e-isssn : 2655- 0865
Email : [email protected] Online: https://jurnal.ranahresearch.com.
156
Kemampuan Koordinasi Mata dan Tangan melalui Kirigami pada Anak
Tunagrahita Sedang
Fatmawati 1, Zulmiyetri 2
1,2) Universitas Negeri Padang, Indonesia
KATA KUNCI A B S T R A K
Koordinasi Mata dan Tangan,
Kirigami, Anak Tunagrahita
Sedang.
Penelitian ini membahas tentang kemampuan koordinasi mata dan tangan anak tunagrahita sedang di SLBN 1 Padang yang mengalami permasalahan dalam menghubungkan titik-titik dan menggunting berpola. Dalam penelitian ini, peneliti memberi intervensi melalui kirigami. Kegiatan yang dilakukan yaitu melipat kertas, lalu menggunting pola tersebut untuk menjadi sebuah bentuk yang baru. Penelitian ini merupakan single subject research dengan desain A-B-A. Kondisi baseline (A1) dilaksanakan dalam 4 pertemuan, kondisi intervensi 8 kali pertemuan, kondisi baseline (A2) 4 kali pertemuan. Hasil penelitian menunjukkan baseline awal 21%-36%, kondisi intervensi 31%-81%, dan kondisi baseline kedua 86%-86%. Analisis data dalam kondisi dan antar kondisi menunjukkan peningkatan kemampuan koordinasi mata dan tangan secara positif. Persentase overlap pada kondisi baseline (A1) 25%, dan kondisi overlap pada kondisi baseline (A2) 25%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kirigami dapat meningkatkan koordinasi mata dan tangan anak tunagrahita sedang di SLBN 1 Padang.
KORESPONDEN No. Telepon: - E-mail: [email protected] PENDAHULUAN
Anak tunagrahita sedang merupakan anak yang mengalami kemampuan intelektual dibawah rata-rata yaitu antara 36-51 dibandingkan dengan anak normal yang sebaya dengannya dan mengalami kelainan baik dari mental, emosi sosial, kemampuan bicara dan bahasa (Zulmiyetri, 2012). Menurut Kasiyati (2019: 9) semakin rendah intelegensinya semakin komplet gangguannya yaitu gangguan pada akademik, gangguan pada binadiri, dan gangguan pada koordinasi. Kemampuan intelektual yang rendah berpengaruh terhadap berbagai aktifitas anak. Kemampuan motorik halus sangat berhubungan dengan koordinasi mata dan tangan, sehingga jika motorik halus anak tunagrahita sedang rendah maka kemampuan koordinasi mata dan tangan juga rendah. Maka anak tunagrahita sedang membutuhkan latihan motorik halus yang dapat meningkatkan koordinasi mata dan tangan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan di SLBN 1 Padang pada tanggal 18 februari 2020. Peneliti menemui seorang anak dari tiga orang anak tunagrahita sedang berinisial S, pada saat guru memberikan tugas berupa mencontohkan angka/huruf, anak tidak mampu, anak hanya mampu menghubungkan titik-titik dan cenderung kurang beraturan pada saat menulis dan mewarnai suatu gambar.
157 Kemudian penulis melakukan tes, dari 14 item anak hanya mampu melakukan tiga item saja yaitu menebalkan pola garis vertikal, menebalkan pola garis diagonal kanan, menebalkan garis diagonal kiri. Anak tidak mampu melakukan sepuluh item yaitu melipat kertas sama panjang secara vertikal, melipat kertas sama panjang secara horizontal, melipat kertas sama panjang secara diagonal dari kanan atas ke kiri bawah, melipat kertas sama panjang secara diagonal dari kiri atas ke kanan bawah pada saat melipat, menebalkan pola garis horizontal, menebalkan pola garis lengkung, menebalkan pola zig-zag, menggunting pola garis lurus, menggunting pola garis lengkung, menggunting pola zig-zag, menggunting pola segitiga.
