• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PADA BAYI NY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PADA BAYI NY"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

KEBUTUHAN DASAR PADA BAYI NY. I DENGAN BAYI

BARU LAHIR NORMAL DI PAVILIUN SHAFA AN-NISSA

RSIJ CEMPAKA PUTIH TANGGAL 08-10 MEI 2018

DI SUSUN OLEH : BANATI SABRINA

2015750007

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2018

(2)
(3)
(4)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan pembuatan Karya Tulis Ilmiah dengan judul ―Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Bayi Ny. I Dengan Bayi Baru Lahir Normal di Paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih Jakarta Pusat pada Tanggal 08-10 Mei 2018‖.

Selama poses penyusunan Karya Tulis Ilmiah penulis menyadari bahwa dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan dan menemukan banyak hambatan karena terbatasnya ilmu pengetahuan yang oebulis miliki, waktu yang singkat dan keterbatasan sumber-sumber, namun berkat bantuan dan bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Muhammad Hadi, SMK.,M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

2. Ns. Titin Sutini, M.Kep.,Sp.Kep.An. selaku Ka. Prodi. D III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

3. Ns. Idriani, M.Kep.,Sp.Mat. selaku pembimbing dan penguji pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Sri Mulati, S.Kp.,M.Kes selaku pembimbing dan penguji dari lahan praktik.

5. Ns. Nuraenah, M.Kep, Sp. Kep. J . selaku wali akademik angkatan 33 D III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

6. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta khususnya Prodi D III Keperawatan.

7. Keluarga terutama kepada Ayah dan Ibu yang selalu membimbing, membiayai, menasehati, memfasilitasi, mendoakan dan mendengarkan

(5)

juga senantiasa mensuprot saya.

8. Kepada teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu terimakasih karena kalian telah bersedia meminjamkan buku serta memberikan referensi kepada saya, memberikan dukungan dan saran yang sangat bermanfaat dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Kepada Ka F yang selalu memberikan dukungannya dan telah memabantu dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Kepada Ny. I dan keluarga karena telah memberikan kesempatan penulis untuk mengimplementasikan asuhan keperawatan.

11. Kepada Squad Mater atas kebersamaanya dalam suka maupun duka selamam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

12. Kepada angkatan Akper 33 terimakasih sudah menemani selama 3 tahun terakhir ini.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis sendiri.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta, 18 Mei 2018

(6)

LEMBAR PERSETUJUAN………..………….i LEMBAR PENGESAHAN………..……….ii KATA PENGANTAR………..……….iii DAFTAR ISI………...………...……v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….1 B. Tujuan Penulisan………..4 C. Ruang Lingkup……….5 D. Metode Penulisan……….6 E. Sistematika Penulisan………...6

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Dasar ………..………8

1. Definisi Bayi Baru Lahir Normal………8

2. Karakteristik Bayi Baru Lahir Normal………...…..9

3. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir Normal………...…9

4. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pada Bayi Baru Lahir Normal…...29

5. Penatalaksanaan Pada Bayi Baru Lahir Normal………33

B. Konsep Asuhan Keperawatan………39

1. Pengkajian Keperawatan………...……….39

2. Diagnosa Keperawatan……….……….….49

3. Perencanan Keperawatan………...50

4. Pelaksanaan Keperawatan………..……56

5. Evaluasi Keperawatan………57

BAB III TIJAUAN KASUS A. Pengkajian Keperawatan………..……….…58

B. Diagnosa Keperawatan………..66

C. Perencanaan Keperawatan………...67

D. Pelaksanaan Keperawatan……….70

(7)

BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian Keperawatan………...86 B. Diagnosa Keperawatan………..…....88 C. Perencanaan Keperawatan………...90 D. Pelaksanaan Keperawatan………..………..….93 E. Evaluasi Keperawatan………...……...96 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan…….………...……99 B. Saran………...………...101 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(8)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang latar belakang, tujuan penulisan, lingkup masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan. A. LATAR BELAKANG

Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menagis dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat (M.Sholeh Kosim, 2007). Bayi baru lahir mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kahidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Beralih dari ketergantungan mutlak pada ibu menuju kemandirian fisiologis (Rukiyah, 2012).

Adaptasi bayi baru lahir ke kehidupan ekstrauteri adalah peristiwa normal, meskipun demikian, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya masalah pada bayi baru lahir normal seperti pemejanan terhadap lingkungan yang dingin, persalinan yang lama, dan pemejanan terhadap pengobatan tertentu selama persalinan. Penyakit maternal yang utama sepetri infeksi, diabetes, dan hipertensi, akan menempatkan bayi ke dalam kategori ―resiko tinggi‖ bukan ―normal‖ (Wilkinson, 2008).

Pada periode neonatal ini dapat terjadi trauma fisik meliputi berbagai perlukaan yang didapat oleh bayi baru lahir selama persalinan dan kelahiran. Walaupun sebagian besar perlukaan bersifat minor dan membaik selama periode neonatus tanpa pengobatan, beberapa jenis trauma membutuhkan intervensi dan diantaranya dapat bersifat fatal. Trauma fisik yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti disfungsi uterus yang mengakibatkan persalinan memanjang, persalinan postmatur dan prematur, disproporsi sefalopelvis, persentasi abnormal, anomali kongenital, kelahiran dengan forceps, ekstraksi vakum. Sedangkan masalah fisiologis meliputi konjugasi bilirubin, jaundis fisiologis, jaundis berhubungan dengan menyusui, hipoglikemia dan hipokalsemia. (Lowdermilk, 2013).

(9)

Setiap tahunnya diseluruh dunia diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada tahun pertama kehidupannya dan dua pertiganya meninggal pada bulan pertama. Penyebab utama kematian pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi berat badan lahir rendah (Depkes, 2008).

Tingkat kematian balita secara global menurun sebesar 56% dari 93 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi 41 pada tahun 2016. Semua daerah WHO mengurangi separuh angka kematian balita mereka dalam periode waktu yang sama. Beban kematian di bawah lima tahun masih tidak merata. Sekitar 73% kematian balita terjadi di dua wilayah pada tahun 2016, WHO Afrika (48%) dan WHO Asia Tenggara (25%). Angka kematian balita tertinggi berada di WHO Afrika (76,5 per 1000 kelahiran hidup), hampir 8 kali lebih tinggi daripada di Wilayah Eropa WHO (9,6 per 1000 kelahiran hidup).

Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia dibawah 1 bulan) penyebabnya ialah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) 29%, asifiksia 27%, trauma lahir, tetanus neonatorum,infeksi lain dan kelainan kongenital (JNPK-KR, 2008).

Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka kematian bayi baru lahir sebesar 32/1000 kelahiran hidup, sedangkan jumlah bayi yang meninggal di Indonesia berdasarkan estimasi SDKI 2012 mencapai 160.681 anak. Data Kementerian Kesehatan menunjukkan angka kematian bayi baru lahir di indonesia mengalami penurunan sejak 2015 hingga semester pertama 2017, yaitu turun dari 33.278 kasus pada 2015 menjadi 32.007 kasus pada 2016. Sementara hingga pertengahan tahun atau semester satu 2017 tercatat sebanyak

(10)

10.294 kasus kematian bayi. (Menkes, RI). Penyebab kematian bayi baru lahir salah satunya oleh asfiksia, sepsis, hipotermi, kelainan kongenital dan prematuritas, BBLR, ikterik, masalah pemberian ASI (Riskesdas, 2007) sedangkan penyebab angka kematian bayi menurut Muslihatun (2010) ialah asfiksia neonatarum, ikterik, perdarahan tali pusat, kejang, BBLR dan hipertermi.

Dari data yang diperoleh dari medical record RSIJ Cempaka Putih, jumlah angka kelahiran bayi baru lahir pada tahun 2017 sebesar 822 jiwa dengan Seksiocesaria sebanyak 75,7% (623 jiwa) dan kelahiran Spontan sebanyak 23,7% (195 jiwa). Adapun angka kematian bayi baru lahir pada tahun 2017 sebesar 0,6% (4 jiwa). Sedangkan tahun 2018 pada bulan Januari – April jumlah angka kelahiran bayi baru lahir sebesar 238 jiwa dengan Seksiocesaria sebanyak 81,5% (194 jiwa) dan kelahiran Spontan sebanyak 17,6% (42 jiwa). Adapun angka kematian bayi baru lahir pada tahun 2018 bulan januari-april yaitu 0,8% (2 jiwa).

Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan rasa aman, kebutuhan rasa cinta, memiliki dan dimiliki, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri (Mubarak, 2007). Sedangkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan dasar yang dapat terjadi pada bayi baru lahir dikelompokkan menjadi tiga yaitu, asuh, asih, asah. Yang meliputi kebutuhan asuh ialah nutrisi, perawatan kesehatan dasar (imunisasi), pakaian, istirahat tidur, hygiene diri dan lingkungan. Sementara yang meliputi asih ialah kasih sayang orang tua (bounding attachment) dan rasa aman, dan yang terakhir asah atau kebutuhan stimulasi (Nursalam, 2008).

