• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IIi. TINJAUAN PUSTAKAi. 2.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja(SMK3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IIi. TINJAUAN PUSTAKAi. 2.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja(SMK3)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB IIi

TINJAUAN PUSTAKAi

2.1 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja(SMK3) 2.1.1 Definisi

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja(SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif(Peraturan Pemerintah No. 50, 2012).

2.1.2 Tujuan

Penerapan SMK3 mempunyai tujuan:

1. Meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi

2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh

3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien untuk mendorong produktivitas(Peraturan Pemerintah No. 50, 2012).

2.1.3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit(SMK3RS)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit(K3RS) merupakan semua kegiatani untuki menjamini serta melindungi keselamatan dan kesehatan bagii petugas rumah sakit, pasien, pendamping pasien,

(2)

pengunjung, serta lingkungan rumah sakit dengan upayai mencegah kecelakaani kerjai dani penyakiti akibati kerjai yangii berada dii rumah sakit(PERMENKES No 66, 2016).

Sasaran dari SMK3RS antara lain:

a. Pimpinan dan manajemen rumah sakit b. Sumber Daya Manusia(SDM) rumah sakit c. Pasien

d. Pengunjung/pengantar pasien

2.1.4 Pengendalian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3)

Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan dalam keseluruhan manajemen risiko dalam SMK3. Organisasi harus dapat menentukan apakah pengendalian yang ada sudah kuat atau perlu ditingkatkan atau mengganti dengan yang baru(ISO 45001, 2018).

Saat menetapkan pengendalian atau mempertimbangkan perubahan atas pengendalian yang ada saat ini, pertimbangan harus diberikan untuk menurunkan risiko berdasarkan hirarki berikut:

a. Eliminasi

Pengendalian ini dilakukan dengan cara menghilangkan sumber bahaya.

b. Substitusi

Mengganti materi dengan yang lebih rendah bahayanya atau mengurangi sistem energi.

(3)

c. Pengendalian Teknik

Mengurangi risiko dengan metode rekayasa teknik pada alat, mesin, infrastruktur, lingkungan, dan/atau bangunan.

d. Rambu/Peringatan dan/atau Pengendalian Administrasi

Melakukan pembuatan prosedur, aturan, pemasangan rambu(safety sign), tanda peringatan, training dan seleksi terhadap kontraktor, material serta mesin, cara pengatasan, penyimpanan, dan pelabelan. e. Alat Pelindung Diri

Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan(Soputan, 2014).

2.2 Alati Pelindungi Diri(APD)i 2.2.1 Definisii

Alat pelindung diri(APD) merupakan suatui alati untuki melindungii seseorangi yangi berfungsi mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya dii tempat kerja (PERMENAKER No. 08, 2010).

2.2.2 Syarat-Syarat

Alati pelindungi diri(APD)i yangi disediakani olehi pengusahai dani dipakaii tenagai kerjai harusi memenuhii syarat pembuatan, pengujian, dan sertifikat. Adapun syarat-syarat APD yang baik adalah:

a. Enak dan nyaman

b. Tidaki mengganggui saat kerjai c. Tidaki membatasii ruangi geraki

(4)

d. Memberikan perlindungan yang efektif terhadapi segalai jenisi potensi bahayai

e. Memenuhii syarati estetikai f. Mudah dirawat

g. Tepat ukuran dan penyediaan h. Harga terjangkau (Anizar, 2012). 2.2.3 Jenis

2.2.3.1 Alati Pelindungi Kepalai

Alati pelindungi kepalai berfungsii untuk melindungi kepala dari paparan radiasi panas, api, percikan bahan kimia, benturan, terantuk, terjatuh ataui terpukuli bendai tajami atau keras yang melayang di udara, mikroorganisme, serta suhu ekstrim (PERMENAKER No. 08, 2010).

