• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENDALIAN POPULASI NYAMUK Aedes aegypti dan Anopheles sp SEBAGAI VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) dan MALARIA DENGAN TEKNIK SERANGGA MANDUL (TSM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGENDALIAN POPULASI NYAMUK Aedes aegypti dan Anopheles sp SEBAGAI VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) dan MALARIA DENGAN TEKNIK SERANGGA MANDUL (TSM)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN POPULASI NYAMUK Aedes aegypti dan Anopheles sp SEBAGAI

VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) dan MALARIA DENGAN

TEKNIK SERANGGA MANDUL (TSM)

Siti Nurhayati1, Budi Santoso2, dan Ali Rahayu2

1 Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi - BATAN 2 Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi - BATAN

ABSTRAK

PENGENDALIAN POPULASI NYAMUK Aedes aegypti DAN Anopheles sp SEBAGAI VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) dan MALARIA DENGAN TEKNIK SERANGGA MANDUL (TSM). Penyakit DBD dan malaria masih menjadi masalah besar di Indonesia karena belum bisa ditangani dengan tuntas. Upaya pemberantasan terkendala oleh kekebalan nyamuk terhadap insektisida dan plasmodium terhadap obat malaria. Teknik Serangga Mandul (TSM) dianggap sebagai solusi tepat dan potensial untuk pengendalian DBD dan malaria ini. TSM dilakukan dengan mengiradiasi nyamuk jantan stadium pupa atau dewasa untuk memperoleh dosis pemandulan. Nyamuk jantan mandul dilepas ke lapangan secara terus menerus dan bersaing dengan nyamuk alam untuk kawin dengan betina sehingga dapat diputus siklus penyakit tersebut. Hasil penelitian terhadap Aedes aegypti, diketahui sinar gamma dosis 70 Gy memandulkan 100% dengan nilai daya saing kawin 0,31 dan dosis 65 Gy memandulkan 98,53% dengan daya saing kawin 0,45. Untuk malaria, dosis 110 Gy dapat memandulkan 97% nyamuk Anopheles maculatus dengan daya saing kawin 0,65 dan 120 Gy memandulkan 99% tetapi daya saing kawinnya tidak bisa dihitung karena tahapan hidup nyamuk selanjutnya tidak dapat diikuti karena semua nyamuk mati. Percobaan pelepasan nyamuk jantan mandul Aedes aegypti pada area terbatas di kawasan PPTA Pasar Jum’at menunjukkan bahwa pada pelepasan pertama mampu menurunkan populasi alam sebesar 35% dan pelepasan kedua menurunkan populasi sebesar 68-80%. Prinsip dasar TSM meliputi pemeliharaan vektor secara masal, orientasi dosis mandul, observasi dinamika populasi, pelepasan serangga mandul (over flooding) dan monitoring populasi. Untuk keperluan TSM ini diperlukan koloni nyamuk secara terus menerus selama program berlangsung. Dalam pelaksanaan TSM akan lebih baik bila dikombinasikan dengan pengendalian vektor secara terpadu, seperti penggunaan insektisida, penerapan 3M, pemakaian kasa di rumah, penggunaan kelambu berinsektisida, perbaikan sanitasi, dan pemeliharaan predator.

Kata Kunci : TSM,, Aedes aegypti, Anopheles sp, DBD, malaria

ABSTRACT

CONTROLLING Aedes aegypti AND Anopheles sp MOSQUITOES AS VECTOR OF DHF AND MALARIA WITH STERILE INSECT TECHNIQUE. The Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) and malaria