Menurut Lowdermilk (2013) masalah keperawatan yang dapat terjadi pada bayi baru lahir adalah bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan pertukaran gas, resiko terjadinya ketidakseimbangan temperatur tubuh,

(11)

resiko infeksi, resiko cedera, resiko menyusui tidak efektif, gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh dan lain-lain.

Berdasarkan data di atas penulis sebagai calon tenaga kesehatan turut berperan serta dalam upaya meningkatkan kesehatan dan mengatasi masalah yang terjadi pada bayi baru lahir melalui upaya promotif yaitu pelayanan kesehatan mengenai pemberian ASI eksklusif, cara menyusui dengan baik dan benar dan menjelaskan pentingnya imunisasi pada bayi serta perawatan pada bayi baru lahir. Upaya preventif seperti perawatan tali pusat, memandikan bayi serta dan memberikan kehangatan pada bayi agar terhindar dari hipotermia. Sedangkan upaya kuratif yang diberikan adalah memberikan terapi sesuai dengan instruksi dokter. Lalu yang terakhir ada upaya rehabilitatif yaitu menstimulus perkembangan bayi sejak dini. Maka penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah Bayi Baru Lahir dengan judul Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Bayi Ny.I dengan Bayi Baru Lahir Normal di sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program pendidikan D III Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah

B. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum

Tersusunnya karya ilmiah yang mendeskripsikan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan kepererawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada Bayi Ny.I dengan bayi baru lahir normal di paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada Bayi Ny. I dengan bayi baru lahir normal di Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih.

(12)

b. Mampu menentukan masalah keperawatan sesuai dengan kebutuhan dasar pada Bayi Ny. I dengan bayi baru lahir normal di Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih.

c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada Bayi Ny. I dengan bayi baru lahir normal di Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih.

d. Mampu melakukan tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan dasar pada Bayi Ny.I dengan baru lahir normal di Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih.

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada masalah kebutuhan dasar pada Bayi Ny. I dengan bayi baru lahir normal di paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih.

f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat di teori dan kasus pada Bayi Ny. I dengan bayi baru lahir normal di paviliun g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta

dapat mencari solusi pada kasus Bayi Ny I dengan bayi baru lahir normal.

h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan dalam pemuhan kebutuhan dasar pada Bayi Ny. I dengan bayi baru lahir normal di paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih.

C. RUANG LINGKUP

Karena dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis mengalami keterbatasan dalam segi waktu serta mengingat pula banyaknya kasus bayi baru lahir, sehingga penulis hanya melakukan asuhan keperawatan.

D. METODE PENULISAN

Metode penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode deskriptif dan studi kepustakaan. Dalam metode deskriptif pendekatan yang digunakan adalah studi kasus, dimana penulis mengelola satu kasus menggunakan proses keperawatan.

(13)

Penulis memperoleh data dengan cara :

1. Studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari teori-teori, buku-buku keperawatan, serta catatan ilmiah yang berkaitan dengan kasus.

2. Wawancara langsung dengan orang tua, perawat serta keluarga pasien untuk memperoleh data yang akurat dan jelas mengenai masalah pasien.

3. Observasi dimana penulis terlibat langsung pada pasien yang bersangkutan mengenai perkembangan, pengobatan dan perawatan serta hasil tindakan yang telah diberikan

E. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang, tujuan penulisan, lingkup masalah, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Meliputi definisi bayi baru lahir normal, karakteristik bayi baru lahir normal, adaptasi fisiologis bayi baru lahir normal, pemenuhan kebutuhan dasar pada bayi baru lahir normal, penatalaksanaan pada bayi baru lahir normal, pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.

BAB III TINJAUAN KASUS

Merupakan laporan kasus dari hasil pengamatan dan observasi langsung pada pasien dalam membuat asuhan keperawatan pada Bayi Ny. I dengan bayi baru lahir normal di paviliun Shafa An-Nissa RSIJ Cempaka Putih

(14)

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini membandingkan antara teori dan tinjauan kasus dari pengkajian keperawatan sampai dengan evaluasi keperawatan sesuai dengan kasus yang di kelola.

BAB V PENUTUP

Merupakan kesimpulan dari pengkajian keperawatan, diagnosis keperawatan, keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan, serta saran yang dapat meningkatkan kinerja perawat

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(15)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang definisi dari bayi baru lahir normal, karakteristik pada bayi baru lahir normal, adaptasi fisiologis pada bayi baru lahir normal, pemenuhan kebutuhan dasar pada bayi baru lahir normal, penatalakasanaan pada bayi baru lahir normal, pengkajian keperawatan pada bayi baru lahir normal, diagnosa keperawatan pada bayi baru lahir normal, perencanaan keperawatan pada bayi baru lahir normal, pelaksanaan keperawatan pada bayi baru lahir normal dan evaluasi keperawatan pada bayi baru lahir normal.

A. Konsep Dasar

1. Definisi Bayi Baru Lahir Normal

Bayi baru lahir normal merupakan bayi yang lahir dengan usia kehamilan 37-42 minggu, berat badan 2.500-4.000 gram, lahir langsung menangis dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan). Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi baru lahir, sebab sebelum di lahirkan janin senantiasa tumbuh dan hidup bergantung kepada ibunya sedangkan pada saat kelahiran setiap bayi baru lahir akan mengalami penyusuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin seacara mandiri (Vivian, 2013).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, 2012).

(16)

2. Karakteristik Bayi Baru Lahir Normal

Karakteristik Bayi Baru Lahir Normal menurut Wagiyo dan Putrono (2016) adalah :

Berat badan bayi normal antara 2500-4000 gr, panjang badan antara 48-52 cm, lingkar kepala bayi 33-35 cm, lingkar dada 30-38 cm, detak jantung 120-140x/menit, frekuensi pernapasan 40-60x/menit, rambut lanugo (bulu badan yang halus) sudah tidak terlihat, rambut kepala sudah muncul, warna kulit badan merah muda dan licin, memiliki kuku yang agak panjang dan lemas, reflek menghisap dan menelan sudah baik ketika duberikan Inisiasi Menyusui Dini (IMD), reflek gerak memeluk dan menggenggan sudah baik, meconium akan keluar dalam waktu 24 jam setelah lahir.

Keluarnya meconium menjdi indikasi bahwa fungi pencernaan bayi sudah normal. Feses bayi berwarna hitam kehijau-hijauan dengan konsistensi likuid atau lengket. Adapun genitalia pada anak laki-laki yaitu tampak testisnya sudah turun, skortum sudah ada dan pada anak perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora.

3. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir Normal

Perubahan fisiologi pada bayi baru lahir merupakan suatu proses adaptasi dengan lingkungan luar atau dikenal dengan kehidupan ekstrauteri. Sebelumnya bayi cukup hanya beradaptasi dengan kehidupan intrauteri (Aziz Alimul, 2008).

Saat lahir, bayi mengalami perubahan fisiologi yang cepat dan hebat. Kelangsungan hidup bergantung pada pertukaran oksigen dan kerbondioksida yang cepat dan teratur. Agar pertukaran efesien, alveolus paru yang semula terisi cairan harus terisi oleh udara (Kenneth, 2009).

(17)

a. Sistem Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler berubah bermakna setelah lahir. Nafas pertama bayi, disertai dengan peningkatan distensi kapiler alveolus, mengembangkan paru-paru dan mengurangi restensi pembuluh darah paru terhadap aliran darah paru dari arteri pulmonaris. Tekanan arteri pulmonaris menurun, dan tekanan dalam atrium menurun. Meningkatnya aliran darah paru dari sisi jantung kiri meningkatkan tekanan di atrium kiri, yang menyebabkan penutupan fisiologis dari foramen ovale.

Dalam uterus, PO2 janin berukuran 27 mmHg. Setelah lahir, ketika kadar PO2 dalam darah arteri berukuran sekitar 50 mmHg . duktus arteriosus berkonturksi sebagai respons terhadap peningkatan oksigenasi. Kadar hormone prostaglandin E yang bersirkulasi juga memiliki peranan penting dalam penutupan duktus arterious. Selanjutnya, duktus arteiosus akan menutup total dan menjadi ligament (Lowdermilk, 2013).

1) Denyut dan Bunyi Jantung

Denyut jantung rata-rata berkisar 120-140 denjut/menit, dengan variasi yang tampak jelas saat tidur dan bangun. Saat setelah tangisan pertama, denyut jantung bayi dapat mengalami percepatan 175-180 denyut/jantung. Kisaran denyut jantung pada bayi matur berkisar 85-90 denyut/menit selama tidur dalam dan hingga 170 denyut/menit atau lebih ketika bayi terbangun. Denyut jantung hingga 180 denyut/menit merupakan hal yang biasa ketika bayi menangis. Denyut jantung yang secara konsisten tinggi (>170 denyut/menit) atau rendah (<80 denyut/menit) saat bayi baru lahir dalam keadaan istirahat harus dievaluasi kembali dalam 1 jam atau saat aktifitas bayi berubah.

