• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA ANAK TURUT SERTA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA ANAK TURUT SERTA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENGATURAN TINDAK PIDANA ANAK TURUT SERTA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK MELAKUKAN PERSETUBUHAN

YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

C. Tindak Pidana Persetubuhan dalam KUHPidana

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) memasukkan perbuatan persetubuhan sebagai kejahatan terhadap kesusilaan atau kejahatan terhadap kesopanan36 Kesusilaan adalah (goede zeden) adalah kesusilaan moral dengan norma kesopanan, khususnya dibidang seksual.37 Tindak pidana kesopanan dibentuk untuk melindungi kepentingan (recbtsbelang) terhadap rasa kesopanan masyarakat (rasa keadilan termasuk di dalamnya).38

36

P.A.F. Lamintang dan Theo Lamintang, Kejahatan Melanggar Norma Kesusilaan dan Norma Kepatutan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h 7

37

Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h.150

`

Persetubuhan secara sederhana diartikan sebagai aktifitas/hubungan seksual yang umum dilakukan untuk memperoleh kenikmatan seksual atau untuk proses memperoleh anak. Persetubuhan dengan demikian bukanlah sebuah bentuk kejahatan tapi merupakan perbuatan manusiawi karena lumrah dilakukan bahkan merupakan kebutuhan kodrati. Sifat jahat terhadap aktifitas seksual ini kemudian melekat jika itu dilakukan tidak sesuai dengan hukum sehingga disebutlah perbuatan itu sebagai kejahatan seksual.Terminologi persetubuhan dan terminologi pencabulan memiliki perbedaan prinsipil secara yuridis.

(2)

Tindak pidana persetubuhan dalam KUHPidana, yaitu 1. Pasal 287 KUHP menyatakan :

(1) Barangsiapa bersetubuh dengan perempuan yang bukan istrinya, sedang diketahuinya atau harus patut disangkakannya, bahwa unsur perempuan itu belum cukup 15 (lima belas) tahun kalau tidak nyata berapa umurnya, bahwa perempuan itu belum masanya untuk kawin, dihukum penjara selama-lamanya 9 (Sembilan) tahun.

(2) Penuntutan hanya dilakukan kalau ada pengaduan, kecuali umur perempuan itu belum sampai 12 (dua belas) tahun atau jika ada salah satu hal tersebut pada Pasal 291 dan 294.

2. Pasal 288 KUHP menyatakan :

(1) Barangsiapa bersetubuh dengan yang bukan istrinya yang diketahuinya atau patut disangkanya, bahwa perempuan itu belum masanya untuk dikawinkan, dihukum penjara selama-lamanya 4 (empat) tahun, kalau perbuatan itu berakibat badan perempuan itu mendapat luka.

(2) Kalau perbuatan itu menyebabkan perempuan mendapat luka berat, dijatuhkan hukuman penjara selama-lamanya 8 (delapan) tahun.

(3) Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian perempuan itu dijatuhkan hukuman penjara selama-lamanya 12 (dua belas) tahun.

3. Pasal 291 KUHP menyatakan:

(1) Kalau salah satu kejahatan yang diterangkan dalam Pasal 286, 287, 289 dan 290 itu menyebabkan luka berat pada tubuh, dijatuhkan hukuman penjara selama-lamanya 12 (dua belas) tahun.

(3)

(2) Kalau salah satu kejahatan yang diterangkan dalam Pasal 285, 286, 287, 289, dan 290 itu menyebabkan orang mati, dijatukan hukuman penjara selama-lamanya 15 (lima belas) tahun.39

D. Tindak Pidana Persetubuhan diluar KUHPidana

Pada umumnya perbuatan persetubuhan dapat dilakukan dengan pemaksaan yang lebih dikenal dengan pemerkosaan dan dapat dilakukan tanpa pemaksaan. Hukum positif yang berlaku di Indonesia telah mengatur perbuatan persetubuhan secara umum terhadap orang yang dewasa dan anak-anak secara khusus jika dilakukan terhadap anak diatur dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

serta jika dilakukan terhadap orang yang masih termasuk dalam hubungan keluarga diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Tindak Pidana Persetubuhan diluar KUHPidana, antara lain :

1. Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, maka persetubuhan terhadap anak yakni seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun (vide Pasal 1 angka 1) mendapat pengaturan lebih khusus yakni dalam Pasal 81 dinyatakan :

(4)

(1) Setiap orang yang melangggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76D dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi Setiap Orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk Anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.

(3) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Orang Tua, Wali, pengasuh Anak, pendidik, atau tenaga kependidikan, maka pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Pasal 82

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76E dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(2) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Orang Tua, Wali, pengasuh Anak, pendidik, atau tenaga kependidikan, maka pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

2. Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT)

(5)

Dalam bahasa Inggris, kekerasan diistilah dengan violence. Secara etimologi, violence merupakan gabungan dari “vis” yang berarti daya atau kekuatan dan “latus” yang berasal dari kata “ferre” yang berarti membawa.40 Jadi violence adalah tindakan yang membawa kekuatan untuk melakukan paksaan atau tekanan fisik maupun non fisik.

Undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT) ini secara khusus berlaku dan diberlakukan bagi orang dalam lingkup rumah tangga. Salah satu jenis kejahatan dalam rumah tangga adalah kekerasan seksual, Pasal 5 huruf c UU PKDRT dilarang setiap orang melakukan kekerasan seksual yakni meliputi a. pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut dan b. pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu (Vide

Kekerasan seksual (sexsual abuse), meliputi, pemeriksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam rumah tangga, hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tertentu (vide Pasal 8).

