MANUSKRIP
ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO INFEKSI PADA Ny. A DENGAN
PASCA OPERASI HERNIA INGUINALIS LATERAL SINISTRA
HARI KE 3 DI RSUD PANDAN ARANG
BOYOLALI
Oleh :
MAYLAN TRISNAWATI
0141862
PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
ASUHAN KEPERAWATAN RESIKO INFEKSI PADA NY.A DENGAN PASCA OPERASI HERNIA INGUINALIS LATERAL SINISTRA HARI KE-3 DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
Maylan Trisnawati*, Yunita Galih Yudanari**, Ummu Muntamah*** Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo
ABSTRAK
Hernia (burut) adalah terjadi bila sebuah organ menerobos keluar melalui titik lemah atau robekan rongga yang menampungnya.
Kulit adalah garis pertahanan tubuh untuk melawan infeksi. Selama operasi, garis pertahanan ini ditembus. Meskipun prosedur bedah dilakukan didalam lingkungan bebas hama, kemungkinan infeksi masih ada.
Resiko Infeksi adalah rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan. Tujuan penulisan ini yaitu untuk mengetahui asuhan keperawatan resiko infeksi pada Ny.A .Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tekhnik wawancara, obsevasi dan pemeriksaan penunjang.
Hasil pengelolaan didapatkan data pengkajian tampak luka post op hari ke-3 diperut kiri bawah, luka tampak kering ,tampak (rubor) kemerahan pada luka post operasi , pasien mengatakan gatal, panas dan nyeri diarea bekas luka operasi.Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah melakukan kontrol infeksi dan perawatan luka. Pengelolaan dilakukan 2 hari , dengan hasil keadaan balutan luka bersih dan kering , tidak terdapat kemerahan , tidak terdapat nanah, tidak ada edema pada tepi luka.
Saran bagi perawat di Rumah Sakit agar meningkatkan pelayanan yang lebih maksimal terutama pada pasien post Hernia Inguinalis Lateral Sinistra dan lebih meningkatkan penatalaksanaan resiko infeksi paska operasi dimana dapat mempercepat penyembuhan dan mencegah terjadinya komplikasi
Kata Kunci : Hernia, Kulit,Resiko Infeksi Kepustakaan :17 (2007-2016)
PENDAHULUAN
Pembangunan serta
pengembangan suatu Negara telah memberikan dampak yang signifikan pada masyarakatnya, tidak terkecuali di Indonesia. Dampak tersebut telah mengubah pola struktur masyarakat dari agraris menjadi industry. Hal tersebut menuntut manusia untuk berusaha memenuhi kebutuhannya dengan usaha yang ekstra, tentu itu
kesehatannya yang dapat menyebabkan kerja tubuh yang berat, yang dapat menimbulkan kelelahan dan kelemahan dari berbagai organ tubuh. Kebiasaan hidup tersebut dapat menyebabkan terjadi penyakit seperti hernia. Menurut Brooker (2008) Hernia merupakan penonjolan isi suatu organ melalui celah distruksur sekitarnya umumnya prostusi organ abdomen melalui celah di dinding abdomen. Menurut Christanto
penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui defek pada fasia dan muskuloaponeurotik dinding perut, yang meninggi. Hernia merupakan penyakit multifaktorial. Adapun faktor-faktor resiko yang berperan antara lain batuk, penyakit paru obstruksi kronis, riwayat hernia pada keluarga, asietas, kelainan jaringan ikat congenital, gangguan sintesis kolagen, riwayat insisi kuadran, aneurisma arteri, merokok, mengangkat beban berat, dan aktifitas berlebih. Nuari (2015) menjelaskan hernia ada beberapa macam diantaranya adalah inguinalis indirect, inguinalis direct, femoral, umbilikal dan insicional. Hernia skrotalis dapat terjadi karena anomaly congenital atau karena sebab yang didapat (akuistik).