(18)

2) Tekanan Darah

Tekanan darah (TD) sistolik rata-rata pada bayi baru lahir berkisar 60 hingga 80 mmHg. Tekanan diastolic rata-rata berkisar 40 hingga 50 mmHg. Tekanan darah meningkat pada hari kedua kehidupan, dengan sedikit variasi yang tampak pada bulan pertama kehidupan. Turunnya TD sistolik (15 mmHg) pada 1 jam pertama kehidupan bisa terjadi. Menanggis dan begerak biasanya menyebabkan peningkatan tekanan sistolik.

3) Volume Darah

Volume darah pada bayi baru lahir berkisar 80 hingga 85 ml/kgBB. Segera setelah lahir, volume darah total rata-rata sebesar 300 ml, namun volume ini dapat meningkat hingga 100 ml, bergantung pada lamanya waktu sebelum tali pusat diklem dan di potong. 4) Sirkulasi Darah Pada Janin

Plasenta (tali pusat) terletak berada di daerah fundus yang mempunyai permukaan, yaitu permukaan martenal yang menghadap depan dingding Rahim yang berisi kotiledon dan permukaan fetal yang menghadap ke janin bersamaan dengan tali pusat. Fungsi plasenta sebagai media transportasi nutrisi dari plasenta ke janin. Panjang tali pusat normal 45-55 cm. diameter 1-1,5 cm. berat plasenta normal 500 gram. Tali pusat berwarna putih ke abu-abuan, mempunyai pembulu darah 2 arteri dan 1 vena. Pada janin, pembuluh darah vena membawa darah bersih dan pembulu darah arteri membawa darah kotor.

b. Sistem Pernafasan

Pernafasan pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih sehingga udara tertahan didalam. Respirasi pada neonates biasanya pernafasan diagfragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalam tarikan belum teratur.

(19)

Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku sehingga terjadi atelectasis, dalam keadaan anoksia neonatus masih dapat mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan metabolism anerobik (Indriyani, 2013).

Bernapas pada bayi baru lahir normal pertama kali kemungkinan sebagai akibat dari reflex yang dipicu oleh perubahan tekanan, pajanan terhadap temperature udara yang dinging, bising, dan sensasi lainnya yang berhubungan dengan proses kelahiran. Selain itu kemoreseptor di aorta dan badan karotis memulai reflex neorulogis ketika tekanan oksigen arteri (PO2) menurun, tekanan karbondioksida

(CO2) arteri meningkat, dan pH arteri menurun. Pada sebagian besar

kasus, reaksi pernapasan berat terjadi dalam 1 menit setelah lahir, dan bayi melakukan tarikan napas pertama dan menangis. Setelah pernapasan dimulai, periode dari napas periodik yang terdiri dari atas henti napas sementara yang berlangsung kurang dari 20 detik. Periode henti napas lebih dari 20 detik merupakan indikasi proses patologis dan haru dievaluasi secara menyeluruh (Lowdermilk, 2013).

c. Sistem Hematopoietik

Pada bayi baru lahir menunjukan beberapa variasi dari orang dewasa. Kadar sel darah merah dan leukosit berada namun kadar trombosit relatif sama (Lowdermilk, 2013).

a) Sel Darah Merah dan Hemoglobin

Saat lahir, kadar rata-rata sel darah merah dan hemoglobin (hemoglobin janin bersifat dominan) lebih tinggi dibandingkan pada orang dewasa. Darah tali pusat pada bayi baru lahir matur dapat memiliki konsentrasi hemoglobin 14 hingga 24 g/dl (rata-rata17 g/dl). Hematrokit berkisar dari 44 % hingga 64 % (rata-rata 55 %). Sel darah merah juga ikut meingkat berkisar dari 4,8 hingga 7,1 juta/mm3 (rata-rata 5,14 juta/mm3). Pada akhir bulan pertama, nilai-nilai ini akan menurun dan mencapai kadar rata-rata 11

(20)

hingga 17 g/dl dan 4,2 hingga 5,2 juta/mm3 secara berurutan. Kadar darah ini dipengaruhi oleh klem tali pusat yang tertunda, yang akan mengakibatkan peningkatan hemoglobin, sel darah dan hematocrit. b) Leukosit

Leukosit dengan hitung sel darah putih (SDP) sekitar 18.000 sel/mm3 (berkisar antara 9.000 hingga 30.000 sel/mm3) normal saat lahir. Jumlah leukosit meningkat hingga 23.000 sampai 24.000 sel/mm3 selama hari pertama setelah lahir. Leukosit awal yang tinggi pada bayi baru lahir akan menurun cepat, kadar 11.500 sel/mm3 umumnya dipertahankan selama periode neonatus.

c) Trombosit

Trombosit berkisar antara 200.000 hingga 300.000 sel/mm3 dan sama nilainya pada bayi baru lahir dan orang dewasa. Kadar factor II,VII, IX dan X yang ditemukan dihati, menurun selama beberapa hari pertama kehidupan, karena bayi baru lahir tidak dapat menyintesis vitamin K. Namun, kecenderungan pendarahaan pada bayi baru lahir tidak biasa terjadi, dan jika difisiensi vitamin K tidak terhambat, pembentukan bekuan darah darah cukup untuk mencegah perdarahaan.

d) Golongan Da rah

Golonga darah bayi ditentukan secara genetik dan dibentuk pada awal kehidupan janin. Namun, selama periode neonatus, kekuatan aglutinogen yang terdapat pada membrane sel darah merah meningkat perlahan. Sampel darah tali pusat dapat digunakan untuk mengidentifikasi golongan darah bayi dan status resusnya.

d. Sistem Termogenik

Setelah terjadinya pernapasan dan sirkulasi yang adekuat regulasi panas merupakan hal terpenting untuk kelangsungan hidup bayi baru lahir. Termoregulasi adalah mempertahankan keseimbangan antara kehilangan panas dan produksi panas. Bayi baru lahir berusaha untuk menstabilkan temperature inti tubuhnya dalam rentang yang sempit.

(21)

Hipotermia akibat kehilangan panas berlebih sering terjadi dan berbahaya bagi neonatus. Kemampuan bayi baru lahir untuk memproduksi panas (thermogenesis) sering kali menyerupai orang dewasa, namun kecenderungan terhadap kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan dingin meningkat pada bayi baru lahir dan menyebabkan bahaya (Lowdermilk, 2013).

1) Thermogenesis

Mekanisme menggigil untuk memproduksi panas jarang terjadi pada bayi baru lahir. Thermogenesis tanpa menggigil terjadi terutama oleh metabolisme lemak coklat yang khas pada bayi baru lahir, dan juga oleh peningkatan aktivitas metabolic di otak, jantung, dan hati, lemak cokelat terletak di cadang lemak superfisial pada daerah interskapula dan aksila, juga pada cadangan lemak dalam pada pintu masuk toraks, sepanjang kolumna veterba dan sekitar ginjal. Lemak coklat memliki suplai pembuluh darah dan saraf yang lebih kaya dibandingkan dengan lemak biasa. Panas yang di produksi oleh akativitas metabolic lemak dalam lemak cokelat dapat menghangatkan bayi baru lahir dengan meningkatkan produksi panas sebesar 100%. Cadangan lemak cokelat, umumnya terdapat hingga beberapa minggu setelah lahir, dan habis dengan cepat akibat dingin. Jumlah cadangan lemak coklat meningkat seiring dengan usia kehamilan. Bayi baru lahir matur memiliki cadangan lemak yang lebih banyak dibandingkan bayi premature. 2) Kehilangan Panas

Kehilangan panas pada bayi baru lahir tejadi melalui empat cara berikut : (Lowdermilk, 2013).

a) Konveksi

Konveksi adalah perpindahan aliran panas dari permukaan tubuh ke udara lingkungan yang lebih dingin. Oleh karena dapat terjadi kehilangan panas akibat konveksi, temperature lingkungan dalam kamar perawatan bayi dipertahankan pada suhu sekitar 24o C, dan bayi baru lahir pada tempat tidur bayi

(22)

yang terbuka harus diselimuti untuk melindungi mereka dari dingin.

b) Radiasi

Radiasi adalah hilangnya panas dari permukaan tubuh menuju permukaan padat yang lebih dingin, tidak dengan kontak langsung, namun pada jarak yang relative dekat. Untuk mencegah kehilangan panas ini, tempat tidur bayi dan meja periksa ditempatkan jauh dari jendela.

c) Evaporasi

Evaporasi adalah kehilangan panas yang terjadi ketika cairan dikoveksi menjadi uap. Pada bayi baru lahir, kehilangan panas oleh evaporasi terjadi sebagai akibat dari penguapan kelembaban pada kulit. Kehilangan panas ini dapat diakibatkan karena kesalahan teralu cepat mengeringkan bayi baru lahir atau melalu pengeringan bayi yang terlalu lambat setelah di mandikan. Semakin kurang matur bayi baru lahir tersebut, semakin berat kehilangan panas melalu evaporasi yang akan terjadi. Kehilangan panas melalui evaporasi adalah kehilangan panas yang tidak disadari, merupakan penyebab kehilangan panas yang paling penting pada beberapa hari pertama kehidupan.

d) Konduksi

Konduksi adalah hilangnya panas dari permukaan tubuh kepada permukaan yang lebih dingin dengan kontak langsung. Ketika masuk kedalam ruang perawatan bayi, bayi baru lahir ditempatkan dalam tempat tidur hangat untuk meminimalkan kehilangan panas. Timbangan yang digunakan untuk menimbang bayi baru lahir harus dilapisi kain pelindung untuk meminimalkan kehilangan panas secaa konduksi.