Pasal 8).

41

Kekeasan seksual menunjukkan kepada setiap aktivitas seksual, bentuknya dapat berupa penyerangan atau tanpa penyerangan. Kategori penyerangan, menimbulkan penderitaan berupa cedera fisik, kategori kekerasan seksual tanpa penyerangan

(6)

menderita trauma emosional. Bentuk-bentuk kekerasan seksual, dirayu, dicolek, dipeluk dengan paksa, diremas, dipaksa onani, oral seks, anal sek dan diperkosa.42

Larangan melakukan kekerasan seksual dalam Pasal 5 huruf c jo Pasal 8 UU PKDRT diancam dengan pidana dalam Pasal 46, Pasal 47 dan Pasal 48.

Pasal 48 Undang-Undang KDRT berbunyi:Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dan Pasal 47 mengakibatkan korban mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, mengalami gangguan daya pikir atau kejiwaan sekurang-kurangnya selama 4 (empat) minggu terus menerus atau 1 (satu) tahun tidak berturut-turut, gugur atau matinya janin dalam kandungan, atau mengakibatkan tidak berfungsinya alat reproduksi, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan pidana penjara paling lama

Pasal 46 Undang-Undang KDRT berbunyi:”Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasanseksualsebagaimana dimaksudpadapasal8huruf (a) dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun atau denda paling banyak Rp 36.000.000,00 (tigapuluh enam juta rupiah)”.

Pasal 47 Undang-Undang KDRT berbunyi: Setiaporangyang memaksaorangyang menetapdalamrumahtangganya melakukanhubunganseksualsebagaimana dimaksuddalampasal8huruf(b) dipidanadenganpidanapenjarapaling singkat4(empat)tahundanpidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling sedikit Rp. 12.000.000,00(duabelasjutarupiah)ataupaling banyakRp.300.000.000,00 (tigaratus juta rupiah).

42

(7)

20 (dua puluh) tahun atau denda paling sedikit Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Penggunaan pasal-pasalinihanya padastatuspelakudankorbansebagai dalamlingkuprumahtanggayang meliputisuami,isteri,anak,orang-orangyang mempunyai hubungan keluarga karena darah, perkawinan, susuan, pengasuhan, perwalianyangmenetapdalamrumahtanggatersebutdanpembanturumahtangga.

Haliniberartikekerasanseksualyang diatur dalam Pasal 46 dan Pasal 47 serta Pasal 48Undang-Undang KDRT, dapat menjerat pelaku persetubuhan jika dilakukan terhadap seseorang yang termasuk anak, dimana hubungan pelaku dengananak

dimaksud terikat dalam ruanglingkup rumah tangga

yangmenetapdalamrumahtanggatersebut.

3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Tindak pidana perdagangan orang adalah setiap tindakan atau serangkaian tindakan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang ditentukan dalam UU Perdagangan orang No. 21 tahun 2007.43

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang Pasal 2 sampai Pasal 27. Yang dalam Pasal 2 ayat (1) menyatakan “Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penamoungan, pengiriman,pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan,penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang, atau

(8)

memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah Negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana penjara singkat 3 tahun dan paling lama 15 tahun dan dipidana denda paling sedikit Rp 120.000.000 (seratus duapuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 600.000.000 (enam ratus juta rupiah).44

Persetubuhan merupakan kejahatan kesusilaan (kemanusiaan). Kamus Istilah Fiqh menyebutkan pengertian persetubuhan sebagai berikut: Hubungan kelamin/seks antara laki-laki dan perempuan tanpa ada ikatan perkawinan yang sah, yaitu memasukkan dzakar/kelamin laki-laki ke dalam farji/kelamin perempuan, minimal sampai batas qulfah (kepala dzakar).45

44

Henny Nuraeny, Tindak Pidana Perdagangan Orang, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 130

45

Sudaryono dan Natangsa Surbakti, Buku Pegangan Kuliah Hukum Pidana, (Surakarta: UNS, 2005), h. 123.

Referensi

Dokumen terkait

Muhidin Ruko Graha Cakra Kencana Blok G Gudang Hitam (Dekat Bank BRI Sungai Liat) 0717-93765.. 117 Pangkalpinang-JNE

Hasil analisis dengan korelasi didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu hamil primigravida dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi

I am happy to see this great work as part of collaborations among Universitas Ahmad Dahlan and Universitas Gadjah Mada, Universitas Diponegoro, Universitas

Salah satu jenis kegiatan yang bisa dilakukan oleh Guru kelas dalam membantu siswaI. I mengatasi permasalahan belajar adalah dengan melaksanakan kegiatan

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan pada latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimana pengembangan hybrid modul dan hasil validasi ahli

In- deed, Tarasti recently introduced new types of signs: pre, act and post-signs, un- questionably based on logical relation with a referent within the musical process, so

Implikasi dari kegiatan eduwisata teh harus dipasarkan sebagai produk Pendidikan sambil berwisata yang ditawarkan di desa Sarongge dalam menghabiskan waktu luang

Berdasarkan hasil karakterisasi sifat listrik lapisan CSZ menggunakan LCR meter diketahui bahwa peningkatan waktu deposisi menurunkan nilai konduktivitas ionik lapisan CSZ