(PERMENKES No. 27, 2017)

Gambar 2.1 Topi Pelindung

2.2.3.2 Alati Pelindungi Matai dani Mukai

Alati pelindungi matai dani mukai berfungsi untuk melindungi matai dani mukaidari paparan bahan kimia berbahaya, pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda tajam atau keras, partikel melayang di udara dan di air, percikan benda kecil, panas atau uap

(5)

panas, radiasi gelombang elektromagnetik(mengion atau tidak mengion) (PERMENAKER No. 08, 2010).

Adapun jenis pelindung mata dan muka antara lain : a) Goggless

(PERMENKES No. 27, 2017)

Gambar 2.2 Safety Googles b) Tameng Muka

(PERMENKES No. 27, 2017)

Gambar 2.3 Perisai Wajah 2.2.3.3 Alati Pelindungi Pernapasan

Alati pelindungi pernapasan berfungsi untuk melindungii organi pernapasani dengani menyalurkan udara bersih dan/atau menyaring udara dari partikel berupa debu, kabut, uap, asap, gas, serta cemaran bahan kimia, mikroorganisme, dan sebagainya (PERMENAKER No. 08, 2010).

(6)

Jenis-jenis alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya adalah:

a) Masker Bedah

(PERMENKES No. 27, 2017)

Gambar 2.4 Masker Bedah

b) Masker Respirator

(PERMENKES No. 27, 2017)

Gambar 2.5 Masker Respirator

2.2.3.4 Alati Pelindungi Tangani

Pelindungi tangan berfungsi untuk melindungii tangani serta jari-jariidari suhu panas atau dingin, radiasi elektromagnetik(mengion), arus listrik, pajanan api, bahan kimia, benturan, pukulan, goresan, terinfeksi patogen (virus, bakteri) atau jasad renik (PERMENAKER No. 08, 2010).

(7)

Jenisipelindungitanganiberupa sarungi tangani terdiri dari: a) Sarung Tangan Bedah (Steril)

(PERMENKES No. 27, 2017)

Gambar 2.6 Sarung Tangan Bedah

b) Sarung Tangan Pemeriksaan (Bersih)

(PERMENKES No. 27, 2017)

Gambar 2.7 Sarung Tangan Pemeriksaan c) Sarung Tangan Rumah Tangga

(PERMENKES No. 27, 2017)

(8)

2.2.3.5 Alati Pelindungi Kakii

Alati pelindungi kakii berfungsi untuki melindungii kakii dari tertimpai benda berat, tertusuki benda tajam, terpapar cairan panas atau dingin, uap panas, terpajani suhu ekstrim, terkenai bahan kimia berbahaya dani jasad renik, serta tergelincir (PERMENAKERi No. 08, 2010).

Jenis pelindung kaki yaitu sepatu keselamatan yang digunakan pada pekerjaan yang berpotensi bahaya peledakan dan listrik, peleburan, pengecoran logam, industri, kontruksi bangunan, tempati kerjai yangi basah atau licin, bahan kimia dan jasad renik, dan/atau bahaya binatang (PERMENAKER No. 08, 2010).

(PERMENKES No. 27, 2017)

Gambar 2.9 Sepatu Pelindung 2.2.3.6 Pakaiani Pelindungi

Pakaiani pelindungi berfungsi untuki melindungii sebagiani atau seluruhi bagiani tubuh dari benturan dengan peralatan, tergores, radiasi, bahaya suhu panas atau dingin, pajanan api dan benda panas, percikani bahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas, binatang,

(9)

mikroorganisme, patogen dari manusia, tumbuhan, atau lingkungan (virus, bakteri, dan jamur) (PERMENAKER No. 08, 2010).