Perkembangan koordinasi mata dan tangan tersebut dapat dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang dilakukan secara rutin dan terus-menerus, seperti menyusun balok, menghubungkan garis, menggunting, bermain puzzle, memasukan benda ke dalam lubang sesuai bentuknya, selain kegiatan-kegiatan tersebut, adapun kegiatan yang dapat mengembangkan koordinasi mata dan tangan anak salah satunya yaitu dengan keterampilan
kirigami. Kirigami merupakan suatu keterampilan yang berasal dari Jepang. Kata kirigami
berasal dari kata “kiru” yang berarti memotong, dan “gami” yang berarti kertas. Jadi kirigami adalah seni memotong kertas untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan (Mitarwan, 2011).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen dalam bentuk single subjek research. Subjek dalam penelitian ini adalah anak tunagrahita sedang dengan inisial S, berjenis kelamin perempuan, yang berusia 7 tahun kelas II. Penelitian ini menggunakan desain A-B-A, kondisi
baseline (A1) yaitu kemampuan awal anak tunagrahita sedang sebelum dilakukan perlakuan,
sedangkan kondisi intervensi (B) merupakan kemampuan anak setelah diberikan perlakuan, dan kondisi baseline (A2) merupakan kemampuan anak setelah tidak diberikan intervensi (perlakuan). Kondisi baseline adalah kondisi penentuan target behavior diilaksanakan dalam situasi biasa/natural sebelum diberikan intervensi apapun. Kondisi intervensi adalah pemberian perlakuan yang dilaksanakan pada target behavior, penentuannya dibawah kondisi baseline (Sunanto, 2005). Adapun variabel dalam pelitian ini yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikatnya yaitu koordinasi mata dan tangan, dan variabel bebasnya yaitu kirigami. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan format pengumpulan data berupa instrumen penelitian pada kondisi baseline dan pada kondisi intervensi. Penulis mengukur langsung kemampuan awal (baseline) anak dalam melakukan keterampilan koordinasi mata dan tangan dengan menggunakan alat ukur yaitu persentase.
Persentase kemampuan anak = Skor yang diperoleh anakSkor total seharusnya x 100%
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data
Data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik yang disertai dengan penjelasan. Penelitian ini dilakukan sebanyak 16 kali pertemuan, pada kondisi baseline A1 dilakukan empat kali pertemuan, pada kondisi intervensi dilakukan delapan kali pertemuan, dan pada kondisi baseline A2 dilakukan empat kali pertemuan.
158 Tabel 1. Hasil Pengamatan Kondisi Baseline (A1), Intervensi (B), Kondisi Baseline (A2)
Pengamatan Hari /Tanggal Skor yang Diperoleh Anak
1 Rabu/ 23 September 2020 21 %
2 Jum’at/ 25 September 2020 29 %
3 Sabtu/ 26 September 2020 36 %
4 Minggu/ 27 September 2020 36 %
Pengamatan Hari /Tanggal Skor yang Diperoleh Anak
5 Selasa/ 29 September 2020 31 % 6 Rabu/ 30 September 2020 37 % 7 Kamis/ 01 Oktober 2020 44 % 8 Jum’at/ 02 Oktober 2020 62 % 9 Sabtu/ 03 Oktober 2020 56 % 10 Minggu/ 04 Oktober 2020 75 % 11 Senin/ 05 Oktober 2020 81 % 12 Selasa/ 06 Oktober 2020 81 %
Pengamatan Hari/Tanggal Hasil
13 Jum’at/ 09 Oktober 2020 86 %
14 Sabtu/ 10 Oktober 2020 86 %
15 Minggu/ 11 Oktober 2020 86 %
16 Senin/ 12 Oktober 2020 86 %
Dari tabel di atas, data divisualisasikan dalam bentuk grafik yang ditunjukkan pada gambar 1 di bawah ini:
Gambar 1. Grafik Analisis dalam Kondisi
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
159
Keterangan :
: Garis batas kondisi baseline dan intervensi : Garis Mide Date
: Garis kecenderungan arah : Garis mide Rate
: Batas Atas : Mean Level : Batas Bawah
Pada kondisi baseline A1 diberhentikan pada pertemuan keempat, hasil data kondisi
baseline diberhentikan dipertemuan keempat karena dipertemuan tiga dan empat telah
memperoleh data yang stabil dengan hasil 36%, kemudian dilanjutkan dengan memberikan intervensi dengan kirigami.
Panjang kondisi intervensi yaitu delapan kali pertemuan dimulai dari pertemuan kelima. Pada saat memberikan intervensi dengan kirigami hasil yang diperoleh terjadi naik turun dalam grafik, namun hasil yang diperoleh diakhir meningkat dan menunjukkan hasil data yang stabil dengan hasil 81%.
Setelah data intervensi menunjukkan hasil yang stabil maka dilanjutkkan pada kondisi
baseline A2. Pada kondisi baseline A2 panjang kondisinya yaitu lima kali pertemuan dimulai
dari pertemuan ke tigabelas, pada kondisi baseline A2 anak memperoleh hasil yang stabil dari pertemuan ke tigabelas, empatbelas, limabelas dan ke enambelas dengan hasil data 86%. Pertemuan diberhentikan dipertemuan ke enambelas dikarenakan anak sudah mampu melipat kertas sama panjang, menebalkan pola, dan menggunting pola.
Analisis Data
Hasil Analisis Dalam Kondisi dan Hasil Analisis Antar Kondisi dapat dilihat secara keseluruhan pada tabel 2 dan 3 di bawah ini:
Tabel 2. Rangkuman Hasil Analisis dalam Kondisi
No Kondisi A1 B A2 1 Panjang kondisi 4 8 4 2 Estimilasi kecenderungan arah (+) (+) (=) 3 Kecenderungan stabilitas 25% (tidak stabil) 25% (tidak stabil) 100% (Stabil) 4 Jejak data (+) (+) (=)
5 Level stabilitas dan rentang Variabel 36 – 21 Variabel 81 – 31 Stabil 86 – 86 6 Level perubahan 36 – 21 = 15 (+) 81 – 31 = 50 (+) 86 – 86 = 0 (=)
160 Tabel 3. Rangkuman Hasil Analisis antar Kondisi
Kondisi Target Behavior A1/B/A2
Jumlah variabel yang berubah Koordinasi mata dan tangan 1 Perubahan kecenderungan arah Koordinasi maa dan tangan (+) (+) (=) Arah perubahan kecenderungan stabilitas Koordinasi mata dan tangan
Variabel ke variabel ke stabil
Level perubahan Koordinasi mata dan tangan 36 – 31 = 5 (+) 86 – 31 = 50 (+) Persentase Overlap Data Koordinasi mata dan tangan 25% 25% Pembahasan
Dari hasil pengamatan di rumah anak selama enambelas kali pertemuan yang dilakukan pada tiga kondisi yaitu empat kali baseline awal (A1), delapan kali pada kondisi intervensi (B), dan empat kali pada kondisi baseline kedua (A2).
Saat baseline (A1) dilakukan tanpa diberikan intervensi sebanyak empat kali, didapati kemampuan koordinasi mata dan tangan mengalami kenaikan dan stabil. Lalu, kondisi intervensi (B) dengan menggunakan kirigami pada setiap pengamatan meningkat yang memperoleh hasil yang sama dua hari terakhir pertemuan serta intervensi yang diberikan dihentikan karena telah mendapatkan hasil yang stabil. Selanjutnya pengamatan baseline (A2) setelah tidak diberikan perlakuan hasilnya menunjukkan tetap dan stabil.
Langkah pertama dalam pemberian intervensi melalui kirigami yaitu dengan cara memeberikan anak kertas origami yang berwarna-warni yang telah disediakan. Dalam melatih koordinasi mata dan tangan dengan kirigami anak diajarkan bagaimana melipat kertas, membuat pola pada lipatan kertas, dan menggunting pola sehingga menghasilkan bentuk yang baru dari lipatan kertas tersebut.
Penelitian ini dimaksudkan untuk membantu anak dalam meningkatkan koodinasi mata dan tangan. Dari hasil penelitian ini terbukti bahwa dengan menggunakan kirigami, kemampuan koordinasi mata dan tangan pada anak tunagrahita sedang dapat meningkat.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kirigami dapat meningkatkan koordinasi mata dan tangan anak tunagrahita sedang. Hal ini dilihat dari hasil penelitian pada analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi yang menunjukkan perubahan atau peningkatan setelah diberikannya intervensi setelah intervensi tidak lagi diberikan.
Sebagai saran, harapannya penelitian ini dapat menjadi pedoman dalam mengembangkan kemampuan koordinasi mata dan tangan bagi anak tunagrahita sedang khususnya menggunakan kirigami. Selanjutnya, penelitian pada bidang yang sama diharapkan dapat
161 menerapkan berbagai teknik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dicanangkan pada anak berkebutuhan khusus.
DAFTAR RUJUKAN
Kasiyati, K. G. 2019. Perspektif Pendidikan Anak Tunagrahita. Padang: SUKABINA Press. Mitarwan, M. H. 2011. Membuat Gift Card Kirigami Bunga, Buah dan Sayuran. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Sunanto, J. 2005. Pengantar Pendidikan Dengan Subjek Tunggal. Tsukuba: CRICED University of Tsukuba.