• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pengasuhan dalam Keluarga Terhadap Tumbuhnya Narsisisme

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Pengasuhan dalam Keluarga Terhadap Tumbuhnya Narsisisme"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Pengasuhan dalam Keluarga Terhadap Tumbuhnya Narsisisme

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam pembentukan kepribadian seseorang. Dimulai dari keluargalah karakter seseorang dibangun sehingga menjadi tumbuhnya kepribadian sesuai dengan pengasuhan yang distimumus oleh pengasuh utama anak. Karakter tersebut akan terus berkembang sesuai dengan pengasuhan yang mereka terima. Pengasuhan yang diberikan orangtua maupun pengasuh utama anak akan menjadi lekat hingga mereka dewasa kelak. Sehubungan dengan pengasuhan orangtua, hal terpenting yang perlu diketahui oleh para orangtua adalah cara pengasuhan yang tepat dengan memberikan bimbingan, bukan sekedar perlindungan secara fisik, sehingga terbentuk kepribadian yang normal. Banyak orangtua yang menganggap remeh masalah pengasuhan anak, bekal cinta yang dimiliki orang tua belum menjamin mencukupi keberhasilan anak untuk memiliki kepribadian yang sehat. Orangtua yang melatih kepribadian anaknya sejak dini akan memiliki pengaruh kepribadian anak hingga mereka dewasa. Pengasuhan yang salah dapat menyebabkan gangguan kepribadian pada anak salah satunya adalah gangguan kepribadian narsissistik atau dapat juga disebut cinta pada diri sendiri. Kepribadian narsissistik ini menggambarkan seseorang yang memiliki rasa kepentingan diri yang melambung (gradiositas) dan dipenuhi khayalan-khayalan sukses bahkan saat prestasi mereka biasa saja. mereka jatuh cinta pada dirinya sendiri karena merasa mempunyai diri yang unik, selalu mencari pujian dan perhatian, serta tidak peka terhadap kebutuhan orang lain. Gangguan kepribadian merupakan pola perilaku maladaptive, dimana seseorang tidak menyadari sepenuhnya gangguan tersebut (Mayer dan Salmon, 1984). Karena salahnya pengasuhan pada anak dapat menjadikan gangguan kepribadian yang tidak fleksibel, tidak dewasa dalam menghadpi stres dalam memecahkan masalah, hal tersebut dapat menyebabkan kehilangan rasa realistis, namun tidak nampak secara mencolok, seperti penderita narsistik yang dialami remaja dan dapat berlangsung hingga sepanjang hidup ( Atkinson dkk, 1992).

Tumbuh dan berkembangnya kepribadian seorang anak akan berhubungan dengan munculnya kepribadian narsisisme sejak masa usia dini, di dalam buku Hotchkiss (pg. 35-45) menjelaskan bahwa anak yang memiliki kepribadian narsisisme merupakan proses alami, di mana anak diajarkan untuk melepaskan narsisme utama mereka ketika mereka siap melalui bimbingan pengasuh utama mereka untuk mengembangkan pribadi yang mandiri. Hampir semua orang terlahir dengan memiliki indera penglihatan, sentuhan penciuman dan rasa, sesuai dengan naluri dan kebutuhan yang dikenal dengan temperamen, namun tidak semua orang memiliki konsep diri, dimana pengetahuan seseorang berbeda dari orang lain yang akan menentukan dalam mengelola perasaan diri sendiri. Berikut ini Hotchkiss telah menjelaskan tahapan perkembangan anak usia dini, tentang persepsi;

2-4 bulan : bayi sudah mulai mengenali pengasuh utama mereka, melalui "preferensial" senyum, rasa simbiosis diri sebagai tanda bergabungnya bayi dengan pengasuh.

5 - 6 bulan : anak mulai melihat perbedaan antara orang lain dan ibu mereka, anak belum mengerti bahwa ibu berbeda dengan orang lain yang bukan bagian dari "ku".

