• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN INOVATIF BERBASIS TEKNOLOGI BENTUK IMPLMENTASI KURIKULUM 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMBELAJARAN INOVATIF BERBASIS TEKNOLOGI BENTUK IMPLMENTASI KURIKULUM 2013"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

PEMBELAJARAN INOVATIF BERBASIS TEKNOLOGI BENTUK IMPLMENTASI KURIKULUM 2013

Adi Winanto, Wahyudi, Sapto Irawan

adiwin@staff.uksw.edu; yudhi@staff.uksw.edu; sapto@staff.uksw.edu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRAK

Wujud professional guru salah satunya adalah peningkatan kualitas layanan kepada peserta didik dalam bentuk peningkatan kualitas pembelajaran. Peningkatan tersebut terlihat dari rancangan dan kegiatan pembelajaran yang menerapkan pembelajaran inovatif. Pembelajaran yang berpusat kepada siswa, menyenangkan dan memudahkan siswa untuk memahami sesuatu dalam kegiatan yang menarik. Hal ini juga perwujudan dari pemberlakukan kurikulum 2013 yang menekankan pada pembelajaran berpusat kepada peserta didik dengan aktivitas ilmiah/saintifik. Salah satu pembelajaran inovatif tersebut bisa dilakukan dengan cara memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Fungsi dari teknologi ini adalah sebagai media dan sekaligus juga sebagai bahan ajar untuk sarana belajar peserta didik. Tulisan ini akan memberikan gambaran bagaimana teknologi dimanfaatkan dalam pembelajaran inovatif. Tulisan ini merupakan hasil kajian pustaka dan pengembangan pembelajaran inovatif dengan memanfaatkan teknologi yaitu E-learning dengan LMS moodle. Hasil ini digunakan sebagai bahan pengabdian kepada masyarakat (PkM) untuk guru di Kabupaten Grobogan.

PENDAHULUAN

Tulisan ini merupakan hasil pengabdian kepada masyarakat (PkM) untuk guru SD di Kabupaten Grobogan. Kegiatan ini merupakan salah satu wujud kerja sama yang baik antara UKSW dengan pemerintah daerah Kabupaten Grobogan. Kerja sama ini dilatar belakangi oleh keinginan para guru di Kabupaten Grobogan untuk meningkatkan kompetensinya dalam memberikan layanan pembelajaran bagi peserta didik. Peningkatan mutu layanan pembelajaran ini sebagai wujud komitmen guru sebagai tenaga profesional serta sebagai salah satu tuntutan dalam undang-undang guru dan dosen (UU Nomor 14 tahun 2015). Sebagai tenaga professional guru yang harus selalu mengembangkan diri secara berkelanjutan (permendiknas 35 tahun 2010). Dengan kegiatan ini diharapkan guru sebagai salah satu agen perubahan dapat memberi warna dan mendukung kemajuan bangsa ini dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonsesia hidup mandiri dan sejahtera.

Kegiatan yang bisa dilakukan adalah pelatihan pengembangan pembelajaran inovatif yang memanfaatkan tehnologi dalam pembelajaran. Pembelajaran inovatif ini sekaligus dimanfaatkan sebagai kegiatan pembelajaran dalam kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hal ini merupakan bentuk pemenuhan tuntutan pembelajaran di era abad 21. Dimana pembelajaran menekankan pada pembetukan kecakapan hidup, kreativitas, kemandirian dan kerja sama peserta didik serta memanfaatkan teknologi sebagai sarana dan media belajar. Sehingga pembelajaran yang dilakukan tidak hanya terbatas pada pembelajaran yang berbasis tek, ceramah, dan penugasan. Pembelajaran sudah mengarah kepada proses penemuan yang difasilitasi dengan media dalam bentuk gambar, animasi,

(2)

2

video dan dikemas dalam multimedia. Secara rinci apa dan bagaimana menyiapkan pembelajaran inovatif akan dijelaskan secara rinci dalam bentuk kajian teori dan pembahasannya.

KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Inovatif dan Prinsip-Prinsipnya

Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dirancang oleh guru, yang sifatnya baru, tidak seperti biasanya dilakukan, dan bertujuan untuk memfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuan sendiri dalam rangka prosees perubahan perilaku ke arah yang lebih baik sesuai dengan potensi dan perbedaan yang dimiliki siswa. Tujuan pembelajaran inovatif adalah memfasilitasi siswa dalam membangun pengetahuan sendiri dalam rangka proses perubahan perilaku ke arah yang lebih baik

Prinsip pembelajaran yang diterapkan dalam Kurikulum 2013 meliputi: (a) dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu, (b) dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar, (c) dari pendidikan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah, (d) dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi, (e) dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu, (f) dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi, (g) dari pembelajaran verbalisme menuju ketrampilan aplikatif, (h) peningkatan dan keseimbangan antara ketrampilan fisik (hard skills) dan ketrampilan mental (soft skills), (i) pembelajaran yang mengutaman pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat, (j) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo),membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri haandayani), (k) pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah dan di masyarakat., (l) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan dimana saja adalah kelas, (m) pemanfaatan teknologi inforrmasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, (n) pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik

Terkait dengan prinsip- prinsip di atas, dikembangkanlah standar proses yang mencakup: perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Hal baru yang hendak dibangun dalam kurikulum 2013 bahwa proses belajar hendaknya selalu dilalui dengan kegiatan scientific/ilmiah seperti mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membuat hubungan apa yang sedang dipelajari. Proses pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan kunci yang harus diwujudkan dan tercermin dalam model pembelajaran yang diaktualisasikan oleh guru di dalam kelas. Jadi, dapat digambarkan tentang filosofi guru mengajar sekarang terbalik dari teaching menjadi tutoring, dan bukan lagi murid diberi tahu melainkan murid mencari tahu.

B. Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang terdiri atas kegiatan mengamati (untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui), merumuskan pertanyaan (dan merumuskan hipotesis), mencoba/mengumpulkan data (informasi) dengan berbagai teknik, mengasosiasi/ menganalisis/mengolah data (informasi) dan menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan hasil yang terdiri dari kesimpulan untuk

(3)

3

memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Langkah-langkah tersebut dapat dilanjutkan dengan kegiatan mencipta.

Langkah-langkah pendekatan saintifik pada pembelajaran kurikulum 2013 adalah:

1. Mengamati: membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat) untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui - Mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat. 2. Menanya: mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak dipahami dari apa yang

diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati - Membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi.

3. Mencoba/mengumpulkan data (informasi): melakukan eksperimen, membaca sumber lain dan buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas, wawancara dengan narasumber - Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/mengembangkan.

4. Mengasosiasikan/mengolah informasi: SISWA mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi - mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan.

5. Mengkomunikasikan: SISWA menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya - menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.

6. (Dapat dilanjutkan dengan) Mencipta: SISWA menginovasi, mencipta, mendisain model, rancangan, produk (karya) berdasarkan pengetahuan yang dipelajari.

C. Tiga Contoh Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013

Model pembelajaran merupakan implementasi seluruh komponen pendekatan, strategi, metode yang diterapkan secara menyeluruh dan utuh dalam proses pembelajaran. Kurikulum 2013 menitikberatkan pada pola / model yang mendukung terjadinya proses scientific seperti Project Based learning, Problem Solving/Inquiry, Discovery Learning.

(4)

4

1. Project-Based Learning

Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan cara belajar dengan menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya. Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali materi dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif.

Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki karakteristik seperti peserta didik: (1) membuat keputusan tentang permasalahan yang diberikan, (2) mendesain solusi atas permasalahan yang diajukan, (3) secara kolaboratif bertanggungjawab mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan, (4) secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan, (5) produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif, (6) situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan

Peran guru dalam PBL adalah sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa. Keuntungan melaksanakan PBL adalah meningkatkan: (1) kolaborasi, (2) motivasi belajar peserta didik, (3) kemampuan memecahkan masalah. (4) membuat siswa menjadi lebih aktif, (5) mendorong siswa untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi, (6) keterampilan mengelola sumber, (7) memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengorganisasi tugas, (8) melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata. Langkah langkah pelaksanaan PBL

Gambar 1: Langkah langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek (dikembangkan dari materi pelatihan kurikulum 2013)

2. Problem-Based Learning (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang siswa untuk mengembangkan ketrampilan/kreativitas tingkatan berfikir tinggi (HOTS). Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan digunakan untuk memancing rasa ingin tahu siswa pada pembelajaran yang dimaksud. Ada lima cara dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) yaitu permasalahan sebagai: (1) kajian, (2) penjajakan pemahaman, (3) contoh, (4) bagian yang tak terpisahkan dari proses, (5) stimulus aktivitas otentik

1 PENENTUAN PERMASALAHAN 2 MENYUSUN PERECANAAN PROYEK 3 MENYUSUN JADWAL 4 MONITORING 5 MENGUJI HASIL 6 EVALUASI PENGALAMAN/ REFLEKSI

(5)

5

Peran guru, siswa dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan pada table 1 berikut ini.

