• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak sosial ekonomi pengembangan jeruk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dampak sosial ekonomi pengembangan jeruk"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK SOSIAL EKONOMI PENGEMBANGAN JERUK KEPROK

SELAYAR (STUDI KASUS DI KELURAHAN BONTOLANGKASA,

KECAMATAN BISSAPPU, KABUPATEN BANTAENG)

The social and economic impact in the development of citrus farming keprok selayar (case study in Bontolangkasa Village, Bisappu District, Bantaeng

Regency)

Sudirman, H dan Basri, A

Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa

*

E-mail: sudirman12@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dampak sosial dan ekonomi dalam pengembangan usahatani jeruk Keprok Selayar. Responden ditentukan secara Simple

Random Sampling sebanyak 30 Orang dari jumlah populasi. Data dianalisis secara

deskriptif kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh dari responden dengan wawancara langsung atau menggunakan daftar pertanyaan kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak sosial yang terjadi setelah pengembangan usahatani jeruk Keprok Selayar adalah adanya penyerapan tenaga kerja, peningkatan pengetahuan petani dalam hal penyiangan, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit serta panen dan pasca panen. Dampak ekonomi pengembangan jeruk Keprok Selayar adalah sebagian besar petani mengalami peningkatan pendapatan rata-rata sebesar Rp 4.564.400,- sehingga meningkatkan kesejahteraan dan mampu membayar pajak bumi dan bangunan.

Kata kunci : Dampak sosial, dampak ekonomi dan jeruk Keprok Selayar

ABSTRACT

The research objective was to determine the social and economic impact in the development of citrus farming Keprok Selayar.Respondens determined by simple random sampling as many as 30 people of the total population. Data were analyzed by descriptive and qualitative analysis obtained from the respondents as direct interviews using questionnaires or questioner. Hasilpenelitian shows that the social impacts that occur after the development of farming jerok Keprok Selayar is the employment, increasing farmers' knowledge in terms of weeding, fertilizing, pruning, pest and disease control, and harvesting and post-harvest. The economic impact is the development of citrus Tangerines Selayar most farmers have increased revenue average Rp 4.564.400,-, increased welfare payments and an increase in property tax.

(2)

PENDAHULUAN

Buah jeruk merupakan salah satu jenis buah yang paling banyak digemari oleh masyarakat. Konsumsi jeruk dalam negeri tahun 2010 adalah 2.355.500 tom atau meningkat 1,5 kali dibanding konsumsi tahun 2004 yaitu sebesar 1.570.333 ton (Suryani dkk., 2005) Terdapatnya kecenderungan kekurangan produksi dibandingkan konsumsi jeruk di Indonesia merupakan peluang bagi pelaku agribisnis disektor ini (Lesmana, 2009).

Pada saat ini sebagian besar petani buah menyadari bahwa komoditas buah jeruk dapat mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat, baik dari segi peningkatan taraf hidup, terutama peningkatan pendapatan dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Disamping itu buah jeruk banyak mengandung vitamin, terutama vitamin A dan C.

Jeruk keprok selama kurun waktu 2005-2009 mencapai produksi 504.063 ton atau sekitar 100.813 ton tahun-1 dengan nilai mencapai US 80.569.300 (BPS, 2010). Jeruk keprok sampai saat ini mempunyai nilai ekonomi pada masyarakat luas di Indonesia dan mempunyai nilai komersial yang tinggi. Disamping itu, bibit jeruk juga mudah diperoleh. Sedangkan kulit buahnya mudah dikupas, serat cukup halus, air banyak, manis dan segar, bijinya sedikit dan kecil.

Beberapa jenis jeruk keprok yang sampai sekarang masih diusahakan petani secara besar-besaran adalah: jenis Keprok Siam, Keprok Garut, Keprok Punten, Keprok Tejakula, Keprok Madura, dan Keprok Selayar yang sementara dikembangkan di Kabupaten Bantaeng. Jenis jeruk keprok ini mampu berbuah beberapa kali dalam setahun. Setiap sesudah musim kering, tanaman ini selalu membentuk cabang-cabang baru dan berbunga, sehingga produksi dapat dijamin tersedia di pasar buah.