7 - 10 bulan: anak mulai mandiri (dengan merangkak) dan anak mampu membuat jarak fisik antara diri mereka dan ibu mereka. Di dalam pikiran mereka, ibu merupakan ekstensi dari mereka dan belum terpisah. Anak mencoba untuk mandiri, tapi ibu masih “the one” (tetap menjadi kesayangan) penting untuk kepercayaan diri mereka, seperti; saat anak sedang

(2)

bereksplorasi mereka lupa pada ibu untuk waktu yang cukup lama. Ketika anak mulai ingat, ia akan melihat ibunya. Jika seseorang mencoba menggantikan ibunya, maka anak akan menangis dan menjadi gembira hanya dengan bertemu sang ibu.

10-12 bulan : sosialisasi dimulai dengan kesungguhan ibu menjadi seseorang yang sering mengatakan “tidak-tidak”. Pengalaman yang membahagiakan bagi anak di dalam menggunakan keterampilan baru mereka dan bukan kesadaran ketika mereka menggunakan ketidaklayakan. Ketika anak melakukan “perilaku yang terlalau sulit/mahal” dan ibu mengatakan “tidak” anak akan mengalami dipermalukan. Anak akan memiliki pengalaman narsisisme, di mana antara kebutuhan narsistik dengan kemarahan, dan kebutuhan yang tidak terpuaskan, akan timbul reaksi tidak setuju dan marah ketika gagal mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Anak akan menjadi muram, mereka dipaksa untuk melalui proses perasaan yang kurang menyenangkan dengan sedikit pertolongan dari luar. Rasa malu seharusnya dikenakan dengan hati-hati di dalam pesan agar memastikan perasaan yang tidak terlalu kuat. Bermula dari hal inilah, anak merasa dirinya kecil dan rentan. Suasana hati yang terlalu bergembira, memungkinkan peningkatan bertahap dalam ketegangan emosional dan dengan memberikan sentuhan hangat untuk memulihkan beban dari rasa dipermalukan, selain itu dapat menumbuhkan kepercayaan dan kemampuan anak untuk mengelola perasaan mereka sendiri dikemudian hari.

18 bulan : jika hubungan antara ibu dan anak tidak lagi berfungsi sebagai simbiosis, maka anak akan mulai melepaskan kemahakuasaan ibu dan menjadikan bahwa minatnya tidak lagi semata-mata karena orangtua. Anak akan mulai kehilangan khayalan mereka terhadap keagungan dan menjadi sadar terhadap kerentanan berganti antara obsesi/kecemasan tentang ibu dan menyatakan kemarahan pada kemandirian .

Periode kritis pada perkembangan anak antara 10-12 bulan dan 16-18 bulan ketika "bagian dari otak yang mengatur emosi sedang tertanam dalam hidup". Hotchkiss menjelaskan tahap sementara normal narsisme yang terjadi selama masa anak adalah beberapa tahun pertama perkembangan anak (periode kritis menjadi 10-12 bulan dan 16-18 bulan) dan selama tahun-tahun pertama remaja di mana narsisme sehat jangka panjang dapat berkembang jika kebutuhan riil anak tidak didukung oleh empati lingkungan di mana mereka diberi pandangan yang seimbang dari diri mereka dalam persiapan untuk hidup dalam masyarakat. Morrison menjelaskan tentang keyakinan Heinz Kohut bahwa ada dua tahap pengembangan diri kohesif yang dapat digagalkan oleh orangtua yang tidak memadai. tahap pertama, terjadi pada tahun-tahun awal pembangunan, di mana ibu gagal untuk memberikan "idealisasi dan berharap untuk merger" "memadai dan mencerminkan empati dalam menanggapi diri eksibisionis dan kemudian (usia 3-6), biasanya dengan ayah, mencerminkan penerimaan empati dari anak, awal ayah mempromosikan tujuan masa depan anak dan cita-cita melalui penerimaan mereka terhadap anak. Kohut merasa bahwa kegagalan pada kedua tahapan ini akan menghasilkan ketidakmampuan anak untuk membentuk diri tetapi keberhasilan oleh orang tua tentang empati, setidaknya satu dari tahapan ini harus mengarah pada "kohesif".