Hernia dapat dijumpai pada setiap usia dan jenis kelamin, prosentase lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan dengan perempuan.Adapun angka insiden menurut World Health Organiation (WHO) selama tahun 2010, penyakit hernia di Indonesia menempati urutan ke delapan dengan jumlah 291.145 kasus. Tekanan internal tersebut dengan mudah dapat mendorong jaringan dan organ internal menjadi hernia jumlah penderita hernia di Jawa Tengah selama bulan Januari-Desember
2007 diperkirakan 425 penderita . (Fitria, 2014)
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Operasi hernia atau hernia repair terdiri dari herniatomy,herniorafy dan hernioplasty. Menurut Dongoes (2008) berdasarkan uraian diatas dilihat dari sisi keperawatan kasus hernia banyak dilakukan tindakan herniotomy, adapun dampak dari pasien yang mengalami operasi herniotomy adalah gangguan rasa nyaman nyeri, gangguan mobilitas fisik, kerusakan integritas kulit ,resiko infeksi,ansietas, nutrisi kurang dari kebutuhan dan resiko hipertermi.Pada pembedahan membutuhkan insisi pada dinding abdominal yang cukup lebar sehingga beresiko untuk terjadinya infeksi terutama resiko infeksi pasca pembedahan.
Menurut Jurnal Infeksi Luka Operasi pada pasien dengan post laparatomy yang ditulis Sandy dkk (2015) dijelaskan bahwa Infeksi Luka Operasi (ILO) merupakan infeksi yang terjadi ketika mikroorganisme dari kulit, bagian tubuh lain atau lingkungan masuk kedalam insisi yang terjadi dalam waktu 30 hari dan jika ada implant terjadi 1 (satu) tahun paska operasi yang ditandai dengan adanya
pus inflamasi, bengkak, nyeri dan rasa panas. Pengobatan kontinue diperlukan untuk mengatasi permasalahan yang ada pada pasien. Salah satu peran perawat adalah memberikan Asuhan Keperawatan komperhensif salah satunya dalam tindakan perawatan luka. Apabila tidak ditangani dengan benar akan memperburuk keadaan klien.
METODE
Metode penulisan yang digunakan penulis yaitu metode deskriptif yaitu menggambarkan fenomena-fenomena yang sudah ada atau fakta, kemudian teknik pengumpulan data dasar menggunakan teknik wawancara, pemeriksaan fisik, dan data penunjang. Setelah itu melakukan analisa data yaitu mengkaji luka pada pasien. Melakukan rencana tentang penatalaksanaan resiko infeksi yaitu kontrol infeksi, perawatan luka, terapi nutrisi.
Melakukan implementasi yaitu mengkaji adanya tanda-tanda infeksi yang meliputi (peningkatan suhu tubuh, nadi dan jumlah sel darah putih), memberikan terapi obat antibiotic, mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan perawatan kepada pasien untuk mencegah infeksi silang,
memonitor karakteristik luka, warna, ukuran dan bau, memberikan rawatan insisi pada luka. Kemudian mengevaluasi tentang penatalaksanaan resiko infeksi yaitu respon pasien setelah penulis memberikan penatalaksanaan resiko infeksi.
HASIL Pengkajian
Hasil yang didapatkan dari pengkajian Ny. A yaitu didapatkan data bahwa pasien mengatakan gatal, panas dan nyeri pada area post operasi hernia dengan karakteristik tepi luka tampak merah (rubor), luka tampak kering , panjang luka 15cm.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan penulis yaitu resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh inadekuat (gangguan integritas kulit).
Intervensi Keperawatan
Intervensi yang disusun penulis untuk mengatasi resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh inadekuat yaitu mengkaji adanya tanda-tanda infeksi yang meliputi (peningkatan suhu tubuh, nadi dan jumlah sel darah putih), memberikan terapi obat antibiotic, mencuci tangan
sebelum dan sesudah tindakan perawatan kepada pasien untuk mencegah infeksi silang, memonitor karakteristik luka, warna, ukuran dan bau, memberikan rawatan insisi pada luka.
Implementasi
Implementasi yang dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan tanpa meninggalkan implementasi untuk permasalahan yang lainnya sesuai etik keperawatan yang berlaku. Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, diskusi dan demonstrasi.
Evaluasi
Kemudian dari implementasi yang diberikan selama dua hari didapatkan hasil bahwa masalah masalah teratasi, intervensi dihentikan.
PEMBAHASAN
Penulis melakukan pengkajian data Ny. A pada hari Senin, 3 Juli 2017 pukul 07.00 WIB di ruang Daun Sirih RSUD Pandan Arang Boyolali didapatkan data pada saat pengkajian dengan metode allowanamnesa dan autoanamnesa yaitu keluhan utama pasien mengatakan gatal, panas dan nyeri didaerah luka operasi pada area
abdomen kiri bawah dengan karakteristik luka tampak merah (rubor), luka tampak kering, panjang luka 15cm. Berdasarkan hasil pengkajian masalah keperawatan yang muncul adalah resiko infeksi. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi resiko infeksi yaitu dengan kontrol infeksi, perawatan luka dan terapi nutrisi . Didapatkan data subjektif pasien mengatakan gatal, panas dan nyeri luka bekas post operasi .
Serta data objektif yaitu tekanan darah 120/80 mmHg, RR 20x/menit, nadi 84x/menit, suhu 36,7 0C, luka memanjang ± 15 cm, dengan karakteristik luka tampak kemerahan (rubbor) .Dari hasil pengkajian tersebut, penulis menetapkan masalah keperawatan resiko infeksi sebagai diagnosa prioritas. Penulis menetapkan diagnosa tersebut disesuaikan dengan keadaan NANDA 2015.
Untuk mengatasi masalah keperawatan resiko infeksi diperlukan rencana keperawatan yang matang. Menurut NANDA (2015), Resiko Infeksi adalah rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan. Dalam menentukan perencanaan perlu adanya kriteria hasil yang harus dicapai oleh perawat yang mengacu pada Nursing
Outcome Classification (NOC) 2013 dan pada perencanaan keperawatan ini penulis mengacu pada Nursing Interventions Classification (NIC) 2013 sebuah taksonomi tindakan keperawatan yang berbasis bukti diberbagai perawatan (NANDA, 2015).
Penulis merumuskan tujuan atau kriteria hasil setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan keluhan nyeri berkurang, pasien tampak rileks, skala nyeri menjadi 1, tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak terdapat kemerahan, tidak terdapat cairan (luka) yang berbau busuk, suhu dalam batas normal 360C-37,50C.
Rencana keperawatan tersebut yaitu observasi tanda-tanda vital, yaitu mengkaji adanya tanda-tanda infeksi yang meliputi (peningkatan suhu tubuh, nadi dan jumlah sel darah putih), memberikan terapi obat antibiotic, mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan perawatan kepada pasien untuk mencegah infeksi silang, memonitor karakteristik luka, warna, ukuran dan bau, memberikan rawatan insisi pada luka (Herdman,2015).
Selama 2 hari pengelolaan pada Ny. A yang dimulai pada hari Senin, 3 Juli 2017 sampai Selasa 4 Juli 2017, tindakan keperawatan yang sudah
dilakukan penulis yaitu:Tindakan pertama dilakukan pada 03 Juli 2017 mengkaji adanya tanda-tanda infeksi yang meliputi (peningkatan suhu tubuh, nadi dan jumlah sel darah putih).
Tindakan kedua dilakukan pada tanggal 03 Juli 2017 yaitu memberikan terapi obat antibiotic yang memadai ceftriaxone 1 gr, IV/12 jam Menurut Kasim (2015) Ceftriaxone termasuk dalam jenis obat antibiotic yang berfungsi untuk mencegah penyakit atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Tindakan ketiga dilakukan pada tanggal 03 Juli 2017 dan 04 Juli 2017 yaitu mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan perawatan kepada pasien untuk mencegah infeksi silang. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Dudy Disyadi Nurkusuma (2009), dengan judul “Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian Methicillin-Resistant Staphiloccus Aeureus (MRSA) pada kasus infeksi luka operasi diruang perawatan bedah rumah sakit Dokter Kariadi Semarang.”Dalam penelitian ini didapatkan data bahwa pada periode penelitian ditemukan 58 pasien yangterpapar antibiotic dosis tinggi, durasi pemberian yang lama,ganti balut tanpa cuci tangan, ganti balut tanpa
sarung tangan dan masker dan tekhnik ganti balut yang tidak terstandar.
Tindakan keempat dilakukan selama 03 Juli 2017 dan 04 Juli 2017 yaitu memonitor karakteristik luka, warna, ukuran dan bau respon pasien mengatakan gatal, panas dan nyeri bekas luka dibagian perut kiri bawah, luka berwana merah (rubor), panjang 15 cm adapun teori yang mendukung Menurut Arisanty, (2014) yang dapat menunjukkan bahwa luka terinfeksi adalah luka mengalami perluasan, terjadi peningkatanjumlah eksudat, luka berbau dan terdapat pus.
Tindakan kelima dilakukan pada tanggal 03 Juli 2017 yaitu memberikan rawatan insisi pada luka, yang diperlukan, respon luka pasien berwarna merah(rubor), tepi luka hangat, perawatan luka harus diperhatikan keadaan luka klien, disini penulis dalam melakukan perawatan luka yang harus diperhatikan keadaan luka klien, disini penulis dalam melakukan perawatan luka dengan cairan NaCl 0,9% dan kasa steril basah kering tetap mempertahankan luka tetap lembab, dikarenakan dirumah sakit masih menggunakan metode konvensional.
SIMPULAN
Luka dapat didefinisikansebagai keadaan jaringan kukit yang terputus , robek, atau rusak oleh karena suatu sebab (Librianty, 2015). Resiko infeksi adalah mengalami peningkatan risiko terserang organisme patogenik atau oportunistik (virus,jamur, bakteri, protozoa atau parasit lain). Resiko Infeksi digambarkan oleh suatu situasi dimana melemahnya system pertahanan tubuh dikarenakan agen pathogen yang menyerang pejamu. (Lynda Juall,2007 dan NANDA 2012).
Pengkajian pengelolaan pencegahan infeksi pada Ny.A dengan post hernia dengan autoanamnesa dan allowanamnesa dari awal sampai akhir, yang dimulai dari identitas pasien, identitas penanggung jawab, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan keluarga , pemeriksaan fisik,sampai selesai. Dari hasil pengkajian penulis menemukan keluhan utama adalah pasien mengatakan gatal, panas dan nyeri pada bekas luka operasi. Dengan data obyektif terdapat kemerahan (rubor) pada luka post operasi, panjang luka 15 cm , leukosit 10 ribu/uL , hemoglobin 14,7 g/dL , eritrosit 5,30 juta/uL, suhu 36,7 0C.Dari hasil diagnose keperawatan pada pasien pasca operasi hernia dapat
mengakibatkan resiko infeksi karena terjadinya trauma jaringan yang diakibatkan pembedahan sehingga menimbulkannya terbukannya jaringan dan mikroorganisme masuk kedalam jaringan.
Dari hasil perencanaan keperawatan dan tindakan keperawatan pada pasien post operasi hernia dengan resiko infeksi di Ruang Daun Sirih RSUD Pandan Arang Boyolali untuk mengatasi masalah itu menulis 8 intervensi. Monitor tanda-tanda vital, cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien, pertahankan tekhnik balutan steril ketika melakukan perawatan luka dengan tepat, monitor karakteristik luka, termasuk drainase,warna, ukuran dan bau, berikan terapi antibiotik yang sesuai,berikan rawatan insisi pada luka, yang diperlukan , monitor hasil laboratorium, ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya kepada penyedia perawatan kesehatan. Hasil dari implementasi keperawatan hanya dapat dilakukan 80% dari rencana tindakan keperawatan yang diimplementasikan pada Ny.A pada tanggal 03 Juli 2017 sampai 04 Juli 2017 di ruang Daun Sirih RSUD Pandan Arang Boyolali. Penulis belum bisa melakukan
implementasi sebanyak 100% karena keterbatasan waktu dan keterbatasan penulis dalam mengenai materi mengenai post operasi hernia.Evaluasi dari hasil prioritas masalah keperawatan pada Ny.A setelah dilakukan tindakan 2x24 jam masalah teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, M., & Hendri, W. (2005). Pengaruh Kadar Albumin Serum terhadap Lamanya Penyembuhan Luka Operasi. Diakses http://www.kalbemed.com/Porta ls/6/komelib/cardiovascular%20a nd%20hematopoietic%20system/ Kardiovaskular/Prealbumin/kadar _albumin_serum_terhadap_lama nya_penyembuhan_luka_operasi. pdfDexa Media No. I, 18 Diunduh pada tanggal 26 April 2017 pukul 19.00 WIB .
