• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Pelayanan Gizi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pedoman Pelayanan Gizi"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PEDOMAN

PELAYANAN UNIT GIZI

RS ZAHIRAH

JAGAKARSA JAKARTA SELATAN

2014

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,atas berkah dan rahmat Nya, sehingga tersusunlah buku pedoman Pelayanan RS.Zahirah ini.

Saat ini kebutuhan akan standar pelayanan merupakan suatu hal yang sangat penting, khususnya di Instalasi Gizi, buku ini akan menjadi acuan bagi petugas untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai dengan batasan dan tanggung jawab masing – masing. Disamping itu, dalam rangka meningkatkan mutu rumah sakit dan melaksanakan visi dan misinya, diperlukan Pedoman Pelayanan Gizi agar senantiasa dapat menjaga mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien.

Buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk revisi dikemudian hari.

Jakarta ,September 2014

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Pada saat ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan semakin meningkat dan sudah mengarah pada spesialisasi dan subspesialisasi. Semakin pesat laju pembangunan, semakin besar pula tuntutan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik.

Perlu disadari bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, tuntutan akan pelayanan kesehatan yang bermutu pun semakin meningkat. Di lain pihak pelayanan rumah sakit yang memadai, baik di bidang gizi maupun pengobatan semakin dibutuhkan. Sejalan dengan itu maka pelayanan gizi yang diselenggarakan oleh gizi rumah sakit sangat perlu menerapkan sebuah standar mutu untuk menjamin kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Salah satu yang tertuang dalam Undang – undang No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan bertujuan melindungi pemberi dan penerima jasa pelayanan kesehatan serta memberi kepastian hukum dalam rangka meningkatkan, mengarahkan dan memberi dasar bagi pembangunan kesehatan. Dalam pembangunan kesehatan. Dalam pembangunan kesehatan perlu dilakukan peningkatan pelayanan kesehatan termasuk peningkatan Pelayanan Radiologi di Rumah Sakit.

Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolism tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi pasien yang semakin buruk karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk perbaikan organ tubuh. Selain itu, masalah gizi lebih dan obesitas erat hubungannya dengan penyakit degenerative, seperti diabetes mellitus, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan penyakit kanker, memerlukan terapi gizi untuk membantu penyembuhannya.

(4)

B. Tujuan

Pedoman ini dibuat sebagai acuan pelayanan gizi di RS.Zahirah, hal ini karena pelayanan gizi adalah salah satu komponen penting dalam penatalaksanaan pasien yang dapat berperan meningkatkan mutu gizi, sehingga pengobatan terhadap pasien menjadi lebih terarah.

C. Ruang Lingkup

Pelayanan Gizi di RS.Zahirah meliputi: 1. Asuhan Gizi Rawat Jalan

2. Asuhan Gizi Rawat Inap 3. Penyelenggaraan Makanan

D. Batasan Operasional

1. Gizi

Adalah salah satu sarana penunjang medis yang memberikan layanan untuk memenuhi

kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit rawat inap dan rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan, mengoreksi kelainan metabolisme dalam upaya preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif.

2. Standar Pelayanan Gizi

Adalah sumber yang berlaku sesuai dengan tingkat atau kelas rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya yang menyelenggarakan pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien tersebut.

3. Tenaga Profesional / Formal Gizi adalah tenaga yang mencakup : Tenaga Gizi yang telah lulus pendidikan di bidang gizi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) adalah kumpulan instruksi, langkah – langkah yang telah dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu.

5. Ruangan

Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung semua kegiatan yang dipergunakan sesuai dengan standar ruangan gizi, aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan dengan pasien untuk kebutuhan penyediaan makan pasien. Semua ruangan harus mempunyai tata ruang yang baik sesuai alur pelayanan dan sesuai dengan peraturan sarana dan prasarana rumah sakit.

(5)

a. Spesifikasi bahan makanan adalah standar bahan makanan yang ditetapkan oleh unit/instalasi gizi sesuai dengan ukuran dan bentuk.

b. Bahan makanan basah adalah bahan makanan yang harus disimpan dalam lemari dingin untuk menjaga kualitas dan mutu dari bahan tersebut dengan suhu yang telah ditetapkan.

c. Bahan makanan kering adalah bahan makanan yang harus disimpan dalam tempat kering, tidak mengandung air/lembab untuk menjaga kualitas dan mutu dari bahan

tersebut dimana suhu ruangan biasanya berkisar 19-210C.

d. Bahan tambahan pangan adalah bagian dari bahan baku pangan, yang ditambahkan ke dalam makanan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk pangan. Bahan yang biasa digunakan untuk makanan antara lain bahan pengawet, pemanis, pewarna, penyedap rasa dan aroma, bahan antigumpal, bahan pemucat, antioksidan dan pengental.

e. Air adalah media yang digunakan dalam banyak kegiatan di unit gizi dan harus memenuhi persyaratan kualitas air bersih dan atau air minum.