Tabel 1

Peran guru dan siswa dalam Problem Based Learning

Guru sebagai pelatih Siswa sebagai problem solver tantangan dan motivasi Masalah sebagai awal a. Asking about thinking

(bertanya tentang pemikiran) b. memonitor pembelajaran c. probing ( menantang siswa

untuk berfikir )

d. menjaga agar siswa terlibat e. mengatur dinamika

kelompok

f. menjaga berlangsungnya proses

a. peserta yang aktif b. terlibat langsung dalam pembelajaran c. membangun pembelajaran a. menarik untuk dipecahkan b. menyediakan

kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari

(Dokumen Pelatihan Kur 2013)

Keuntungan menerapkan PBL antara lain bahwa peserta didik: (1) memperoleh pengetahuan dasar (basic sciences) yang berguna untuk memecahkan masalah, (2) belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi terintegrasi dan relevan dengan kenyataan sebenarnya, yang sering disebut student-centered, (3) mampu berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif. Tahapan menerapkan PBL dapat dilihat dalam tabel 2 berikut ini.

Tabel 2

Sintak Problem Based Learning

Fase-fase Kegiatan guru

Fase 1

Orientasi siswa kepada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yg dibutuhkan

Memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih

Fase 2

Mengorganisasikan siswa

Membantu siswa mendefinisikan danmengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

Fase 3

Membimbing penyelidikan individu dan kelompok

Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Fase 4

Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan berbagi tugas dengan teman

Fase 5

Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari /meminta kelompok presentasi hasil kerja

3. Discovery Learning

(6)

6

(curiousity) siswa untuk mengeksplorasi dan belajar sendiri. Pemahaman suatu konsep didapat siswa melalui proses yang lebih menekankan kepada proses penemuan konsep dan bukan pada produknya. Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan problem Solving. Ketigannya tidak ada perbedaan yang prinsip, hanya saja Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian sederhana, sedangkan Problem Solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah.

Prinsip belajar dalam Discovery Learning adalah materi atau bahan pelajaran yang akan dibelajarkan tidak disampaikan dalam bentuk final; peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir.

Pada kegiatan inti yaitu pelaksanaan pembelajaran model pembelajaran discovery learning dilakukan hal-hal berikut.

1) pemberian stimulasi/rangsangan, 2) pernyataan/identifikasi masalah, 3) pengumpulan data, 4) pengolahan data, 5) verifikasi/pembuktian dan 6) menarik kesimpulan/generalisasi.

Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning di kelas,ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut:

1. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Dengan demikian seorang Guru harus menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada siswa agar tujuan mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapat tercapai. 2. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244), sedangkan menurut permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.

(7)

7

Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisispermasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah. 3. Data Collection (Pengumpulan Data)

Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis. Dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki. 4. Data Processing (Pengolahan Data)

Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22). Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis

5. Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

6. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu. D. Konsep E-Learning

1. Pengertian Teknologi Informasi dalam Pembelajaran

Menurut Richard Weiner dalam Websters New Word Dictionary and Communication mengatakan bahwa teknologi informasi adalah pemrosesan, pengolahan, dan penyebaran

(8)

8

data oleh kombinasi komputer dan telekomunikasi. Teknologi informasi lebih kepada pengerjaan terhadap data. Teknologi informasi menitik beratkan perhatiannya kepada bagaimana data diolah dan diproses dengan menggunakan computer dan telekomunikasi.

Dalam konteks yang lebih luas, teknologi merangkum semua aspek yang berhubungan dengan mesin komputer dan komunikasi serta teknik yang digunakan untuk menangkap, mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, menghantar dan mempersembahkan suatu bentuk informasi yang besar. Komputer yang mengendalikan semua bentuk idea dan informasi memainkan peranan yang sangat penting.

Dengan demikian segala bentuk teknologi yang diimplementasikan untuk memproses dan mengirim informasi dalam bentuk elektronik, software pemroses transaksi perangkat lunak untuk lembar kerja, peralatan komunikasi serta jaringan termasuk pada wilayah teknologi informasi.

