009 ada 183 orang (Dinkes pekalongan, 2001).

Data RSUD kajen yang didapatkan dari rekam medis bahwa jumlah pasien stroke yang dirawat inap pada tahun 2009 ada 165 orang dan pada semester I tahun 2010 ada 44 orang dan pada semester ke II ada 47 orang (RM RSUD Kajen 2010). Pada penderita yang mengalami gangguan penurunan kesadaran dapat menyebabkan imobilitas fisik, gangguan menelan makanan lewat mulut sehingga dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya peradangan selaput lendir mulut (Stevens, 2003). Penderita yang mengalami gangguan menelan makanan diberikan melalui selang, sehingga ludah jarang mengalami pergantian yang memudahkan terbentuknya koloni mikroflora oral komensal, apabila dibiarkan

(6)

keadaan tersebut dapat mendorong terjadinya infeksi rongga mulut (Tasota, 2001).

Oral Hygiene dalam kesehatan gigi dan mulut sangatlah penting, beberapa masalah mulut dan gigi bisa terjadi karena kita kurang menjaga kebersihan mulut dan gigi. Kesadaran menjaga oral hygiene sangat perlu dan merupakan obat pencegah terjadinya masalah gigi dan mulut yang paling manjur (perry dan potter, 2005).

Oral hygiene merupakan salah satu tindakan yang diperlukan untuk menjaga agar mulut terhindar dari infeksi, membersihkan dan menyegarkan mulut (Clark, 2003). Juga berdasarkan pengalaman pribadi banyak orang, menurut (Wolf, 2006), tidak ada obat pencuci mulut, penyegar nafas, salep atau pasta yang dapat menggantikan usaha membersihkan rongga mulut secara menyeluruh dan sistematis. Pada penderita tersebut juga disertai defisit neurologis dari yang ringan sampai yang berat termasuk gangguan pemenuhan kebutuhan diri (Activity Daily

Living).

Penderita yang mengalami penurunan kesadaran dan gangguan neuromuskuler (Doengoes, 2000) oral hygiene merupakan tindakan yang mutlak dilakukan oleh perawat (Wolf, 2002). Di RSUD kajen tindakan tersebut belum dilakukan dengan optimal, sehingga peran perawat sebagai pelaksana belum terlaksana dengan baik.Untuk mengoptimalkan pelaksanaan oral hygiene tersebut perlu diberlakukan prosedur tetap pelaksanaan oral hygiene, menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap pelaksanaan oral hygiene, penyegaran tentang oral hygiene dan penyajian kasus secara rutin untuk mengetahui berbagai kekurangan dalam pemberian asuhan keperawatan. Berdasarkan fakta diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Studi diskriptif peran perawat dalam pelaksanaan oral hygiene pada penderita stroke.

(7)

METODE PENELITIAN

Desain penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan metode pendekatan kuantitatif yang diarahkan untuk mendiskripsikan peran perawat dalam pelaksanaan oral hygiene di rumah sakit. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan melakukan penilaian langsung terhadap objek yang ditelliti dengan menggunakan instrument penelitian berupa kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat diruang dalam wanita, dalam pria dan ruang ICU RSUD Kajen yang berjumlah 43 responden pada bulan september 2010. Penelitian ini menggunakan total populasi.