diseases are still as the big problem in Indonesia due to incomplete approach. The efforts are problematic because of the resistance of vector to insecticide and plasmodium to the malaria drugs. Sterile Insect Technique (SIT) can be assumed as an exact and potent strategy for contributing in the DHF and malaria control. SIT was carried out by irradiating the male pupae or adult mosquito with an optimal dose for sterilization. The sterile male mosquitoes were released continuously to a located area and they were competed with natural mosquitoes to mate female so that the population of mosquito were reduced and the disease’s transmission can be stopped. Results of experiment on Aedes aegypti vector, the dose of 70 Gy of gamma rays caused sterility up to 100% with mating competition of 0.31 and dose of 65 Gy could sterilize 98.53 % with mating competition of 0.45. For Anopheles maculatus as malaria vector, the dose 110 Gy could sterilize 97% with mating competition of 0.65, and dose of 120 Gy could sterilize 99% but mating competition could not be determined because life cycle of mosquito could not be traced further due to mortality of all mosquitoes. Experiment on releasing sterilized male mosquitoes of Aedes aegypti in restricted area in Pasar Jum’at showed that a reduction of 35% population was found after the first release and 60-80% reduction

(2)

during the program. The higher result of SIT will be obtained if it is combined with other controlling methods as integrated, such as insecticide application, 3M implementation, netting in house, insecticided bed-net and improving sanitation and releasing predators.

Keywords : SIT, Aedes aegypti,, Anopheles sp, DHF, malaria

I. PENDAHULUAN

Penyakit tular vektor seperti DBD dan malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia karena belum bisa ditangani secara tuntas, bahkan dibeberapa daerah terjadi KLB. Hal ini disebabkan karena adanya pembangunan yang cukup pesat, sehingga terjadi urbanisasi besar-besaran ke kota dan menimbulkan pemukiman yang padat dengan sanitasi yang buruk. Keadaan seperti ini akan menimbulkan lahan yang sangat subur bagi nyamuk sebagai vektor penyakit yang dapat mengganggu kesehatan masyarakat 1,2. Penyakit DBD dan Malaria merupakan penyakit endemik baik di pulau Jawa dan di luar pulau Jawa yang ditularkan dari orang sakit ke orang sehat melalui gigitan nyamuk penular (vektor) Aedes aegypti dan Anopheles sp yang membawa virus dengue dan plasmodium

Walaupun pemberantasan nyamuk

Aedes sp dan Anopheles sp sebagai vektor

penyakit sudah sering dilakukan, tetapi hasilnya belum maksimal karena belum ditunjang kesadaran penduduk terhadap kebersihan lingkungan, adanya resistensi

sehingga penyakit DBD dan malaria masih menjadi masalah kesehatan yang sangat urgen untuk segera ditangani 3.

Di Indonesia dikenal ada 3 macam jenis nyamuk Aedes yang biasa menularkan penyakit DBD yaitu Aedes

aegypti, Aedes albopictus dan Aedes scutelaris. Dari ketiga jenis nyamuk ini Aedes aegypti merupakan nyamuk yang

paling berperan dalam penularan penyakit ini. Sedang pada penyakit malaria nyamuk vektornya adalah Anopheles sp dengan banyak spesies (± 20 spesies) yang menggigit manusia sambil membawa plasmodium sebagai parasit 4.

Karena pengendalian vektor secara konvensional masih kurang berhasil, maka Teknik Serangga Mandul (TSM) merupakan salah satu alternatif pengendalian vektor yang bisa dimanfaatkan. TSM merupakan teknik pengendalian vektor secara biologis yang sangat spesifik dan hanya berpengaruh pada spesies target saja. Teknik ini bersifat mengurangi jumlah populasi di lapangan, bukan memusnahkan. Pengurangan populasi dilakukan dengan cara melepas serangga mandul secara bertahap dan berkesinambungan sehingga pada generasi

(3)

TSM merupakan teknik yang relatif baru dan dilaporkan merupakan cara pengendalian vektor yang potensial, efektif, spesies spesifik dan kompatibel dengan cara pengendalian lain. Prinsip dasar TSM sangat sederhana yaitu membunuh serangga dengan serangga itu sendiri (autocidal technique). TSM merupakan suatu urutan kegiatan yang saling terkait satu sama lain, mulai dari pemeliharaan serangga di laboratorium, irradiasi untuk pemandulan, dinamika populasi dan pelepasannya di lapangan 6,7. Dalam pelaksanaannya TSM akan lebih baik bila dikombinasikan dengan pengendalian vektor lain secara terpadu seperti pengunaan insektisida sanitasi lingkungan, pengaturan air secara baik, pemakaian predator dan pemasangan kelambu dan kasa di rumah 8,9.