(23)

3) Regulasi Temperatur

Kemampuan bayi baru lahir untuk memproduksi panas pada awalnya kurang dibandingkan pada orang dewasa. Bayi baru lahir memiliki rasio permukaan tubuh terhadap berat badan (massa) yang lebih besar dibandingkan pada anak dewasa. Posisi fleksi pada bayi baru lahir membawa melindungi dari kehilangan panas karena mengurangi jumlah permukaan tubuh yang terpajan pada lingkungan. Bayi juga dapat mengurangi kehilangan panas dari dalam melalui permukaan tubuh dengan konstriksi pembuluh darah perifer. Stress dingin mempengaruhi kebutuhan metabolic dan fisiologis pada semua bayi, tanpa dipengaruhi usia kehamilan, dan kondisi. Pada bayi yang mengalami stress dingin, konsumsi oksigen dan energy dialihkan dari mempertahankan fungsi otak dan jantung yang normal serta pertumbuhan kepada thermogenesis untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

e. Sistem renal

Pada usia kehamilan matur, ginjal menempati sebagian besar dari dinding abdomen posterior. Kandung kemih terletak di dekat dinding abdomen anterior dan merupakan organ abdomen dan organ panggul. Pada bayi baru lahir hampir seluruh masa yang teraba pada abdomen berasal dari ginjal. Sejumlah kecil urin (sekitar 40 ml) biasa terdapat dalam kandung kemih bayi matur saat lahir. Frekuensi berkemih bervariasi dari 2 hingga 6x/hari. Selama hari pertama dan kedua kehidupan dan dari 5 hingga 25x sehari setelahnya. Sekitar 6 hingga 8x berkemih per hari dengan urine berwarna kuning pucat merupakan penanda asupan cairan yang adekuat setelah 3-4 hari pertama. Umumnya, bayi matur berkemih 15-60 ml urine/kgBB/hari.

Bayi matur memiliki kapasitas yang terbatas untuk mengonsentrasi urine, oleh karena itu, berat jenis urine dapat berkisar antara 1001

(24)

hingga 1020. Kemampuan untuk mengonsentrasi urine dengan baik baru didapatkan sekitar usia 3 bulan. Setelah berkemih pertama kali, urine bayi akan tampak keruh (dikarenakan kandungan mukus) dan memiliki berat jenis yang lebih tinggi. Kadar ini menurun dengan peningkatan asupan cairan. Urine normal selama masa bayi awal umumnya berwarna kuning bening dan hampir tidak berbau (Lowdermilk, 2013).

Keseimbangan cairan dan elektrolit :

Sekitar 40% dari berat badan bayi baru lahir terdiri atas cairan ekstraselular. Setiap harinya, bayi baru lahir mengambil dan mengeluarkan sekitar 600-700 ml cairan, yang merupakan 20% dari cairan tubuh total atau 50% dari cairan ekstraselular. Laju filtrasi glomerolus pada bayi baru lahir sekitar 30% hingga 50% dari orang dewasa. Laju filtrasi yang lebih rendah ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan untuk mengeluarkan nitrogen dan produk sisa lainya dari darah. Namun, protein yang di konsumsi oleh bayi baru lahir hampir seluruhnya di metabolisme untuk pertumbuhan.

f. Sistem gastrointestinal

Bayi baru lahir matur mampu untuk menelan, mencerna, memetabolisme dan menyerap protein, karbohidrat sederhana dan lemak pelarut. Selain dari enzim amilase pankreas, enzim-enzim khas dan cairan-cairan pencernaan terdapat pada neonatus, bahkan yang dengan berat lahir rendah. Pada bayi yang terhidrasi dengan adekuat, membran mukosa mulutnya lembap dan berwarna pink. Palatum lunak dan keras utuh. Adanya mukus dalam jumlah sedang hingga banyak umum terjadi pada beberapa jam pertama setelah lahir. Area kecil berwarna keputihan ( mutiara Epstein ) dapat di emukan pada sisi gusi dan pada persambungan dari palatum lunak dan keras. Pipih berbentuk bulat penuh di karenakan bantalan

(25)

penghisap yang berkembang dengan baik. Bantalan ini, seperti tuberkel labia (kalus penghisap) pada bibir atas, menghilang sekitar usia 12 bulan, ketika periode menghisap berakhir. Walaupun gerakan menghisap dalam uterus telah direkam oleh ultrasound, gerakan ini tidak terkoordinasi dengan proses menelan pada semua bayi yang lahir sebelum usia 32 hingga 33 minggu gestasi. Gerakan menghisap pada bayi baru lahir dilakukan dengan isapan-isapan kecil sebanyak 3 atau 4 hingga 8 sampai 10 isapan pada satu waktu, dengan waktu berhenti yang singkat diantara isapan. Gigi mulai tebentuk di dalam uterus, dengan pembentukan email berlanjut hingga sekitar usia 10 tahun.

Bakteri tidak terdapat pada saluran pencernaan bayi saat lahir. Bising usus umumnya dapat terdengar sesaat setelah lahir. Kapasitas lambung bervariasi dari 30 hingga 90 ml, bergantung pada ukuran bayi. Waktu pengosongan lambung sangat bervariasi beberapa faktor yang dapat memengaruhi pengosongan lambung seperti waktu dan volume dari pemberian makanan atau jenis dan temperatur makanan. Sfingter jantung dan kontrol saraf pada lambung belum matur, sehingga terkadang regurgitasi dapat terjadi. Regusgitasi selama hari pertama atau kedua kehidupan dapat dikurangi dengan menghindari pemberian makanan berlebih, dengan membuat bayi bersendawa, dan dengan memosisikan bayi dengan kepala sedikit terangkat.

1) Pencernaan

Kemampuan bayi untuk mencerna karbohidrat, lemak atau protein di regulasi oleh adanya beberapa enzim. Sebagian besar enzim-enzim ini berfungsi saat lahir. Pengecualian pada amilase, yang di produksi oleh kelenjar saliva setelah kurang lebih usia 3 bulan dan oleh pankreas sekitar usia 6 bulan. Pengecualian lainya adalah livase, yang juga disekresikan oleh pankreas enzim ini di perlukan untuk mencerna lemak.

(26)

2) Tinja

Saat lahir, usus bagian bawah berisi mekonium. Mekonium dibentuk selama kehidupan janin dari cairan amnion dan kontituennya, sekresi usus (meliputi bilirubin), dan sel-sel (yang luruh dari mukosa). Mekonium berwarna hitam kehijauan dan kental serta mengandung darah samar. Mekonium pertama yang di keluarkan biasanya steril, namun mengandung bakteria. Mayoritas bayi matur yang sehat mengeluarkan mekonium dalam 12 hingga 24 jam pertama kehidupan, dan hampir semua bayi mengalaminya dalam 48 jam pertama (Blackburn, 2007).

g. Sistem hepatic

Hati dan kandung empedu dibentuk pada minggu keempat gestasi. Pada bayi baru lahir, hati dapat di palpasi sekitar 1cm di bawah batas iga kanan karena hati membesar dan menempati sekitar 40% dari rongga abdomen.

1) Penyimpanan besi

Hati janin, yang berperan sebagai tempat produksi hemoglobin setelah lahir, mulai menyimpan besi dalam uterus. Cadangan besi pada bayi proporsional terhadap hemoglobin total tubuh dan lamanya gestasi. Saat lahir, bayi matur memiliki cadangan besi yang cukup untuk 4 hingga 6 bulan.