HASIL

Perawat laki- laki lebih banyak melakukan tindakan oral hygiene pada penderita stroke dengan jumlah 64,3 % dari jumlah 14 orang perawat laki-laki yang kami teliti. Sedangkan untuk perawat perempuan yang melakukan oral hygiene ada 55,2 % perawat dari total perawat perempuan yang kami teliti sebanyak 29 orang perawat (tabel 4.7). Usia perawat yang banyak melakukan tindakan oral hygiene adalah usia 27 tahun dengan jumlah perawat 7 orang atau 63,6 %. sedangkan usia perawat yang jumlahnya sedikit dalam melakukan tindakan oral hygiene adalah usia 34 tahun dan 35 tahun dengan jumlah 0 % (tabel 4.8). Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa tindakan oral hygiene banyak dilakukan oleh perawat yang berpendidikan S 1 keperawatan dengan jumlah 80,0 % sedangkan perawat yang jarang melakukan oral hygiene adalah perawat yang berpendidikan SPK dengan jumlah 50,0 % (tabel 4.9). Dari penelitan yang ada ternyata perawat yang masa kerjanya 3 tahun lebih banyak melakukan tindakan oral hygiene pada penderita stroke dengan jumlah 83,3 % dan sebaliknya perawat yang masih jarang melakukan tindakn oral hygiene adalah perawat yang masa kerjanya 4 tahun (tabel 4.10). Perawat yang berstatus PNS lebih banyak melakukan tindakan oral hygiene dengan jumlah 59,3 % sedangkan untuk perawat yang berstatus non PNS dengan jumlah 56,3 % (tabel 4.11). Pasien stroke yang dilakukan oral hygiene mayoritas pasien dengan sosial ekonomi yang tinggi, dari hasil penelitian

(8)

kami bahwa semua pasien VIP yang dirawat di RSUD Kajen telah dilakukan oral hygiene dengan jumlah 100 % sedangkan untuk pasien dengan kelas ekonomi yang rendah hanya 26,3 % saja yang dilakukan tindakan oral hygiene oleh perawat (tabel 4.12).

Tabel 4.7

Jenis kelamin perawat terhadap pelaksanaan tindakan Oral hygiene di RSUD Kajen, Nopember 2010

Oral hygiene Total

Dilakukan

Tidak dilakukan Jenis

kelamin

Laki laki Jumlah 9 5 14

Jenis kelamin % 64,3% 35,7% 100,0% Perempuan Jumlah 16 13 29 Jenis kelamin % 55,2% 44,8% 100,0% Total Jumlah 25 18 43 Jenis kelamin % 58,1% 41,9% 100,0% Tabel 4.8

Usia perawat terhadap pelaksanaan tindakan Oral hygiene di RSUD Kajen, Nopember 2010

Oral hygiene Total

Dilakukan Tidak dilakukan Umur perawat 27 Jumlah 7 4 11 Umur perawat % 63,6% 36,4% 100,0% Total Jumlah 25 18 43 Umur perawat % 58,1% 41,9% 100,0%

(9)

Tabel 4.9

Tingkat pendidikan perawat terhadap pelaksanaan tindakan Oral Hygiene di RSUD Kajen, Nopember 2010

Oral hygiene Total

Dilakukan Tidak dilakukan Pendidikan perawat SPK Jumlah 1 1 2 Pendidikan perawat % 50,0% 50,0% 100,0% D III Keperawatan Jumlah 20 16 36 Pendidikan perawat % 55,6% 44,4% 100,0% S 1 Keperwatan Jumlah 4 1 5 Pendidikan perawat % 80,0% 20,0% 100,0% Total Jumlah 25 18 43 Pendidikan perawat % 58,1% 41,9% 100,0% Tabel 4.10

Masa Kerja Perawat terhadap pelaksanaan tindakan Oral Hygiene di RSUD Kajen, Nopember 2010

Oral hygiene Total

Dilakukan Tidak dilakukan Lama Kerja 1 Tahun Jumlah 13 6 19 Lama Kerja % 68,4% 31,6% 100,0% 2 tahun Jumlah 3 1 4 Lama Kerja % 75,0% 25,0% 100,0% 3 Tahun Jumlah 5 1 6 Lama Kerja % 83,3% 16,7% 100,0% 4 tahun Jumlah 2 6 8 Lama Kerja % 25,0% 75,0% 100,0% 5 tahun Jumlah 2 4 6 Lama Kerja % 33,3% 66,7% 100,0% Total Jumlah 25 18 43 Lama Kerja % 58,1% 41,9% 100,0%

(10)