Teknik jantan mandul merupakan teknik pemberantasan serangga dengan jalan memandulkan serangga jantan. Serangga jantan mandul dilepas di lapangan dengan harapan dapat bersaing dengan jantan normal dalam berkopulasi dengan serangga betina. Serangga betina yang telah berkopulasi dengan jantan mandul dapat bertelur, tetapi telurnya tidak menetas atau bahkan tidak bertelur sama sekali. Apabila pelepasan serangga jantan mandul dilakukan secara terus-menerus,

maka populasi serangga di lokasi pelepasan menjadi rendah 9. Pengendalian nyamuk vektor akan lebih baik jika digunakan teknik konvensional dan TSM secara terpadu.

Pada tulisan ini dibahas bagaimana cara mengendalikan populasi nyamuk

Aedes aegypti dan Anopeles maculatus

sebagai vektor penyakit DBD dan malaria melalui metode TSM sehingga dapat diputus siklus penyebaran penyakit tersebut yang merupakan rangkuman penelitian 2005-2009 10,11,12. Agar TSM dapat berkesinambungan maka harus dipenuhi kriteria yang diperlukan, seperti serangga dapat diproduksi secara masal, dapat dimandulkan, mampu berdaya saing kawin dan lokasi yang terisolir.

II. TATAKERJA

Kegiatan penelitian meliputi mass

rearing, orientasi dosis radiasi untuk

pemandulan, dinamika populasi, penghitungan daya sang kawin, dan pembuatan bank telur (untuk vektor DBD). Pemeliharaan nyamuk untuk stok harus selalu ada untuk kelangsungan kegiatan penelitian TSM ini. Tahapan metodologi adalah:

(4)

Gambar 1. Proses rearing nyamuk Aedes aegypti, meliputi pemberian makanan nyamuk, pengumpulan telur, penetasan menjadi larva, pupa dan nyamuk dewasa. 1. Produksi nyamuk jantan mandul

Koloni telur Aedes aegypti (yang menempel di kertas saring) dan

Anopheles maculatus direndam air

dalam nampan plastik ukuran 32x27 cm dan tinggi 7 cm.

 Setelah menetas menjadi larva, diberi makan berupa pelet (makanan anjing/kucing) untuk

Aedes aegypti dan tepung daging

untuk Anopheles sp, jumlah larva sekitar 1000 - 1500 ekor setiap nampan.

 Pada stadium pupa dipisahkan antara pupa yang berukuran kecil dan besar menggunakan saringan (pupa yang berukuran kecil 90 -95% berjenis kelamin jantan).  Nyamuk dewasa yang muncul dari

pupa berukuran kecil setiap hari

 Nyamuk jantan sebanyak 100 ekor dimasukkan ke dalam vial plastik berukuran 100 cc, kemudian diiradiasi menggunakan iradiator Gamma Cell dengan dosis kemandulan yaitu 70 Gy dengan laju dosis 962,334 Gy/jam. Setelah diiradiasi, diberi makan berupa larutan madu/gula konsentrasi 10%.  Nyamuk jantan mandul siap

dilepas ke lokasi pengendalian.

Gambar 2. Iradiasi nyamuk vektor bisa dilakukan pada stadium pupa maupun dewasa menggunakan

(5)

2. Studi dinamika populasi vektor di alam/ lokasi aplikasi TSM

 Survei lokasi untuk memperkirakan titik-titik tempat bersarangnya nyamuk yang nyamuk Aedes aegypti yang bersifat endofilik dan

Anopheles sp yang banyak hidup di

luar rumah/bangunan.

 Memasang ovitrap pada lokasi-lokasi yang kita tentukan selama 1 bulan dan diamati setiap 1 minggu. Pengamatan dilakukan terhadap jumlah nyamuk yang muncul dari telur yang tertangkap pada masing-masing ovitrap.

