• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

Gizi merupakan salah satu indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan kesehatan di seluruh dunia. Keberhasilan pelaksanaan program gizi tidak hanya menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan di suatu negara tapi juga merupakan hal yang penting dalam usaha peningkatanan sumber daya manusia untuk masa yang akan datang.

Status gizi anak merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan sebagai prasyarat untuk kemajuan sosial ekonomi masyarakat dalam jangka panjang (de Onis, 2000). Kekurangan gizi berkontribusi terhadap tingginya tingkat kecacatan, penyakit dan kematian. Kurang gizi juga mempengaruhi pertumbuhan fisik jangka panjang dan perkembangan anak-anak, dan dapat menyebabkan tingginya penyakit kronis dan cacat dalam kehidupan dewasa. Selain itu, tingginya tingkat kurang gizi membahayakan pertumbuhan ekonomi di masa depan dengan mengurangi potensi intelektual dan fisik dari seluruh penduduk (Kabubo-Mariara et al., 2008).

Masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi dapat timbul karena berbagai faktor, oleh karena itu penanggulangan masalah gizi ini harus melalui pendekatan yang melibatkan berbagai sektor yang terkait. Kekurangan gizi bukan hanya sekedar hasil dari ketersediaan pangan yang tidak memadai atau kurangnya akses ke pelayanan kesehatan dan sanitasi. Masalah gizi utama di Indonesia saat ini antara lain ; 1) Kekurangan Energi Protein 2) Anemi gizi 3) Kurang Vitamin A dan 4) Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan angka prevalensi gizi kurang pada balita (BB/U<-2SD) memperlihatkan gambaran yang fluktuatif. Jika pada Riskesdas tahun 2010 prevalensi balita gizi kurang berhasil diturunkan dari 18,4 persen (2007) menjadi 17,9 persen (2010) namun angka tersebut

(2)

meningkat menjadi 19,6 pada 2013 dan hasil itu secara nasional semakin jauh dari target prevalensi gizi kurang yang ditetapkan tujuan Milinium Development Goals (MDGs) yaitu 15,5 persen pada tahun 2015.

Balita yang tidak aktif ditimbang berat badanya perbulan akan mengalami kendala dalam pemantauan tumbuh kembangnya atau keadaan status gizinya. Tidak terpantaunya tumbuh kembang balita dapat menjadi salah satu sebab meningkatnya angka kejadian balita gizi kurang, hal ini dikarenakan perubahan keadaan gizi balita tidak terdeteksi sedini mungkin. Data Riskesdas menunjukkan kecenderungan proporsi balita yang tidak pernah ditimbang enam bulan terakhir semakin meningkat dari 23,8 persen (2010) menjadi 34,3 persen (2013). Frekuensi anak yang ditimbang ≥ 4 kali dalam enam bulan terakhir mengalami sedikit penurunan dari 45,4 persen (2007) menjadi 44,6 persen (2010). Angka tersebut menunjukkan makin menurunnya tingkat keaktifan ibu dalam kegiatan penimbangan balita.

Keseimbangan antara energi yang masuk dan energi yang keluar akan menghasilkan keadaan berat badan yang normal atau ideal. Asupan makanan yang baik (beragam dan bergizi seimbang) bukan hanya berpengaruh pada bertumbuhan fisik tetapi juga berpengaruh pada perkembangan otaknya (kecerdasan). Secara nasional penduduk Indonesia yang mengkonsumsi energi dibawah kebutuhan minimal (kurang dari 70 persen dari Angka Kecukupan Gizi) bagi orang indonesia masih sebanyak 40,7% (Riskesdas 2010).

Sanitasi dan sumber air bersih merupakan salah satu faktor penyebab tidak langsung terhadap status gizi. Sanitasi dan air bersih yang baik akan berdampak pada keadaan kesehatan terutama pengendalian penyakit infeksi. Perbaikan keadaan sanitasi dan air bersih yang baik akan berpengaruh pada peningkatan status gizi. Riskesdas 2010 menunjukkan akses rumah tangga terhadap kualitas air minum yang terlindungi sesuai kriteria MDGs masih rendah sebesar 45,1% ( target MDGs 2015 sebesar 66,7%) sengkan adkses rumah tangga terhadap pembuangan tinja layak sesuai kriteria MDGs sebesar 55,5%.

Tingkat sosial ekonomi keluarga berupa pendidikan ibu, status ekonomi dan jumlah Anggota Rumah Tangga (ART) menjadi faktor yang berpengaruh

(3)

secara tidak langsung terhadap status gizi balita. Pendidikan ibu merupakan salah satu unsur penting yang dapat mempengaruhi keadaan gizinya karena dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimiliki seorang ibu menjadi lebih baik. Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat, serta tingkat pendidikan yang tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan menerapkannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari.

Status sosial ekonomi memiliki peranan terhadap keadaan kesehatan termasuk gizi suatu rumah tangga, hal ini berkaitan dengan kemampuan rumah tangga dalam menyediankan pangan dan kemampuan akses kelayanan kesehatan bagi anggota rumah tangga. Rumah tangga dengan pendapatan yang rendah akan mengalami kesulitan dalam penyedian pangan dan ini berdampak pada keadaan gizi anggota rumah tangga terutama anak balita.

Jumlah Anggota Rumah tangga (ART) yang besar akan berpengaruh pada keadaan kesehatan dan akses pangan tiap ART. Dengan jumlah ART yang besar upaya untuk memenuhi kebutuhannya layanan kesehatan dan pangan tiap ART akan terhamba dan pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi ART. Zat giziyang diperlukan oleh anak-anak dan anggota keluarga yang masih muda pada umumnya lebih tinggi dari kebutuhan orang dewasa karena mereka sedang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat (Sediaoetama, 2008)

Salah satu usaha untuk menanggulangi masalah gizi pada tingkat masyarakat yang ada saat ini yaitu dengan menggiatkan peran posyandu. Program gizi dan kesehatan dilaksanakan di posyandu memiliki dampak yang signifikan terhadap status gizi anak. Aktif di posyandu memiliki dampak positif pada status gizi anak di bawah lima tahun, semakin sering kunjungan ke Posyandu, maka status gizi akan baik (Anwar et al., 2010).

Kegiatan posyandu dilakukan oleh dan untuk masyarakat, posyandu sebagai wadah peran serta masyarakat, yang menyelenggarakan sistem pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar, peningkatan kualitas manusia, secara nyata telah dapat memeratakan pelayanan bidang kesehatan.

(4)

Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) merupakan riset berkala yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tiap 3 tahun sejak tahun 2007. Data hasil riskesdas dapat dimanfaatkan untuk memberikan gambaran keadaan kesehatan penduduk indonesia dari berbagai program kesehatan yang ada. Data hasil Riskesdas diharapkan dapat menghasilkan rumusan kebijakan dan program guna mempercepat upaya pencapaian target pembangunan nasional dibidang kesehatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana status gizi balita berdasarkan keaktifan ibu ke posyandu,

determinan status gizi dan faktor sosial ekonomi demografi dari data Riskesdas 2010?

2. Bagaimana hubungan keaktifan ibu ke posyandu dengan status gizi balita? 3. Bagimana hubungan asupan makanan dan sanitasi dan air bersih dengan

status gizi anak balita?

4. Bagaimana hubungan pendidikan ibu, status ekonomi, jumlah anggota rumah tangga dengan status gizi balita?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk menganalisa status gizi balita berdasarkan data Riskesdas 2010. 2. Tujuan Khusus

a. Untuk menganalisa bagaimana hubungan keaktifan ibu ke posyandu dengan status gizi balita.

b. Untuk menganalisa bagaimana hubungan asupan makanan dan sanitasi dan air bersih dengan status gizi anak balita.

c. Untuk menganalisa bagaimana hubungan pendidikan ibu, status ekonomi, jumlah anggota rumah tangga dengan status gizi balita.

(5)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

a. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan keadaan status gizi balita di Indonesia.

b. Sebagai langkah awal bagi penelitian berikutnya yang terkait dengan masalah keadaan gizi balita di indonesia.

2. Manfaat praktis

Sebagai masukan bagi pihak pembuat dan pengambil kebijakan dalam membuat kebijakan tentang masalah gizi balita di Indonesia

E. Keaslian Penelitian

Menurut pengetahui penulis, penelitian mengenai keaktifan ibu ke Posyandu dengan status gizi Balita (Analisa Data Riskesdas 2010) yang telah dilakukan, antara lain :

1. Dadang Sukandar dan Ali Khomsan (2007) penelitiannya berjudul Perception of Mother and Children’s Participation in The Nutritional Programs. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui persepsi masyarakat terhadap pelayanan gizi serta menganalisa partisipasi dalam program posyandu. Penelitian mendapatkan hasil bahwa partisipasi balita dalam mengunjungi posyandu relatif baik. Persamaan penelitian ini pada desain penelitiannya yang cross sectional namun berbeda dalam tujuan dan lokasi penelitian.

2. Faisal Anwar, Ali Khomsan, Dadang S, Hadi Riyadi and Eddy Mudjajanto (2010) melakukan penelitian yang berjudul High participation in the Posyandu nutrition program improved children nutritional status di dua kecamatan di Kabupaten Cianjur. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis status gizi dan konsumsi makanan anak-anak yang berpartisipasi dalam program gizi Posyandu, dengan metode desain cross-sectional. Dari penelitian ini diperoleh hasil Semakin sering kunjungan ke Posyandu, akan semakin baik status gizi balita. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan desain cross sectiona, namun berbeda dalam tujuan dan lokasi penelitiannya.

(6)

3. Tjetjep Syarif Hidayat dan Abas Basuni Jahari (2011) dengan penelitian yang berjudul Perilaku Pemanfaatan Posyandu Hubungannya dengan Status Gizi dan Morbiditas Balita Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pemanfaatan pelayanan kesehatan di posyandu hubungannyan dengan status gizi dan morbiditas balita. Data yang dianalisis adalah data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007. Hasil yang didapat rumah tangga balita yang memanfaatkan pelayanan kesehatan, lebih banyak balitanya berstatus gizi baik dan angka kesakitan rendah dibandingkan dengan yang tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan. Persamaanya dengan penelitian ini adalah menggunakan data sekunder dari hasil Riskesdas namun berbeda dalam tujuan dan tahun sumber data Riskesdas yang dipakai.

4. Debby Yurike, Satria Putra Utama dan Agus M.H Putranto (2012) melakukan penelitian yang bejudul Hubungan antara Sosial Ekonomi, Higene Sanitasi Lingkungan dengan Status Gizi Anak usia 2-5 Tahu di Kecamatan Segimin Kabupaten Bengkulu selatan. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan antara sosial ekonomi, higene sanitasi lingkungan dengan status gizi anak usia 2-5 Tahun. Dari penelitian ini didapati hasil bahwa pendidikan dan pendapatan mempunyai hubungan dengan status gizi anak usia 2-5 tahun. Persamaan dengan penelitian ini pada desain penelitian dengan cross sectional dan variabel penelitian pendidikan dan sanitasi lingkungan. Sedangkan perbedaannya pada lokasi tempat penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Uji kenormalan terlebih dahulu dilakukan dengan test Kosmogorov, setelah data yang diperoleh normal selanjutnya untuk melihat pengaruh ketebalan saringan pasir dan

Hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Astrisan Faadhilah yang melakukan penelitian tentang minat mahasiswa terhadap prestasi belajar program studi pendidikan biologi

BRI Syariah merupakan tabungan investasi yang dilakukan dengan menggunakan prinsip bagi hasil, prinsip bagi hasil yang dimaksud disini adalah dalam bentuk

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk

11 November 2017 Pembelajaran PLPG dan UTL PLPG 2 12 November 2017 UTL Ulangan: bagi yang tidak lulus PLPG 3 13 November 2017 UTN: Bagi yang Lulus PLPG dan nilai UKG &lt; 80

Sugiarto, SpPD, KEMD, FINASIM selaku Pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan pengarahan dalam penyusunan tesis ini,serta memberikan kemudahan penulis

Kedua, kebutuhan yang dipandang perlu dila- kukan sebagai solusi dari masalah-masalah di atas adalah sebagai berikut: (1) guru perlu memberi ke- sempatan siswa

underwear rules ini memiliki aturan sederhana dimana anak tidak boleh disentuh oleh orang lain pada bagian tubuhnya yang ditutupi pakaian dalam (underwear ) anak dan anak