• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Pada periode tahun 2000-an Amerika Serikat mulai meningkatkan peran dan keterlibatanya di kawasan Afrika. Amerika Serikat mulai melihat kawasan Afrika sebagai kepentingan strategis di beberapa sektor, yakni ekonomi, politik, dan keamanan. Khususnya pada sektor keamanan, tepatnya setelah peristiwa 9/11, Amerika Serikat memiliki komitmen besar untuk menumpas terorisme di seluruh dunia melalui doktrin Global War On Terror (GWOT)—khususnya di beberapa kawasan yang berpotensi memelihara terorisme. Salah satunya adalah kawasan Afrika yang dianggap Amerika Serikat cukup banyak terdapat kelompok teroris dan ekstrimis.

Selanjutnya, penulis menggunakan studi kasus keterlibatan Amerika Serikat dalam melumpuhkan kelompok teroris Lord‘s Resistance Army dalam melihat penguatan keterlibatan Amerika Serikat di Afrika. The Lord‟s Resistance Army (LRA) adalah organisasi bersenjata dari Uganda Utara yang dipimpin oleh Joseph Kony. Kemunculan LRA di Uganda pada tahun 1987, tepat satu tahun setelah Yoweri Museveni naik menjadi presiden Uganda. Yoweri Museveni merupakan pemimpin pemberontak yang bernama NRM (National Resistance Movement) dari bagian selatan Uganda yang mengakhiri satu dekade pemimpin Uganda pada saat itu, Lakwena, yang berasal dari Uganda Utara. Dalam kasus ini, Joseph Kony bersama LRA meyakini bahwa Lakwena yang berasal dari suku Acholi lebih berhak untuk memimpin Uganda. Naiknya Musevini menjadi presiden Uganda, membawa dampak buruk kepada suku Acholi yaitu terjadinya diskriminasi. Maka dari itu munculnya LRA ini pada awalnya bertujuan untuk menjatuhkan pemerintahan Museveni yang telah memerintah Uganda hingga sekarang.

Aktivitas LRA di Afrika bagian tengah ini tengah mendapat perhatian internasional, sebab tindakan-tindakan LRA dinilai sudah sangat membahayakan dan telah mengganggu keamanan dan perdamaian di wilayah Afrika bagian tengah. Tak jarang, aktivitas LRA menyebabkan penderitaan manusia dan ketidakstabilan di Afrika bagian tengah. Target utama

(2)

2 LRA yaitu penduduk sipil, khususnya anak-anak kecil dan perempuan.1 Pada Januari dan Februari 2009, dilaporkan bahwa LRA menculik 700 orang, 500 diantaranya adalah anak-anak. Operasi LRA pun semakin luas, saat ini wilayah operasinya sebesar operasi negara Perancis. Beberapa wilayah yang disambangi LRA sebagai tempat operasi militernya yakni, Republik Afrika tengah, Republik Demokrasi Kongo, Sudan Selatan, dan dikabarkan juga sudah mulai menyebar ke Sudan.2

Aksi LRA di Afrika Tengah ini ternyata ditanggapi cukup serius oleh Amerika Serikat. Meskipun saat ini serangan LRA belum memberikan ancaman secara langsung kepada Amerika Serikat (penduduk Amerika Serikat, perusahaan Amerika Serikat, atau atribut-atribut Amerika Serikat), Amerika Serikat telah memberikan label The Lord‟s Resistance Army (LRA) sebagai ―Terrorist Exclusion List” pada tahun 2001 dan telah menetapkan Joseph Kony pemimpin LRA, merupakan salah satu dari―Specially Designated Global Terrorist‖ pada tahun 2009.3 Selain itu, sejak tahun 2008 Amerika Serikat mulai menyediakan dukungan berupa bantuan operasi militer ke pemerintah Uganda dalam menumpas LRA, yang dinamai Lightening Thunder Operation.4 Kemudian Kongres bahkan merespon aktivitas LRA dengan mengesahkan undang-undang The Lord‟s Resistance Army Disarmament and Northern Uganda Recovery Act 5, yang mana menyatakan bahwa Amerika Serikat bekerjasama dengan pemerintah regional dalam sebuah resolusi komprehensif dalam menyelesaikan konflik dan memberikan otoritas dan panggilan kepada Amerika Serikat sebagai bentuk respon humanitarian, keamanan, dan pembangunan6 dan sebuah kebutuhan untuk secara regular melaporkan kepada kongres tentang bagaimana perlawanan terhadap LRA. Setelah dikeluarkannya aturan tersebut, pada pemerintahan Obama, Amerika Serikat semakin intensif menunjukkan keterlibatannya, Presiden Obama mengirimkan 100 pasukan militer Amerika

1

T. Dagne, Uganda : Current Condition the Crisis in North Uganda, Congressional Research Service, 8 Juni 2011, p.12

2

A.Arieff dan L. Ploch, The Lord‟s Resistance Army : The U.S. Response, Congressional Research Service, USA, 2014, p.1

3

A. Arieff and L. Ploch, Lord‟s Resistance Army: The U.S. Responses, p.2 4

Mareike Schomerus, ―Tim Allen and Koen Vlassenroot‖, Obama Take on the LRA, Foreign Affairs, daring November 15 2011, diakses melalui http://www.foreignaffairs.com/articles/136673/mareike-schomerus-tim-allen-and-koen-vlassenroot/obama-takes-on-the-lra tanggal 1 Desember 2014.

5

A. Arieff and L. Ploch, The Lord‟s Resistance Army : The U.S. Response p. 2.

6

Office of the Spokesperson, ‘U.S. Support to Regional Efforts To Counter the Lord‘s Resistance Army‘, U.S Department of State (daring), 23 Maret 2012<http://www.state.gov/r/pa/prs/ps/2012/03/186732.htm>, diakses 22 Maret 2013.

(3)

3 Serikat lewat AFRICOM untuk menumpas LRA pada tahun 2011. Pasukan militer Amerika Serikat tersebut disebar ke beberapa negara yang diindikasikan sebagai markas LRA.

Keterlibatan militer Amerika Serikat dalam membantu menumpas LRA cukup menarik, karena LRA sendiri bukanlah sebuah kelompok ekstrimis dengan basis ideologi Islam yang mana semenjak War On Terror selalu diindentikkan oleh Amerika Serikat sebagai kelompok teroris, seperti Al Qaeda, dan saat ini belum ada data yang menunjukkan bahwa LRA memberikan ancaman kepada warga Amerika atau menyerang kepentingan Amerika di Uganda. Selain itu, semenjak tahun 2008 aktivitas LRA cenderung menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya saat masih bermarkas di Uganda Utara. Aktivitas LRA sendiri lebih menyebar dan berkurang dan kini hanya memiliki jumlah personil yang semakin sedikit, yakni sekitar 100-300 personil dewasa dan ditambah ratusan tentara anak.7

Hal yang menarik selanjutnya yaitu, latar belakang lahirnya LRA yaitu berupaya untuk menjatuhkan rezim Museveni yang sudah memerintah di Uganda selama 28 tahun. Adanya fakta ini, menandakan bahwa tidak terjadi perubahan kepemimpinan secara berkala di Uganda sebagai implementasi pemerintahan demokratis Padahal nilai-nilai pemerintahan yang demokratis sangatlah dijunjung tinggi oleh Amerika Serikat dan menjadi prinsip dalam politik luar negerinya. Selain itu, pemerintah Museveni ini juga dalam beberapa hal telah melakukan pelanggaran kemanusiaan, antara lain menolak akan adanya kelompok penyuka sesama jenis melalui Anti-gay Law 2014. Selain itu berdasarkan Palang Merah Internasional, rezim Museveni bertanggung jawab atas 1,5 juta etnis Acholi dan setidaknya 300.000 ribu orang, ketika mengambil alih kepemimpinan tahun 1986.8 Walaupun adanya fakta-fakta diatas, Amerika Serikat justru berkomitmen untuk memberikan lebih banyak personil militer dan bantuan militer untuk menangkap atau membunuh Kony. Berdasarkan hal diatas penulis dalam riset ini ingin mengetahui pengaruh-pengaruh yang menyebabkan diputuskan kebijakan keterlibatan Amerika Serikat dalam mengatasi Lord‘s Resistance Army di Uganda.