Tabel 4.11

Status Kepegawaian Perawat terhadap pelaksanaan tindakan Oral Hygiene di RSUD Kajen, Nopember 2010

Oral hygiene Total

Dilakukan Tidak dilakukan Dilakukan Status kepegawaian PNS Jumlah 16 11 27 Status kepegawaian % 59,3% 40,7% 100,0% N0N PNS Jumlah 9 7 16 Status kepegawaian % 56,3% 43,8% 100,0% Total Jumlah 25 18 43 Status kepegawaian % 58,1% 41,9% 100,0% Tabel 4.12

Kelas Pasien terhadap pelaksanaan tindakan oral hygiene di RSUD Kajen, Nopember 2010

Oral hygiene Total

Dilakukan Tidak dilakukan Pasien kelas VIP Jumlah 7 0 7 Pasien kelas % 100,0% ,0% 100,0% kelas 1 Jumlah 6 2 8 Pasien kelas % 75,0% 25,0% 100,0% kelas 2 Jumlah 7 2 9 Pasien kelas % 77,8% 22,2% 100,0% kelas JPS Jumlah 5 14 19 Pasien kelas % 26,3% 73,7% 100,0% Total Jumlah 25 18 43 Pasien kelas % 58,1% 41,9% 100,0%

(11)

PEMBAHASAN

Hasil penelitian Perawat laki- laki lebih banyak melakukan tindakan oral hygiene pada penderita stroke dengan jumlah 64,3 % dari jumlah 14 orang perawat laki-laki yang kami teliti. Sedangkan untuk perawat perempuan yang melakukan oral hygiene ada 55,2 % perawat dari total perawat perempuan yang kami teliti sebanyak 29 orang perawat. Menurut Sunaryo (2004), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang antar lain Jenis kelamin. Karena itu pria berperilaku atas dasar pertimbangan rasional, akal, lebih banyak aktif sehingga dapat menyelesaikan tugas dengan cepat. Salah atunya tindakan oral hygiene pada penderita stroke yang ada di RSUD kajen ternyata banyak dilakukan oleh perawat laki –laki daripada perawat perempuan.

Hasil penelitian Usia perawat yang banyak melakukan tindakan oral hygiene adalah usia 27 tahun dengan jumlah perawat 7 orang atau 63,6 %. sedangkan usia perawat yang jumlahnya sedikit dalam melakukan tindakan oral hygiene adalah usia 34 tahun dengan jumlah 0 % dan usia 35 tahun dengan jumlah 0 %. Menurut Hucklo (1998) Semakin meningkat umur seseorang, tingkat kematangan dan kekuatan seeorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. dalam pelaksanaan tindakan oral hygiene terhadap penderita stroke di RSUD kajen banyak dilakukan oleh perawat yang berusia 27 tahun

Hasil penelitian dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa tindakan oral hygiene banyak dilakukan oleh perawat yang berpendidikan S 1 keperawatan dengan jumlah 80,0 % sedangkan perawat yang jarang melakukan oral hygiene adalah perawat yang berpendidikan SPK dengan jumlah 50,0 %. Menurut Y.B Mantra yang dikutip oleh Notoatmojo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi

(12)

untuk sikap berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki oleh sebab itu perawat yang berpendidikan S 1 banyak yang melakukan tindakan oral hygiene dibandingkan dengan yang berpendidikan SPK. bahwa tindakan oral hygiene pada penderita stroke yang ada di RSUD kajen ternyata banyak dilakukan oleh perawat yang berpendidikan S 1 keperawtan dengan demikian membuktikan bahwa pendidikan berpengaruh terhadap perilaku seseorang.