Hasil lain dari buah jeruk di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, adalah pemanfaatan limbah buah jeruk berupa kulit luar, kulit dalam dan biji. Limbah buah jeruk tersebut setelah diteliti dan dikaji ternyata dapat menghasilkan hasil ikutan yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi berupa produk-produk baru seperti: gula tetes (molases) atau sirup, alkohol, minyak dari kulitnya, minyak dari bijinya, pektin untuk pembuatan jelly, dan makanan ternak sesudah melalui pengeringan. Sedangkan minyak dari kulit buah jeruk ini banyak di pergunakan sebagai: minyak goreng, bahan sabun wangi, pengharum minuman dan sebagai aroma campuran kue-kue dan ice cream. Ditinjau dari segi manfaatnya, buah jeruk merupakan buah-buahan utama yang sangat dibutuhkan. Mengingat jumlah penduduk yang terus bertambah seiring dengan meningkatnya permintaan akan buah, maka budidaya jeruk Keprok Selayar mempunyai prospek yang potensial.

Kelurahan Bontolangkasa Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng sebagai salah satu kelurahan penghasil jeruk Keprok Selayar dan merupakan komoditi andalan daerah tersebut. Sehubungan dengan itu maka peneliti mengambil kelurahan ini sebagai obyek penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak pengembangan usahatani jeruk Keprok Selayar yang ditimbulkan berupa dampak sosial dan dampak ekonomi serta besarnya peningkatan pendapatan.

BAHAN DAN METODE

(3)

Selayar. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2013.

Populasi penelitian adalah petani pengembangan usahatani jeruk. Responden ditentukan secara Simple

Random Sampling sebanyak 30 orang dari

jumlah populasi 298 orang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani jeruk Keprok Selayar dengan menggunakan kuisioner sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian dan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Kabupaten Bantaeng yang mendukung penelitian ini.

Analisis Data

Data dianalisis secara deskriptif kualitatif yang diperoleh dari responden melalui wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan kuisioner untuk mengetahui dampak sosialnya. 1. Untuk mengetahui dampak ekonomi

digunakan rumus:

π = TR – TC

2. Untuk mengetahui peningkatan pendapatan dalam pengembangan jeruk Keprok Selayar, maka digunakan rumus B/C ratio (Soekartawi dkk.,1995), sebagai berikut:

TC TR B/C

Kriteria:

B/C > 1, berarti usahatani jeruk Keprok Selayar yang layak dilanjutkan. B/C = 1, berarti usahatani jeruk Keprok

Selayar impas (seimbang)

B/C < 1, berarti usahatani jeruk Keprok Selayar tidak layak dilanjutkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Dampak Sosial Pengembangan Usahatani Jeruk

1. Penyerapan Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor terpenting dalam usahatani ataupun pemenuhan dalam kebutuhan rumah tangga, petani dan anggota keluarganya. Faktor tenaga kerja merupakan unsur penentu dalam usahatani, demikian pula usahatani komersial seperti di negara-negara maju. Tenaga kerja keluarga pada saat kritis menunjukkan peranan yang menentukan, artinya tenaga kerja keluarga dibutuhkan atau menentukan pada saat dilakukan pembinaan usaha atau keadaan kritis dalam usahatani.

(4)

Tabel 1. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan penggunaan tenaga kerja setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng

Penggunaan Tenaga Kerja Jumlah (orang) Persentase (%)

Meningkat 19 63,33

Tidak Meningkat 11 36,67

Jumlah 30 100,00

Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.

Tabel 2. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan waktu kerja dalam sehari setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng

Waktu Kerja Sehari

Setelah Pengembangan Sebelum Pengembangan

Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah (orang) Persentase (%)

> 6 Jam 4 13,33 30 100,00

6 Jam 26 86,67 - -

Jumlah 30 100,00 30 100,00

Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.

Tabel 2, dapat diketahui bahwa setelah pengembangan jeruk keprok, sebagian besar responden (86,67%) memiliki waktu kerja lebih singkat (6 jam sehari). Hal ini memberi peluang bagi mereka memanfaatkan waktu luangnya untuk istirahat atau kegiatan produktif lainnya. Jam kerja tersebut berkurang karena terjadinya peralihan usahatani dari usahatani jagung menjadi usahatani jeruk, dimana usahatani jagung bersifat musiman sehingga menggunakan waktu kerja secara kontinyu, sedangkan usahatani jeruk hanya menggunakan waktu kerja pada waktu-waktu tertentu. Adapun penggunaan tenaga kerja setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3, diketahui bahwa sebelum pengembangan jeruk Keprok Selayar, seluruh responden hanya menggunakan tenaga kerja dari dalam keluarga, tetapi setelah pengembangan jeruk keprok sebagian dari responden (40%) memanfaatkan tenaga kerja dari luar keluarga. Hal ini berarti bahwa pengembangan jeruk keprok berdampak kepada penciptaan kesempatan kerja bagi petani lainnya.