7

Human Right Watch, ―Q & A, Joseph Kony and Lord‘ss Resistance Army‖, Human Rights Watch, daring, 12 Maret 2012, diakses melalui <http://www.hrw.org/news/2012/03/21/qa-joseph-kony-and-Lord‘ss-resistance-army> 12 Desember 2014

8Nile Bowie, ―USAFRICOM and The Militarization of the African Continent L Combating China‘s Economic Encroachment‖.Global Research (daring), march 23 2012, diakses melalui

<http://www.globalresearch.ca/usafricom-and-the-militarization-of-the-african-continent-combating-china-s-economic-encroachment/29919> 18 Desember 2014

(4)

4 Untuk menjawab pertanyaan tersebut penulis menfokuskan kepada Faktor internal yang mana berasal dari politik domestik Amerika Serikat menjadi fokus penulis. Dimana penulis menjelaskan tentang bagaimana politik domestik (yang dikategorikan sebagai faktor internal) Amerika Serikat dalam mempengaruhi diputuskannya kebijakan keterlibatan Amerika Serikat di Afrika. Terutama melalui disahkannya oleh konggres undang-undang The Lord‘s Resistance Army and Northern Uganda Recovery Act yang kemudian diikuti dengan penurunan militer Amerika Serikat di Afrika Tengah.

I.2 Rumusan Masalah

Apa faktor internal yang melatarbelakangi ketelibatan Amerika Serikat dalam membatu mengatasi Lord‘s Resistance Army?

I.3 Landasan Konseptual

a. Liberal Theory of International Relations

Menurut Michael Doyle liberalisme berkontribusi dalam menjelaskan politik luar negeri dengan menekankan pengaruh dari faktor-faktor domestik - antara lain seperti bagaimana individu-individu, ide, nilai-nilai ideal (hak asasi manusia, kemerdekaan, dan demokrasi), dan tekanan sosial ( capitalism, markets), dan intitusi politik (demokrasi, representasi) - terhadap pembentukan politik luar negeri suatu negara.9 Pada penjelasan politik luar negeri, liberal merupakan sebuah teori internal (domestik), yang mana menekankan akan urgensitas hak-hak individu, private property, representative government, persepsi internasional dalam pembentukan kebijakan.10 Kaitannya dengan politik luar negeri Amerika Serikat, pada dasarnya ide-ide liberal telah mendasari politik luar negeri Amerika Serikat dimana politik luar negeri Amerika Serikat merupakan refleksi dan bentuk promosi dari nilai-nilai liberal dan demokrasi dalam institusi domestik di Amerika Serikat.11

Selain itu ada varian teori liberal yang diperkenalkan oleh Andrew Moravscik, sebagai bentuk pendekatan baru dalam melihat Hubungan Internasional dan Politik

9

Michael.W.Doyle, ―Liberalism and Foreign Policy‖, dalam S.Smith, A.Hadfield, dan T.Dunnan, Foreign Policy : Theories, Actors, Cases 2nd Edition, Oxford, Oxford University Press, 2011, pp.54-55

10

Michael.W.Doyle, ―Liberalism and Foreign Policy‖,pp.65 11

Hang Thi Thuy Nguyen, ―Theories of US Foreign Policy : An Overview”, World Journal of Social Science, Vol.1 No.1, 2014, p. 23

(5)

5 Luar Negeri di era kontemporer.12 Pendekatan ini dalam menjelaskan politik luar negeri lmenekankan pada peran dari aktor-aktor sosial yang kemudian mempengaruhi sikap suatu negara dan kurang begitu menfokuskan pada peran individu-individu yang ditujuk secara politik (pemerintah) dalam pembentukan politik luar negeri suatu negara. New liberalism atau liberal theory of international relations memiliki central insight/fundamental premise yaitu negara terdiri dari sebuah kelompok masyarakat domestik dan transnasional yang memiliki kepentingan bagi anggotanya untuk terlibat dalam interaksi ekonomi, sosial, politik dan budaya diluar batas negaranya. Selanjutnya tuntutan dari individu dan kelompok dalam masyarakat tersebut diwujudkan melalui institusi perwakilan dalam negeri (pemerintah), yang kemudian hal ini disebut state preference. Teori liberal juga percaya bahwa apabila negara ingin terlibat dalam konflik, kerjasama, dan atau tindakan-tindakan luar negeri yang lain yangmana membutuhkan biaya, negara harus menyesuaikan dengan state preference dan memperhatikan keadaan internal negara, karena tanpa adanya perhatian pada internal yang melampaui batas-batas, negara dianggap tidak memiliki tujuan yang rasional terlibat dalam world politics namun lebih kepada upaya penggunaan sumber daya dari keadaan yang otoriter.13 Dengan kata lain bahwa pendekatan ini melihat peran penting dari aktor-aktor sosial dalam negara yang dapat membentuk politik luar negeri.

Selanjutnya menurut Moravcsik, liberal international relations theory‟s fundamental premise- state preferences derived from the domestic and transnational social pressure critically influence state behavior- can be restated in terms of three core assumptions.14 Tiga asumsi dasar dari teori liberal berdasarkan Adrew Moravscik, pertama Nature of Societal Actor, yang menyatakan bahwa Globalization generates differentiated demands from societal individuals and group regard to international affairs. Asumsi pertama ini menyatakan keistimewaan dari aktor-aktor sosial dibandingakan institusi-institusi politik, hal ini tidak terlepas liberal international

12

Walter Carlsnaes,‖Actors, Structures, and foreign policy analysis‖, dalam S.Smith, A.Hadfield, dan T.Dunnan, Foreign Policy : Theories, Actors, Cases 2nd Edition, Oxford, Oxford University Press, 2011, p.123

13

Andrew Moravcsik, ―The New Liberalism‖, dalam C. Reus-Smit dan D, Snidal, The Oxford Handbook : International Relations Theory, Oxford University Press, p. 236

14

Andrew Moravcsik, ―Taking Preference Serously ; A Liberal Theory of International Polit ics‖, ‗International Organization, pp 517-520

(6)

6 relations theory merupakan teori yang menggunakan proses ―bottom-up‖ atau pendekatan pluralistik dalam penjelasan sistem politik. Individu dan kelompok sosial memiliki peran penting dalam politik karena mereka memiliki kepentingan yang mandiri yang kemudian berupaya mewujudkan kepentingan tersebut melalui political exchange dan collective action. Asumsi kedua, The Nature of State, State represent the demand of a subset of domestic individuals and social groups, on the basis of whose interest they define “ state preferences” and act instrumentally to manage globalization. Pada asumsi kedua ini, negara bertindak sebagai alat yang mengatasnamakan perwakilan dari individu-individu, yang mana apabila individu tersebut secara bertindak secara sendirian sulit mencapai kepentingan secara efisian. Asumsi ketiga yaitu, The Nature of the International System, the pattern of interdependence among state preferences shape state behavior. Dengan kata lain bahwa dalam sistem internasional negara akan saling tergantung dengan negara lain, adanya sifat dasar ini.- saling ketergantungan antar negara- berpengaruh dalam membentuk perilaku suatu negara.

b. Kelompok Kepentingan dan Social movement

Social Movement dan Kelompok kepentingan memiliki latar belakang dalam yang berbeda dalam proses pembentukknya namun memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengarahkan aksi atau sikap dari pemerintah sesuai dengan keinginan anggota, partisipan dari kelompok-kelompok ini.15 Pemimpin negara (Amerika Serikat) mungkin bisa menolak dari hasil dari survei sebagai bentuk opini publik atau pemberintaan di media, namun mereka sulit untuk menghindari tekanan yang konstan dari kelompok-kelompok vokal dan terorganisir, hal ini kemudian menyebabkan kedua kelompok ini menjadi salah satu aktor penting dalam perumusan dan implementasi kebijakan pemerintah yang demokratis.

Kelompok kepentingan didefinisikan sebagai sebuah kelompok yang terdiri dari individu-individu dan atau institusi yang bergabung dengan saling membagi opini atau kepentingan dan kelompok tersebut terorganisir untuk mempengaruhi kebijakan politik pemerintah.16 Berbeda dengan partai politik kelompok kepentingan tidak

15

S. W. Hook, U.S Foreign Policy : The Paradox of World Order, W.W Norton & Company, USA pp.276-277 16

E. Grigsby, Analyzing Politcs The Forth Edition, Wadsworth Cengage Learning, United State Of America, 2009, p. 194

(7)

7 bermaksud mengambil posisi dalam pemerintahan. Kelompok kepentingan terkadang mencoba memberikan tekanan pemerintah secara langsung, dan terkadang cenderung untuk menjaga jarak dari pemerinah untuk dapat membentuk opini dan perilaku publik. Sedangakan Social Movement dilihat sebagai aksi kolektif yang besar dilakukan oleh masyarakat dan kelompok untuk menyelesaikan permasalahan sosial melalyi reformasi kebijakan domestik atau kebijakan luar negeri.17 Konsep kelompok kepentingan dan social movement digunakan untuk melihat pengaruh dari munculnya beberapa kelompok-kelompok sosial di Amerika Serikat yang memiliki tujuan untuk mengarahkan sikap pemerintah untuk terlibat dalam mengatasi Lord‟s Resistance Army.

Pada kasusnya dalam sistem politik Amerika Serikat, kelompok kepentingan dan sosial movement cukup memiliki pengaruh kuat dalam mempengaruhi suatu kebijakan pemerintah. Kelompok private telah menjadi backbone dalam sistem demokrasi di Amerika Serikat yang mana kelompok ini hadir sebagai alternative yang dapat memberikan perlawanan atas tindakan atau kebijakan pemerintah dengan menawarkan cara atau solusi lain yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.18 Dimana seperti negara-negara demokrasi lainnya pemerintah Amerika Serikat menyediakan kesempatan bagi masyarakat dan kelompok-kelompok untuk berpartisipasi, dalam perkembangannya berbagai kelompok-kelompok masyarakat berupaya untuk mempengaruhi pemerintah mengadopsi kepentingan mereka. Berbagai cara dilakukan kelompok kepentingan di Amerika Serikat dalam mempengaruhi pemerintah antara lain19 :

a. Consciousness raising

Pada cara ini kelompok kepentingan berusaha untuk membuat pemerintah sadar atas permasalahan tertentu dan berupa untuk meminta aksi atau tanggapan dari pemerintah atas suatu masalah.

b. Political Pressure and Lobbying

Sebuah cara dengan menyampaikan pesan langsung ke kantor parlemen dan gedung putih untuk meminta dukungan atas masalah yang sedang perhatikan

17

S. W. Hook, U.S Foreign Policy : The Paradox of World Order, W.W Norton & Company, USA p. 278 18

S. W. Hook, U.S Foreign Policy : The Paradox of World Order, W.W Norton & Company, USA p. 278 19

(8)

8 atau tujuan dari kelompok kepentingan. Perwakilan dari kelompok kepentingan juga datang ke parlemen (konggres) dan pemerintah (pemerintah eksekutif) dengan membawa hadiah atau potential reward apabila pemerintah mendukung argument mereka, termasuk pula membawa potential punishment jika tidak ada dukungan.

c. Policy and Program implementation

Dengan mengimplementasikan kebijakan atau program dari pemerintah yang mana tindakan dari kelompok kepentingan tersebut telah mendapat persetujuan dari pemerintah.

d. Influencing public opinion

Kelompok kepetingan berupaya untuk mempengaruhi kebijakan luar negeri dari luar konggres ataupun pemerintah, dengan cara memobilisasi protes dan melalui demonstrasi untuk menunjukkan bahwa masyarakat mendukung tujuan kelompok ini. 20

e. Direct Action

Kelompok non-pemerintah melakukan tindakan langsung misalnya menyediakan bantuan humaniter, monitoring pengimplementasian hak-hak asasi manusia, menjadi pengontrol dalam pemilu.

I.4 Argumentasi Utama

Penulis berargumen bahwa faktor yang melatarbelakangi kebijakan Amerika Serikat untuk terlibat dalam upaya pelumpuhan Lord‟s Resistance Army (LRA) dengan menggunakan cara berpikir liberal yaitu faktor domestik atau faktor internal memberi pengaruh sangat signifikan pada kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam kasus LRA. Dalam hal ini penulis tidak menafikkan adanya faktor-faktor lain yang berpengaruh seperti faktor eksternal, namun demikian penulis percaya bahwa faktor domestik merupakan pendorong utama. Faktor internal tersebut antara lain, munculnya kelompok-kelompok non-pemerintah yang mendorong Pemerintah Amerika Serikat untuk terlibat dalam mengatasi Lord‘s Resistance Army dan upaya Amerika Serikat mempromosikan nilai-nilai di Afrika Tengah. Kedua faktor

20

B.W. Jentlenson, America Foreign Policy, The Dynamic of Choice in the 21st Century Forth Edition, W.W.Norton & Company,InC, USA,2010, p. 54

(9)

9 internal tersebut diatas melatar-belakangi sikap Amerika Serikat untuk terlibat dalam mengatasi LRA di Afrika Tengah.

1.5 Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Penelitian ini akan berupa studi literatur yang berhubungan dengan teori dan konsep serta berita mengenai peristiwa yang relevan dengan topik penelitian, sehingga mengandalkan data sekunder yang diperoleh dari buku, jurnal, dan artikel surat kabar, baik cetak maupun elektronik. Data yang akan dibutuhkan di sini adalah gambaran gambaran aktivitas Lord‘s Resistance Army di Afrika, pemaparan keterlibatan Amerika Serikat dalam upaya melumpuhkan Lord‘s Resistance Army. pemaparan aktor-aktor sosial yang memberika pengaruh terhadap kebijakan keterliabatn Amerika Serikat dalam mengatasi Lord‘s resistance Army, seperti Invisible Children, The Resolve, dan Enough Project. Analisis data akan bersifat deskriptif, sehingga data akan diolah dalam bentuk narasi. Selain itu, penelitian akan menggunakan pendekatan induktif, yaitu mengumpulkan data yang relevan untuk menarik kesimpulan di akhir penelitian.

1.6 Sistematika Penulisan

Tulisan ini akan terdiri dari lima bagian, yakni :

Bab I akan berisi abstraksi penelitian dan pendahuluan mengenai latar belakang masalah,

yaitu penjabaran mengapa topik ini penting untuk dibahas; pertanyaan penelitian yang akan menjadi kunci pembahasan dari skripsi ini; landasan konseptual yang akan menjadi instrumen analisa; argumen utama; metode penelitian yang di dalamnya termasuk pula jangkauan penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II Pada bab ini ada tiga sub bab utama. Pertama, akan dijelaskan tentang pentingnya

konteks politik domestik Amerika Serikat dalam membentuk politik luar negeri. Kedua, gambaran konflik antara Pemerintah Uganda dengan Lord‟s Resistance Army, disertai dengan penjabaran aktivitas Lord‟s Resistance Army yang telah menyebar di Afrika Bagian Tengah. Kedua dijelaskan tentang bentuk dan upaya keterlibatan Amerika Serikat dalam mengatasi Lord‘s Resistance Army yang diawali dengan penjabaran singkat hubungan antara Amerika Serikat dengan Uganda.

(10)

10

Bab III mengkolaborasikan data dari BAB II dengan landasan konspetual yang telah

dipaparkan pada BAB I untuk menjelaskan tentang faktor internal yang mempengaruhi keterlibatan Amerika Serikat dalam melumpuhkan Lord‘s Resistance Army di Afrika bagian Tengah.

Bab IV merupakan bagian terakhir atau penutup yang berisi kesimpulan dari penelitian yang

Referensi

Dokumen terkait

Tinea pedis adalah infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai sela jari kaki dan telapak kaki, dengan lesi terdiri dari beberapa tipe, bervariasi dari ringan, kronis

1 M.. Hal ini me nunjukkan adanya peningkatan keaktifan belajar siswa yang signifikan dibandingkan dengan siklus I. Pertukaran keanggotaan kelompok belajar

SEGMEN BERITA REPORTER A Kreasi 1000 Jilbab Pecahkan Muri Rina &amp; Deska. CAREER DAY AMIKOM Adib &amp; Imam Wisuda smik amikom Adib

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK &amp; MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI

Berdasarkan hasil penelitian dan pem- bahasan yang dilakukan maka kepatuhan pajak WPOP yang terdaftar pada KPP Batu dan Kepanjen terbukti dipicu oleh niatnya untuk

Uji Kisaran Berganda Duncan Total Asam Dali Pengaruh Penggaraman (A). Analisis Sidik Ragam Angka TBA