• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM DAN KEBIJAKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM DAN KEBIJAKAN"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM DAN KEBIJAKAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

TERKAIT REGULASI PENGEMBANGAN TRANSPORTASI

KHUSUSNYA ANGKUTAN UMUM

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

1

(2)

PENDAHULUAN

 Rendahnya keberpihakan pada pengembangan

angkutan umum:

fenomena sepeda motor;

 Rendahnya pembangunan prasarana transportasi:

land acquisition;

 Tata ruang yang kurang efisien: urban sprawl;

 Rendahnya

penegakan/penindakan hukum: sak kepenake udele;

 Otonomi Daerah: PAD.

Kota = HARAPAN

 Tingginya pertumbuhan populasi;  Tingginya urbanisasi;

 Tingginya pemenuhan kebutuhan hidup: kota vs desa;

 Tingginya kebutuhan pergerakan;  Tingginya angka perjalanan;

 Tingginya angka kepemilikan kendaraan;

 Tingginya pergerakan dengan kendaraan bermotor.

(3)
(4)

Pertumbuhan Kota di Indonesia

4

Memasuki era kota….?

52,03% penduduk tinggal di perkotaan Laju pertumbuhan 1,49% per tahun

Dalam 4 dekade (1970 – 2010), penduduk perkotaan bertambah 6 kali lipat Kota otonom meningkat dari 45 ke 93

(5)

Potret Kota di Indonesia

5

93 kota

(6)

Jumlah Penduduk Kota di Indonesia

6 Jakarta Surabaya 9,500 Bandung Medan Tangerang Depok Semarang Palembang Bekasi Makassar Tangerang Selatan Bogor Batam Pekanbar uu Malang Denpasar Balikpapan Tasikmalaya Surakarta Manado Mataram Yogyakarta Ju ml ah p en d u d u k (r ib u j iw a ) Sumber: BPS, 2010 (diolah)

(7)

Wilayah Anglomerasi di Indonesia

Source: CMEA, 2011 MEBIDANGRO Population : 3.9 million Area : 2,750 km2 JABODETABEK Population : 28 million Area : 6,683 km2 BANDUNG RAYA Population : 7.9 million Area : 3,383 km2 GERBANG KERTASUSILA Population : 6.5 million Area : 2,117 km2 SARBAGITA Population : 1.4 million Area : 724 km2 MAMMINASATA Population : 2.4 million Area : 2,462 km2 KEDUNGSEPUR Population : 4.7 million Area : 3,269 km2 PALEMBANG RAYA Population : 2.4 million Area : 1,134 km2 KARTAMANTUL Population : 2.4 million Area : 1,114 km2 CIAYUMAJAKUNNG Population : 2.3 million Area : 1,026 km2 BANJAR BAKULA Population : 1.9 million Area : 3,405 km2 7

(8)

PERTUMBUHAN KENDARAAN BERMOTOR

8

• Pertumbuhan Sepeda Motor pada tahun 2009 s/d 2011 adalah 12,79% per tahun; • Pertumbuhan Mobil pada tahun 2009 s/d 2011 adalah sebesar 9,87% per tahun; • Di tahun 2011, proporsi sepeda motor mencapai lebih dari 80% terhadap total

(9)

Beberapa Tren di Wilayah

Perkotaan Saat Ini

Beberapa Dampak:

• Polusi udara dan suara yang semakin

parah (lebih dari 2 juta org

meninggal/tahun);

• Keselamatan jalan yang buruk dan

terus menurun kualitasnya (lebih dari 1 juta org meninggal/tahun);

• Kemacetan yang semakin parah;

• Kondisi operasi angkutan umum yang

memburuk;

• Pejalan kaki dan pesepeda terus

terpinggirkan oleh kendaraan pribadi.

> Kota yang kurang layak huni Kecenderungan:

• Kepemilikan dan penggunaan

kendaraan tumbuh pesat;

• Penurunan pangsa penggunaan

angkutan umum, pejalan kaki dan pesepeda;

• Penurunan kualitas pusat kota;

• Pemekaran kota yang pesat:

penyebaran tak terkendali yang berbasis mobil (urban sprawl).