Terdapat beberapa pandangan yang mengarah kepada definisi Electronic Learning diantaranya :

a. E-Learning adalah konvergensi antara belajar dan internet (Bank of America Securities)

b. E-Learning adalah penggunaan jalinan kerja teknologi untuk mendesain, mengirim, memilih, mengorganisir pembelajaran (Elliut Masie)

c. E-Learning adalah pembelajaran yang dapat terjadi di internet (Cisco System) d. E-Learning adalah keseluruhan variasi internet dan teknologi web untuk membuat,

mengirim, dan memfasilitasi pembelajaran (Robert Peterson) 2. Hakikat Teknologi Informasi

Kemajuan teknologi yang menyatukan komputerisasi, televise, radio, dan telepon menjadi satu kesatuan (terintegrasi) terbentuk sebagai satu revolusi informasi dan komunikasi global. Teknologi informasi dapat menjadi alat pendorong ke arah kemajuan bangsa. Salah satu dampak terbesar adalah perkembangan di bidang pendidikan, dimana guru dapat mengakses, mengambil pengetahuan-pengetahuan yang tersedia di internet utnuk dijadikan sumber pembelajaran yang diperoleh dengan mudah dan murah.

Khusus penggunaan internet untuk keperluan pendidikan yang semakin meluas terutama di negara-negara maju, merupakan fakta yang menunjukkan bahwa dengan media internet memang dimungkinkan berjalannya proses belajar mengajar yang lebih efektif. Hal ini dikarenakan sifat dan karakteristik internet yang cukup khas, sehingga diharapakan bisa digunakan sebagai media pembelajaran.

Pemanfaatan internet sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran tidaklah terlalu sulit, asalkan kita mau serius mempelajari, memperhatikan dan melakukannya dengan sungguh-sungguh sebelum menerapkannya. Banyak sekali situs-situs yang berkaitan sekali dengan dunia pendidikan dan wawasan pengetahuan, diantaranya adalah edukasi.net, Wikipedia.or.di, blogguru.com, rumah belajar.com dan masih banyak lagi situs-situs yang lainnya yang bisa kita cari dengan penjelajah google.

3. Konsep Pembelajaran melalui Teknologi Informasi

Perkembangan peradaban manusia selalu diiringi dengan perkembangan cara penyampaian informasi, dimulai dengan kode asap, bunyi kentongan, prasasti, telegram, radio, telpon, televise sampai diperkenalkannya dunia arus informasi yang kemudian dikenal dengan nama internet.

Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses belajar mengajar di sekolah, internet harus mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara guru dengan peserta didik sebagaimana yang disyaratkan dalam suatu strategi pembelajaran, bisa diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk mengajak peserta didik mengadakan tugas-tugas individu maupun

(9)

9

kelompok dan membantu memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka mengerjakan tugas tersebut.

Secara nyata internet memang akan bisa digunakan dalam seting pembelajaran di sekolah, karena memiliki karakteristik yang khas yaitu :

a. Sebagai media interpersonal dan juga sebagai media massa yang memungkinkan terjadinya komunikasi one-to-one maupun one-to-many,

b. Memiliki sifat interaktif dan,

c. Memungkinkan terjadinya komunikasi secara sinkron maupun tertunda, sehingga memungkinkan terselenggaranya ketiga jenis komunikasi yang merupakan syarat suatu proses belajar mengajar.

4. Pendukung Electronic Learning

Sebagai dasar untuk memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran dalam seting sekolah, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dan penganan yang serius agar pelaksanaan pemnfaatan internet untuk pembelajaran bisa berhasil, yaitu :

a. Faktor lingkungan, yang meliputi institusi penyelenggara pemdidikan dan masyarakat.

b. Peserta didik meliputi usia, latar belakang, budaya, penguasaan bahasa dan berbagai gaya belajarnya.

c. Guru meliputi latar belakang, usia, gaya mengajar, pengalaman dan personalitinya. d. Faktor teknologi meliupti computer, perangkat lunak, jaringan koneksi ke internet dan berbagai kemampuan yang dibutuhkan berkaitan dengan penerapan internet di lingkungan sekolah.

Pemanfaatan teknologi informasi baik sebagai sumber belajar maupun media pembelajaran merupakan salah satu cara yang diharapkan efektif menanggulangi kelemahan persoalan pembelajaran yang masih konvensional. Dengan menggunakan teknologi informasi diharapkan terjadi interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan sumber belajar lebih komunikatif.

Melalui berbagai model pembelajaran yang ditawarkan diharapkan terbentuk interaksi belajar peserta didik yang tidak hanya menekankan pada proses pemanfaatan namun pencarian, penelitian atau penggalian berbagai sumber belajar sehingga terbentuk cara berpikir yang lebih konprenhensif dan terintegrasi. Melalui interaksi tersebut diharapkan ada peningkatan dalam keterampilan berpikir, berinteraksi serta keterampilan ideal lainnya. Hal ini dapat dilakukan manakala dukungan yang berasal dari lembaga, guru, peserta didik, masyarakat dan teknologi berkontribusi positif terhadap penyeleanggaraan pembelajaran berbasis teknologi informasi.