7. Metode Pemeriksaan

Tujuan melakukan suatu pemeriksaan antara lain untuk meningkatkan mutu pelayanan gizi. Tiap tujuan pemeriksaan memerlukan sensitivitas dan spesifitas yang berbeda – beda, sehingga perlu dipilih metode yang sesuai karena setiap metode mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang berbeda – beda pula.

8. Pemantapan Mutu ( quality assurance ) gizi adalah semua kegiatan yang ditujukan untuk menjamin mutu pelayanan terutama dibidang gizi. Pemantapan Mutu terbagi menjadi 3 indikator :

a. Indicator proses : indicator yang mengukur elemen pelayanan yang disediakan oleh institusi yang bersangkutan.

b. Indicator struktur : indicator yang menilai ketersediaan dan penggunaan fasilitas, peralatan, kualifikasi professional, struktur organisasi yang berkaitan dengan pelayanan yang diberikan.

c. Indicator outcome : indicator untuk menilai keberhasilan intervensi gizi yang diberikan.

9. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Gizi

Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( K3 ) gizi merupakan bagian dari pengelolaan gizi secara keseluruhan. Gizi adalah unit pelayanan dimana tempat kerjanya harus terjamin dan aman dalam proses penyelenggaraan makanan banyak. Petugas harus memahami keamanan gizi dan tingkatannya, mempunyai sikap dan kemampuan untuk melakukan pengamanan sehubungan dengan pekerjaannya sesuai SOP, serta mengontrol bahan makanan secara baik menurut standar pelayanan gizi yang benar.

(6)

10. Pencatatan dan Pelaporan

Pencatatan dan Pelaporan kegiatan gizi diperlukan dalam perencanaan, pemantauan dan evaluasi serta pengambilan keputusan untuk peningkatan pelayanan gizi. Untuk itu kegiatan ini harus dilakukan secara cermat dan teliti, karena kesalahan dalam pencatatan dan pelaporan akan mengakibatkan kesalahan dalam menetapkan suatu tindakan.

E. Landasan Hukum

1. UU No. 23 / 1992 tentang kesehatan menjadi landasan hukum yang kuat untuk pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Sebagai penjabaran dari undang-undang tersebut salah satunya adalah Surat Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik Nomor HK 006.06.3.5.00788 tahun 1995 tentang pelaksanaan akreditasi Rumah Sakit (termasuk di dalamnya adalah pelayanan radiologi diagnostik) untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.

2. Departemen Kesehatan RI. 2013. Pedoman PGRS Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

3. Depertemen Kesehatan RI.Sekretariat Jenderal. Pusat Sarana, Prasarana dan Peralatan Kesehatan. 2007. Pedoman Teknis Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Kelas C. Departemen Kesehatan RI.

4. Departemen Kesehatan RI. 2008. Standar Profesi Gizi. Jakarta : Departemen Kesehatan RI

5. Kementerian Kesehatan RI.2012. Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta 6. Undang – undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

(7)

BAB II

STANDAR KETENAGAAN PELAYANAN GIZI

Untuk menjalankan pelayanan gizi didukung oleh tenaga profesional gizi dan tenaga penunjang gizi.

Kualifikasi Sumber Daya Manusia

1. Kepala Unit Gizi

Kepala Unit Gizi bertindak sebagai koordinator palaksanaan dan pengembangan pelayanan gizi rumah sakit dan pelayanan pendidikan serta memfasilitasi penelitian di unit gizi yang memiliki uraian tugas sebagai berikut :

a. Memimpin dan mengelola Unit Gizi untuk pencapaian Visi dan Misi RS Zahirah b. Mengembangkan pelayanan Unit Gizi sehingga mampu memberikan pelayanan yang

unggul dan berperan optimal sebagai revenue center c. Memimpin dan mengembangkan SDM Unit Gizi

(8)

d. Mengatur, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan rutin dan berkala manajemen dan administrasi Unit Gizi

e. Mengembangkan fungsi pengawasan dan evaluasi terhadap pengelolaan diet pasien f. Membina hubungan baik intern dan ekstern RS

g. Penyelenggaraan tugas-tugas lain agar pelayanan gizi berjalan baik dan lancar 2. Administrasi Gizi

Administrasi Gizi adalah staf dibawah kepala unit gizi yang memiliki uraian tugas sebagai berikut :

a. Mencatat pengeluaran bahan basah b. Mencatat pengeluaran bahan kering c. Mencatat jumlah pasien

d. Mencatat permintaan ke logistic umum dan logistic farmasi e. Mencatat tambahan menu (atas permintaan pasien sendiri) 3. Juru Masak

Juru Masak adalah staf dibawah kepala unit gizi yang memiliki uraian tugas sebagai berikut :

a. Memasak nasi, nasi tim, bubur sesual jumlah pasien

b. Memasak sayuran, lauk hewani dan nabati sesuai jumlah pasien dan membedakannya sesuai diet pasien

c. Memotong sayuran sesuai dengan menu d. Menyiapkan bumbu sesuai dengan menu e. Mencuci peralatan memasak

f. Merapihkan meja persiapan memasak g. Mentestur makanan yang sudah dimasak h. Operan makanan yang sudah siap ke juru saji 4. Juru saji