(10)

KINERJA TRANSPORTASI SAAT INI

KOTA RASIO JALAN KECEPATAN RATA- RATA

(km/h) VCR JABODETABEK 1.92% 19 0.84 DKI Jakarta 5.42% 10-20 0.85 Bogor 0.54% 15.32 0.86 Tangerang 1.21% 22 0.82 Bekasi 0.72% 21.86 0.83 Depok 2.62% 21.4 0.83 Surabaya 9.47% 21 0.83 Bandung 14.63% 14.3 0.85 Medan 11.24% 23.4 0.76 Palembang 7.30% 28.54 0.61 Semarang 10.09% 27 0.72 Makasar 10.04% 24.06 0.73

Contoh di DKI Jakarta: Daya Dukung Infrastruktur Jalan DKI Hanya Mampu Menampung 1,05 juta Mobil dari

1,55 juta yang Kini Terdaftar

2010 2002 2000 0 % -1 % -3 % 28% 52% 55% % PER TAHUN MODAL SHARE %) Do Nothing Stabilisasi Reformasi

PERAN ANGKUTAN UMUM (%) Contoh: DKI Jakarta

(11)

11

KONDISI EKSISTING

2. Belum memadainya kualitas

pelayanan angkutan umum

(public transport).

1. Tingginya tingkat

penggunaan kendaraan

pribadi mengakibatkan

penggunaan ruang jalan

tidak efektif & efisien

sehingga mengakibatkan

kemacetan lalu lintas (traffic

(12)

12

KONDISI EKSISTING

3. Peningkatan pencemaran udara sebagai akibat meluasnya

kemacetan

lalu

lintas

di

kawasan

Jabodetabek

(13)

13

KONDISI EKSISTING

4. R

endahnya disiplin berlalu lintas, antara lain : Persimpangan,

Terminal, Halte, Parkir (Low Enforcement).

Angkutan Umum “Ngetem” Menaikkan & Menurunkan penumpang

(14)

14

PENUMPANG BERLEBIH MENYEBERANG TIDAK PADA TEMPATNYA

MELAWAN ARUS BERKENDARA SAMBIL BER-HANDPHONE-RIA

(15)

KONDISI EKSISTING

5. Tingginya kecelakaan lalu lintas terutama kecelakaan sepeda motor

sebagai akibat dari penggunaan sepeda motor yang meningkat dari tahun

ke tahun dan kurangnya pemahaman tata cara belalu lintas yang baik

(16)

KORBAN KECELAKAAN DI INDONESIA TH 2010

Klasifikasi Pengguna Jalan Jumlah Meninggal Dunia

Pengemudi Kend. Roda 4 dan Kend. Ringan 222

Penumpang Kend. Roda 4 dan Kend. Ringan 1,680

Pengemudi &Penumpang Kend. Roda 2/3

11,140

Pesepeda 533

Pejalan Kaki 6,593

Pengemudi dan atau Penumpang Truk Berat 152

(17)

0 10 20 30 40 50 60 Pasar Minggu to Manggarai TB Sim atupang to Monas

Ciledug to Mayestik Kalideres to Gajah Mada Tra v e l Ti m e ( m in)

Travel Time in 1985 Travel Time in 2000

KERUGIAN EKONOMI (1)

WAKTU PERJALANAN MAKIN PANJANG

(18)

KERUGIAN EKONOMI (2)

0 5 10 15 20 25 30 35 Pasar Minggu to Manggarai TB Simatupang to Monas

Ciledug to Mayestik Kalideres to Gajah Mada A v e ra ge S pe e d (k m /ho ur)

Average Speed in 1985 Average Speed in 2000

PENURUNAN KECEPATAN RATA-RATA

(19)

Source: Ministry of Environment, 2008

(20)

KERUSAKAN LINGKUNGAN (2)

(21)
(22)

KONSUMSI ENERGI PER SEKTOR

Rata-rata pertumbuhan konsumsi energi pada sektor

transportasi adalah 6%-8%/thn

(23)

BIAYA KEMACETAN DI JAKARTA

NO

ASPEK BIAYA

Rp. Trilyun

1

Waktu

20.3

2

BBM: Mobil

6.6

3

BBM: Sepeda Motor

8.2

4

Angkutan Umum

2.4

5

Kesehatan

5.4

42.9

Sumber: KOMPAS, 6 Nov. 2007

+ BIAYA KESEHATAN AKIBAT PENCEMARAN UDARA TAHUN 2010=

Rp. 38,5T

(SUARA PEMBARUAN, 19 Des. 2012)

+ SUBSIDI BBM

(24)

WARNING !!!!!