E. Bagaimana Mengembangkan Model Pembelajaran Inovatif Melalui Internet Pada abad 21 ini terjadi suatu keadaan yang sering disebut era globalisasi yang ditandai oleh banyaknya perubahan pada semua aspek kehidupan, bukan hanya perubahan pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, politik, dan termasuk bidang pendidikan. Saat ini dan di masa mendatang, pengaruh era globalisasi akan semakin terasa terutama dengan semakin banyaknya saluran informasi yang tersedia seperti; surat kabar, majalah, radio, televisi, telepon, faximili, komputer, internet, satelit komunikasi, sekolah, bahkan informasi langsung yang dibawa oleh pengunjung (travelers).

Semua itu dimungkinkan dengan adanya perkembang-an yang pesat dalam bidang teknologi, terutama teknologi komunikasi, informasi dan transportasi. Dampak era globalisasi ini menuntut manusia untuk dapat mempertahankan hidupnya (human survival), artinya manusia harus mampu mengendalikan dan memanfaatkan efek-efek globalisasi

(10)

10

dalam kehidupannya, Manusia adalah pencipta globalisasi, dan manusia itu pula yang harus dapat mengendalikan, menguasai, memanfaatkan, dan mengembangkan globalisasi untuk kepentingan kehidupannya.

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi, terutama teknologi informasi dan komunikasi, telah menyebabkan dunia ini semakin mengecil dan membentuk seperti sebuah desa dunia. Batas-batas fisik negara satu dengan negara lainnya menjadi begitu kurang nampak dan secara non-fisik hampir tanpa batas (borderless). Dengan demikian diperlukan upaya-upaya untuk mempersiapkan para siswa sejak dini guna memasuki zaman global yang menuntut kemampuan-kemampuan khusus. Salah satu upaya untuk mempersiapkan siswa memasuki zaman global tersebut yaitu dengan mengembangkan berbagai pendekatan pembelajaran yang berorientasi ke masa depan. 1. Model-model Pembelajaran Internet

Ada tiga bentuk system pembelajaran melalui internet yang layak dipertimbangkan sebagai dasar pengembangan system pembelajaran dengan mendayagunakan internet, yaitu :

a. Web Cource

Web Cource adalah penggunaan internet untuk keperluan pembelajaran, di mana seluruh bagian bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet. Bentuk pembelajaran model ini biasanya digunakan untuk keperluan pendidikan jarak jauh (distance education/learning). Aplikasi bentuk ini antara lain virtual campus/university ataupun lembaga pelatihan yang menyelenggarakan pelatihan-pelatihan yang bias diikuti secara jarak jauh dan setelah lulus ujian akan diberikan sertifikat.

b. Web Centric Course

Web Centric Course merupakan bahan belajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan dan ujian sepenuhnya disampaikan melalui internet, sedangkan ujian dan sebagian kunsultasi, diskusi dan latihan dilakukan secara tatap muka, walaupun dalam proses belajarnya sebagian dilakukan dengan tatap muka yang biasanya berupa tutorial, tetapi presentase tatap muka tetap lebih kecil dibandingkan dengan presentase proses pembelajaran melalui internet. Penerapan ini sebagaimana yang telah dilakukan pada perguruan tinggi terkemuka yang menggunakan system belajar secara of campus. c. Web Enhanced Course

Web Enhanced Course merupakan pemanfaatan internet untuk pendidikan, untuk menunjang peningkatan kualitas belajar mengajar di kelas. Bentuk ini juga dikenal dengan nama web lite course, karena kegiatan pembelajaran utama adalah tatap muka di kelas. Peranan internet disini adalah untuk menyediakan sumber-sumber belajar yang sangat kaya akan informasi.

2. Pengembangan Model Pembelajaran melalui Internet

Pengembangan system pembelajaran berbasis internet, terlebih dahulu perlu dilakukan pengkajian atau seluruh unsur dan aspek sebagaimana telah diuraikan di atas, sehingga bias didapatkan pegangan sebagai bahan pengambilan keputusan dalam pengembangan system pembelajaran berbasis internet. Di samping itu juga diperlukan pertimbangan dan penilaian atas beberapa hal yang tidak kalah pentingnya antara lain :

a. Keuntungan. Sejauh mana sistem pembelajaran berbasis internet akan memberikan keuntungan bagi intuisi, staf pengajar, pengelola, dan terutama keuntungan yang akandiperoleh siswa dalam meningkatkan kualitas mereka apabila dibandingkan dengan penyelenggaraan pembelajaran tatap muka secara konvesional.