Jenis pakaian pelindung terdiri dari: a) Gaun Pelindung Tidak Kedap Air

(PERMENKES No. 27, 2017)

Gambar 2.10 Gaun Pelindung Tidak Kedap Air

b) Gaun Pelindung Kedap Air

(PERMENKES No. 27, 2017)

Gambar 2.11 Gaun Pelindung Kedap Air c) Gaun Steril

(PERMENKES No. 27, 2017)

(10)

d) Gaun Non Steril

(PERMENKES No. 27, 2017)

Gambar 2.13 Gaun Non Steril 2.2.4 Manfaat Penggunaan APD

2.2.4.1 Perusahaan

Keuntungan yang akan diperoleh perusahaan berupa meningkatnya keuntungani karenai hasili produksii dapati terjamini dari segi jumlahi maupuni mutu, menghemat biaya pengobatan serta perawatan kesehatan tenaga kerja, menghindarii absen dari tenaga kerjai sehinggai bisa tercapai produktivitas yang tinggi dan efisiensi yang optimal (Anizar, 2012).

2.2.4.2 Tenaga Kerja

Manfaat bagi karyawan adalah menghindari diri dari risiko pekerjaan, seperti kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, memperbaiki kesejahteraan bagi tenaga kerja sebagaii dampaki tercapainya keuntungani perusahaan (Anizar, 2012).

2.3.4.3 Masyarakat dan Pemerintah

Keuntungan bagi masyarakat dan pemerintah antara lain: 1. Meningkatkani hasili produksii

(11)

2. Menguntungkani perekonomiani dani jaminani yangi memuaskani bagi masyarakati

3. Menjamin kesejahteraan masyarakat tenaga kerja (Anizar, 2012).

2.3 Perilaku 2.3.1 Definisi

Perilakui merupakan perubahan eksternal atau aktivitas organisme hidup yang diperantarai secara fungsional oleh fenomena eksternal lain di saat ini(Uher, 2016). Pengertian lain dari perilaku adalah salah satu konsep yang memiliki pusat dalam tindakan yang biasa kita interpretasikan yang bagaimanapun biasanya hanya terdapat penguasaan yang tidak diucapkan(Lazzeri, 2014).

2.3.2 Konsep

Berdasarkan teori Benyamin Bloom, pembagian domain perilaku yang sesuai dengan tujuan pendidikan terdiri dari: a) Kognitif ; b) Afektif ; c) Psikomotor. Teorii tersebut kemudian dimodifikasii untuki pengukurani hasili pendidikani kesehatani antara lain pengetahuan, sikap, dan tindakan (Notoatmodjo, 2012).

2.3.2.1 Pengetahuani

Pengetahuani adalahi kepercayaan yang dibenarkan yang dibentuk oleh otak manusia yang diperkuat dan terintegrasi ke dalam pengetahuan yang terkonstruksi oleh interaksi sosial. Pengetahuan meliputi sifat subjektif dan objektif(Bolisani dan Bratianu, 2018)

(12)

Pengetahuani yangi termasuk dalami domaini kognitifi mempunyaii beberapa tingkatan, yaitu:

1. Tahui (Know)i

Tahui didefinisikan sebagai mengingat sesuatu yang telahi dipelajari sebelumnya. Hal ini termasuk mengingat kembali(recall) sesuatui yangi spesifiki dari seluruhi bahani yangi telah dipelajarii atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahamii (Comprehension)i

Memahamii didefinisikan sebagai suatui kemampuan untuki menjelaskan objek yang diketahui dani dapati menafsirkan materii tersebut dengan benar.

3. Aplikasii (Application)

Aplikasii didefinisikan sebagaii kemampuan untuki menggunakan materi yang telahi dipelajari pada situasii ataui kondisi sebenarnya.

4. Analisisi (Analysis)i

Analisisi merupakan kemampuan untuki menggambarkan materi ataui suatui objeki ke dalam komponen-komponen, tetapii masihi dalam strukturi organisasii dani ada kaitannya satu sama lain.