Awal terjadinnya NPD (Narcissistic Personality Disorder ) pada anak-anak hingga menjadi berkembang, dikarenakan anak telah dimanjakan di masa kecil, dengan memperlakukan anak merasa mereka lebih "khusus" dari orang lain yang telah menyalahgunakan melalui yang lebih dicintai atau mereka diperlakukan dengan karakteristik ketidakpedulian penyalahgunaan stereotip yang mungkin verbal, emosional atau fisik. Selain

(3)

itu pengasuhan dari orangtua biasanya karena pengendalian diri atau manipulatif orang tua sendiri yang memiliki konflik narsis yang belum terselesaikan. Artinya orang tua memiliki masalah mereka sendiri misalnya ingin lebih sukses, ingin dikagumi, berada dalam kendali untuk menjadi bahagia, dll, dan sebagai proyek hasil frustrasi dan keinginan mereka kepada anak-anak mereka untuk mendapatkan kebutuhan mereka sendiri yang belum terpenuhi. Dalam lingkungan tidak empati orang tua mungkin hanya akan membiarkan anak mereka memiliki atau melakukan apapun yang mereka inginkan baik agar mereka tetap tenang atau karena merasa anak mereka berhak untuk mendapatkan yang terbaik. Hak ini mungkin berasal dari orang tua sendiri yang dirampas saat sebagai anak-anak dan ingin memastikan anak-anak mereka tidak pergi tanpa atau karena orangtua melihat diri mereka merasa berhak untuk memberikan yang terbaik dan memperluas perasaan ini kepada anak-anak mereka, dengan cara ini akan menyebabkan perasaan hak pada orang dewasa narsis yang tidak sehat. Atau sebaliknya, orangtua yang hanya mengabaikan anak mereka ketika bertindak berlebihan, karena terlalu banyak usaha dan orangtua acuh tak acuh terhadap anak atau orangtua memarahi anak secara prematur dengan menekankan mereka anak mereka sudah besar dan harus melakukan apa yang mereka mengatakan. Dalam skenario kasus yang buruk orang tua dapat menjadi kasar secara lisan atau fisik terhadap anak. Hal ini dapat

menyebabkan masalah narsis lain di kemudian hari.

NPD merupakan kondisi dimana orang mengembangkan diri yang dengki, mementingkan kepentingan dirinya sendiri. Dengan kata lain “semua tentangku”. Dunia berputar mengitariku dan aku hanya mencintai diriku. Berikut adalah ciri-ciri munculnya NPD pada seseorang;

 Berpikir lebih baik dari pada orang lain

 Menghayalkan/ memimpikan tentang kekuatan, sukses and kemolekan  Mengambil keuntungan/keunggulan dari orang lain

 Cemburu pada orang lain

 Memercayai orang lain iri padanya

 Memercayai mereka lebih istimewa dan bertindak secara bersamaan  Merasa dirinya pantas diperlakukan lebih baik dari orang lain

 Mengatur tujuan yang tidak realistis

Mereka memiliki perasaan bahwa dirinya superior, paling penting, paling mampu, paling unik, sangat eksesif untuk dikagumi dan disanjung, kurang memiliki empati, angkuh dan selalu merasa bahwa dirinya layak untuk diperlakukan berbeda dengan orang lain. Seseorang yang narsisime memiliki rasa bermegahan (misalnya, melebih-lebihkan prestasi dan bakat, mengharapkan untuk diakui sebagai superior tanpa prestasi yang sepadan) mereka sibuk dengan berfantasi kesuksesan yanng tak terbatas, kekuatan, kecerdasan, kecantikan, atau cinta yang ideal. Percaya bahwa dia adalah seseorang "khusus" dan unik” sehingga hanya dapat dipahami oleh, atau harus bergaul dengan orang-orang khusus atau tinggi status lainnya (atau lembaga), mereka membutuhkan kekaguman berlebihan, memiliki rasa hak, yaitu, suatu harapan yang masuk akal terutama yang menguntungkan atau kepatuhan otomatis dengan harapannya, memanfaatkan hubungan antar manusia, dengan mengambil keuntungan dari orang lain untuk mencapai tujuannya sendiri, tidak memiliki empati, tidak bersedia untuk mengenali atau mengidentifikasi dengan perasaan dan kebutuhan orang lain, sering iri pada orang lain atau percaya bahwa orang lain iri padanya serta menunjukkan sombong, perilaku atau sikap angkuh.