2) Metabolisme karbohidrat

Saat lahir, bayi baru lahir dipisahkan dari suplai glukosa ibu, akibatnya bayi baru lahir memiliki kadar glukosa serum awal yang menurun. Peningkatan kebutuhan energi, penurunan pelepasan glukosa oleh hati dari cadangan glikogen, peningkatan volume sel darah merah, dan peningkatan ukuran otak pada bayi baru lahir akan berperan dalam menyebabkan abisnya simpanan glikogen dalam 24 jam pertama setelah lahir. Pada sebagian besar bayi baru lahir matur yang sehat, kadar glukosa darah stabil pada 50 hingga 60 mg/dl selama beberapa

(27)

jam pertama setelah lahir. Pada hari ketiga kehidupan, kadar glukosa darah harus berkisar antara 60 dan 70 mg/dl. Inisiasi pemberian makan membantu stabilisasi kadar glukosa darah bayi baru lahir.

3) Jaundis

Jaundis merupakan manifestasi pigmen bilirubin dalam jaringan tubuh. Jaundis umumnya tidak terlihat hingga kadar bilirubin mencapai 5 mg/dl. Semua jaundis yang terlihat dalam 24 jam pertama kehidupan atau jaundis menetap 7 hingga 10 hari membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut terhadap penyebabnya karena hal ini menunjukan adanya proses patologis yang mendasarinya.

4) Koagulasi

Faktor-faktor koagulasi, yang disintesis dihati, diaktivasi oleh vitamin K. Kurangnya bakteri usus yang diperlukan untuk menyintesis vitamin K menyebabkan defisiensi koagulasi darah sementara antara hari ke 2 hingga hari ke 5 kehidupan. Penggunaan vitamin K intramuskular sesaat setelah lahir membantu mencegah masalah pembekuan darah (Lowdermilk, 2013).

h. Sistem imun

Sel yang memberikan imunitas pada bayi telah terbentuk sejak awal kehidupan janin; namun, sel-sel ini tidak aktif selama beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah lahir. Selama 3 bulan pertama kehidupan, bayi matur yang sehat terlindungi oleh imunitas pasif yang di dapat dari ibu; namun, status ini bergantung pada pajanan ibu sebelumnya terhadap anti gen dan respons munologinya. Imunoglobulin A (IgA) yang memproteksi membran menghilang dari saluran pernapasan dan saluran kemih, dan bila bayi tidak menyusui, IgA juga menghilang dari saluran cerna. Bayi mulai menyintesis IgG, dan sekitar 40% dari kadar pada orang

(28)

dewasa dicapai pada usia 1 tahun. Sejumlah besar IgM diproduksi saat lahir, dan kadar dewasa di capai pada usia 9 bulan. Produksi IgA, IgD, dan IgE lebih bertahap dan kadar maksimal belum di capai hingga masa kanak-kanak awal. Bayi yang disusui menerima imunitas pasif yang banyak melalui kolostrum dan ASI. (Lowdermilk, 2013).

i. Sistem integumen

Semua struktur kulit sudah terbentuk saat lahir. Epidermis dan dermis berikatan longgar dan sangat tipis. Verniks kaseosa (subtansi keputihan, seperti keju) berfungsi dengan epidermis dan berfungsi sebagai lapisan pelindung. Kulit bayi sangat sensitif dan dapat rusak dengan mudah. Bayi matur memiliki warna kulit erimatosa (kemerahan) selama beberapa jam setelah lahir, selanjutnya akan berubah menjadi warna normal. Kulit sering kali terlihat bercak-bercak, terutama pada ekstremitas. Tangan dan kulit terlihat sedikit sianosis (akrosianosis), yang disebabkan oleh instabilitas vasomotor dan stasis kapiler. Akrosianosis normal terjadi dan hanya timbul sementara selama 7 sampai 10 hari, terutama dengan pajanan terhadap dingin. Rambut lanugo yang tipis dapat ditemui didaerah muka, bahu dan punggung.

1) Kaput succedaneum

Kaput succedaneum merupakan area edematosa generalisata

yang mudah dikenali pada daerah kulit kepala, paling sering dioksiput. Tekanan menetap oleh serviks pada verteks yang dipresentasikan mengakibatkan kompresi pada pembuluh darah setempat, sehingga memperlambat aliran balik vena. Aliran balik vena yang di perlambat menyebabkan meningkatnya cairan jaringan pada kulit kepala, dan terbentuk pembengkakan edematosa. Pembengkakan edematosa yang terdapat saat lahir akan meluas melintasi garis sutura pada tulang tengkorak dan menghilang spontan dalam 3 sampai 4 hari. Bayi yang lahir

(29)

dengan bantuan ekstraksi vakum biasanya memiliki kaput pada daerah dimana vakum dipasang.

2) Sefalhematoma

Sefalhematoma merupakan kumpulan darah antara tulang

tengkorak dan periosteumnya sehingga sefalhematoma tidak melintasi garis sutura kranial. Kaput succedaneum dan sefalhematoma sering kali timbul bersamaan. Perdarahan dapat terjadi pada kelahiran spontan akibat tekanan oleh tulang panggul ibu. Kelahiran dengan forceps. Rendah dan rotasi serta ekstraksi forceps yang sulit juga dapat menyebabkan perdarahan. Benjolan lunak berfluktuasi, dan tidak berkurang ini tidak berpulsasi atau timbul saat bayi menangis. Sefalhematoma terlihat beberapa jam atau sehari setelah lahir dan tidak terlihat sampai kaput succedaneum diabsosi. Sefalhematoma biasanya paling besar pada hari ke dua atau ke tiga, pada saat dimana perdarahan berhenti. Benjolan sefalhematoma ini menghilang spontan dalam 3 sampai 6 minggu. Sefalhematoma tidak diaspirasi karena infeksi dapat terjadi jika kulit di lubangi. 3) Hemoragi subgaleal

Hemoragi subgaleal merupakan perdarahan kedalam kompartemen subgaleal. Kompartemen subgaleal merupakan ruang potensial yang terdiri atas jariingan ikat yang tersusun longgar; terletak di bawah aponeurosis galea, lembaran tendon yang menghubungkan otot-otot frontal dan oksipital dan membentuk permukaan dalam dari kulit kepala. Perlukaan terjadi akibat gaya yang menekan dan menarik kepala melalui pintu keluar panggul peneliti telah melaporkan kekhawatiran mengenai penggunaan ekstrator vakum yang meningkat saat melahirkan dan hubunganya dengan kasus perdarahan subgaleal, morbiditas neonatus dan kematian. Perdarahan meluas menjauhi tulang, sering kali kearah posterior menuju leher, dan berlanjut setelah lahir dengan potensi untuk terjadinya komplikasi serius

(30)

seperti anemia atau syok hipovolemik. Deteksi dini adanya perdarahan merupakan hal penting; pengukuran lingkar kepala serial dan inspeksi punggung leher terhadap peningkatan edema dan massa kenyal penting di lakukan. Kuliat kepala yang basah, lunak, pucat, takikardia dan peningkatan lingkar kepala dapat juga menjadi penanda awal dari pendarahan subgaleal. Kemungkinan penanda awal lainya dari hemoragi subgaleal adalah posisi telinga bayi yang maju kearah lateral karena hematoma meluas dibagian posterior. CT scan dan MRI dapat berguna untuk mengonfirmasi diagnosis.

4) Kelenjar keringat

Kelenjar keringat terdapat saat lahir, namun tidak berespons terhadap peningkatan temperatur lingkungan atau tubuh. Beberapa hiperplasia kelenjar sebasea janin dan sekresi sebum diakibatkan oleh pengaruh hormonal pada kehamilan. Verniks kaseosa merupakan produk dari kelenjar sebasea. Pelepasan verniks kaseosa diikuti oleh deskuamasi epidermis pada sebagian besar bayi. Verniks telah terbukti sebagai pelindung epidermis dan bermanfaat bagi kulit bayi seperti menurunkan pH kulit, berkurangnya eritema kulit dan peningkatan hidrasi kulit. Kelenjar sebasea putih yang kecil menonjol (milia) dapat di temukan pada muka bayi baru lahir.

5) Deskuamasi

Deskuamasi (pengelupasan) kulit pada bayi matur tidak terjadi hingga beberapa hari setelah lahir. Deskuamasi kulit pada area yang luas menyeluruh saat lahir dapat merupakan indikasi terlalu matur.

6) Bintik mongolian

Bintik mongolian, daerah pigmentasi hitam kebiruan, dapat tampak pada berbagai bagian permukaan luar tubuh meliputi ekstremitas. Bintik-bintik ini sering di temukan dipunggung dan dibokong. Daerah pigmentasi ini paling sering di temukan pada

(31)

bayi baru lahir dengan asal etnik dari daerah mediternia, amerika latin, asia, atau afrika. Bintik-bintik ini lebih sering pada individu berkulit gelap, namun dapat timbul pada 5% sampai 13% bangsa kaukasia. Bintik ini akan hilang perlahan setelah beberapa bulan atau tahun (Blackburn, 2007).

7) Nevus

Nevus telangiektasis, dikenal sebagai ― gigitan burung stork ―, berwarna pink dan mudah memudar. Mereka terlihat pada kelopak mata atas, hidung, bibir bagian atas, daerah oksipital bawah, dan tengkuk leher. Nevus ini tidak memiliki artian klinis dan menghilang pada tahun kedua kehidupan.

8) Eritema toksikum

Bercak sementara, eritema toksikum disebut juga eritema neonatorum, bercak bayi baru lahir, atau dermatitis gigitan nyamuk. Bercak ini ditemukan pada neonatus matur selama 3 minggu pertama kehidupan. Eritema toksikum membuat lesi dalam tahapan yang berbeda: makula, papul dan vesikel kecil eritema matosa. Lesi dapat muncul tiba-tiba di bagian tubuh manapun. Bercak ini dipikirkan sebagai respons terhadap imflamasi. Eosinofil, yang membantu mengurangi inflamasi ditemukan dalam vesikel. Walaupun penampilanya seperti berbahaya, bercak ini tidak memiliki artian klinis dan tidak membutuhkan pengobatan. (Lowdermilk, 2013)

j. Sistem reproduksi 1) Perempuan

Saat lahir, ovarium mengandung ribuan sel germinal primitif. Sel-sel ini menggambarkan jumlah untuk membentuk suatu ovum potensial yang utuh; tidak ada bentuk oogonia setelah lahir pada bayi matur, korteks ovarium, yang terutama terdiri atas folikel-folikel primordial, menempati bagian yang lebih besar

(32)

pada ovarium bayi perempuan yang baru lahir dibandingkan pada wanita dewasa.

Genitalia eksternal (seperti, labia mayor dan labia minor) biasanya membengkak dengan peningkatan pigmentasi. Pada bayi matur, labia mayor dan minor menutupi vestibulum. Pada bayi prematur, klitoris menonjol, dan labia mayornya kecil dan terpisah jauh. Kutil pada vagina atau himen umum ditemukan dan tidak memiliki artian klinis. Verniks kaseosa dapat ditemukan antara labia dan tidak boleh dibersihkan dengan paksa saat mandi.

Jika bayi lahir dalam posisi bokong, labia dapat membengkak dan memar. Edema dan memar akan menghilang dalam beberapa hari; tidak diperlukan pengobatan.

2) Laki-laki

Testis menurun ke skrotum saat lahir pada 90% bayi laki-laki baru lahir. Walaupun persentase ini menurun pada kelahiran prematur, pada umur 1 tahun, insiden testis yang tidak menurun pada semua anak laki-laki kurang dari 1% Prepusium yang sempit (lipatan kulit penutup ujung penis) sering ditemukan pada bayi baru lahir. Lubang uretra dapat terbungkus penuh oleh prepusium, yang tidak dapat ditarik selama 3-4 tahun. Smegma, substansi seperti keju, berwarna putih, umum ditemukan dibawah lipatan prepursium. Lesi kenyal, putih, kecil disebut mutiara epitel dapat ditemukan pada ujung prepursium. Neonatus lebih bulan memiliki rugae yang dalam dan skrotum pendulum. Skrotum biasanya lebih gelap pigmentasinya dibandingkan bagian kulit lainya dan terutama tampak pada bayi dengan kulit yang lebih gelap pigmentasi ini merupakan respons terhadap esterogen ibu. Jika bayi laki-laki dilahirkan dengan presentasi bokong, skrotum dapat sangat bengkak dan memar, pembengkakan dan perubahan warna ini akan berkurang dalam beberapa hari.

(33)

3) Pembengkakan jaringan payudara

Pembengkakan jaringan payudara pada bayi matur kedua jenis kelamin disebabkan oleh hiperesterogenisme pada kehamilan. Pada beberapa bayi, sekret encer (susu penyihir) dapat ditemukan. Penemuan ini tidak berarti secara klimis, tidak membutuhkan pengobatan dan akan menghilang dalam beberapa hari setelah hormon ibu dieliminasi dari tubuh bayi (Lowdermilk, 2013).

k. Sistem skeletal

Sistem skeletal bayi mengalami pertumbuhan cepat selama tahun pertama kehidupan. Saat lahir, terdapat lebih banyak karti lago dibandingkan tulang yang mengalami osifikasi. Dikarenakan perkembangan sefalokaudal (kepala ke bokong) bayi baru lahir terlihat tidak proporsional. Pada saat matur, kepala berukuran seperempat dari panjang tubuh total. Lengan sedikit lebih panjang dari kaki. Pada bayi baru lahir, kaki berukuran sepertiga dari panjang tubuh total, namun hanya 15% dari berat badan total. Dalam proses pertumbuhanya, titik tengah dari pengukuran kepala-ke-kaki perlahan menurun dari tingkat umbilikus saat lahir menuju ke tingkat simfisis pubis saat matur. Muka terlihat kecil pada tulang tengkorak, yang terlihat besar dan berat. Ukuran dan bentuk kepala dapat terdistorsi oleh molding (pembentukan kepala janin akibat tumpang tindih tulang-tulang kranial untuk memfasilitasi pergerakan melalui jalan lahir selama persalinan).

Tulang pada kolumna vertebra bayi baru lahir membentuk dua kurvatura utama-satu pada daerah toraks dan satu pada daerah sakral. Keduanya kurvatura terbentuk konkaf kedepan. Setelah bayi baru lahir dapat mengontrol kepalanya pada usia sekitar 3 bulan, kurvatura sekunder tampak pada daerah servikal. Beberapa bayi baru lahir menunjukan jarak yang signifikan pada kedua lutut

(34)

ketika pergelangan kaki disatukan, menyebabkan seperti kaki berbentuk huruf O. Saat lahir, tidak terlihat lengkung pada kaki. Ekstremitas harus simetris dan sama panjangnya. Lipatan kulit harus sama dan simetris. Pada diperiksa terhadap adanya displasia oleh klinis terlatih menggunakan manufer ortolani. Jari-jari tangan dan kaki harus sama jumlahnya dan memiliki kuku. Adanya jari tambahan (polidaktili) kadang ditemukan pada tangan dan kaki. Jari-jari tangan dan kaki dapat menyatu (simdaktili). Garis lipatan dapat ditemukan pada telapak tangan dan telapak kaki bayi baru lahir matur. Jika bayi dengan presentasi bokong, lutut dapat tetap mengalami ekstensi dan bayi akan mempertahankan posisi di dalam uterus selama beberapa minggu (Lowdermilk, 2013).

Tulang belakang bayi baru lahir tampak lurus dan dapat mengalami fleksi dengan mudah. Vertebra harus tampak lurus dan datar. Dasar tulang belakang harus bebas dari cekungan. Jika ditemukan cekungan, inspeksi lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah terdapat sinus. Cekungan pilonidal, dapat berhubungan dengan spina bifida (Lowdermilk, 2013).

l. Sistem neuromuskular

Sistem neuromuskular hampir berkembang penuh pada saat lahir. Bayi baru lahir matur merupakan makhluk responsif dan reaktif dengan kapasitas luar biasa untuk interaksi sosial dan organisasi diri. Perkembangan otak setelah lahir mengikuti pola yang dapat diprediksi yaitu perkembangan yang cepat saat bayi dan masa kanak-kanak awal, dan perkembangan kemudian menjadi lebih perlahan selama tahun-tahun selanjutnya pada dekade pertama dan hanya minimal pada usia remaja. Otak memerlukan glukosa sebagai sumber energi dan suplai oksigen yang realtif besar untuk metabolisme yang adekuat. Adanya kebutuhan-kebutuhan ini menandakan perlunya pengkajian status pernapasan bayi yang teliti.

(35)

Keperluan terhadap glukosa ini menyebabkan perlunya perhatian pada neonatus yang berisiko untuk mengalami hipoglikemia (seperti bayi dari ibu diabetes, bayi makrosomia atau bayi lahir kecil, dan bayi baru lahir yang mengalami persalinan memanjang, hipoksia, atau kelahiran prematur. Jika bayi baru lahir diletakan menghadap kebawah pada permukaan yang keras, mereka akan memutar kepala mereka ke arah samping. Mereka berusaha menahan kepala sejajar dengan tubuh mereka diangkat pada lengannya. Terdapat berbagai refleks untuk memberikan keamanan dan asupan yang adekuat (Lowdermilk, 2013).

1) Reflek bayi baru lahir

a) Tonik neek refleks, gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal, bila ditengkurapkan akan secara spontan memiringkan kepalanya.

b) Grasping refleks, yaitu bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi maka jari-jarinya akan langsung menggenggam sangat kuat.

c) Moro refleks, refleks yang timbul diluar kemauan, kesadaran bayi contoh: bila bayi diangkat atau direnggut secara kasar dari gendongan kemudian seolah-olah bayi melakukan gerakan yang mengangkat tubuhnya pada org yang mendekapnya.

d) Startle refleks, reaksi emosional berupa hentakan dan gerakan seperti mengejang pada lengan dan sering diikuti dengan tangis.

e) Stapping refleks, reflek kaki secara spontan apabila bayi diangkat tegak dan kakinya satu persatu di sentuhkan pada satu dasar maka bayi seolah-olah berjalan.

f) Babinskie refleks (telapak kaki), semua jari kaki hiperekstensi dengan dorsifleksi jempol; disebut tanda positif.

(36)

g) Refleks merangkak, bayi baru lahir melakukan gerakan merangkak dengan menggunakan lengan dan

tungkainya.

h) Glabellar refleks, bayi baru lahir akan mengejapkan mata pada 4-5 ketukan pertama.

i) Rekleks menjulurkan lidah, bayi baru lahir menjulurkan lidah keluar.

j) Refleks laktasi

- Refleks rooting (mencari puting susu), Dapat dilihat saat pergerakan kepala, mulut dan lidah bayi kearah sentuhan disudut mulut atau pipi. Refleks ini biasanya menghilang pada usia 7 bulan. Didapat saat sisi mulut/pipi bayi baru lahir atau saat dagunya disentuh. Sebagai respon, bayi akan menoleh ke samping menoleh ke samping untuk mencari sumber ojek

- Refleks sucking (menghisap), merupakan penghisapan secara kuat jari tangan atau puting susu, ketika di masukan ke dalam mulut, dan bayi akan membuka mulutnya untuk menghisap.

- Refleks swallowing (menelan), menelan secara tepat cairan yang dim asukkan ke dalam mulut. Refleks ini dapat di observasi dengan mudah selama makan. Cairan harus ditelan dengan mudah, tanpa tersedak, batuk atau muntah (Rukiyah, 2012).

4. Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada Bayi Baru Lahir Normal

Tumbuh dan kembang seorang bayi secara optimal dipengaruhi oleh hasil interaksi antara faktor genetis , herediter dan konstitusi dengan faktor lingkungan. Agar faktor lingkungan memberikan pengaruh yang positif bagi tumbuh kembang bayi, maka diperlukan pemenuhan atas kebutuhan dasar tertentu yaitu

(37)

a. Asuh

1) Nutrisi yang mencukupi dan seimbang

Pemberian nutrisi secara mencukupi pada bayi harus sudah dimulai sejak dalam kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai pada ibu hamil. Setelah lahir harus diupayakan pemberian ASI secara eksklusif (sejak lahir – 6 bulan) dengan tidak memberikan makanan atau cairan tambahan lain. Berikan ASI sesuai keinginan bayi paling sedikit 8x/hari. Pada hari-hari pertama setelah kelahiran apabila bayi diberikan menyusu sesuai keinginannya dan tidak diberikan cairan lain maka akan dihasilkan secara bertahap 10-100 ml ASI/hari. Produksi ASI akan optimal setelah hari ke 10-14. Setelah 6 bulan pertama produksi ASI akan menurun sehingga diperlukan makanan pendamping ASI (Kemenkes, 2010).

2) Perawatan kesehatan dasar (imunisasi)

Bayi sangat perlu diberikan imunisasi dasar lengkap agar terlindung dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi diantaranya :

a) Imuniasasi Hepatitis B, umur pemberiannya 0-7 hari dengan dosis 0,5 ml

b) Imunisasi BCG, umur pemberiannya 0-11 bulan dengan dosis 0,05 ml

c) Imunisasi polio,umur pemberiannya 0-11 bulan dengan dosis 2 tetes

d) Imunisasi DPT, umur pemberiannya 2-11 bulan dengan dosis 0,5 tetes

e) Imunisasi campak, umur pemberiannya 9 bulan dengan dosis 0,5 ml (Soedjatmiko, 2009).

3) Pakaian

Seorang bayi baru lahir memiliki kebutuhan tersendiri seperti pakaian berupa popok, kain bedong dan baju bayi. Bayi perlu banyak pakaian cadangan karena bayi perlu mengganti

(38)

pakaiannya tidak tergantung dengan waktu. Bayi perlu mendapatkan pakaian yang bersih dan nyaman dipakai dan hendaknya pakaian tersebut terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat (Nursalam, 2008).

4) Istirahat dan tidur

Pada minggu-minggu pertama kehidupan bayi dapat tertidur rata-rata selama 16 jam sehari. Pada umumnya bayi mengenal malamsetelah usia 3 bulan. Jaga kehangatan bayi dengan suhu kamar yang hangat dan selimuti bayi (Suririnah, 2009).

5) Hygiene diri dan lingkungan a) Menjaga kebersihan kulit

Memandikan bayi sebaiknya ditunda sampai 6 jam kelahiran. Hal ini dimaksudkan agar bayi tidak hipotermi selain itu juga meminimalkan resiko terjadinya infeksi. Prinsip yang perlu diperhatikan pada saat memandikan bayi antara lain:

- Menjaga bayi agar tetap hangat

- Menjaga bayi agar tetap aman dan selamat

- Suhu air tidak boleh terlalu panas atau terlalu dingin b) Defekasi (BAB)

Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup

bervarias pada minggu pertama. Feses transisi (kecil-kecil berwarna coklat sampai hijau karena adanya mekonium) dalam 3 hari pertama frekuensi defekasi sebanyak 1x/hari. Untuk membersihkannya gunakan air hangat dan sabun (Dwienda, 2014).

c) Berkemih (BAK)

Frekuensi berkemih pada bayi baru lahir adalah 6-10x/hari dengan warna urine yang pucat. Umumnya bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15-16 ml/kg/hari. Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering maka setelah BAK harus segera diganti popoknya (Dwienda, 2014).

(39)

b. Asih

1) Kasih sayang orang tua (Bounding Attachman) a) Pengertian bounding attachment

Bounding attachment adalah suatu ikatan yang terjadi di antara orang tua dan bayi baru lahir, yang meliputi pemberian kasih sayang dan pencurahan perhatian yang saling tarik menarik (Bahiyatun, 2009).

b) Dampak positif bounding attachment

Bayi merasa dicintai, diperhatikan, merasa aman, serta berani mengadakan eksplorasi.

c) Hambatan bounding attachment

Kurangnya sistem dukungan, ibu dan bayi yang beresiko dan kehadiran bayi yang tidak diinginkan.

d) Elemen-elemen bounding attachment : - Inisiasi Menyusui Dini

- ASI eksklusif - Rawat gabung - Kontak mata - Sentuhan - Suara - Aroma - Hiburan 2) Rasa aman

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga keamanan bayi adalah dengan tetap menjaganya, jangan sekalipun meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu. Selain itu juga perlu di hindari untuk membersihkan apapun ke mulut bayi selain ASI, karena bayi bisa tersedak dan jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat tidur (Dwienda, 2014).

(40)

c. Asah

Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan berinteraksi dengan bayi, misalnya ketika memandikan, mengganti popok, menyusui, menggendong. Stimulasi pada bayi dapat dilakukan dengan cara:

1) menatap mata bayi 2) mengajak tersenyum 3) berbicara

4) membunyikan berbagai suara atau musik bergantian

5) menggantung dan menggerakkan benda berwarna mencolok 6) dirangsang untuk meraih dan memegang mainan.

5. Penatalaksaan pada Bayi Baru Lahir a. Segera setelah melahirkan bayi:

1) Sambil secara cepat menilai pernapasannya, letakkan bayi dengan handuk di atas perut ibu.

2) Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah atau lender dari wajah bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalang. Periksa ulang pernapasan bayi.

Catatan : sebagian besar bayi akan menangis atau bernapas secara spontan dalam waktu 30 detik setelah lahir.

a) Bila bayi tersebut menangis atau bernapas (terlihat pergetaran dada paling sedikit 30 x/menit), biarkan bayi tersebut dengan ibunya;

b) Bila bayi tersebut tidak bernapas dlam waktu 30 detik, SEGERALAH CARI BANTUAN, dan mulailah langkah-langkah resusitasi bayi tersebut.

Persiapkan kebutuhan resusitasi untuk setiap bayi dan siapkan renacana untuk meminta bantuan, khususnya bila ibu tersebut memiliki riwayat eklampsia, perdarahan, persalinan lama atau macet, persalinan dini atau infeksi.

(41)

3) Klem dan potong tali pusat

a) Klemlah tali pusat dengan dua buah klem, pada titik kira-kira 2 dan 3 cm dari pangkal pusat bayi (tinggalkan kira-kirra satu cm di antara klem-klem tersebut)

b) Potonglah tali pusat di antara kedua klem sambil melindungi bayi dari gunting dengan tangan kiri anda.

c) Pertahankan kebersihan pada saat memotong tali pusat. Ganti sarung tangan anda bila ternyata sudah kotor. Potonglah tali pusatnya dengan pisau atau gunting yang steril atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT).

d) Periksa tali pusat setiap 15 menit. Apabila masih terjadi pendarahan, lakukan pengikatan ulang yang lebih ketat.