Juru saji adalah staf dibawah kepala unit gizi yang memiliki uraian tugas sebagai berikut : a. Menulis etiket makan (pagi, siang dan sore)

b. Menyiapkan peralatan makan sesuai dengan jumlah pasien c. Membersihkan trolley makan dan trolley snack

d. Membuat snack untuk pasien yang berdiet

e. Menyiapkan snack untuk disajikan ke pasien dan mengantarkannya ke pasien f. Menyiapkan makan sesuai diet pasien dan mengantarkannya ke pasien g. Mangambil peralatan makan yang kotor dari ruang perawatan pasien h. Mencuci peralatan makan yang kotor dari ruang perawatan pasien i. Mengepel lantai dan membersihkan saluran air

j. Menanyakan menu sarapan ke pasien

(9)

Berdasarkan uraian kompetensi tersebut, kualifikasi SDM Unit Gizi secara menyeluruh disajikan pada tabel 1.1 sebagai berikut

Tabel 1.1

Kualifikasi SDM Unit Gizi NAMA

JABATAN URAIAN TUGAS KUALIFIKASI

Kepala Unit Gizi a. Memimpin dan mengelola Unit Gizi untuk pencapaian Visi dan Misi RS Zahirah

b. Mengembangkan pelayanan Unit Gizi sehingga mampu memberikan pelayanan yang unggul dan berperan optimal sebagai revenue center

c. Memimpin dan mengembangkan SDM Unit Gizi d. Mengatur, mengawasi dan mengevaluasi kegiatan

rutin dan berkala manajemen dan administrasi Unit Gizi

e. Mengembangkan fungsi pengawasan dan evaluasi terhadap pengelolaan diet pasien

f. Membina hubungan baik intern dan ekstern RS g. Penyelenggaraan tugas-tugas lain agar pelayanan

gizi berjalan baik dan lancar

1. Memiliki persyaratan kemampuan dibidang teknis, manajerial dan fisik 2. Memiliki pengetahuan dan pengalamam dibidangnya minimal 2 tahun dengan pendidikan minimal diploma gizi 3. Memiliki persyaratan

(10)

mental yang baik

Administrasi gizi

a. Mencatat pengeluaran bahan basah b. Mencatat pengeluaran bahan kering c. Mencatat jumlah pasien

d. Mencatat permintaan ke logistic umum dan logistic farmasi

e. Mencatat tambahan menu (atas permintaan pasien sendiri)

D3 Gizi/SMU

Juru Masak a. Memasak nasi, nasi tim, bubur sesual jumlah

pasien

b. Memasak sayuran, lauk hewani dan nabati sesuai jumlah pasien dan membedakannya sesuai diet pasien

c. Memotong sayuran sesuai dengan menu

d. Menyiapkan bumbu sesuai dengan menu

e. Mencuci peralatan memasak

f. Merapihkan meja persiapan memasak

g. Mentestur makanan yang sudah dimasak h. Operan makanan yang sudah siap ke juru saji

SMU/SMK

Juru Saji a. Menulis etiket makan (pagi, siang dan sore)

b. Menyiapkan peralatan makan sesuai dengan jumlah pasien

c. Membersihkan trolley makan dan trolley snack

d. Membuat snack untuk pasien yang berdiet

e. Menyiapkan snack untuk disajikan ke pasien dan

mengantarkannya ke pasien

f. Menyiapkan makan sesuai diet pasien dan

mengantarkannya ke pasien

g. Mangambil peralatan makan yang kotor dari ruang perawatan pasien

h. Mencuci peralatan makan yang kotor dari ruang perawatan pasien

i. Mengepel lantai dan membersihkan saluran air

j. Menanyakan menu sarapan ke pasien

k. Mengisi air panas kedalam termos dan mengantarkannya untuk kebutuhan pasien

(11)

A. Distribusi Ketenagaan

1) Uraian Pekerjaan

Kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh petugas gizi tiap shiftnya adalah sebagai berikut :

a. Memasak nasi, nasi tim, bubur sesual jumlah pasien

b. Memasak sayuran, lauk hewani dan nabati sesuai jumlah pasien dan membedakannya sesuai diet pasien

c. Memotong sayuran sesuai dengan menu d. Menyiapkan bumbu sesuai dengan menu e. Mencuci peralatan memasak

f. Merapihkan meja persiapan memasak g. Mentestur makanan yang sudah dimasak h. Operan makanan yang sudah siap ke juru saji i. Menulis etiket makan (pagi, siang dan sore)

j. Menyiapkan peralatan makan sesuai dengan jumlah pasien k. Membersihkan trolley makan dan trolley snack

l. Membuat snack untuk pasien yang berdiet

m. Menyiapkan snack untuk disajikan ke pasien dan mengantarkannya ke pasien n. Menyiapkan makan sesuai diet pasien dan mengantarkannya ke pasien o. Mangambil peralatan makan yang kotor dari ruang perawatan pasien p. Mencuci peralatan makan yang kotor dari ruang perawatan pasien q. Mengepel lantai dan membersihkan saluran air

r. Menanyakan menu sarapan ke pasien

s. Mengisi air panas kedalam termos dan mengantarkannya untuk kebutuhan pasien 2) Analisa Beban Kerja