Dari penelitan yang ada ternyata perawat yang masa kerjanya 3 tahun lebih banyak melakukan tindakan oral hygiene pada penderita stroke dengan jumlah 83,3 % dan sebaliknya perawat yang masih jarang melakukan tindakn oral hygiene adalah perawat yang masa kerjanya 4 tahun. D. G. Leather dikutip oleh Rahmat (2000), mengemukakan bahwa tindakan atau perilaku individu dipengaruhi oleh pengalaman, pengalaman akan bertambah jika melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi individu tersebut. Pengalaman diperoleh dari masa kerja, dan juga baik dari pengalaman pribadi atau dari pengalaman orang lain. Pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman disini tentang tindakan oral hygiene pada pasien stroke berpengaruh terhadap pelaksanaan oral hygiene tersebut. tindakan oral hygiene pada penderita stroke yang ada di RSUD kajen ternyata banyak dilakukan oleh perawat yang mempunyai masa kerja lebih banyak atau perawat yang berpengalaman.

Dari penelitan Perawat yang berstatus PNS lebih banyak melakukan tindakan oral hygiene dengan jumlah 59,3 % sedangkan untuk perawat yang berstatus non PNS dengan jumlah 56,3 %. Menurut Prawirosentono (1999) kinerja seorang pegawai akan baik, jika pegawai mempunyai keahlian yang tinggi, kesediaan untuk bekerja, adanya imbalan/upah yang layak dan mempunyai harapan masa depan. Penelitian Robinson dan Larsen (1990) terhadap para pegawai penyuluh kesehatan pedesaan di Columbia menunjukkan bahwa pemberian imbalan mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap kinerja pegawai dibanding pada

(13)

kelompok pegawai yang tidak diberi upah atau imbalan. di RSUD Kajen terdapat pegawai non PNS dengan upah sedikit jd stataus kepegawaian ini berpengaruh terhadap kinerja serta pelayanan yang ada terbukti bahwa tindakan oral hygiene banyak dilakukan oleh PNS.

Dari penelitan pasien stroke yang dilakukan oral hygiene mayoritas pasien dengan sosial ekonomi yang tinggi, dari hasil penelitian kami bahwa semua pasien VIP yang dirawat di RSUD Kajen telah dilakukan oral hygiene dengan jumlah 100 % sedangkan untuk pasien dengan kelas ekonomi yang rendah hanya 26,3 % saja yang dilakukan tindakan oral hygiene oleh perawat. dikarenakan Pelayanan yang diberikan oleh perawat sesuai dengan biaya yang telah dikeluarkan oleh pasien. Semakin tinggi biaya yang dikeluarkan oleh pasien maka semakin baik pelayanan yang diberikan. Status ekonomi atau kelas merupakan pendapatan bruto yang dihasilkan oleh klien untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Pada klien yang menderita penyakit stroke memerlukan biaya pengobatan dan perawatan serta motivasi yang tinggi untuk kelangsungan hidupnya. tindakan oral hygiene pada penderita stroke yang ada di RSUD kajen ternyata banyak dilakukan oleh pasien pasien yang berada di ruang VIP atau pasien dengan satatus ekonomi tinggi

PENUTUP

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa jumlah Jenis kelamin perawat wanita lebih banyak dengan frekuensi 29 orang atau (67,44 %), umur perawat terbanyak adalah yang berusia 27 tahun dengan frekuensi 11 orang atau (25,6 %), tingkat pendidikan perawat mayoritas lulusan D III keperawatan dengan frekuensi 36 orang (83, 7 %), lama kerja perawat rata rata pegawai baru yang masa kerjanya 1 tahun dengan jumlah 19 orang perawat atau (44,2 %), dan status kepegawaian perawat mayoritas PNS dengan frekuensi 27 orang atau 62,8 %

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S (2002), Prosedur Penelitian, PT. Bina Aksara, Jakarta.

Azwar, Saifuddin (2001), Sikap Manusia Toeri dan Pengukurannya, edisi 2, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Barbara C. Long (2000), Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses

Keperawatan), alih bahasa Karnean et al, Yayasan IAPK, Bandung.

Barbara Engram (2003), Medical Surgical Nursing Care Plans, Wodsworth Inc, Delmar.

Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Alih bahasa Monica Ester, Edisi 8, EGC, Jakarta.

Chandra, B (2004), Neurologi Klinik, edisi Revisi, Lab/SMF Penyakit Saraf FK-UNAIR/RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Surabaya.

Doenges, Marylin E, Moorhouse, Mary Frances, dan Geissler, Alice C (2000),

Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Gaffar, J.L (2005), Pengantar Keperawatan Profesional, EGC, Jakarta.

Gerungan, W.A (2001), Psikologi Sosial Suatu Ringkasan Edisi 2, Eresco, Bandung.

Hanjono, Tjipto (2002), Hipertensi dan Stroke, Jurnal Kedokteran dan Farmasi

MEDIKA, No. I tahun XXVIII, Jakarta.

Islam, Syaiful M (2000). Patogenesis dan Diagnosis Stroke, Lab/SMF Penyakit Saraf FK-UNAIR/RSUD Dr. Soetomo, Suraba

Koentjaraningrat (2000), Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta

Lumbantobing (2004), Stroke Bencana Peredaran Darah di Otak, edisi I, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Notoatmodjo, S (2003), Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Nursalam (2002), Manajemen Keperawatan; Aplikasi Dalam Praktik

Keperawatan Profesional, Salemba Medika, Jakarta.

Nursalam @ Pariani (2001), Pendekatan Praktis; Metodologi Riset Keperawatan, Sagung Seto, Jakarta..

(15)

Purwanto, Ngalim (2000), Psikologi Pendidikan, PT Remaja Rosida Karya, Bandung.

Roeslan Boedi Oetomo (2002), Respon Imun di Dlam Rongga Mulut, Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi, Scientific Journal in Dentistry No.49 Tahun 17, September 2002.

Sastroasmoro, S dan Ismail, S (2001), Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinik, Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Soelita, S (2003) Sosiologi Kesehatan, Gajah Mada Univercity Press, Yogyakarta.

Syamsunir Adam (2002), Hygiene Perseorangan, Bhratara, Jakarta.

Tucker et al (2006), Patient Care Standart; Nursing Process Diagnosis and

Outcome, alih bahasa Yasmin et al, volume 3, EGC, Jakarta.

Wolf, Weitzel, Fuerst (2000), Dasar-dasar Ilmu Keperawatan, alih bahasa Kustinyatih Mochtar dan Djamaluddin H, Gunung Agung, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan KIK, 80% sampai dengan 100% dari nilai aset bersih harus diinvestasikan pada efek bersifat utang yang diterbitkan oleh Pemerintah Republik Indonesia

sebuah sistem yang terdiri dari banyak elemen sederhana dan bekerja secara paralel, yang fungsinya ditentukan oleh: struktur jaringan tersebut; bobot dari garis-garis penghubungnya;

Data utama yang digunakan pada penelitian ini adalah data satelit AIRS (Atmospheric Infrared Sounder) selama periode September 2002 sampai Desember 2008 Hasil penelitian

Pada pemeriksaan lab penderita hipertiroid ringan terdapat kelainan yang sedikit, karena itu dapat menyulitkan dalam mendiagnosanya, pada keadaan ini ada 2 pemeriksaan yang

Pola Kegiatan Dokter, Perawat, Staff Instalasi Rawat Jalan .... Pola Kegiatan Pasien Gawat

- kebanyakan orang-orang menggunakan huruf kapital di kata "nama , tempat tanggal lahir , agama ,dst" karena dialinea kalimat pembuka sebelumnya.. menggunakan tanda koma

 Nyamuk jantan mandul dilepas pada titik/lokasi yang telah ditentukan, dilakukan setiap minggu dengan jumlah yang tetap berdasarkan analisa studi dinamika populasi pada

Pemahaman tersebut akan dilihat dari pengetahuan ibu akan pentingnya toilet training , penentuan kesiapan psikologis dan fisiologis anak, usia dimulainya pelatihan, cara