Arisanty.(2013).Manajemen Perawatan Lika.Jakarta : EGC
Brooker . (2008). Nursing Care to Clients With Post Lateral Inguinal Hernia Repair Hospitals Sukoharjo . Diakses
http://eprints.ums.ac.id/34080/3 /Naskah%20Publikasi.pdf . Diunduh pada tanggal 5 Maret 2017 pukul 02.00 WIB
Carpenito, LJ. (2010). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis. Edisi 9. Jakarta : EGC.
Christanto et all. (2014). Kapita Selekta Kedokteran.Edisi 4. Jakarta:Media Aesculapius
Debora, Oda. (2012). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Salemba Medika Digiulio, Mary, Donna Jackson & Jim
Keogh. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Publishing.
DiGulio et all. (2012).Keperawatan Medikal Bedah.Edisi
Dongoes E.M. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Tn. K Dengan Post Op Herniotomi Diruang Anggrek RSUD Pandan Arang Boyolali. Diakses http://eprints.ums.ac.id/33991/1 /NASKAH%20PUBLIKASI.pdf . Diunduh pada tanggal 5 Maret 2017 pukul 02.03 WIB
Hastono, S.P & Sabri, L.( 2010). Statistik Kesehatan. Ed 1-5. Jakarta : Rajawali
Herdman,T. Heather. (2015). Nanda Internatinal Inc.Diagnosa Keperawatan : Definisi & klasifikasi 2015-2017. Edisi 10.Jakarta: EGC
Iriyanto, Koes. (2015). Memahami Berbagai Penyakit, Penyebab, Gejala, Penularan, Pengobatan, Pemulihan dan Pencegahan. Bandung : Afabeta
Jitowiyono, Sugeng dan Weni Kristiyanasari. (2012). Asuhan Keperawatan Post Operasi. Yogyakarta: Nuha Medika
Kasim, F.(2015). Informasi Spesialite Obat Indonesia Edisi 49.jakarta: PT.ISFI
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.(2010).Pedoman Interpretasi Data
Klinik.Jakarta.http://binfar.kemen kesgo.id Diakses pada tanggal 03 Juni 2017 jam 22.35WIB
Klinik.Jakarta:Salemba Kozier,B.(2010).Fundamental
Keperawatan.Jakarta:EGC
Ma’amarudin. (2016). Asuhan Keperawatan Pasca Operasi Hernia Skrotalis Dextra Pada Tn.D Diruang Wijaya Kusuma RSUD Kraton Pekalongan. Diakses http://www.e-skripsi.stikesmuh-
pkj.ac.id/e-skripsi/index.php?p=fstream&fid =1120&bid=1182. Diunduh pada tanggal 5 Maret 2017 pukul 02.53 WIB
Mubarak,I.W,Nurul Chayatin &Joko Susanto (2015).Standar Asuhan Keperawatan dan Prosedur Tetap dalam Praktik Keperawatan Konsep dan Aplikasi dalam Praktik
Muttaqin dan Sari. (2013). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta: EGC
Nauri, N.A. (2015). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta. Trans Info Media.
NIC (2013). Nursing Intervention Classification (Intansari Nurjanah & Roxana Dewi Tumanggor, Penerjemah)
NOC (2013). Nursing Outcome Classification (Intansari Nurjanah & Roxana Dewi Tumanggor, Penerjemah)
Notoadmojo,S. (2012). Metodologi penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineke Cipta
Nurarif & Kusuma. (2015). NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC Jilid 2. Yogyakarta : Medication Publishing.
Potter,P.A.,&Perry,A.G.(2010).Fundame ntal Keperawatan.Buku
WHO. (2010). Asuhan Keperawatan Pasca Operasi Hernia Skrotalis Dextra Pada Tn.D Diruang Wijaya Kusuma RSUD Kraton
Pekalongan. Diakses http://www.e-skripsi.stikesmuh-
pkj.ac.id/e-skripsi/index.php?p=fstream&fid =1120&bid=1182. Diunduh pada tanggal 5 Maret 2017 pukul 02.53 WIB
Yuanita,(2011).Penatalaksanaan Ulkus Kaki Diabetes Secara Terpadu. 3.Edisi7.Jakarta:Salemba Medika http://ejounal.unsrat.ac.id/index. php/biomedik/article/view/864.D iakses pada 03 Juli 2017