Published by CATO Institute, 2010 Published by Oxford

University Press, 2009

Kemacetan total

(gridlock) mengancam kota-kota besar baik di negara maju maupun di negara berkembang Dunia akan dihadapkan

pada kenyataan jumlah mobil yang mencapai 2 milyar, yang akan

mengancam kebijakan energi dan transportasi yang berkelanjutan.

Pencemaran Udara oleh Gas buang kendaraan Bermotor yang tidak terkendali

(25)

KEWAJIBAN MENYEDIAKAN ANGKUTAN UMUM

(UU. No. 22/2009 ttg LLAJ)

PASAL 138

1. Angkutan umum diselenggarakan dalam upaya memenuhi kebutuhan angkutan yang selamat, aman, nyaman, dan terjangkau.

2. Pemerintah bertanggung jawab atas penyelenggaraan angkutan umum

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

3. Angkutan umum orang dan/atau barang hanya dilakukan dengan Kendaraan Bermotor Umum.

PASAL 139

1. Pemerintah wajib menjamin tersedianya angkutan umum untuk jasa angkutan

orang dan/atau barang antar kota antar provinsi serta lintas batas negara.

2. Pemerintah Daerah provinsi wajib menjamin tersedianya angkutan umum untuk

jasa angkutan orang dan/atau barang antarkota dalam provinsi.

3. Pemerintah Daerah kabupaten/kota wajib menjamin tersedianya angkutan umum

untuk jasa angkutan orang dan/atau barang dalam wilayah kabupaten/kota.

4. Penyediaan jasa angkutan umum dilaksanakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, dan/atau badan hukum lain sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

DENGAN OTONOMI DAERAH, BANYAK KOTA YANG BELUM MAMPU

MELAKSANAKAN KEWAJIBAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI

(26)

“Lingkaran Setan” Ketergantungan Kendaraan

Pribadi

26

Source: Vivre en Ville, inspired by Raad, 1993.

These planning choices ensured that the car became an essential part of most people’s transportation needs. This now results in chronic road congestion problems which governments usually try to solve by increasing road capacity. Unfortunately, this solution is short-lived and has a negative impact on the urban structure. In fact, the new roads attract new residential or commercial developments and generate new trips that will take up 50 to 90% of the additional road capacity. This phenomenon, which is known as induced traffic, is integral in reinforcing the vicious circle of automobile dependency where the new roads develop their own congestion problems which will temporarily be solved by the same short-term solution.

(27)

TRANSPORTASI ?

EKSTERNALITAS:

Ekonomi

: kemacetan;

Keselamatan

: kecelakaan;

Lingkungan

: polusi;

Kesehatan

: ISPA;

Keamanan

: kejahatan;

Energi

: subsidi.

(28)

1. UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

2. PP No. 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan;

3. KM. 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum;

4. UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

DASAR HUKUM & KLASIFIKASI

ANGKUTAN UMUM DI JALAN

ANGKUTAN Kendaraan Tak Bermotor Kendaraan Bermotor ORANG BARANG Sepeda Motor Mobil

Penumpang Bus UMUM KHUSUS

Kendaraan Umum

DALAM TRAYEK TIDAK DALAM TRAYEK

1. LINTAS BATAS NEGARA

2. AKAP 3. AKDP 4. PERKOTAAN 5. PERDESAAN 1. TAKSI 2. TUJUAN TERTENTU 3. PARIWISATA 4. KAWASAN TERTENTU

(29)

I

KONDISI USAHA ANGKUTAN SAAT INI

1. Ruang Lalu Lintas Semakin Padat (Sepeda Motor, Mobil Penumpang, Pejalan Kaki, Pedagang, Pengguna Jalan lainnya);

2. Sebagian besar Kondisi Jalan Rusak;

3. Pemaksaan Bus masuk ke Terminal yang tidak tercantum dlm time table.

4. Rendahnya Jaminan Keamanan, seperti : adanya Pelemparan Kaca Bus di Wilayah Sumatera.

5. Berkembangnya Angkutan Tidak Resmi;

6. Harga Suku Cadang terus naik sementara Load Factor menurun mendorong Pengusaha melakukan Efisiensi dengan mengabaikan Aspek Keselamatan; 7. Perilaku Pengemudi sulit dikontrol, walaupun sudah dilakukan Pembinaan. 8. Pengusaha yang manajemennya kurang baik cenderung Tidak Mentaati

(30)

TINGKAT AKSESIBILITAS RENDAH

.