 Dari hasil analisa ovitrap bisa diketahui perkiraan jumlah nyamuk populasi awal sehingga dapat ditentukan dimana titik-titik pelepasan nyamuk jantan mandul, berapa jumlah nyamuk jantan madul yang harus dilepas dan seberapa besar tingkat keberhasilan TSM pada akhir program.

3. Pelepasan nyamuk jantan mandul

 Nyamuk jantan mandul dilepas pada titik/lokasi yang telah ditentukan, dilakukan setiap minggu dengan jumlah yang tetap berdasarkan analisa studi dinamika populasi pada lokasi yang akn dikendalikan.  Pelepasan dilakukan di dalam

bangunan/rumah/gedung untuk

rumah untuk Anopheles sp. Jumlah nyamuk jantan mandul yang dilepas yaitu 3-9 kali jumlah populasi alam berdasarkan hasil analisa survei dinamika populasi alam (aplikasi hasil penelitian daya saing kawin pasca iradiasi dosis mandul).

4. Analisa Keberhasilan TSM

 Ovitrap selalu ditempatkan pada titik-titik/lokasi pelepasan dan diamati serta dianalisa setiap 1 minggu.

 Dari hasil analisa ovitrap bisa diketahui tingkat keberhasilan TSM, yaitu ditandai dengan semakin menurunnya jumlah populasi nyamuk Aedes aegypti yang tertangkap pada ovitrap.

 Pembuatan bank telur harus dilakukan secara terus menerus untuk stok dan penelitian lanjutan. Telur Aedes aegypti menempel pada kertas saring dan bisa disimpan kering, sehinga mudah dikoleksi dan dijadikan stok. Untuk nyamuk

Anopheles sp telurnya tidak bisa

disimpan kering dan harus segera ditetaskan.

5. Pengamatan Daya Saing Kawin Untuk mendapat nilai daya saing kawin pasca pemandulan, dilakukan dengan cara mengawinkan nyamuk jantan radiasi dengan nyamuk betina

(6)

kontrol, mengawinkan nyamuk jantan radiasi dengan nyamuk betina radiasi dan mengawinkan nyamuk jantan kontrol dengan nyamuk betina kontrol. Evaluasi hasil keturunannya pada stadium telur, jentik maupun pupa, dilakukan baik terhadap jumlah maupun kualitasnya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap vektor Aedes aegypti, sinar gamma dosis 70 Gy mengakibatkan kemandulan 100 % dengan nilai daya saing kawin 0,31, dosis 65 Gy memandulkan 98,53 % dengan daya saing kawin 0,45, dosis 60Gy mampu memandulkan 71,92% dengan daya saing kawin 0,46, sedangkan dosis 55 Gy memandulkan 69,25% dengan daya saing kawin 0,47 dan dosis 55 Gy memandulkan 67,15 % dengan daya saing kawin 0,51.

Tabel 1. Hasil percobaan TSM pada nyamuk vektor DBD.

Dosis (Gy) Kemandulan (%) Daya Saing Kawin 50 55 60 65 70 67,15 69,25 71,92 98,53 100 0,51 0,47 0,46 0,45 0,31

Untuk vektor penyakit malaria dilakukan pemandulan terhadap salah satu spesies penyebab penyakit tersebut yaitu

Anopheles maculatus dengan laju dosis

962,334 Gy/jam. Dosis radiasi gamma 90 Gy dapat memandulkan 65% dengan daya saing kawin 0,71, dosis 100 Gy memandulkan 77% dengan daya saing kawin 0,67, dosis 110 Gy memandulkan 97% dengan daya saing kawin 0,65 dan dosis 120 Gy memandulkan 99% tetapi daya saing kawinnya tidak bisa dihitung karena nyamuk tidak bisa diikuti untuk tahapan hidup selanjutnya karena semua nyamuk mati.

Tabel 2. Hasil percobaan TSM pada nyamuk vektor malaria.