(11)

11

c. Biaya yang diperlukan untuk mengembangkan infrastruktur, mengadakan peralatan serta software tidaklah sedikit. Untuk itu perlu dipertimbangkan hal-hal seperti, apakah akan membangun suatu jaringan secara penuh ataukah secara bertahap, apakah akan mengadakan peralatan yang sama sekali baru ataukah meng-upgrade yang sudah ada atau second.

d. Biaya operasional dan perawatan. Suatu system akan bejalan apabila dikelola secara baik. Dengan demikian, system pembelajaran berbasis internet ini, juga diperlukan biaya operasional dan perawatan yang tentunya tidaklah sedikit.

e. Sumber daya manusia. Untuk mengembangkan dan mengelola jaringan dan system pembelajaran, diperlukan sejumlah sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan integrasi yang tinggi. Dalam hal ini termasuk guru-guru yang harus memahami prinsip-prinsip pembelajaran melalui internet.

f. Siswa. Yang tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan adalah mengetahui sebagaimana kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan internet yang akan diselenggarakan.

Berdasarkan kajian dan pertimbangan sebagaimana telah dibahas di atas, kemudian system pembelajaran internet dikembangkan melalui tiga cara pengembangan yaitu : a. Menggunakan sepenuhnya fasilitas internet yang telah ada, seperti e-mail, IRC

(Internet Relay Chat), word wide web, search angine, millis (milling list), dan FTP (File Transfer Protocol).

b. Menggunakan software pengembang program pembelajaran dengan internet yang dikenal dengan Web-Course Tools, yang di antaranya bias didapatkan secara gratis ataupun bias juga dengan membelinya.

c. Mengembangkan sendiri program pembelajaran sesuai dengan kebutuhan (tailor made), dengan menggunakan bahasa pemogramana seperti ASP (Active Server Pages) dan lain-lain.

3. Aplikasi Pembelajaran melalui Teknologi Informasi

Teknologi pendidikan dapat mengubah cara pembelajaran yang konvensional menjadi nonkonvensional . Dalam proses pembelajaran , aplikasi e-learning dapat mencakup aspek perencanaan , implementasi, dan evaluasi. Saat berlangsungnya proses pembelajaran diperlukan perencanaan yang baik mengenai aktivitas yang akan dilakukan. Pada dasarnya aplikasi pembelajaran melalui teknologi informasi memuat beberapa hal, yaitu rencana, perkiraan dan gambaran umum kegiatan belajar dengan menggunakan dan memanfaatkan jaringan komputer.

Ada empat komponen yang terdapat dalam perencanaan pembelajaran, yaitu: materi, kegiatan belajar mengajar seerta evaluasi. Komponen tujuan berfungsi untuk menentukan arah kegiatan pada saat pembelajaran berlangsung. Rumusan pembelajaran tidak hanya menggmbarkan hasil melainkan juga menggambarkan kegiatan atau proses pembelajaran. Penetapan materi (bahan ajar) akan berfungsi untuk memberi makna terhadap upaya pencapaian tujuan. Dalam hal ini terlihat jelas perbedaan dalam penerapan belajar konvensiaonal dan e-learning . Pada pembelajaran konvensional guru menggunakan metode pembelajaran yang dipilihnya, dan bahan ajar telah disediakan dalam buku paket yang akan disampaikan guru setiap kali tatap muka .

Sedangkan dalam pembelajaran menggunakan e-learning , kita dapat mengakses langsung bahan ajar pada beberapa halaman web yang telah dibuat selain dengan menggunakan bahan ajar yang telah tersedia . Maka perolehan informasi akan lebih luas , mendalam serta bervariasi. Kegiatan belajar mengajar yang tercakup dalam perencanaan pembelajaran pada intinya memuat deskripsi materi, metode pembeljaran, dan media yang digunakan dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran berbasis e-learning penent uan bahan

(12)

12

ajar hanya pokok-pokoknya saja , karena deskripsi lengkapnya disediakan dalam halaman web yang akan diakses siswa.

Evaluasi merupakan bagian terakhir dari komponen perencanaan pembelajaran yang berfungsi untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa menuasai materi yang telah diajarkan selama pembelajaran berlangsung dan untuk mengetahui sejauh man tujuan pembelajaran telah dicapai dan tindakan apa yang harus dilakukan pabila tujuan pembelajaran belum tercapai. Evaluasi dapat dilakukan dengan bervariasi , bisa berupa pertanyaan, tugas-tugas, dan atau latihan-latihan yang harus dikerjakan siswa.

Terdapat beberapa model penerapan yang digunakan dalam implementasi pembelajaran e-learning , yaitu : Selective Model , Sequential Model Statc Station Model dan Laboratory Model . Untuk lebih jelasnya , perhatikan uraian dibawah ini.

a. Selective Model

Model ini digunakan apabila media komputer yang tersedia disekolah sangat terbatas , misalnya hanya ada satu komputer saja . Maka guru harus dapat memilih salah satu media yang dirasa tepat untuk menyampikan materi kepada siswa . Dan apabila guru menemukan bahan ajar yang dinili berkualitas guru harus menyampaikannya dengan cara demonstrasi saja . Akan tetapi apabila media komputer tersedia lebih dari satu , siswa harus diberi kesempatan untuk mendapat pengalaman langsung.

b. Sequential Model

Model ini digunkan apabila jumlah komputer di sekolah terbatas, mislnya hanya ada dua unit komputer .guru harus pandi mengatur dan mengarahkan siswanya , misalnya dengan pembagian kelompok kecil agar siswa dapat mencari sumber informasi baru ataupun rujukan bahan pembelajaran secara bergliran.

c. Static Station Model

Model ini sama halnya dengan model selective dan sequential , yaitu apabila di sekolah hanya memiliki jumlah komputer yang minim. Namun dalam model ini guru memiliki beberapa sumber belajar ang berbeda tetapi untuk mencapai tujun pembelajaran yang sama.

d. Laboratory Model

Model ini digunakan jika tersedia sejumlah komputer di sekolah/ laboratorium yang dilengkapi dengan jaringan internet, di mana siswa dapat menggunakannya secara lebih leluasa (satu siswa satu komputer). Dalam hal ini, bahan e-learning dapat digunakan oleh seluruh siswa sebagai bahan pembelajaran mandiri.

Setiap model e-learning yang dapat digunakan dalam pembelajaran di atas masing-masing mempunyai kekuatan dan kelemahan. Pemilihannya bergantung kepada infrastruktur telekomunikasi dan peralatan yang tersedia di sekolah. Bagaimanapun upaya pembelajaran dengan pendekatan e-learning ini perlu terus dicoba dalam rangka mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi di masa yang akan datang.

CONTOH PENERAPAN PEMBELAJARAN INOVATIF BERBASIS TEKNOLOGI Untuk memberikan gambaran tentang bagaimana merancang pembelajaran inovatif berbasis teknologi, berikut akan diberikan contoh dan bagaimana sajiannya. Contoh berikut merupakan pengembangan pembelajaran dengan moodle dan model project based learning (PjBL) untuk mahasiswa PGSD mata kuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Berikut adalah deskripsi mata kuliah dalam silabus.

(13)

13

Gambar 2: Deskrispi mata kuliah dalam silabus

Berdasarkan deskrispi mata kuliah ini kemudian dikembangkan rancangan aktivitas dalam kelas online dengan LMS moodle dalam E-learning di alamat www.flearn.uksw.edu . Tampilan yang dibuat dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini.

Gambar 3: Tampilan depan kelas online

Sesuai dengan urutan pembelajaran dengan project based learning (PjBL) maka langkah pertama yang dilakukan adalah memberikan permasalahan sebagai stimulus peserta didik agar tertarik, terbuka dan terinspirasi untuk menghasilkan produk tertentu yang akan dikembangkan. Permasalah yang diberikan dalam bentuk video yang menceritakan tentang tuntutan kehidupan di jaman abad 21 yaitu bukan sekedar menghafal dan memahami tetapi sampai pada menghasilkan sesuatu (create). Bukan sekedar pengguna, tetapi penggagas dan penghasil sesuatu. Ini menjadi tantangan mereka sebagai calon guru agar mampu menciptakan suasana belajar bagi siswa, sehingga siswa termotivasi untuk memikirkan sesuatu bukan sekedar mengingat sesuatu.

(14)

14

Gambar 4: Permasalahan awal sebagai stimulus pembelajaran

Langkah kedua dari tahapan belajar dengan model ini adalah menyusun rancangan proyek untuk menghasilkan produk perdasarkan masalah yang diberikan

Gambar 6: Kegiatan dalam merancang proyek

Hasil diskusi kelompok yang menghasilkan rencana produk kemudian dibuat dalam rencana waktu pengerjaan proyek yang dilakukan mandiri oleh mahasiswa dalam kelompok. Untuk melihat progres dan kegiatan monitoring kerja setiap kelompok maka dibuatkan jurnal mingguan online. Jurnal tersebut dapat dilihat pada gambar 6 berikut ini.