(13)

5. Sintesisi (Synthesis)i

Sintesisi merujuk pada kemampuan untuki menghubungkan bagian-bagian dalam suatui bentuki keseluruhani yangi barui atau kemampuan untuki menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasii (Evaluation)i

Evaluasii berhubungan dengani kemapuan untuki melakukan penilaian terhadap suatu materii ataui objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkani pada suatui parameter yangi ditentukani sendirii dengan menggunakan parameter yang sudah ada (Notoatmodjo, 2012). 2.3.2.2 Sikapi

Sikapi didefinisikan sebagai kecenderungan yang dipelajari untuk mengevaluasi berbagai hal dengan cara tertentu. Sikap memiliki komponen kognitif(belief), afektif(feeling), dan perilaku(Jain, 2014)

Berbagaii tingkatani sikapi antara lain: 1. Menerimai (Receiving)

Menerima didefinisikan dengan subjeki maui dani memperhatikan rangsangan yang diberikan(objek).

2. Merespons (Responding)

Suatu usaha menjawabi pertanyaani ataui mengerjakan tugas yang diberikan, terlepasi pekerjaani itui bersifat benar atau salah.

(14)

3. Menghargaii (Valuing)i

Mengajak orang lain untuki mengerjakani ataui mendiskusikan suatu masalah.

4. Bertanggung Jawabi (Responsible)i

Bertanggung jawab atasi segalai keputusan yangi telahi dipilih dengani segalai risiko yangi ada (Notoatmodjo, 2012).

2.3.3 Proses Perubahan

Roger (1962) menjelaskan 5 tahap dalam perubahan perilaku, yaitu: 1. Kesadaran (Awareness)

Tahap ini mempunyai arti bahwa diperlukan adanya kesadaran untuk berubah. Seseorang perlu menyadari atau mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.

2. Keinginan (Interest)

Pada tahap ini harus timbul minat yang mendorong dan menguatkan kesadaran terhadap perubahan tersebut.

3. Evaluasi (Evaluation)

Pada tahap ini terjadi penilaian terhadap sesuatu yang baru agar tidak terjadi hambatan yang akan ditemukan selama mengadakan perubahan. Evaluasi ini dapat memudahkan tujuan dan langkah dalam melakukan perubahan.

4. Mencoba (Trial)

Tahap ini merupakan tahap uji coba terhadap perubahan tersebut dengan harapan perubahan tersebut dapat diketahui hasilnya sesuai

(15)

dengan situasi dan kondisi yang ada dan memudahkan diterima oleh lingkungan.

5. Menerima (Adoption)

Tahap terakhir, yaitu proses penerimaan terhadap sesuatu yang baru dan merasakan adanya manfaat dari sesuatu yang baru sehingga selalu mempertahankan hasil perubahan tersebut(Irwan, 2017).

Gambar

Gambar 2.1 Topi Pelindung
Gambar 2.2 Safety Googles  b)  Tameng Muka
Gambar 2.4 Masker Bedah
Gambar 2.6 Sarung Tangan Bedah
+4

Referensi

Dokumen terkait

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disebut SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang meliputi penetapan

banyak akan menyebabkan material yang dihasilkan oleh aktivitas gunung berapi seperti sedimen vulkanik yang terdiri dari pasir, abu, kerikil dan material lain akan tertransportsikan

Alfina Susanti warga kelurahan Mattoangin mengatakan bahwa, penyampaian informasi dari pemerintah terkait dengan pelaksanaan program Lorong Garden sangat baik, hal

Hasil analisis menunjukkan bahwa hipotesis pertama yaitu menerima H o , yang menunjukkan bahwa empat indikator keberhasilan persaiangan yaitu berlaku untuk

Komunikasi Massa menurut pendapat tan dan wright merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal,

Dan menurutnya lagi, sejalan dengan apa yang telah diatur dalam Q.S an-Nisa’: 25 adalah merupakan suatu tindakan yang baik dan amat bijak untuk tetap menghadirkan seorang wali

Hal ini berdasarkan hasil perhitungan pengaruh tidak langsung yaitu sebesar - 0,231 yang lebih besar dari pengaruh langsung yaitu sebesar -0,239 yang berarti

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen perussahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko