• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. Secara etimologis, kata pariwisata berasal dari Sansekerta yang terdiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. Secara etimologis, kata pariwisata berasal dari Sansekerta yang terdiri"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Pariwisata

Secara etimologis , kata “pariwisata” berasal dari Sansekerta yang terdiri dari ‘pari’ dan ‘wisata’ yang artinya :

a. Pari berarti banyak , berkali-kali,berputar-putar atau berkelililing dan juga berarti lengkap.

b. Wisata berarti perjalanan atau dapat diartikan sebagai perjalanan yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel.

Secara garis besar , pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan keliling yang dilakukan dari satu tempat ketempat yang lain , dalam bahasa inggrisnya dikenal dengan tour (yoeti,1996:112). Sedangkan untuk pengertian jamak, kata kepariwisataan dapat digunakan kata tourisme atau tourism. Sebelum munas pariwisata pada tanggal 12-14 Juni 1985 di Tretes (Jawa Timur), kata pariwisata lebih dikenal dengan tourisme. Kemudian atas himbauan Bapak President RI pertama yaitu Ir. Soekarno Hatta, kata tourisme diganti dengan kata “pariwisata”. Kata pariwisata ini diusulkan oleh Prof.priyono (alm).

Adapaun definisi pariwisata menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut : 1. Mr. Herman V. schulard dari Austria (yoeti ,1996:114)

Pada tahun 1910 membuat batasan yang menekankan pada sudut pandang ekonomi yaitu: pariwisata adalah sejumlah kegiatan terutama yang ada kaitannya dengan perekonomian. Secara langsung berhubungan dengan masuknya orang asing –asing melalui lalu lintas di suatu negara tertentu,

(2)

kota dan daerah. Dan pendapat ini di benarkan oleh Dr. James, J. Spallane, S.J “ pariwisata seringkali dipandang sebagai berkembang atau mundur , maka banyak negara atau pemerintah dipengaruhi secara ekonomis”

2. Batasan yang bersifat teknis dikemukakan oleh dua guru besar swiss, yaitu K. Kraf dan Hunzicker (yoeti,1996:115) yang juga dianggap sebagai Bapak Ilmu Pariwisata yang terkenal mengatakan bahwa “kepariwisataan adalah keseluruhan dari gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan orang asing tersebut tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktifitas yang bersifat sementara tersebut”. Berdasarkan batasan-batasan yang dikemukakan oleh pakar diatas, dapat disimpulkan bahwa pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk menetap atau bertempat tinggal di daerah tersebut dengan mencari nafkah di tempat yang ia kunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan yang dilakukan tersebut guna kepuasan bertamasya dan berekreasi serta untuk memenuhi keinginan individu yang melaksanakannya.

2.2 Pengertian ekowisata

Industri pariwisata selama ini memiliki peran dan makna begitu tinggi dalam aspek kehidupan manusia. Dalam perkembangannya, sektor pariwisata dunia memiliki kecenderungan untuk berubah secara konsep dari Unsustainable

(3)

forms of tourism menjadi Sustainable Tourism. Dari sisi kepariwisataan,

ekowisata merupakan kolaborasi dari tiga macam wisata, diantaranya Rural

tourism, Nature Tourism, dan Cultural Tourism. Dimana wisata-alam yang selama

ini kita kenal, mempunyai kecenderungan berubah menjadi ekowisata, jika

sustainable tourism dijadikan sebagai acuan (Chaniago, 2008).

Rumusan 'ecotourism' sebenarnya sudah ada sejak 1987 yang dikemukakan oleh Hector Ceballos-Lascurain yaitu:

a. "Nature or ecotourism can be defined as tourism that consist in travelling

to relatively undisturbed or uncontaminated natural areas with the specific objectives of studying, admiring, and enjoying the scenery and its wild plantas and animals, as well as any existing cultural manifestations (both past and present) found in the areas."

"Wisata alam atau pariwisata ekologis adalah perjalanan ketempat-tempat alami yang relatif masih belum terganggu atau terkontaminasi (tercemari) dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan, tumbuh-tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk-bentuk manifestasi budaya masyarakat yang ada, baik dari masa lampau maupun masa kini."