 Diketahui :

Jumlah pasien rata – rata : 50 pasien

 Waktu efektif kerja : 6 jam

 Waktu rata – rata yang dibutuhkan untuk melaksanakan pemeriksaan :

- Administrasi pasien : 10 menit/pasien

- Peracikan makanan : 15 menit/pasien - Pengolahan : 30 menit/pasien

- Penyajian : 10 menir/pasien

- Pendistribusian makanan : 15 menit/pasien - Kegiatan lain : 15 menit/pasien

3) Perhitungan

Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan :

- Administrasi pasien : 10 menit x 50 = 500

- Peracikan makanan : 15 menit x 50 = 750 - Pengolahan : 30 menit x 50 = 1500 - Penyajian : 10 menit x 50 = 500

- Pendistribusian makanan : 15 menit x 50 = 750 - Kegiatan lain : 15 menit x 50 = 750

(12)

Jika waktu efektif kerja shift adalah 6 jam, maka petugas farmasi yang di butuhkan adalah :

79.2 jam : 6 jam = 13.2 = 13 orang B. Pengaturan Jaga

Gizi merupakan salah satu penunjang medis terpenting di dalam rumah sakit, sehingga Gizi harus ada sewaktu – waktu, sehingga gizii dibuat 24 jam untuk memenuhi kebutuhan tersebut. untuk pembagian dinas, gizi dibuat 3 shift untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut :

a. Dinas pagi 7 jam kerja dengan kualifikasi ketenagaan 1 orang kepala unit, 2 orang juru masak dan 2 orang juru saji

b. Dinas sore 7 jam kerja dengan kualifikasi ketenagaan 4 orang petugas gizi. c. Dinas malam 10 jam kerja dengan kualifikasi ketenagaan 3 orang petugas gizi.

BAB III

STANDAR FASILITAS GIZI

A. Denah Instalasi Gizi

Pintu masuk

Meja Adm

Papan pasien Ruang masak

wc Te m pa t pe ny im

(13)

Ruang pengolahan makanan Ruang penyimpanan berkas Ruang istirahat staf B. Fasilitas

Instalasi Gizi memiliki fasilitas ruangan yang terdiri dari :

 Ruang Penerimaan dan penyimpanan bahan makanan

Digunakan sebagai penerimaan bahan makanan yang didalamnya memiliki fasilitas :

a. Chiller

b. Lemari bahan kering c. Kulkas pendingin

 Ruang persiapan bahan makanan

Digunakan sebagai tempat persiapan bahan makanan, pengolahan dan pencucian bahan makanan yang didalamnya memiliki fasilitas :

a. Meja distribusi b. Water heater c. Bak cuci ganda

d. Lemari makan gantung e. Lemari alat-alat

f. Kerata makan berpemanas/tidak berpemanas g. Panic

h. Wajan

i. Alat pengaduk dan penggoreng

j. Alat makan (piring, gelas, sendok, mangkok,dll) k. Blender l. Oven listrik Ruang cuci le m ari le m ari

(14)

m. Tempat sampah

 Ruang fasilitas pegawai

Digunakan untuk tempat ganti pakaian pegawai, istirahat, ruang makan, kamar mandi dan kamar kecil yang didalamnya memiliki fasilitas :

a. Lemari pakaian b. Meja dan kursi makan c. Matras tidur

 Ruang pengawas

Diperlukan untuk pengawas/kepala unit melakukan kegiatannya yang didalamnya memiliki fasilitas :

a. Meja dan kursi kerja b. Computer dan CPU c. Kipas angin

(15)

BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

 Petugas gizi menerima laporan pasien baru dari bagian keperawatan atau ruang

rawat inap berupa daftar diet pasien.

 Petugas perawatan melaporkan jika ada pasien baru masuk atau ada pasien pulang

sebelum jam makan pasien.

 Petugas gizi memasukkan laporan kedalam buku jumlah pasien.

 Petugas gizi mencatat di whiteboard sesuai tanggal masuk, ruang atau kelas, nama

pasien, umur, dokter dan diagnosa diet pasien.

 Petugas gizi mencatat kedalam formulir makanan pasien.

 Petugas gizi mempersiapkan makanan dan snack untuk pasien baru tersebut.

 Jam makan pasien :

Sarapan pagi : 06.00 – 07.00 WIB.

Snack pagi : 10.00 – 10.30 WIB.

Makan siang : 12.00 – 12.30 WIB.

Snack sore : 15.00 – 15.30 WIB.

Makan sore : 17.00 – 17.30 WIB.

 Petugas gizi memasak bahan makanan yang sudah disiapkan sesuai dengan

standar menu dan standar diet.

 Setelah makanan matang diletakan dalam wadah bersih

 Petugas gizi memeriksa kelayakan kondisi fisik dan kebersihan makanan.