2. Pengetahuan Petani

(5)

Pengetahuan membaca dan menulis dapat digunakan petani untuk membuat catatan tentang usahataninya dan memperoleh informasi tentang cara pengembangan usahataninya.

2.1. Penanaman

Kegiatan penanaman bukan hanya dengan cara menanam dalam lahan yang telah siap, tetapi perlu kehati-hatian karena sering terjadi jika dilakukan oleh tenaga kerja yang tidak terampil, maka benih yang ditanam tersebut akarnya patah atau juga cara menanamnya tidak beraturan jaraknya

Tabel 4 menunjukkan seluruh responden (100%) telah meningkat pengetahuannya tentang cara bercocok tanam jeruk Keprok Selayar. Sebelum menanam, lubang harus diisi dengan pupuk organik ± 20 kg lubang-1, pemberian pupuk organik minimal 2 minggu sebelum tanam. Lubang tanam yang sudah ditutup dengan pupuk organik dibuat lubang tanam yang kira-kira lebar dan dalamnya agak besar dari ukuran polybag. Polybag lalu dimasukkan ke dalam lubang sedalam dengan leher akar atau setinggi pertumbuhan polybag, kemudian disiram untuk memadatkan tanah dan menghindari kekeringan. Peningkatan pengetahuan ini dapat berdampak pula terhadap penyebaran pengetahuan kepada petani lainnya di Kelurahan Bontolangkasa

Tabel 3. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan sumber tenaga kerja setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng

Sumber Tenaga Kerja

Setelah Pengembangan Sebelum Pengembangan Jumlah

(orang)

Persentase (%)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Dalam Keluarga 18 60,00 30 100,00

Dalam keluara dan di

luar Keluarga 12 40,00 - -

Jumlah 30 100,00 30 100,00

Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.

Tabel 4. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan peningkatan pengetahuan setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng

Peningkatan Pengetahuan Cara Menanam Jumlah (orang) Persentase (%)

Meningkat 30 100,00

Tidak Meningkat - -

Jumlah 30 100,00

(6)

2.2. Penyiangan

Kegiatan penyiangan dilakukan untuk menghilangkan gulma yang tumbuh disekeliling tanaman jeruk, kegiatan penyiangan dilakukan dengan mengerahkan seluruh tenaga kerja baik dari dalam keluarga maupun di luar keluarga. Perbedaan dalam hal penyiangan tanaman setelah adanya pengembangan jeruk Keprok Selayar dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 menunjukkan 25 orang (83,33%) responden menyatakan ada peningkatan cara penyiangan setelah pengembangan jeruk keprok dalam hal pembersihan gulma dan sanitasi lahan untuk menghindari serangan hama dan penyakit, sebelum pengembangan jeruk keprok tidak dilakukan.

2.3. Pemupukan

Kegiatan pemupukan bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman jeruk serta untuk meningkatkan produksinya dengan memperhatikan cara pemupukan, misalnya: waktu, dosis dan jenis yang sesuai anjuran.

Tepat waktu artinya ditentukan oleh musim dan jenis tanaman. Pupuk yang sukar larut dalam air sebaiknya diberikan pada saat memasuki musim hujan. Tepat dosis artinya memperhatikan keadaan tanah yang akan di pupuk dalam hubungannya dengan kebutuhan tanaman akan penggunaan unsur hara. Tepat jenis artinya mengetahui jenis tanaman dan cara pemberiannya. Kegiatan pemupukan tidak melibatkan terlalu banyak tenaga kerja dan dikerjakan oleh tenaga kerja laki-laki dan anak-anak. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 5. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan cara penyiangan setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar

Cara Penyiangan Jumlah ( orang ) Persentase (%)

Meningkat 25 83,33

Tidak Meningkat 5 16,67

Jumlah 30 100,00

Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.