Lokasi Terminal Jauh dari Pusat Kota

 Aksesibilitas ke terminal rendah;  Rendahnya jumlah penumpang yang

naik/turun di terminal;

 Rendahnya jumlah bus AKAP dan AKDP yang masuk ke terminal;

Shifting moda ke angkutan yang lebih aman, nyaman dan aksesibilitasnya

mudah Angkutan antar jemput/sewa/illegal

(31)

PERSAINGAN ANTAR MODA

.

Kebijakan Low Cost Carrier

Kebijakan PSO (Kelas Ekonomi) Kemudahan mendapatkan

sepeda motor

Kemudahan masuk dalam kota (Aksesibilitas)

Rendahnya Pelayanan & Aksesibilitas

(32)

MANAJEMEN PERUSAHAAN

MASIH KEKELUARGAAN (KONVENSIONAL)

.

MANEJEMEN PERUSAHAAN MASIH BERSIFAT KEKELUARGAAN (KONVENSIONAL) 1. Bentuk perusahaan sebagian besar masih

berbentuk Perusahaan Perorangan;

2. Sebagian besar jabatan di perusahaan

dipegang oleh anak/keluarga tanpa

mempertimbangkan kompetensi yang dimiliki. 3. Aset perusahaan merupakan aset keluarga; 4. Investasi terbatas.

5. Kurang mengikuti perkembangan teknologi informasi.

1. Perusahaan terpuruk ketika pemilik/orang tua meninggal;

2. Terjadi pembagian aset perusahaan karena merupakan aset keluarga (Harta waris).

(33)

TRANSPORTASI PERKOTAAN

BERKELANJUTAN

(SUSTAINABLE URBAN TRANSPORTATION)

ARAH KEBIJAKAN

Berkelanjutan secara sosial, ekonomi dan lingkungan melalui

tersedianya transportasi yang selamat, sehat, hemat energi dalam

rangka untuk mewujudkan pertumbuhan yang ramah lingkungan

(green growth) dan keamanan energi (energy security).

(34)

EUFORIA OTONOMI DAERAH

.

1. Kebijakan Angkutan Umum Masing-masing Daerah Berbeda;

munculnya Bentor (becak motor), Spd Motor Tossa dgn rumah-rumah…dll

2. Angkutan Umum Sebagai Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD);

lemahnya pengawasan & aspek keselamatan, spt ban gundul tetap dibiarkan beroperasi

3. Penanganan Infrastruktur Dilakukan Secara Parsial;

4. Ego Kepentingan Daerah Menyulitkan Dalam Koordinasi.

1. Tidak ada keseragaman dalam penanganan angkutan umum;

2. Kualitas pelayanan angkutan umum terabaikan;

3. Upaya perbaikan pelayanan tidak efektif dan efisien;

4. Permasalahan transportasi sulit dipecahkan khususnya pelayanan

angkutan yang melewati batas wilayah administrasi.

5. Penempatan Tenaga SDM bidang Perhubungan yang tidak sesuai

dengan spesifikasi dan keahlian yang dimiliki.

(35)

STRATEGI: A S I

HINDARI BEPERGIAN KURANGI JARAK

PINDAH KE:

ANGKUTAN UMUM KENDARAAN TIDAK BERMOTOR

PERBAIKI

: KUALITAS BB  GAS, LISTRIK TEKNOLOGI KENDARAAN

A

VOID (Hindarkan)

S

HIFT

(Pindah atau Ganti)

Public Transport Priority

I

MPROVE

(36)

FOKUS: 5 PILAR KEBIJAKAN

36 Peningkatan Peran Angkutan Umum (Prioritasi) Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas (MRLL) Penurunan Polusi Udara dan Suara

Transportation Demand Management (TDM) Pengembangan Non Motorized Transport (NMT) Pengembangan