 Menguji rasa makanan sesuai standar resep.

(16)

 Petugas gizi mengantar makanan keruang perawatan sesuai dengan formulir daftar diet pasien untuk didistribusikan.

BAB V LOGISTIK

Keperluan logistik di unit gizi meliputi bahan medis yang dipenuhi oleh instalasi gizi seperti : handscoon, masker, alcohol swab, spuit, micropore, dll. Sedangkan untuk bahan – bahan reagensia dan ATK (Alat Tulis Kantor ) dipenuhi melalui bagian pengadaan / logistik .

1) Alur Permintaan Barang Bahan Medis dan Bahan Makanan

2) Perencanaan

Pengadaan bahan gizi harus mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut : a) Tingkat Persediaan

Pada umumnya tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah persediaan yaitu jumlah persediaan minimum ditambah jumlah safety stock. Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang diperlukan untuk memenuhi kegiatan operasional normal, sampai pengadaan berikutnya dari pembekal atau ruang penyimpanan umum.

Safety stock adalah jumlah persediaan cadangan yang harus ada untuk bahan – bahan yang dibutuhkan atau yang sering terlambat diterima dari pemasok.

Buffer stock adalah stock penyangga kekurangan bahan makanan di gizi. Reserve stock adalah cadangan bahan makanan/sisa.

b) Perkiraan jumlah kebutuhan

Ka.Gizi Permintaan Barang Medis ke Logistik Farmasi Non Medis ke Logistik Umum

(17)

Perkiraan kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian atau pembelian bahan dalam periode 6-12 bulan yang lalu dan proyeksi jumlah pemeriksaan untuk periode 6-12 bulan untuk tahun yang akan datang. Jumlah rata – rata pemakaian bahan untuk satu bulan perlu dicatat.

c) Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan ( delivery time )

Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan diterima dari pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan yang sulit didapat. Perencanaan dimulai dari Penanggung jawab ADM dan Logistik yang mendata kebutuhan barang – barang medis dan non medis habis pakai setiap bulan, mencek barang dan kebutuhan yang diperlukan dan membuat bon permintaan barang yang kemudian diserahkan kepada kepala unit laboratorium untuk ditandatangani untuk kemudian diberikan kepada bagian pengadaan atau kebagian logistic farmasi (untuk barang medis) dan logistic umum (untuk barang non medis) sesuai dengan kebutuhan pemesanannya.

3) Permintaan

Permintaan barang tersebut dilakukan sesuai kebutuhan permintaan, kebagian logistic farmasi (untuk barang medis) dan logistic umum (untuk barang non medis) atau kebagian pengadaan dengan menggunakan formulir bon permintan barang.

Dalam keadaan mendesak dan stock barang di gizi kosong, maka permintaan barang bisa dilakukan sewaktu – waktu pada jam kerja sesuai kebutuhan.

4) Penyimpanan

Bahan makanan gizi yang sudah ada harus ditangani secara cermat dengan mempertimbangkan :

a) Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :

 Pertama masuk – petama keluar ( FIFO – first in – first out ), yaitu bahwa

barang yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih dahulu.

 Masa kadarluarsa pendek dipakai dahulu ( FEFO – first expired – first out )

Hal ini adalah untuk menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan yang terlalu lama.

b) Tempat penyimpanan

Harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya maupun bahan berbahaya.

Tempat/wadah penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan makanan contohnya bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam lemari pendingin dan bahan makanan kering disimpan ditempat yang kering dan tidak lembab.

c) Kelembaban

Kelembaban penyimpanan dalam ruangan 80%-90% d) Ketebalan dan bahan padat tidak lebih dari 10 cm

(18)

e) Makanan dalam kemasan tertutup disimpan pada suhu + 100C

f) Suhu

Jenis Bahan Makanan Lama Waktu Penyimpanan

< 3 hari ≤ 1 minggu > 1 minggu

Daging, ikan, udang dan hasil olahnya

-5 – 00C -10 – - 500C < - 100C

Telur, buah dan hasil olahnya 5 – 70C -5 – 00C < -5 0C

Sayur, buah dan minuman 100C 100C 100C

Tepung dan biji-bijian 250C 250C 250C

5) Penggunaan

Penggunaan bahan makanan yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih dahulu.Sedangkan yang memiliki Masa kadarluarsa pendek juga dipakai terlebih dahulu.

BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

(19)

Keselamatan pasien ( patient safety ) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :

assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.

B. Tujuan

1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

2) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat 3) Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit

4) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan

C. Tatalaksana Keselamatan Pasien

Keselamatan pasien merupakan salah satu kegiatan rumah sakit yang dilakukan melalui assasmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Di Rumah Sakit Zahirah, kegiatan ini dilakukan melalui monitoring indikator mutu pelayanan tiap unit kerja terutama yang terkait dengan pelaksanaan patient safety, tindakan preventif, tindakan korektif.

1) Monitoring indikator mutu pelayanan

Kegiatan ini merupakan kegiatan assesmen risiko. Indikator mutu pelayanan rumah sakit dan unit kerja secara rinci dijelaskan pada Pedoman Mutu Pelayanan, Pedoman Mutu Pelayanan unit gizi secara rinci ada pada BAB VIII Pengendalian Mutu. Indikator mutu pelayanan yang menyangkut patient safety secara rinci dapat dilihat pada format indikator mutu pelayanan pada pedoman mutu pelayanan. Indikator tersebut merupakam milik unit kerja, ditentukan periode pengambilan data dan analisisnya. Bila terjadi penyimpangan atau terjadi kejadian yang tidak diinginkan pimpinan unit melaporkan pada pertemuan manajemen seperti diatur pada tindakan preventif.

2) Tindakan Preventif

Tindakan Preventif sebenarnya adalah sistem yang diharapkan dapat mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan

(20)

suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan. Tindakan preventif dilakukan melalui pencegahan kejadian tidak diinginkan. 3) Tindakan Korektif

Tindakan Korektif adalah pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko Tindakan Korektif dilakukan terhadap laporan yang diputuskan dalam pertemuan tertutup oleh kepala bidang melalui inspeksi dan verifikasi. Hasil inspeksi harus menunjukan telah dilakukannya tindakan koreksi.

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

A. Pedoman Umum

Kesehatan dan Keselamatn Kerja ( K3 ) gizi merupakan bagian dari pengelolaan gizi secara keseluruhan. Gizi melakukan berbagai tindakan dan kegiatan terutama berhubungan dengan penyajian makanan pasien dan alat-alat memasak. Bagi petugas gizi yang selalu kontak dengan makanan dan pasien, maka berpotensi terinfeksi kuman patogen. Potensi infeksi juga dapat terjadi dari petugas ke petugas lainnya, atau keluarganya dan ke masyarakat. Untuk mengurangi bahaya yang terjadi, perlu adanya kebijakan yang ketat. Petugas harus memahami keamanan gizi dan

(21)

tingkatannya, mempunyai sikap dan kemampuan untuk melakukan pengamanan sehubungan dengan pekerjaannya sesuai SPO, serta mengontrol bahan makanan secara baik menurut pelayanan gizi yang benar.

1) Petugas / Tim K3 gizi

Pengamanan kerja di gizi pada dasarnya menjadi tanggung jawab setiap petugas terutama yang berhubungan langsung dengan penyajian makanan. Untuk mengkoordinasikan, menginformasikan, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan keamanan gizi, terutama untuk gizi yang melakukan berbagai jenis pelayanan dan kegiatan pada satu sarana, diperlukan suatu Tim fungsional keamanan gizi.

Kepala gizi adalah penanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan K3 gizi. Dalam pelaksanaannya kepala gizi dapat menunjuk seorang petugas atau membentuk tim K3 gizi.

Petugas atau tim K3 gizi mempunyai kewajiban merencanakan dan memantau pelaksanaan K3 yang telah dilakukan oleh setiap petugas gizi, dengan tujuan : a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran c. Mencegah, mengurangi bahaya ledakan

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya

e. Memberi pertolongan pada kecelakaan f. Member perlindungan pada pekerja

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/psikis, keracunan, infeksi dan penularan

i. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup j. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban

k. Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya

l. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan m. Mencegah terkena aliran listrik

n. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi

Setiap tim gizi sebaiknya membuat pokok – pokok K3 gizi yang penting dan ditempatkan di lokasi yang mudah dibaca oleh setiap petugas gizi.

2) Kesehatan Petugas gizi

Pada setiap calon petugas gizi harus dilakukan pemeriksaan kesehatan lengkap termasuk foto toraks.

(22)

Keadaan kesehatan petugas gizi harus memenuhi standar kesehatan yang telah ditentukan di gizi.

Untuk menjamin kesehatan para petugas gizi harus dilakukan hal – hal sebagai berikut :

a. Pemeriksaan foto toraks dilakukan setiap 3 tahun. b. Pemberian imunisasi

Setiap petugas gizi harus mempunyai program imunisasi, terutama bagi petugas yang bekerja di gizi tingkat keamanan biologis 2,3 dan 4.

Vaksinasi yang diberikan :

 Vaksinasi Hepatitis B untuk semua petugas gizi

c. Pemantauan Kesehatan

Kesehatan setiap petugas gizi harus selalu dipantau, untuk itu setiap petugas harus mempunyai Kartu Kesehatan yang selalu dibawa setiap saat dan diperlihatkan kepada dokter bila petugas tersebut sakit. Minimal setiap tahun dilaksanakan pemeriksaan kesehatan rutin termasuk pemeriksaan laboratorium.

Bila petugas gizi sakit lebih dari 3 hari tanpa keterangan yang jelas tentang penyakitnya maka petugas yang bertanggung jawab terhadap K3 gizi harus melapor pada kepala unit gizi tentang kemungkinan terjadinya pajanan yang diperoleh dari laboratorium dan menyelidikinya.