Tabel 6. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan perbedaan pemupukan setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng

Perbedaan Pemupukan Jumlah (orang ) Persentase (%)

Meningkat 23 76,67

Tidak Meningkat 7 23,33

Jumlah 30 100,00

(7)

Tabel 6 menunjukkan pengembangan jeruk Keprok Selayar berdampak terhadap cara pemupukan yang dilakukan oleh petani, 23 orang (76,67%) responden melakukan pemupukan dengan cara yang lebih baik setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar.

2.4. Pemangkasan

Pemangkasan tanaman bertujuan pembentukan cabang produktif pada tanaman dengan maksud penggunaan unsur hara yang terserap sebagian besar lebih mengarah kepada pertumbuhan generatif agar produksi yang dihasilkan meningkat. Tujuan pemangkasan pada umumnya telah diketahui petani responden melalui PPL, kelompok tani dan petani pengalaman. Pemahaman responden tentang pemangkasan dapat dilihat pada Tabel 7

Tabel 7 menunjukkan seluruh responden (100,00%) mengalami peningkatan

pengetahuan tentang cara pemangkasan. Pemangkasan dilakukan pada tanaman yang rimbun sehingga sinar matahari dapat menembus ke dalam tajuk pohon, cabang atau ranting yang sakit, tunas-tunas yang tumbuh di bawah okulasi atau sambungan, cabang liar dan cabang air.

2.5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Kegiatan pemberantasan hama dan penyakit termasuk salah satu kegiatan yang terpenting dalam suatu kegiatan usahatani, oleh karena kegiatan ini turut menentukan hasil produksi yang akan dicapai. Kegiatan ini tidak membutuhkan terlalu banyak tenaga kerja, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 menunjukkan seluruh responden petani (100,00 %) mengetahui cara-cara pengendalian hama dan penyakit setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar dalam hal cara, waktu, dan dosis pestisida yang digunakan.

Tabel 7. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan pengetahuan pemangkasan setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng

Pengetahuan Pemangkasan Jumlah (orang) Persentase (%)

Meningkat 30 100,00

Tidak Meningkat - -

Jumlah 30 100,00

(8)

Tabel 8. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan perbedaan pengendalian hama dan penyakit setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng

Perbedaan Pengendalian Hama dan

Penyakit Jumlah (orang) Persentase (%)

Meningkat 30 100,00

Tidak Meningkat - -

Jumlah 30 100,00

Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.

2.6. Panen dan Pasca Panen

Kegiatan panen merupakan saat yang paling dinantikan oleh petani dan keluarganya, bahkan terkadang pada kegiatan ini diadakan pesta syukuran bahwa apa yang selama ini diusahakan dapat dinikmati hasilnya.

Kegiatan panen, jumlah tenaga kerja yang dilibatkan biasanya lebih banyak dari kegiatan-kegiatan lainnya, sehingga tenaga kerja keluarga tidak mencukupi olehnya itu petani menggunakan tenaga kerja diluar keluarga. Tabel 9 menunjukkan sebelum pengembangan jeruk keprok, seluruh responden hanya melibatkan tenaga kerja keluarga dalam kegiatan panen dan pasca penen. Namun setelah pengembangan jeruk keprok sebagian responden (40%) juga melibatkan tenaga kerja di luar keluarga dalam kegiatan panen dan pasca panen, sehingga akan berdampak terhadap peningkatan pendapatan petani lainnya.

B. Dampak Ekonomi

1. Pendapatan

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden tentang dampak ekonomi pengembangan jeruk Keprok Selayar, diketahui bahwa pengembangan jeruk keprok berdampak terhadap

pendapat petani. Untuk lebih jelasnya dapat di;ihat pada Tabel 10.

Tabel 10 menunjukkan pengembangan jeruk Keprok Selayar sangat berdampak terhadap pendapatan petani. Hal ini dapat dilihat bahwa 24 responden (80%) mengalami peningkatan pendapatan setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar.

(9)

Tabel 9. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan sumber tenaga kerja setelah pengembangan jeruk keprok

Sumber Tenaga Kerja

Setelah Pengembangan Sebelum Pengembangan Jumlah

(orang )

Persentase (%)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Dalam Keluarga 18 60,00 30 100,00

Dalam keluarga dan di

luar Keluarga 12 40,00 - -

Jumlah 30 100,00 30 100,00

Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.

Tabel 10. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan perbedaan pendapatan setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng

Perbedaan Pendapatan Jumlah (orang) Persentase (%)

Meningkat 24 80,00

Tidak Meningkat 6 20,00

Jumlah 30 100,00

Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.