Rumusan di atas hanyalah penggambaran tentan kegiatan wisata alam biasa. Rumusan ini kemudian disempurnakan oleh The International Ecotourism Society (TIES) pada awal tahun 1990 yaitu sebagai berikut:

"Ecotourism is responsible travel to natural areas which conserved the environment and improves the welfare of local people."

(4)

"Ekowisata adalah perjalanan yang bertanggung jawab ketempat-tempat yang alami dengan menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kesejahtraan penduduk setempat”.

Definisi ini sebenarnya hampir sama dengan yang diberikan oleh Hector Ceballos-Lascurain yaitu sama-sama menggambarkan kegiatan wisata di alam terbuka, hanya saja menurut TIES dalam kegiatan ekowisata terkandung unsur-unsur kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahtraan penduduk setempat. Ekowisata merupakan upaya untuk memaksimalkan dan sekaligus melestarikan pontensi sumber-sumber alam dan budaya untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkesinambungan. Dengan kata lain ekowisata adalah kegiatan wisata alam plus plus. Definisi di atas telah telah diterima luas oleh para pelaku ekowisata.

a. Kekuatiran akan makin rusaknya lingkungan oleh pembangunan yang bersifat eksploatatif terhadap sumber daya alam.

b. Asumsi bahwa pariwisata membutuhkan lingkungan yang baik dan sehat. c. Kelestarian lingkungan tidak mungkin dijaga tanpa partisipasi aktif

masyarakat setempat.

d. Partisipasi masyarakat lokal akan timbul jika mereka dapat memperoleh manfaat ekonomi ('economical benefit') dari lingkungan yang lestari. e. Kehadiran wisatawan (khususnya ekowisatawan) ke tempat-tempat yang

masih alami itu memberikan peluas bagi penduduk setempat untuk mendapatkan penghasilan alternatif dengan menjadi pemandu wisata, porter, membuka homestay, pondok ekowisata (ecolodge), warung dan

(5)

usaha-usaha lain yang berkaitan dengan ekowisata, sehingga dapat meningkatkan kesejahtraan mereka atau meningkatkan kualitas hidpu penduduk lokal, baik secara materiil, spirituil, kulturil maupun intelektual. b. Definisi dari ekowisata yang disepakati dalam semiloka dan symposium

ecotourism pada April 1995 oleh PACT/WALHI adalah kegiatan perjalanan wisata yang bertanggung jawab di daerah yang masih alami atau di daerah-daerah yang dikelola dengan kaidah alam dimana tujuannya selain untuk menikmati keindahannya juga melibatkan unsur pendidikan, pemahaman dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi alam dan peningkatan pendapatan masyarakat setempat sekitar daerah tujuan ekowisata.

c. Unsur penting yang dapat menjadi daya tarik dari sebuah Daerah Tujuan Ekowisata (DTE) adalah :

1.Kondisi alamnya,

2. Kondisi flora dan fauna yang unik, langka dan endemik, 3. Kondisi fenomena alamnya,

4. Kondisi adat dan budaya.

Kegiatan ekowisata yang juga merupakan daya tarik dalam sebuah DTE antara lain diving, bird watching, game fishing, wild life viewing, dll. Semakin banyak fasilitas kegiatan akan mampu meningkatkan jumlah dan lama kunjungan.

Ekowisata Berbasis Komunitas (community-based ecotourism) merupakan usaha ekowisata yang dimiliki, dikelola dan diawasi oleh masyarakat setempat. Masyarakat berperan aktif dalam kegiatan pengembangan ekowisata dari mulai

(6)

perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Hasil kegiatan ekowisata sebanyak mungkin dinikmati oleh masyarakat setempat. Jadi dalam hal ini masyarakat memiliki wewenang yang memadai untuk mengendalikan kegiatan ekowisata.

Ekowisata sendiri telah menjadi trend baru di dunia Internasional sebagai salah satu dari isu 4T (Transportation, Telecommunication, Tourism dan

Technology) dalam milenium ketiga. Ekowisata merupakan sebuah

pengembangan konsep dari penyelarasan antara kegiatan manusia (aspek wisata) dan lingkungan sekitar (aspek ekologi).

2.3 Pengertian Industri pariwisata

Bila ditinjau dari kata “industry” , maka dapat diberikan batasan industry pariwisata sebagai berikut: “industri pariwisata adalah kumpulan dari macam – macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan wisatawan secara khusus dan traveler pada umumnya”.

Jika ditinjau dari sudut pandang para ahli kepariwisataan maka akan kita peroleh batasan yang bervariasi seperti:

1. Menurut Kusdianto Hardiroto(pendit,1994:37) “ industri pariwisata adalah suatu organisasi baik pemerintah maupun swasta yang terkait dalam pengembangan produk suatu layanan untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang bepergian (pelancong/musafir)”.

2. W.Hunzieker dari Bern University (pendit, 1994:38) memeberikan

(7)

are all busness entities which, by combining various mean of production, provide goods and services of specially tourist nature.”

3. Sedangakan menurut G.A Schmoll dalam bukunya Tourist Promotion ( yoeti, 1985:143) mengatakan bahwa “ tourism is ahigly decentralized

industry consisting of enterprises different size, location, function,type organization, range of servive provide, and methods use to market and sell them”.

Batasan yang dikemukakan oleh G.A Schmoll tersebut diatas lebih cenderung menganilisis cara-cara melakukan pemasaran dan promosi hasil produk industri pariwisata. Industri Pariwisata dalam hal ini bukanlah industri yang berdiri sendiri , tetapi merupakan suatu industri yang terdiri dari serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa-jasa atau produk yang berbeda suatu dengan yang lainnya. Perbedaan itu katanya tidak hanya dalam yang dihasilkan tetapi juga dalam besarnya perusahaan , lokasi atau tempat, kedudukan letak, secara geografis, fungsi, bentuk organisasi yang mengelola dan metoda pemasarannya.

2.4 Pengertian Objek Wisata

Objek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata dan salah satu alasan pengunjung melakukan perjalanan (som thing to

see). Di lauar negri objek wisata disebut Tourist Atraction (atraksi wisaata),

(8)

Mengenai pengertian objek wisata, kita dapat melihat dari beberapa sumber antara lain:

1. Peraturan Pemerintah No.24/1979

Objek wisata adalah perwujudan dari ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi.

2. SK MENPARPOSTEL No.KM 98/PW:102/MPPT-87

Objek wisata adalah tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan.

Dari pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa objek wisata harus memiliki daya tarik serta harus ada pengusahaan dan pengembangan , objek wisata dapat di bedakan menjadi beberapa bagian antara lain:

• Alam ( nature), yaitu segala sesuatu yang berasal dari alam yang dimnafaatkan dan diusahakan di tempat objek wisata yang dapat dinikmati dan memberikan kepuasan kepada wisatawan. Contohnya, pemandangan alam, pegunungan , flora dan fauna.

• Budaya (culture) yaitu, segala sesuatu yang berupa daya tarik yang berasal dari seni dan kreasi manusia. Contohnya, upacara keagamaan, upacara adat dan tarian tradisional.

a. Buatan Manusia (Man Made), yaitu segala sesuatu yang berasal dari karya manusia, dan dapat dijadikan sebagai objek wisata seperti benda-benda sejarah, kebudayaan,religi serta tata cara manusia.

(9)

b. Manusia ( Human Being), yaitu segala sesuatu dari aktivitas manusia yang khas dan mempunyai daya tarik tersendiri yang dapat dijadikan sebagi objek wisata. Contohnya, Suku Asmat di Irian Jaya dengan cara hidup mereka yang masih primitive dan memiliki keunikan tersendiri.

Menurut Yoeti ( 1985:164-167), suatu daerah untuk Menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) yang baik, harus mengembangkan tiga hal agar daerah tersebut menarik untuk dikunjungi, yakni:

1. Adanya something to see, maksudnya adanya sesuatu yang menarik untuk dilihat, dalam hal ini objek wisata yang berbeda dengan tempat-tempat lain (mempunyai keunikan tersendiri). Disamping itu perlu juga mendapat perhatian terhadap atraksi wisata yang dapat dijadikan sebagi entertainment bila orang berkunjung nantinya.

2. Adanya something to buy, yaitu terdapat sesuatu yang menarik dank has untuk dibeli dalam hal ini dijadikan cendra mata untuk dibawa pulang ke tempat masing-masing sehingga di daerah tersebut harus ada fasilitas untuk dapat berbelanja atau shoping yang menyediakan souvenir maupun kerajinan tangan lainnya dan harus didukung pula oleh fasilitas lainnya seperti money changer dan bank.

3. Adanya something to do , yaitu suatu aktifitas yang dapat dilakukan di tempat itu yang bisa membuat orang yang berkunjung merasa betah di tempat tersebut.

Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu objek wisata yang baik dan menarik untuk dikunjungi harus mempunyai keindahan alam dan juga

(10)

harus memiliki keunikan dan daya tarik untuk dikunjungi dan juga didukung oleh fasilitas pada saat menikmatinya.

2.5 Kondisi Lingkungan Hidup Indonesia

Indonesia dengan luas daratan yang hanya 1,3 % dari seluruh permukaa bumi, kaya akan akan berbagai jenis kehidupan liar dan berbagai tipe ekosistem yang sebagaian besar diantaranya tidak dijumpai di bagian lain di bumi ini. Kekayaan bumi Indonesia menurut World conservation Monitoring Committee (1994) mencakup 27, 500 jenis tumbuhan berbunga (merupakan 10% dari seluruh jenis timbuhan di dunia), 515 jenis mamalia (12% jenis di dunia), 1.539 jenis burung (merupakan 17% dari jenis seluruh burung di dunia).

781 jenis reptilian dan ampibi di dunia, selain itu, Indonesia memiliki tingkat endemitas keanekaragaman hayati yang tinggi. Dengan potensi tersebut, Indonesia layak menyandang predikat sebagai Negara Megabiodivesiti, baik dari segi keanekaragaman genetic, jenis maupun ekosistemnya. Untuk terus menjaga kelestarian keanekaragaan hayati tersebut maka dibentuklah pola-pola pengelolaan kawasan untuk perlindungan keanekaragaman hayati tersebut, seperti:

• Kawasan Konservasi : Kawasana yang ditetapkan sebagai kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, taman buru dan hutan lindung.

• Kawasan Suaka Alam : kawasan dengan cirri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.

(11)

• Cagar Alam : kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan an atau satwa dan ekosistemnya atau eksistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.

• Suaka Margasatwa : kawasan suaka alam yang mempunyai cirri khas yang berupa keanekaragaman atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya. • Taman Nasional : kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem

asli, dikelola dengan system zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, priwisata dan rekreasi alam.

• Taman Wisata Alam : kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rkreasi alam.

• Taman Hutan Raya : kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, jenis asli atau bukan asli yang dimanfaatkn untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan menunjang budidaya, budaya pariwisata, dan rekreasi.

• Taman Buru : kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat diselenggarakannya perburuan secara teratur.

• Hutan Lindung : kawasan hutan karena keadaan dan sifat alamnya diperuntukkan guna pengatur tata air, pencegahan banjir ,erosi abrasi serta pemeliharaan kesuburan tanah.

(12)

Keseluruhan kawasan tersebut terdiri dari 497 unit kawasan dengan luas seluruhnya 28.447.591 Hektar.

2.6 Undang Undang dalam pelestarian Lingkungan

Pemerintah sudah banyak menetapkan peraturan untuk mendukung kelesrian lingkungan hidup Indonesia, baik peraturan pelesarian hutan, laut, danau, sungai hingga kota sekalipun. Namun masih banyak kebocoran yang terjadi dalam pelaksanaan peraturan tersebut.

Berikut ini diuraikan beberapa peraturan pemerintah tentang pelestarian lingkungan :

• Peraturan pemerintah nomor 7 Tahun 1999, tentang pengawetan tumbuhan dan satwa, sedikitnya mentapkan 70 jenis mamalia, 93 jenis burung, 31 jenis reptile, 20 jenis insekta (serangga), 7 jenis ikan,, Antiphates SPP (akar bahar), 14 jenis bivalvia , semua jenis reflesia SPP, 44 jenis anggrek smua jenis kantong samar (nphentes SPP) dan 13 jenis pohon keluarga

Diterocarpaceae

• Peraturan Pemerintah no 8 tahun 1999, tentang jenis tumbuhan dan satwa liar dapat dimanfaatkan untuk keperluan:

a. Pengkajian, penelitian da pengembangan; b. Penangkaran

c. Perburuan d. Peragaan e. Pertukaran

(13)

f. Budidaya tanaman obat obatan g. Pemeliharaan untuk kesenangan.

• Ketentuan larangan dan ketentuan pidana berdasarkan Undang-undang nomor 5 tahun 1990 :

A. Ketentuan larangan 1. Pasal 19 ayat (1)

Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapt mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam. Perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam, meliputi : mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas kawasan suaka alam, serta menambah jenis tumbuhan lain yang tidak asli.

2. Pasal 21 ayat (2)

Setiap orang dilarang untuk :

- Mengambil, menebang, memiliki, merusak , memusnahkan , memelihara, mengangkut dan memperniagakan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagianya dalam keadaan hdup atau mati.

- Mengeluarkan tumbuhan yang dilingdungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam maupun di luar Indonesia.

3. Pasal 21 ayat (3)

Setiap orang dilarang untuk :

- Menangkap ,melukai, memelihara, mengangkut dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup.

(14)

- Menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati.

- Mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain didalam maupun maupun di luar di indonsia.

- Memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh , atau bagian bagian lain satwa yang dilindungi atau barang--barang yang dibuat dari bagian-bagian satwa tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam maupun di luar Indonesia.

- Mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan, atau memiliki telurdan atau sarang satwa yang dilindungi.

4. Pasal 33 ayat (1)

- Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat megakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional. Perubahan terhadap keutuhan zona intin taman nasional, meliputi: mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas zona inti Taman Nasional , serta menambah jenis tumbuhan dan jenis satwa lain yang tidak asli.

5. Pasal 33 ayat (3)

- Setiap orang dilarang melaksanakan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dri Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.

B. Ketentuan Pidana 1. Pasal 40 ayat (1 )

(15)

- Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat 1 dan pasal 33 ayat 1 dipidana dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak 200.000.000. (dua ratus juta rupia).

2. Pasal 40 ayat 2

- Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat 1 da ayat 2 serta pasal 33 ayat 3 dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan denda paling banyak 100.000.000 (seratus juta rupiah)

3. Pasal 40 ayat 4

- Barang siapa karena kelalainnya melakukan pelanggaran terhadapketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat 1 da ayat 2 serta pasal 33 ayat 3 dipidana dengan pidana penjara paling lama satu tahun dan denda paling banyak 50.000.000.( lima puluh juta rupiah).

Itulah beberapa peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah tentang pelestarian lingkungan hidup, terutama kepada perlindungan keanekaragaman hayati. Masih banyak lagi peraturan yang belum dicantumkan dalam tulisan ini, termasuk pelestarian sungai, laut, danau dan kota. Namun, semua peraturan yang ditetapkan pemerintah tersebut tidak lain tujuannya adalah untuk menjaga dan melindungi kekayaan alam yang ada dan merupakan asset berharga bangsa Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu Paket Wisata (Tour Package) ialah suatu program perjalanan wisata yang telah disusun dan ramu oleh penyelenggara secara tetap, dengan kondisi, harga,

a) Receipttive Tourist Plant, yaitu segala bentuk badan usaha yang mengurus kedatangan wisatawan, seperti Biro Perjalanan Umum dan Travel Agent. b) Recidential Plant, yaitu

Oka A.Yoeti (1997:194) Wisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan sementara waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha

Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau

Secara asumtif dapat dikatakan bahwa objek formal kajian (aspek ontologi) ilmu pariwisata adalah masyarakat. Oleh sebab itu, pariwisata dapat diposisikan sebagai salah satu

Salah satu unsur yang sangat menentukan berkembangnya industri pariwisata adalah objek wisata dan atraksi wisata. Dalam literatur kepariwisataan luar negeri tidak

1. Tourist Object atau produk pariwisata yang terdapat pada objek-objek wisata yang menjadi daya tarik orang-orang untuk datang berkunjung. Fasilitas yang dperlukan di daerah

Berasal dari bahasa Yunani yang berarti “menjauh dari” dan “tidak memberikan suara”. Husserl menggunakan epoche untuk term bebas dari prasangka. Dengan epoche kita