3) Sarana dan Prasarana K3 gizi umum yang perlu disiapkan di gizi adalah :

a. Baju kerja, celemek, dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak licin dan enak dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai sewaktu kerja b. Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada dilingkungan dapur (jangan

menggunakan sepatu yang berhak tinggi) c. Menggunakan cempal/serbet pada tempatnya

d. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan jumlah yang cukup, sabun, alat pengering dsb

e. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang mudah dijangkau

f. Tersedia alat/obat P3K yang sederhana 4) Pengamanan pada keadaan darurat

a. Sistem tanda bahaya b. Sistem evakuasi

c. Perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan ( P3K ) d. Alat komunikasi darurat baik didalam atau keluar gizi e. Sistem informasi darurat

f. Pelatiahan khusus berkala tentang penanganan keadaan darurat

g. Alat pemadam kebakaran, masker, pasir dan sumber air terletak pada lokasi yang mudah dicapai

(23)

h. Alat seperti kampak, palu, obeng, tangga dan tali

i. Nomor telepon ambulan, pemadam kebakaran dan polisi di setiap ruang gizi 5) Memperhatikan tindakan pencegahan terhadap hal – hal berikut :

a. Mencegah kecelakaan di ruang penerimaan dan penyimpanan bahan makanan , misalnya :

- Menggunakan alat pembuka pet/bungkus bahan makanan menurut cara

yang tepat dan jangan melakukan dan meletakkan posisi tangan pada tempat kea rah bagian alat yang tajam

- Barang yang berat selalu ditempatkan dibagian bawah dan angkatlah dengan alat pengangkut yang tersedia untuk barang tersebut

- Pergunakan tutup panic yang sesuai dan hindari tumpahan bahan

- Tidak diperkenankan merokok di ruang penerimaan dan penyimpanan

bahan makanan

- Lampu harus dimatikan bila tidak dipergunakan

- Tidak mengangkut barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan anda

- Tidak mengangkut barang dalam jumlah yang besar, yang dapat

membahayakan badan dan kualitas barang

- Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin diruang penerimaan

dan penyimpanan

b. Mencegah kecelakaan di ruang persiapan ,pengolahan dan pada saat distribusi makanan, misalnya:

- Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang baik misalnya

gunakan pisau, golok parutan kelapa yang baik dan tidak bercakap-cakap selama menggunakan alat tersebut

- Tidak menggaruk, batuk, selama mengerjakan/mengolah bahan makanan

- Menggunakan berbagai alat yang tersedia sesuai dengan petunjuk

pemakaiannya

- Bersihkan mesin sesuai petunjuk dan matikan mesin jika tidak digunakan

- Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yang akan

dibersihkan

- Berhati-hatilah bila membuka dan menutup, menyalakan atau mematikan

mesin, lampu, gas/listrik dan lain-lainnya

- Meneliti dulu semua peralatan sebelum digunakan

- Mengisi panci-panci menurut ukuran semestinya, dan jangan melebihi

porsi yang ditetapkan

- Tidak memasukkan muatan ke dalam kereta makan yang melebihi

kapasitasnya

- Meletakkan alat menurut tempatnya dan diatur dengan rapi

- Bila membawa air panas, tutuplah dengan rapat dan jangan mengisi terlalu

(24)

- Perhatikanlah, bila membawa makanan pada baki, jangan sampai tertumpah atau makanan tersebut tercampur

- Perhatikan posisi tangan sewaktu membuka dan mengeluarkan isi kaleng

B. Penanganan Kecelakaan di gizi

Kecelakaan yang paling sering terjadi di gizi disebabkan oleh lantai yang licin. Untuk mencegah timbulnya bahaya yang lebih luas, wajib di sediakan informasi mengenai cara bekerja di ruang persiapan makanan. Agar mudah terbaca, informasi ini hendaknya dibuat dalam bentuk bagan yang sederhana dan dipasang pada dinding dalam ruang gizi. Selain itu, harus pula di sediakan peralatan untuk menangani keadaan tersebut seperti :

a. Baju kerja, celemek, dan topi terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak licin dan enak dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai sewaktu kerja b. Menggunakan sandal yang tidak licin bila berada dilingkungan dapur (jangan

menggunakan sepatu yang berhak tinggi) c. Menggunakan cempal/serbet pada tempatnya

d. Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan jumlah yang cukup, sabun, alat pengering dsb

e. Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang mudah dijangkau

f. Tersedia alat/obat P3K yang sederhana

C. Penanganan Limbah

Gizi dapat menjadi salah satu sumber penghasil limbah cair, padat dan gas yang berbahaya bila tidak ditangani secara benar. Karena itu pengolahan limbah harus dilakukan dengan semestinya agar tidak menimbulkan dampak negatif.

a. Penanganan

Prinsip pengolahan limbah adalah : pemisahan dan pengurangan volume. Jenis limbah harus diidentifikasi dan dipilah – pilah dan mengurangi keseluruhan volume limbah secara kontinue.

b. Penampungan

Harus diperhatikan serana penampungan limbah harus memadai, diletakkan pada tempat yang pas, aman dan hygienis.

Pemadatan adalah cara yang efisien dalam penyimpanan limbah yang bisa dibuang dengan landfill, namun pemadatan tidak boleh dilakukan untuk limbah infeksius dan limbah benda tajam.

c. Pemisahan limbah

Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang adalah dengan cara menggunakan kantong berkode ( umumnya menggunakan kode warna ). Namun penggunaan kode tersebut perlu perhatian secukupnya

(25)

juga menggunakan kode warna, mis: kantong untuk linen biasa, linen kotor, dan linen terinfeksi di rumah sakit dan tempat – tempat perawatan.

d. Standarisasi kantong dan kontainer pembuangan limbah

Keberhasilan pemisahan limbah tergantung kepada kesadaran, prosedur yang jelas serta keterampilan petugas sampah pada semua tingkat.

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Agar upaya peningkatan mutu di RS.Zahirah dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang konsep dasar upaya peningkatan mutu pelayanan.

A. Mutu Pelayanan

1) Pengertian mutu

a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa

b. Mutu adlah expertise, atau keahlian dan keterikatan ( komitmen ) yang selalu dicurahkan pada pekerjaan

(26)

d. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan 2) Pihak yang berkepentingan dengan Mutu

a. Konsumen

b. Pembayar / perusahaan / asuransi c. Manajemen

d. Karyawan e. Masyarakat f. Pemerintah g. Ikatan profesi

Setiap kepentingan yang disebut diatas berbeda sudut pandang dan kepentingannya terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi dimensional. 3) Dimensi Mutu

a. Keprofesian b. Efisiensi

c. Keamanan Pasien d. Kepuasan Pasien e. Aspek sosial budaya

4) Mutu terkait dengan Input, Proses, Output

Menurut Dinadebian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan menggunakan 3 variable,yaitu :

a. Input ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi dan lain – lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan adalah perencanaan dan peggerakan pelayanan kesehatan.

b. Proses ialah interaksiprofesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen ( Pasien / Masyarakat ). Proses ini merupakan variable penilaian mutu yang penting.

c. Output ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi pada konsumen ( pasien / masyarakat ), termasuk kepuasan dari konsumen tersebut.

B. Upaya Peningkatan Mutu

Upaya peningkatan mutu pelayanan dilakukan melalui upaya peningkatan mutu pelayanan RS.Zahirah secara efektif dan efisien agar tercapai derajat kesehatan yang optimal. Upaya ini dilakukan melalui :

a. Optimasi tenaga, sarana dan prasarana

b. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan yang dilaksanakn secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan pasien c. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan pengembangan pelayanan

(27)

Setiap petugas harus mempunyai kompetensi bidang profesinya, sehingga mutu pelayanan dapat ditingkatkan, angka kesalahan tindakan dapat diperkecil sesuai dengan target mutu gizi dan kepuasan pelanggan dapat meningkat.

Fungsi dari pengendalian mutu adalah 1. Mengawasi setiap tahapan proses

2. Menjamin keamanan pelayanan yang dihasilkan 3. Menghasilkan pelayanan yang bermutu

BAB IX

PENUTUP

Pedoman organisasi Unit Gizi yang sudah kita susun bersama, hendaknya menjadi dasar setiap SDM di Unit Gizi khususnya dan SDM RS.Zahirah dan menjalankan organisasi demi tercapainya kinerja yang optimal.

Dalam perjalanan waktu, sesuai perkembangan dan tuntutan Pedoman Pelayanan Organisasi ini akan kita revisi bila diperlukan.

Referensi

Dokumen terkait

Dari diskusi ini didapatkan bahwa guru kelas dengan menerapkan model pembelajaran jigsaw kegiatan pembelajaran menggambarkan pembelajaran siswa aktif, pada strategi

Konon, mereka dihibahkan ke kampung kami karena telah apkir dari sebuah kebun binatang di Jawa, di mana mereka dianggap tidak sexy lagi, namun, seperti segala sesuatu yang lalu kami

Madde 9 : İşbu mukavelenamenin imzasından itibaren altı ay müddet zarfında Bulgaristan Hükümeti tarafından baş müf­ tünün dahi bihakkın dahil olacağı bir komisyon-ı

menunjukkan bahwa vegetasi sebagian besar terdapat pada bagian utara kabupaten yaitu pada Kecamatan Pitu Riase. Sedangkan untuk bagian tengah dan selatan kabupaten

Dalam melakukan Translasi tRNA harus: (1) memiliki urutan antikodon yang benar, sehingga dapat menanggapi kodon yang tepat (2) diterima oleh sintetase aminoasil-tRNA yang

Dari kedua pengertian di atas dapat diketahui bahwa pengertian dari laporan keuangan merupakan suatu proses dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil

Dengan rencana tindakan yang dilakukan yaitu : Kaji integritas kulit, Kaji suhu tubuh , Kaji tanda infeksi lain seperti letargi, menangis lemah, bercak pada kulit dan

Dalam hasil penelitian ini terdapat hubungan antara bimbingan orang tua saat menonton kartun di televisi dengan perilaku anak di Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita Jatirejo