(4)

Penyebab NPD (Narcissistic Personality Disorder) adalah dikarenakan jumlah memanjakan yang berlebihan, begitu sebaliknya, kelalaian atau penyalahgunaan sebagai seorang anak ketika orang tua memiliki keinginan agar anak-anak mereka menjadi berbakat atau khusus sehingga mereka dapat mempertahankan harga diri mereka. Kelainan ini biasanya terdeteksi pada awal masa dewasa.

Anak-anak melihat gambaran dari orang tua mereka untuk mengukur bagaimana mereka merasa dicintai, apakah mereka anak yang baik. Anak-anak akan sering mencari kepastian bahwa mereka berperilaku seperti yang diharapkan. Mereka akan senang untuk membuat orang tua mereka senang (ini membuat mereka merasa dicintai) dan takut atau marah ketika mereka membuat orang tua mereka bahagia (ini membuat mereka merasa tidak dicintai terutama jika kritik yang disampaikan tanpa pemahaman atau empati). Ketika anak-anak dihukum oleh orang tua mereka, mereka akan berurusan dengan mencari cara untuk menginternalisasi kritik yang terima dengan mengatakan kepada diri mereka sendiri "itu salahku" atau mereka mengeksternalkan dengan mengatakan "itu bukan salahku" hal itu dikarenakan seseorang /sesuatu yang lain. Ketika orangtua terus-menerus mengkritik dan marah pada anak (terutama ketika anak tidak bersalah dan atau dengan pelecehan verbal atau fisik) maka anak kemungkinan akan mengalami reaksi lebih intens terhadap kritik, sering menjaga pandangan sendiri yang benar-benar menyimpang. Anak yang otaknya belum sepenuhnya dikembangkan untuk mengatasi dua realitas yang sangat berbeda, realitas asli mereka di mana mereka melihat diri mereka sebagai mahakuasa (dalam simbiosis dengan ibu) dan realitas baru yang mengerikan ketidakberdayaan mereka, ketidaksempurnaan dan "kejahatan". Hal ini menyebabkan tidak sulit bagi anak untuk membayangkan bahwa dalam keadaan ini mereka dapat memilih untuk berpegang teguh pada realitas muluk pertama mereka dan atau pada realitas kedua ditekan atau diabaikan. Anak yang menderita NPD memiliki orang tua yang tidak mengontrol dan tidak manipulatif terhadap masalah narsis diri sendiri yang belum terselesaikan. Kadang-kadang orang tua tidak mampu memberikan dukungan emosional kebutuhan anak saat mereka tumbuh bukan karena kesalahan mereka sendiri, dikarenakan orang tua yang menderita penyakit jangka panjang atau cacat. Dalam kasus ini mungkin kegagalan sistem pendukung orangtua yang tidak memenuhi dan memadai untuk kebutuhan anak. Sebagai contoh, jika seorang anak memenangkan penghargaan di sekolah untuk prestasi tertentu mereka akan berharap dapat menjadi kebahagiaan/ kebanggaan di wajah orang tua mereka. Normalnya orangtua akan tersenyum dan mengatakan bahwa anak-anak mereka telah melakukan dengan baik, anak akan gembira (bahkan muncul malu). Anak mungkin berpikir "apa yang bisa saya lakukan selanjutnya untuk menyenangkan ibu dan ayah" dan cepat beralih ke pemikiran mereka berikutnya untuk ambisi masa depan. Cerminan anak dapat menyebabkan kebutuhan yang berlebihan untuk diperhatikan dan dikagumi di masa dewasa. Narsisis cenderung mencari pasokan narsis untuk sebuah tujuan, cerminan yang berlebihan juga menjadikan konsekuensi seseorang, misalnya jika seorang ibu menunjukkan bahwa semua yang anak lakukan adalah "luar biasa" dan memperlihatkan jelas bahwa anak mereka lebih berbakat daripada anak-anak lain, hal ini kemungkinan bahwa anak akan percaya diri untuk menjadi lebih baik daripada teman-teman mereka di segala sesuatu yang mungkin menyebabkan kekecewaan di kemudian hari. Ketika mereka jelas tidak bisa unggul dalam segala sesuatu yang mereka lakukan.