(15)

15

Gambar 7: Jurnal mingguan

Selama peserta didik mengerjakan proyek, mereka juga disiapkan bahan untuk belajar dan pertimbangan untuk proyek mereka sehingga dapat dikerjakan dengan baik. Beberapa contoh bahan dapat dilihat dalam gambar berikut ini.

(16)

16

Gambar 8: Contoh bahan belajar dan referensi serta video

Setelah waktu yang telah disepakati maka setiap kelompok akan mempersentasi hasil produknya dan akan dinilai kelompok lain dan pengajar dalam kegiatan belajar kunjung karya.

(17)

17

(18)

18

Berdasarkan penilian dan masukan dari kelompok lain dan pengajar maka setiap kelompok akan memperbaiki produk dan mengujicobakan produk disekolah sebagai tugas akhir mata kuliah dengan ketentuan yang telah disepakati.

Gambar 10: Rincian tugas akhir

PENUTUP

Kewajiban guru sebagai bentuk profesionalitasnya dapat diwujudkan dalam bentuk perbaikan proses pembelajaran. Hal yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan pembelajaran inovatif sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku. Tujuannya adalah untuk memberikan layanan yang lebih baik kepada peserta didik sehingga mereka lebih senang belajar, terbuka akan informasi, perkembangan, dan tanggap akan perubahan serta tuntutan jaman. Pembelajaran inovatif itu bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi sehingga akan lebih memberikan ruang yang lebih luas kepada peserta didik terhadap sumber belajar dan sarana menghasilkan inspirasi.

Daftar Pustaka

Dadang. 2015. Pengertian/Definisi Pendekatan Saintifik, Prinsip Pembelajaran Dan Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan Saintifik Kurikulum 2013. http://www.salamedukasi.com/2014/06/pengertiandefinisi-pendekatan-saintifik.html (28 Desember 2015)

Mulyana. 2015. Model – Model Pembelajaran Inovatif Dan Cara Penerapannya. http://ainamulyana.blogspot.co.id/2015/09/model-model-pembelajaran-inovatif-dan.html (4 Januari 2016)

Nugroho, Taufik. 2015. Pendekatan Scientific, Model Dan Strategi Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013. Artikel. Widyaiswara Muda P4TK Bahasa

Nuralim, Muhammad. 2015. 3 model pembelajaran yang sesuai untuk kurikulum 2013. http://guraru.org/guru-berbagi/3-model-pembelajaran-yang-sesuai-untuk-kurikulum-2013/ (29 Desember 2015)

Sari, Riska. 2015. Inovasi Pembelajaran Melalui Teknologi Informasi.

riskasari1222051.blogspot.co.id/2015/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_26.html (26 Januari 2015)

Gambar

Gambar 1: Langkah langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek  (dikembangkan dari materi pelatihan kurikulum 2013)
Gambar 2: Deskrispi mata kuliah dalam silabus
Gambar 4: Permasalahan awal sebagai stimulus pembelajaran
Gambar 7: Jurnal mingguan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam keseharian norma ada dua yaitu nilai baik dan nilai buruk, nilai baik jika buruk jika perbuatan itu baik, nilai buruk jika perbuatan itu buruk. Penilaian itu bersifat

Hasil dari pengujian ini adalah: (1) ada pengaruh konsentrasi inhibitor ekstrak daun pepaya terhadap laju korosi pada baja galvanis dalam medium larutan Asam Sulfat (H 2 SO

budaya dan konteks sosial, satuan kebahasaan, serta unsur paralinguistik dalam penyajian teks. - Mengenal bentuk. dan ciri teks berbagai teks sederhana. - Menganalisis

1. Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang bersifat memaksa, digunakan untuk keperluan daerah bagi kemakmuran rakyat. Retribusi daerah adalah pungutan daerah

Berdasarkan lembar observasi aktivitas peneliti sebagai guru dalam proses pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, maka jumlah skor dan persentase aktivitas peneliti dalam

Berdasarkan paparan data dan pembahasan terhadap data yang tersaji pada bagian terdahulu, maka penelitian ini menemukan beberapa temuan, yaitu bahwa dalam

Variabel kepercayaan (X2) berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap keputusan pembelian konsumen Traveloka (Y) yang ditunjukkan dengan nilai t hitung 2,316 >