Tabel 11. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan kesejahteraan setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng

Kesejahteraan Jumlah (orang) Persentase (%)

Meningkat 23 76,67

Tidak Meningkat 7 23,33

Jumlah 30 100,00

Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.

2. Kesejahteraan

Tingkat kesejahteraan yang dimiliki seseorang berbeda-beda, tergantung dari jenis kebutuhan. Kesejahteraan merupakan suatu tata kehidupan dan penghidupan yang diliputi rasa keselamatan dan ketenteraman baik secara

(10)

Tabel 11 menunjukkan sebelum pengembangan jeruk Keprok Selayar tingkat kesejahteraan petani masih minim, tetapi setelah pengembangan jeruk keprok mengalami peningkatan kesejahteraan. Hal ini dapat dilihat bahwa 23 orang petani responden (76,67%) mengalami peningkatan kesejahteraan setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar.

3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Pajak Bumi dan bangunan merupakan kewajiban bagi setiap warga negara yang harus dibayar, dimana penetapan banyaknya yang harus dibayar tergantung dari luas lahan yang dimiliki. Pembayaran PBB setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 12.

Berdasarkan Tabel 12, diketahui bahwa peningkatan pembayaran PBB setelah pengembangan jeruk keprok meningkat 90,00% dan hanya 3 orang yang pembayaran PBB-nya tidak meningkat (10,00%).

C.Analisa Pendapatan Usahatani Jeruk Keprok Selayar

1. Pendapatan Petani Sebelum Pengembangan Jeruk Keprok Selayar

Usahatani yang dikembangkan oleh petani responden sebelum pengembangan jeruk Keprok Selayar adalah usahatani jagung. Pertanaman jagung yang dilakukan masyarakat pada mulanya hanya berupa kesadaran sendiri untuk memperoleh penghasilan sampingan, sedangkan teknologi yang diterapkan masih sederhana atau hanya mengandalkan keterampilan (pupuk yang digunakan hanya berupa pupuk area, SP-36 dan ZA) sehingga produksi masih rendah. Sedangkan untuk memperoleh produksi yang optimum dalam pertanian, tanaman dalam proses pertumbuhannya memerlukan campur tangan manusia dan manusia inilah yang seterusnya akan mengendalikan dan menguasai pertumbuhan tanaman untuk memperoleh keuntungan. Analisis rata-rata pendapatan usahatani dalam 2 kali musim tanam sebelum pengembangan jeruk Keprok Selayar dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 12. Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan peningkatan pembayaran PBB setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng

Peningkatan Pembayaran PBB Jumlah (orang) Persentase (%)

Meningkat 27 90,00

Tidak Meningkat 3 10,00

Jumlah 30 100,00

(11)

Tabel 13. Analisa pendapatan petani responden sebelum pengembangan jeruk Keprok

2. Penyusutan Alat

4.300

Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.

Tabel 13 menunjukkan pendapatan responden usahatani jagung sebelum pengembangan jeruk Keprok Selayar adalah sebesar Rp 2.107.000,-. dengan demikian R/C ratio responden usahatani jagung dapat diketahui :

R/C ratio = TR/TC

= 4.085.000 / 1.978.000 = 2,06

Karena R/C ratio diperoleh 2,06 > 1, maka usahatani jagung yang dikembangkan menguntungkan.

2. Pendapatan Petani Usahatani Setelah Pengembangan Jeruk Keprok Selayar

Dampak perkembangan wilayah usahatani bertujuan untuk membangun sentra-sentra

produksi tanaman hortikultura, daerah Kelurahan Bontolangkasa berdasarkan keadaan dan potensi wilayah cocok dikembangkan tanaman jeruk Keprok Selayar. Setelah pengembangan ini nantinya diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan produksi dan kualitas hasil pengembangan jeruk Keprok Selayar.

Pelaksanaan setelah pengembangan antara petani dan pemerintah membentuk sistem kepedulian dalam bentuk kerjasama diantaranya penyediaan sarana dan prasarana berupa (benih, pupuk, dan pemasaran). Adapun bentuk programnya adalah berupa ekstensifikasi dan intensifikasi yang diperuntukkan bagi tanaman jeruk Keprok Selayar.