Ketika orang tua mereka mengalami kesulitan yang berhubungan dengan pasangannya maka anak diberikan porsi rasa ducintai lebih dari perhatian dengan mengesampingkan orang pasangannya, sebagai contoh, seorang ibu yang merasa bahwa suami tidak memenuhi

(5)

kebutuhannya secara emosional sehingga dia akan beralih ke anaknya untuk kepuasan emosional dengan berusaha menjadikan anak untuk menjadi apa yang mereka inginkan dari pasangan sehingga menyebabkan persaingan antara anak dan orang tua yang sedang "diabaikan". Hal ini dapat menyebabkan perasaan bingung pada anak dengan permusuhan yang terjadi antar orangtua, menjadikan anak menyadari bahwa ada perhatian khusus yang akan menjadi milik mereka. Sehingga dalam kejadian ini dibutuhkan kekuatan dan pengendalian untuk terjadinya narsisme. Anak biasanya akan menjadi suka merayu orang lain untuk mendapatkan kekaguman, seperti yang mereka pelajari melalui godaan yang orangtua lakukan pada mereka. Menurut statistik Kepribadian Narsisistik Disorder seseorang dapat menderita NPD 1% dalam populasi umumnya. Pengalaman tersebut mengalami peningkatan pada populasi karena orangtua yang selalu menanamkan ide-ide kepada anaknya bahwa mereka cantik, berbakat, dan spesial secara berlebihan.

Sigmund Freud menjelaskan bahwa hal umum di semua orang narsis pada beberapa titik "semua bayi manusia melewati fase narsisme primer, di mana mereka menganggap bahwa mereka adalah pusat alam semesta mereka. Fase ini berakhir saat bayi dipaksa oleh realitas kehidupan untuk mengakui bahwa ia tidak dapat mengontrol orang tua, tetapi pada kenyataannya sepenuhnya tergantung pada mereka. Sigmund Freud memandang "narsisme primer" sebagai "auto-erotis" tahap mencintai diri melalui tahun pertama kehidupan mereka. Selama tahap ini mereka hanya terfokus pada diri mereka sendiri dan kebutuhan mereka sendiri. Adapun"Narsisme sekunder" adalah periode di mana anak belum dapat menentukan bahwa pengasuh utama (biasanya ibu) yang melayani kebutuhan mereka sebenarnya terpisah untuk diri mereka sendiri. Misalnya, ketika anak menangis, ibu muncul untuk menenangkan. Ketika anak lapar, ibu menyuapi mereka. Pada masa ini ibu berperan sebagai penjaga dan mencintai anak, sehingga anak berpikir bahwa mereka maha kuasa pada masa itu. Bayi dapat membedakan antara mereka dan orang tua sebagai bagian yang berbeda tetapi mereka tidak dapat memahami orang tua juga memiliki berbagai kebutuhan, hambatan, minat dan harapan mereka sendiri. Hal ini akan menyebabkan frustrasi anak ketika kebutuhan dan keinginan mereka tidak terpenuhi. Sedangkan pada masa dewasa, Freud berpendapat bahwa narsisme dewasa diakibatkan pada masa anak-anak yang tidak bergerak dari cinta orang lain yang terpisah. Namun Lowen tidak menyetujui konsep narsisme primer, ia menganggap semua narsisme sebagai sekunder, yang berasal dari gangguan dari hubungan orangtua-anak.

Situasi narsisme dapat dialami oleh orang dewasa juga sebagai akibat dari keberhasilan dalam hubungan masyarakat, baik pertemanan, karir maupun pendidikan. Keberhasilan tersebut biasanya menghasilkan efek jangka pendek pada kepribadian orang tetapi, secara psikologis orang yang terus-menerus menjadi pusat perhatian untuk sebuah prestasi mereka dan "khusus pengobatan "yang mereka alami dapat menyebabkan narsisme sehat jangka panjang.Beberapa psikolog percaya bahwa dewasa awal/remaja akan melewati tahap narsis (dengan dukungan dari orang tua mereka) narsisisme yang tidak sehat menjadikan permanen dalam kepribadian mereka. Mereka merasa bahwa narsisisme tidak sehat jelas dalam kepribadian orang dewasa adalah hasil dari masalah dalam pembangunan awal bukan sebagai hasil dari tahap pengembangan remaja atau narsisme situasional.

Berbagai perawatan untuk Narcissistic Personality Disorder; Psikoanalisis dan psikoterapi dengan perawatan yang biasa digunakan pada mereka yang menderita gangguan ini. meski tidak menyembuhkan gangguan tetapi membantu membuat mereka memahami

(6)

sedikit tentang apa yang mereka derita, tiga jenis terapi; Terapi kognitif perilaku, terapi keluarga, dan terapi kelompok. 1) terapi perilaku kognitif adalah di mana penekanan pada bagaimana orang berpikir dan merasa dibahas. 2) terapi keluarga adalah di mana struktur keluarga dan keyakinan mereka mempengaruhi semua anggota keluarga. 3) terapi kelompok adalah di mana 6 sampai 10 orang bertemu langsung dan mereka bertemu dengan seorang terapis dan bersama-sama memutuskan apa yang ingin mereka bicarakan. NPD biasanya cenderung dibesarkan dilingkungan yang tidak memiliki empati. Dalam lingkungan seperti itu orang tua (atau pengasuh utama) memiliki keinginan dan hasrat untuk melayani perkembangan anak, di mana kebutuhan riil anak yang diabaikan.

Daftar Pustaka

Perla Urias (2011) Basic of Narcissistic Personality Dirsorder (NPD) httpwww.echo.me.uknpd2.htm

Megawangi, R. (2014). Kelekatan Ibu Anak. Penerbit; Indonesia Heritage Foundation. Http://www.minddisorders.com/Kau-Nu/Narcissistic-personality- disorder.html

Narcissistic personality disorder: Symptoms-Mayoclinic.com. “Mayo Clinic. N.p., Web. 2 Dec. 2011.

<http://www.mayoclinic.com/health/narcissistic-personality-disorder/DS00652/DSECTION=symptoms http://www.carlsonschool.umn.edu/Assets/71519.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Dari angka tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin efektif kemampuan perusahaan dalam menagih piutang yang dimiliki atau semakin sedikit penjualan kredit yang

Radioaktivitas jenis ~ total dalam abu vulkanik, tanah dan pasir Gunung Merapi ini tidak dapat menunjukkan daerah tersebut tercemar atau tidak karena belum memiliki baku mutu atau

Dalam akad s}arf tidak boleh terdapat tenggang waktu antara penyerahan mata uang yang saling dipertukarkan, karena bagi sahnya s}arf penguasaan objek akad harus dilakukan

Dari 9 variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model tersebut, pada taraf uji (α) sebesar 25 persen terdapat tujuh variabel yang berpengaruh secara signifikan

Selain perencanaan dan penyusunan anggaran awal yang kurang tepat, kesalahan dalam penafsiran penganggaran oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) juga menyebabkan terjadi

Hal ini bisa dikatan menarik dikarenakan belum pernah ada yang meneliti Kaum Muhammadiyah dan Kaum Nahdatul Ulama di Kelurahan Seririt, dan juga hal ini merupakan

Hasil penelitian menunjukan bahwa metode pirolisis dapat digunakan untuk cracking bitumen yang terkandung dalam asbuton dengan kondisi terbaik untuk mendapatkan produk cair tanpa

Selain keperkasaan dalaman yang melibatkan keperkasaan individu itu sendiri iaitu keyakinan diri dengan melibatkan diri dalam program pembangunan, berurusan dengan pihak