Jangan mengoleskan salepm apapun, atau zat lain ke tumpuk tali pusat. Hindari pembungkusan tali pusat. Tumpuk tali pusat yang tidak tertutup akan mengering dan puput lebih cepat dengan komplikasi yang lebih sedikit.

4) Jagalah bayi agar tetap hangat

a) Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu.

b) Gantilah handuk / kain yang basah, dan bungkus bayi tersebut dengan selimut dan jangan lupa memastikan bahwa tubuh telah terlindung dengan baik untuk mencegah keluarnya panas tubuh.

c) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15 menit:

- Apabila telapak bayi terasa dingin, periksalah suhu aksila bayi, - Apabila suhu bayi kurang dari 36,5 C, segera hangatkan bayi

tersebut.

5) Kontak dini dengan ibu.

a) Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin. Kontak dini antara ibu dan bayi penting untuk :

(42)

- Kehangatan – mempertahankan kehangatan panas yang benar pada bayi baru lahir,

- Ikatan batin dan pemberian ASI

b) Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah ―siap‖ (dengan menunjukkan reflex rooting). Jangan paksakan bayi untuk menyusu.

Bila memungkinkan, jangan pisahkan ibu dengan bayi, dan biarkan bayi bersama ibunya paling sedikit satu jam setelah persalinan.

6) Pernapasan

Sebagian besar bayi akan bernapas secara spontan. Pernapasan bayi sebaiknya diperiksa secara teratur untuk mengetahui adanya masalah.

a) Periksa pernapasan dan warna kulit setiap 5 menit sekali b) Jika bayi tidak segera bernapas, lakukan hal-hal berikut: - keringkan bayi dengan selimut atau handuk hangat, - gosoklah punggung bayi dengan lembut.

- Jika bayi masih belum mulai bernapas setelah 60 detik mulai resusitasi

- Apabila bayi sianosis (kulit biru) atau sukar bernapas (frekuensi pernapasan kurang dari 30 atau lebih dari 60 kali/menit), berilah oksigen kepadfa bayi dengan kateter nasar atau nasal prongs.

7) Perawatan mata

Obat mata eritromisin 0.5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamida (penyakit menular sekali). Obat mata perlu diberikan pada jam pertama setelah persalinan. Yang lazim dipakai adalah larutan Perak Nitrat atau Neosporin dan langsung pada mata bayi segera setelah bayi lahir. b. Dalam waktu 24 jam, bila bayi tidak mengalami masalah apapun,

berikanlah asuhan berikut:

(43)

8) Pertahankan Suhu Tubuh Bayi

a) Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya enam jam dan hanya setelah itu jika tidak terdapat masalh medis dan jika suhunya 36,5C atau lebih.

b) Bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala bayi harus tertutup.

9) Pemeriksaan Fisik Bayi

Lakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap (terlampir pada konsep asuhan keperawatan) . ketika memeriksa bayi baru lahir ingat butir-butir penting berikut :

a) Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan. b) Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan

sarung tangan dan bertindak lembut pada saat menangani bayi.

c) Lihat, dengarkan dan rasakan tiap0tiap daerah, dimulai dari kepal dn berlnjut secara sistematik menuju jari kaki

d) Jika ditemukan factor resiko atau masalah, carilah bantuan lebih lanjut yang memang diperluakan

e) Rekam hasil pengendalian (dan setiap tindakan yang jika diperluka bantuan lebih lanjut)

Ketika memeriksa bayi baru lahir ingat butir-butir penting berikut:

1. Gunakan tempat yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan; 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan, gunakan

sarung tangan dan bertindak lembut pada saat menangani bayi;

3. Lihat, dengarkan, dan rasakan tiap-tiap daerah dibawah ini, dimulai dari kepala dan berlanjut secara sistematik menuju jari kaki.

4. Jika ditemukan faktor risiko atau masalah, carilah bantuan lebih lanjut jika memang diperlukan;

(44)

5. Rekam hasil pengamatan (dan setiap tindakan yang jika diperlukan bantuan lebih lanjut).

10) Berilah vitamin K

Untuk mencegah terjadinya pendarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir, lakukan hal-hal berikut:

a) Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama tiga hari,

b) Bayi risiko tinggi diberi vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg I.M.

11) Identifikasi bayi

a) Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu dipasang segera pascapersalinan. Alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi lahir dan harus tetap ditempatnya sampai waktu bayi di pulangkan.

b) Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus tidak mudah melukai, tidak mudah sobek, dan tidak mudah lepas.

c) Pada alat/ gelang identifikasi harus tercantum: Nama (bayi,ibunya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin,unit. d) Di setiap tempat tidur harus diberi tanda dengan

mencantumkan nama, tanggal lahir, nomor identifikasi. e) Sidik telapak bayi dan sidik ibu jari harus dicetak dicatatan

yang tidak mudah hilang. Ukurlah berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala, lingkar perut dan catat dalam rekam medis. Perawatan Lain-lain

1) Lakukan perawatan tali pusat:

a) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan tutupi dengan kain bersih secara longsor;

b) Lipatlah popok dibawah sisa tali pusat;

c) Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja, cuci dengan sabun dan air bersih, dan keringkan betul-betul.

(45)

2) Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi dipulangkan ke rumah, berikan imunisasi – BCG, polio oral, dan hepatitis B.

3) Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua dan beri tahu orang tua agar merujuk bayi segera perawatan lebih lanjut, jika ditemui tanda-tanda tersebut.

4) Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi mereka dan perawatan harian untuk bayi baru lahir;

a) Beri ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam) , mulai dari hari pertama.

b) Pertahankan agar bayi selalu dengan ibu.

c) Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering, dengan mengganti popok dan selimut sesuai keperluan . pastikan bayi tidak terlalu panas dan terlalu dingin (dapat menyebabkan dehidrasi. Ingat bahwa kemampuan pengaturan suhu bayi masih dalam perkembangan ). Apa saja yang dimasukkan ke dalam mulut bayi harus bersih. d) Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering.

e) Peganglah, sayangi dan nikmati kehidupan bersama bayi. f) Awasi masalah dan kesulitan pada bayi dan minta

bantuan jika perlu.

g) Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit/infeksi.

h) Ukur suhu tubuh bayi jika tampak sakit atau menyusu kurang baik.

(46)

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian

a. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan bayi baru lahir menurut wagiyo dan putrono, 2016 dilakukan secara bertahap sebagai berikut :

1) Penilaian skor Apgar Prosedur

a) Kaji warna kulit

b) Hitung frekuensi jantung c) Kaji kemampuan refleks d) Kaji tonus otot

e) Kaji kemampuan bernafas

f) Hitung total skor yang di dapat dari hasil pengkajian g) Tentukan hasil penilaian ke dalam tiga kategori

asfiksia, yaitu : Adaptasi baik skor 7-10, asfiksia ringan-sedang skor 4-6, asfiksia berat skor 0-3. Penilaian dapat dilakukan pada menit pertama dan menit ke lima setelah lahir.

Tabel penilaian Apgar Score

Komponen Skor

0 1 2

Warna Kulit Biru/ pucat Tubuh merah, Seluruh ekstremitas tubuh merah pucat

Frekuensi Tidak ada <100x/mnt >100x/mnt Jantung

Refleks Tidak ada Menyeringai Menangis

Tonus otot Lemah, Ekstremitas Gerakan lumpuh agak flexi Aktif

Gambar

Tabel penilaian Apgar Score

Referensi

Dokumen terkait

Pada minggu selanjutnya dimana infeksi Focal Intestinal terjadi dengan tanda-tanda suhu tubuh masih tetap tinggi, tetapi nilainya lebih rendah dari fase bakterimia dan

mengenai rencana tindakan yang dilakukan terhadap klien sesuai dengan.. kebutuhannya berdasarkan

10.0 WIB - Mencatat dan kaji status nutrisi, klien, turgor kulit, berat badan dan kekurangan berat badan, kemampuan atau tidak kemampuan menelan, riwayat mual dan muntah

A yaitu, kaji tanda-tanda vital ,kaji tingkat selera makan klien, kaji penyebab tidak nafsu makan klien, berat badan pasien turun 1 kg selama sakit dan keadaan

Dependen adalah rencana tindakan medis. Hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah kualitas sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai atau arti, sedangkan

Rencana tindakan dalam diagnosa keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan mukus dalam jumlah berlebih meliputi: observasi vital sign dan kaji

Hasil studi kasus ini menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien Cerebro Vaskular Accident CVA dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan perlindungan: integritas kulit

L ada yang mengalami kesenjangan sepertiada tanda-tanda yang di alami oleh bayi seperti bayi tidak segera menangis tonus otot lemah warna kulit kebiruan, air ketuban keruh bercampur