Dosis (Gy) Kemandulan (%) Daya Saing Kawin 90 100 110 120 65 77 97 99 0,71 0,67 0,65 …..

Telah dilakukan uji coba pelepasan nyamuk jantan mandul Aedes aegypti pada area terbatas di kawasan PPTA Pasar Jum’at hasilnya adalah, pada pelepasan pertama mampu menurunkan populasi alam sebesar 35% dan pada pelepasan kedua menurunkan populasi

(7)

IV. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama 5 tahun dapat disismpulkan sebagai berikut:

1. Dosis radiasi gamma yang telah dilakukan terhadap vektor Aedes

aegypti, 70 Gy mengakibatkan

kemandulan 100 % dengan nilai daya saing kawin 0,31, dosis 65 Gy memandulkan 98,53 % dengan daya saing kawin 0,45, dosis 60 Gy mampu memandulkan 71,92% dengan daya saing kawin 0,46, sedangkan dosis 55 Gy memandulkan 69,25% dengan daya saing kawin 0,47 dan dosis 55 Gy memandulkan 67,15 % dengan daya saing kawin 0,51.

2. Dosis radiasi gamma 90Gy dapat memandulkan 65% dengan daya saing kawin 0,71, dosis 100 Gy memandulkan 77% dengan daya saing kawin 0,67, dosis 110 Gy memandulkan 97% dengan daya saing kawin 0,65 dan dosis 120 Gy

memandulkan 99% tetapi daya saing kawinnya tidak bisa dihitung karena nyamuk tidak bisa diikuti untuk tahapan hidup selanjutnya karena semua nyamuk mati.

3. Telah dilakukan uji coba pelepasan nyamuk jantan mandul Aedes aegypti pada area terbatas di kawasan PPTA Pasar Jum’at hasilnya adalah, pada pelepasan pertama mampu menurunkan populasi alam sebesar 35% dan pada pelepasan kedua menurunkan populasi sebesar 68-80%.

DAFTAR PUSTAKA

1. DEPKES RI, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Petunjuk Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit Demam Berdarah Dengue. DEPKES-RI. Jakarta, 1992.

2. DEPKES RI, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Survei Entomologi Malaria. DEPKES-RI. Jakarta, 2001.

(8)

3. WORLD HEALTH ORGANIZATION, 1976, Resistance of vectors and reservoirs of disease to pesticides, WHO Tech. Rep.Ser.585, 1976.

4. DEPKES RI, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. Petunjuk Melakukan Macam-macam Uji Entomologi yang Diperlukan untuk Menunjang Operasional Program Pemberantasan Penyakit yang ditularkan Serangga. DEPKES RI, Jakarta, 1986.

5. HENNEBERRY, T.J. Developments in Sterile Insect Release Research for the Control of Insect Populations, Proc. of FAO/IAEA Training Course on the Use of Radioisotopes and Radiation in Entomology, Univ. of Florida, 1979, p. 213 – 223.

6. KLASSEN, W., Strategies for Managing Pest Problems, Proc. of FAO/IAEA Training Course on the Use of Radioisotopes and Radiation in Entomology, University of Florida, 1977, p. 248 – 283.

7. HENDRICHS J., EYSEN M.J.B., ENKERLIN W.R., and CAYOL J.P. Strategic Option Using Sterile Insects for Area – Wide Integrated Pest Management, In V.A. Dyck, J.Hendrichs and A. S. Robinson (eds.), Sterile Insect Technique Principles and Practice in Area-Wide Integrated Pest Management, Springer, P.O.Box 17 3300 A.A. Dordrecht, The Netherland, 2005, pp.564-567.

8. DEPKES RI, Dirjen PPM dan PLP. Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. Jakarta, DEPKES-RI, 2001.

9. SUTRISNO, S. dkk. Pengendalian

Terpadu Nyamuk Vektor Penyakit Malaria (Anopheles sp) dan Penyakit DBD (Aedes aegypti) dengan Menggunakan Teknik Serangga

10. NURHAYATI, S. Prospek Aplikasi Teknik Nuklir dalam Pengendalian Vektor Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Aedes aegypti. Presentasi Ilmiah Peneliti Madya, BATAN, Serpong, 2008.