(12)

pada panca usahatani. Setelah pengembangan diserahkan kepada Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) untuk memberikan bimbingan kepada petani, penyediaan sarana dan prasarana penunjang berupa penyediaan bibit, penyediaan pupuk (urea, TSP dan KCL) yang semuanya dapat dipergunakan demi kelancaran pemeliharaan tanaman. Analisis pendapatan usahatani dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 menunjukkan pendapatan responden usahatani setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar adalah sebesar Rp 4.579.400,- dengan demikian R/C ratio responden usahatani jeruk Keprok Selayar dapat diketahui:R/C ratio = TR/TC

= 6.750.000 / 2.185.100 = 3,09

Karena R/C ratio diperoleh 3,09 > 1, maka usahatani jeruk Keprok Selayar yang dikembangkan menguntungkan

Tabel 14. Analisa pendapatan usahatani setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar ha-1

No. Uraian Jumlah Fisik Harga (Rp) Nilai (Rp)

2. Penyusutan Alat C. Jumlah Biaya (A + B)

(13)

Tabel 15. Analisa selisih pendapatan usahatani setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar dengan jagung ha-1

No. Uraian Jagung (2 kali tanam, kg ha-1)

Jeruk Keprok

Selayar (Rp) Selisih (Rp)

I II III

Produksi

Total Biaya Produksi Pendapatan (I – II)

Sumber: Data primer setelah diolah, 2013.

Tabel 15, diketahui pendapatan responden usahatani jagung setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar terdapat selisih pendapatan sebesar Rp 2.457.900,-. dengan demikian bahwa pendapatan responden setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar mengalami peningkatan. Jadi besarnya B/C ratio antara petani dan pengusaha sebelum dan setelah pengembangan dapat diketahui dengan menghitung selisih pendapatan :

sebelum usahatani jeruk Keprok Selayar yang dikembangkan lebih menguntungkan dibanding usahatani Jagung (sebelum pengembangan jeruk keprok).

KESIMPULAN

1. Dampak sosial pengembangan usahatani jeruk Keprok Selayar adalah penyerapan tenaga kerja, peningkatan

pengetahuan petani dalam hal penyiangan, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama dan penyakit serta panen dan pasca panen. 2. Dampak ekonomi adalah petani

mengalami peningkatan pendapatan, peningkatan kesejahteraan dan peningkatan pembayaran pajak bumi dan bangunan (PBB).

3. Besarnya peningkatan pendapatan petani tahun-1 rata-rata Rp 4.564.900,-

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Indonesia, Jakarta.

Lesmana Dina. 2009. Analisis Finansial Jeruk Keprok di Kabupaten Kutai Timur. EPP Vol.6 No.1 2009:36-43. Soekartawi, A. Soeharjo, John L. Dillon

dan J. Brian Hardaker, 1995. Ilmu Usahatani dan Penelitian Pengembangan Petani Kecil. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Gambar

Tabel 3.  Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan sumber tenaga kerja setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng
Tabel 5.  Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan cara penyiangan setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar
Tabel 9.  Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan sumber tenaga kerja setelah pengembangan jeruk keprok
Tabel 12.  Jumlah dan persentase petani responden berdasarkan peningkatan pembayaran PBB setelah pengembangan jeruk Keprok Selayar di Kelurahan Bontolangkasa Kecamatan Bissappu Kabupaten Bantaeng
+4

Referensi

Dokumen terkait

43

Dalam pembuatan kebijaksanaan telah ditentukan adanya peraturan-peraturan bagi Interen Pengadilan Tata Usaha Negara Padang dimana masing-masing sebagai pemegang

dikelas dan sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik ?. Menurut Ibu Suud Baladraf, saya memilih materi pembelajaran dengan cara menguasai dan memahami

6 Menurut Munawir (2001:32), Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuidasikan, baik kewajiban

Biaya Administrasi adalah 5% dari total tagihan RS untuk pasien asuransi (tanpa batas maksimal), dan 5% dengan maksimal nilai Rp 600rb - Rp 900rb untuk pasien umum (tergantung

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan

Serangan teroris terhadap WTC pada 11 September 2001 menjadi salah satu peristiwa penting dalam sejarah dunia, karena peristiwa itu menjadi tragedi yang berdimensi

Peubah amatan yang diamati adalah tinggi bibit kakao, diameter batang bibit kakao, jumlah daun bibit kakao, total luas daun bibit kakao, bobot basah tajuk bibit kakao,