Transit System atau TOD Pengembangan Jaringan dan infrastruktur Angkutan Umum Masal Perbaikan Intermodalitas dan Aksesibilitas Angkutan Umum Perbaikan Sistem Kepemilikan Angkutan Umum Perbaikan Kapasitas Jalan Penerapan ATCS / ITS Manajemen Lalu Lintas ANDALALIN Gasifikasi Pemanfaatan Energi Alternatif Penerapan Teknologi Ramah Lingkungan (green transport - environmentally friendly) ERP Perparkiran (Parking Policy) Dis-incentive using private car Pengembangan Fasilitas Pejalan Kaki Pengembangan Jalur Sepeda

Car free day

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

(37)

Arah kebijakan utama dari pengembangan transportasi perkotaan yang

secara garis besar dapat dikelompokkan dalam aspek peningkatan

pelayanan angkutan umum, optimalisasi angkutan rel, pengendalian lalu

lintas, dan transportasi berwawasan lingkungan.

Peningkatan Penyelenggaraan Pelayanan

Angkutan Umum

Pengendalian Lalu Lintas

Pengembangan Transportasi Berwawasan

Lingkungan

37

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

(38)

Strategi Program Jangka Pendek Program Jangka Menengah • Pengembangan Angkutan Umum terintegrasi • Revitalisasi angkutan umum • Peningkatan Feeder service • Park &Ride • Penerapan Standar Pelayanan Minimal • ITS/Public Transport Information center 1.Restrukturisasi trayek angkutan umum 2.Pengembangan jalur BRT/Busway 3.Penataan interchange intra

dan antar moda 4.Penataan terminal 5.Penggunaan BBG pada angkutan umum 1.Perluasan jaringan BRT dan feeder system 2.Pembangunan transportasi terpadu & terintegrasi 3.Pembangunan fasilitas park & ride

Peningkatan Penyelenggaraan Angkutan Umum

38

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

(39)

Strategi Program Jangka Pendek Program Jangka Menengah • Penerapan Transport Demand Management (TDM) • Penyediaan fasilitas

Park and Ride.

• Pemanfaatan

teknologi dalam lalu lintas

1.Penerapan Road

Pricing

2.Manajemen parkir

on-street

3.Minimalisasi gangguan samping

4.Revitalisasi Area

Traffic Control System

(ATCS)

1.Pembatasan lalu lintas kendaraan pribadi 2.Pembatasan parkir

kendaraan pribadi 3.Penerapan Intelligent

Transport System (ITS)

• Penggunaan Bahan Bakar Ramah Lingkungan • Peningkatan non-motorized transport 1.Penggunaan gasifikasi, biodiesel, dan bahan bakar nabati 2.Penyediaan jalur pesepeda 3.Penyediaan jalur pejalan kaki 1.Pengembangan

jaringan gasifikasi dan SPBG

2.Perluasan jalur sepeda 3.Penambahan ruang pejalan kaki Pengendalian Lalu Lintas Pengembangan Transportasi Berwawasan Lingkungan 39

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI PERKOTAAN

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

(40)

40

KEBIJAKAN BARU DI BIDANG ANGKUTAN

SESUAI UU NO. 22 / 2009 TENTANG LLAJ :

1. PENYEDIAAN PELAYANAN ANGKUTAN JALAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN DEMAND CHAIN MANAGEMENT BUKAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT.

2. PELAYANAN DAN OPERASIONAL ANGKUTAN JALAN, LEBIH MEMPERHATIKAN ASPEK AKSESIBILITAS, MEMINIMALKAN TRANSPER POINT.

CONTOHNYA : PELAYANAN ANGKUTAN PEMADU MODA;

3. PEMBANGUNAN TERMINAL TYPE A TIDAK LAGI MEMPERHATIKAN ASPEK LUAS LAHAN (± 5 HA), TAPI DIKLASIFIKASIKAN SESUAI JUMLAH BUS BEROPERASI, SEHINGGA MEMUNGKINKAN BERLOKASI DI DALAM KOTA.

CONTOH : TERMINAL BAGI OPERASIONAL ANGKUTAN ANTAR JEMPUT ANTAR PROVINSI (AJAP), PADA LINTASAN JAKARTA – BANDUNG.

4. BENTUK PERUSAHAAN HARUS BERBADAN HUKUM, MENGHINDARI KEPEMILIKAN KENDARAAN UMUM SECARA PRIBADI.

SEBAGAIMANA CONTOH KASUS ANGKUTAN METROMINI DI DKI JAKARTA.

5. PEMBERIAN IZIN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN JALAN DENGAN MELALUI LELANG DAN/ATAU SELEKSI;

CONTOHNYA : QUALITY LICENSING ANGKUTAN PEMADU MODA;

(41)

SASARAN PENGATURAN ANGKUTAN JALAN

UU No. 22 TAHUN 2009 tentang LLAJ

Peningkatan Keselamatan dan Daya Angkut Angkutan Umum

Penggunaan Kend. Orang dan Barang sesuai Peruntukan

(Pasal 137-139) Standar Pelayanan Angkutan Orang (Pasal 141) Persyaratan Kegiatan Angkutan Umum (Pasal 143)

Peningkatan Pelayanan dan Aksesibilitas Angkutan Jalan Peningkatan Efisiensi dan Ketahanan Usaha Angkutan

Jalan

Peningkatan Pengawasan & Ketertiban Penyelenggaraan

Angkutan

Peningkatan Pengembangan Usaha & Penyediaan Jasa Angkutan dengan

Biaya yang terjangkau

Angkutan Jalan Menjadi Tulang Punggung (back-bone)/Pemadu Transportasi Nasional

Peningkatan

Daya Saing

Usaha

Angkutan Jalan

Penyederhanaan Perizinan Angkutan

(Pasal 173-175)

Subsidi Angkutan Umum

(Pasal 185)

Izin Penyelenggaraan Angkutan JAlan

(Pasal 173

Pengawasan Muatan Angk. Barang

(Psl 169 - 171)

Pemberian Sanksi Administratif

(Psl 199)

1.Penataan Jaringan Trayek

(Psl 142 – 150 )

2.Penataan pelayanan

angkutan tdk dlm trayek

(Psl 151 - 157)

Penataan Angkutan Barang

(Psl 160 - 164)

Penataan Angkutan Multimoda

(Psl 165)

Pengaturan tarif angkutan penumpang & angkutan barang

(Pasal 181-184)

Industri Jasa Angkutan Umum

(Pasal 198)

Hak dan Tanggung Jawab Pengangkut

(42)

SUBSTANSI BARU & PERUBAHAN

dalam UU No. 22 Tahun 2009

1. Kewajiban Pemerintah 2. Standar Pelayanan 3. Angkutan Massal 4. Angkutan Multimoda 5. Dokumen Angkutan 6. Pengawasan Muatan 7. Subsidi Angkutan 8. Tanggung Jawab Penyelenggara

9. Industri Jasa Angkutan

10. Sanksi Administratif

1. Angkutan Orang Tidak Dalam

Trayek

2. Angkutan Barang Khusus & Alat

Berat

3. Pengusahaan Angkutan

(Perizinan)

(43)

Angkutan Orang Tidak dalam Trayek

Sesuai dengan Klasifikasi Angkutan

UU. NO.14/1992 PERUBAHAN UU. No.22/2009 A. Sewa (tanpa pengemudi) B. Sewa Khusus : - Charter; - Antar Jemput; - Karyawan; - Perumahan. 2. TUJUAN TERTENTU

(44)

Pengusahaan ( Perizinan Angkutan Umum)

dengan mekanisme Lelang atau Seleksi

PERUBAHAN

UU 22 TAHUN 2009 tentang LLAJ Pasal 5 ayat 1:

Negara bertanggung jawab atas Lalu-lintas dan Angkutan Jalan dan pembinaannya dilaksanakan oleh pemerintah

Pembinaan Standar Kompetensi SIUA Lelang operasi Lisensi Operasi Perencanaan Pengaturan Pengendalian Pengawasan Tanggungjawab Kontrak Badan Pemberi Lisensi Regulator SPM

(45)

JAMINAN

PEMERINTAH

3. Penetapan Jaringan Trayek dan Kebutuhan Kendaraan

2. Penetapan Standar Pelayanan Minimal

4. Penyediaan Prasarana

1. Penetapan Norma, Standar, Ketentuan dan Pedoman

5. Penerbitan Perizinan 6. Penyediaan Sarana 7. Memberikan Subsidi

8. Menciptakan Persaingan Sehat 9. Badan Hukum

10. Penyelenggaraan Kapasitas SDM 11. Pengawasan Angkutan Umum BARU

(46)

Kemananan

Keselamatan

Kenyamanan

Keterjangkauan

Kesetaraan

Keteraturan

ANGKUTAN ORANG DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM DALAM

TRAYEK TIDAK DALAM TRAYEK

(47)

Angkutan Massal

(

Pasal 165

)

Dalam rangka memenuhi Kebutuhan Angkutan Orang dengan

Kendaraan Bermotor Umum di Kawasan Perkotaan , maka

harus disediakan Sarana Angkutan Massal.

1. Mobil Bus Kapasitas Massal;

2. Mempunyai Lajur Khusus;

3. Menghindari himpitan trayek dengan angkutan umum lain;

4. Tersedia Angkutan Pengumpan (

Feeder

)

(48)

Angkutan Multimoda

(

Pasal 165

)

 Angkutan umum di Jalan yang merupakan bagian angkutan multimoda

dilaksanakan oleh badan hukum angkutan multimoda.

 Kegiatan angkutan umum dalam angkutan multimoda

dilaksanakan berdasarkan perjanjian yang dibuat antara badan

hukum angkutan Jalan dan badan hukum angkutan multimoda

dan/atau badan hukum moda lain..

 Pelayanan angkutan multimoda harus terpadu secara sistem dan

mendapat izin dari Pemerintah

PP NO.8 TAHUN 2011

TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA

(49)

DOKUMEN ANGKUTAN ORANG DAN BARANG

ANGKUTAN ORANG

(LBN,AKAP,AKDP) ANGKUTAN BARANG (Kend Umum)

1. Tiket Penumpang Umum

2. Tanda Pengenal Bagasi

Dokumen yang memuat informasi mengenai: • Nomor • Tempat duduk • Tanggal • Penerbitan • Nama • Penumpang • Nama pengangkut • tempat • tanggal • waktu pemberangkatan, • Tujuan perjalanan • Nomor pemberangkatan • Pernyataan bahwa

pengangkut tunduk pada ketentuan Undang-undang.

3. Manifes

Tanda yang memuat informasi tentang: • Nomor tanda pengenal bagasi

• Kode tempat keberangkatan dan tempat tujuan

• Berat bagasi

1. Surat Perjanjian

Pengangkutan Barang

Bukti pembayaran sah antara pengangkut barang dan

pengirim barang.

2. Surat Muatan Barang

Surat yang menerangkan jenis dan jumlah barang serta asal dan tujuan pengiriman.

Pengangkutan barang dengan surat muatan barang tidak termasuk angkutan umum barang pribadi.

(pasal 166) BARU

(50)

Sesuai Pasal 184 (Ayat 1) UU LLAJ

“Angkutan penumpang umum dengan tarif kelas

ekonomi pada trayek tertentu dapat diberi subsidi

oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.”

Subsidi Angkutan Umum

Subsidi

adalah bantuan dana yang diberikan oleh

Pemerintah kepada pengguna jasa angkutan umum

melalui pelayanan jasa angkutan jalan.”

(51)

Pasal 173 menyatakan bahwa perusahaan angkutan umum yang

menyelenggarakan angkutan orang dan/atau barang wajib memiliki:

 Izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek;

 Izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek; dan/atau

 Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat.

Berlandaskan pada penjelasan diatas, selanjutnya pada pasal 174

dijelaskan bahwa:

1) Izin penyelenggaraan angkutan umum berupa dokumen kontrak

dan/atau kartu elektronik yang terdiri atas surat keputusan, surat

pernyataan, dan kartu pengawasan;

2) Pemberian

izin

penyelenggaraan

angkutan

dimaksud

dilaksanakan melalui seleksi atau pelelangan sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan.

(52)

TANGGUNG JAWAB

PENYELENGGARA ANGKUTAN UMUM :

1. Memberikan jaminan kepada pengguna jasa angkutan

untuk mendapatkan pelayanan;

2. Memberikan

perlindungan

kepada

Perusahaan

Angkutan Umum untuk menjaga keseimbangan

penyediaan dan permintaan;

3. Melakukan

pemantauan

dan

pengevaluasian

terhadap angkutan orang dan barang.

(53)

1. Menetepkan Segmentasi dan Klasifikasi Pasar;

2. Menetepkan Standar Pelayanan Minimal ;

3. Menetepkan Kriteria Persaingan yang Sehat ;

4. Mendorong Terciptanya Pasar;

5. Mengendalikan dan Mengawasi Pengembangan

Industri Jasa Angkutan Umum.

(54)

MEWUJUDKAN TUMBUHNYA INDUSTRI ANGKUTAN UMUM, DENGAN MENGUPAYAKAN AGAR PERUSAHAAN ANGKUTAN BERBADAN HUKUM, PERSEROAN TERBATAS (PT) ATAU KOPERASI;

1.

III. UPAYA PENATAAN ANGKUTAN JALAN

MENYELENGGARAKAN PELAYANAN ANGKUTAN UMUM YANG

MEMILIKI AKSESIBILITAS TINGGI DAN BERSIFAT MASSAL DAN MEMILIKI STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) SERTA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP);

2.

ADANYA JAMINAN PENYEDIAAN JASA ANGKUTAN UMUM OLEH PEMERINTAH, BAIK PUSAT MAUPUN DAERAH TERKAIT PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM (SUBSIDI, EKONOMI, NON-EKONOMI);

3.

MENCIPTAKAN ANGKUTAN JALAN YANG AMAN, NYAMAN DAN MURAH, SEHINGGA MAMPU MENDORONG PEREKONOMIAN BANGSA;

4.

MEMBERIKAN PELAYANAN ANGKUTAN JALAN KE SELURUH PELOSOK NEGERI, MELALUI PENYELENGGARAAN ANGKUTAN JALAN PERINTIS;

(55)

SOLUSI

1 Meningkatkan share ANGKUTAN UMUM

2 Membatasi penggunaan kendaraan pribadi

3 Mendorong penggunaan kendaraan tidak bermotor

4 Menggunakan kendaraan dan bahan bakar ramah

lingkungan

5 Meningkatkan disiplin mengemudi dan law

enforcement

Definisi Transportasi Berkelanjutan :

"Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat untuk bebas bergerak , mendapatkan akses, berkomunikasi,

perdagangan, dan membangun hubungan tanpa mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan atau sistem lingkungan, untuk hari ini atau di masa depan" (PBB)

(56)

PENGEMBANGAN ANGKUTAN UMUM

(57)

PENGGUNAAN TEKNOLOGI GPS

PADA ANGKUTAN UMUM

Pengembangan

Teknologi

GPS

digunakan

pada

beberapa Perusahaan Bus

AKAP & Angkutan Pemadu

Moda

Bandara

Soekarno

Hatta-Bandung.

pengguna jasa

(58)

Penggunaan BBG

untuk Kendaraan Ramah Lingkungan Penggunaan Bus

(Euro 3)

Mendorong penggunaan Kendaraan Hemat BBM

(59)

Tiket terpadu antar moda (TITAM)

Penggunaan Smart Card ( e-money)

Reservasi via Jejaring Sosial Online ticketing system

(60)

60

TERIMA KASIH

Website

:

www.hubdat.web.id

e-mail

:

[email protected]

60 D I R E K T O R A T J E N D E R A L P E R H U B U N G A N D A R A T

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai cerminan tanggung jawab Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia dalam memajukan dan melindungi Hak Asasi Manusia (HAM) untuk semua, tertutama pada

National School Board Association dalam Dharma dkk (2013:239) menunjukkan karakteristik pengembangan profesional guru yang sukses seharusnya: (1) direncanakan oleh guru

Temuan dari skripsi ini adalah sistem Ka'bah Universal Time yang dipelopori oleh Bambang Eko Budhiyono dengan Interpretasi berdasarkan Al Qur'an surat Al Hujuraat ayat 1

Biaya adalah biaya medik langsung berdasarkan perspektif rumah sakit yaitu rata-rata biaya untuk pasien BPJS yang terkait dengan terapinya berdasarkan perspektif rumah sakit

berapa besarnya dana yang diperoleh sekolah dari pemerintah sangat mempengaruhi perkembangan sekolah tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode

Meminta laporan kepada koordinator editor dan oordinator setter sehubungan dengan penyelesaian pengerjaan naskah.. Menggunakan sarana dan prasarana yang ada di perusahaan demi

Declare Sub AnalTamanSari Declare Sub AnalPalmerah Declare Sub AnalKebonJeruk Declare Sub AnalJakartaBarat Declare Sub Pemadam_Rawan Declare Sub Polisi_Rawan Declare