11. NURHAYATI, S., TETRIANA, D, dan RAHAYU, A., Pemandulan

Anopheles maculates sebagai Vektor

Penyakit Malaria dengan Radiasi Gamma 60Co. SNKKL IV, UI-Depok, 2008.

12. NURHAYATI, S., SANTOSO, B., RAHAYU, A., dan TERIANA, D., Pengaruh Radiasi Sinar Gamma terhadap Daya Saing Kawin Nyamuk

Aedes aegypti sebagai Vektor

Demam Berdarah Dengue (DBD). SNKKL V, UI-Depok, 2009.

TANYA JAWAB

1. Penanya : Darmawan Darwis Pertanyaan :

1. Dari data penelitian, pada dosis 65-70 Gy daya saing kawin turun menjadi 0,41% dari pada dosis 90Gy daya saing naik lagi menjadi 0,67%. Mohon penjelasan apa yang menyebabkan penurunan daya saing kawin pada dosis 65-70 Gy dan bertambah menjadi 0,67% pada dosis 90 Gy?

Jawaban : Siti Nurhayati

1. Untuk vektor DBD hanya sampai dosis 70 Gy, yang sampai 90 Gy untuk vektor malaria, jadi nyamuknya berbeda. Kemandulan pada nyamuk akibat radiasi disebabkan karena terjadi kerusakan pada organ sex, sehingga menyebabkan penurunan daya saing kawin paska iradiasi

(9)

2. Penanya : Sri Subandini L. Pertanyaan :

1. Bagimana cara mendeteksi suatu nyamuk telah mandul, apa ciri-cirinya?

Jawaban : Siti Nurhayati

1. Nyamuk mandul diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium PTKMR-BATAN. Nyamuk mandul diketahui setelah dikawinkan dengan nyamuk betina, diamati hasil telurnya, apakah menetas atau tidak, jika tidak menetas maka dijamin nyamuk mandul 100%, jika ada yang menetas dihitung prosentase yang menetas dibagi jumlah telurnya dikalikan 100%.

Gambar

Gambar 1.   Proses rearing nyamuk Aedes aegypti, meliputi pemberian makanan nyamuk,  pengumpulan telur, penetasan menjadi larva, pupa dan nyamuk dewasa
Tabel  2.  Hasil  percobaan  TSM  pada  nyamuk vektor malaria.

Referensi

Dokumen terkait

Misalnya : cabang harus menunggu persetujuan dari kantor pusat, atau pegawai yang mengelola harus menunggu persetujuan dari sang pemilik usaha ( owner). Dalam hal

Hasil penelitian ini dapat menjelaskan yang kurangnya persaingan bekerja dalam sektor wisata yang mana disebabkan minimnya perhatian pemerintah dalam menganggarkan belanja

Aliran modal keluar (capital outflow) diperlukan dalam sebuah negara untuk menutup kesenjangan antar tabungan dan investasi. Berkaitan dengan aliran modal swasta yang

Sepanjang pengetahuan penulis, belum pernah ada yang melakukan penelitian tentang pengaruh kemiskinan terhadap rendahnya pendidikan di Desa Segayam Kecamatan

Akan tetapi selain menggunakan asumsi di atas, pemilihan metode regresi data panel dalam penelitian ini akan ditentukan dengan pengujian statistik, yaitu menggunakan 3

(Survei Pada Konsumen Sang Hyang Seri di Jember Jawa Timur) ini disusun dalam rangka menyelesaikan pendidikan program magister (S2) pada Program Pasca Sarjana Magister

Untuk menjalankan amanah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasionaln dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Apabila surat peringatan ini tidak diindahkan dalam 3 (tiga) kali berturut-turut masing-masing selama 7 (tujuh) hari kerja, maka akan dikenakan sanksi penertiban berupa