• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Kependidikan 1. Media Pembelajaran

Secara umum media merupakan kata jamak dari “medium”, yang berarti perantara atau pengantar. Kata media berlaku untuk berbagai kegiatan atau usaha, seperti media dalam penyampaian pesan. Istilah media dalam bidang pengajaran atau pendidikan menjadi media pendidikan atau media pembelajaran (Wina Sanjaya, 2006: 163).

Menurut Daryanto (2010: 5) media pembelajaran adalah media yang digunakan sebagai alat dan bahan kegiatan pembelajaran. Menurut R. Ibrahim dan Nana Syaodih (1996), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar. Gagne dan Briggs (Azhar Arsyad, 2004: 4) secara implisit menyatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran. Alat yang digunakan terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film slide, foto, gambar, grafik, televisi dan komputer.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah semua alat dan bahan yang digunakan untuk

(2)

11

membantu guru menyampaikan pesan dalam kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan. Media pembelajaran juga dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa. Siswa tidak hanya mendengarkan uraian dari guru, namun juga dapat melakukan aktivitas lain seperti melakukan pengamatan.

2. Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

a. Pengertian Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan Nasional mengungkapkan bahwa lembar kegiatan siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang berupa petunjuk atau langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas (Andi Prastowo, 2011: 203). Menurut Suhardi (2012: 47) LKS atau Lembar Kerja Siswa merupakan salah satu media pembelajaran yang berfungsi untuk meningkatkan keterlibatan dan aktivitas dalam proses pembelajaran. LKS dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan tercapainya hasil pembelajaran, khususnya hasil belajar siswa.

Andi Prastowo (2011: 204) menambahkan bahwa tugas dalam LKS harus jelas pencapaian kompetensi dasarnya. Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa tugas-tugas teoritis dan/atau tugas-tugas praktis. Tugas teoritis misalnya berupa tugas membaca sebuah artikel tertentu atau membuat resume untuk dipresentasikan. Tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan

(3)

12

b. Pentingnya LKS pada Kegiatan Pembelajaran

LKS merupakan bahan ajar yang memiliki peran penting bagi kegiatan pembelajaran. Seperti yang telah dikemukaan oleh Andi Prastowo (2011: 204-205), sebagai bahan ajar LKS memiliki empat fungsi utama, yaitu:

(1) Lebih mengaktifkan siswa dan meminimalkan peran pendidik. (2) Mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan. (3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih. (4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa.

LKS diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, oleh karena itu tujuan dibuatnya setidaknya memiliki empat tujuan yakni: Pertama, menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan. Kedua, menyajikan tugas-tugas yang meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan. Ketiga, melatih kemandirian belajar siswa. Keempat, tujuannya adalah untuk pendidik dalam memberikan tugas kepada siswa.

c. Unsur-unsur LKS sebagai Bahan Ajar

Pedoman umum pemilihan dan pemanfaatan bahan ajar Pendidikan Nasional (Andi Prastowo 2011: 208) menyatakan bahwa LKS sebagai bahan ajar terdiri dari enam unsur utama yaitu:

(1) Judul

(4)

13 (3) Kompetensi dasar atau materi pokok (4) Informasi pendukung

(5) Tugas atau langkah kerja (6) Penilaian

Dilihat dari formatnya, LKS memuat delapan unsur, yaitu: (1) Judul

(2) Kompetensi dasar yang akan dicapai (3) Waktu penyelesaian

(4) Peralatan/bahan yang diperlukan saat pelaksanaan kegiatan (5) Informasi singkat

(6) Langkah kerja (7) Tugas

(8) Laporan yang harus dikerjakan

Carin dan Sund (1975: 146) memaparkan bahwa LKS secara umum memuat hal-hal sebagai berikut:

(1) Tujuan kegiatan yang dilakukan oleh siswa.

(2) Alat dan bahan yang diperlukan saat melakukan kegiatan.

(3) Apersepsi, dapat berupa pertanyaan awal yang memancing minat siswa.

(4) Langkah kerja yang harus dilakukan siswa.

(5) Pertanyaan diskusi untuk menuntun siswa melakukan analisis data dan menemukan kosep atau fakta.

(5)

14

(7) Rangkuman materi dari konsep yang akan dicapai.

Berdasarkan pendapat ahli, peneliti menyimpulkan bahwa LKS sebagai bahan ajar paling tidak memuat hal-hal berikuit ini:

(1) Judul

(2) Kompetensi Dasar yang harus dicapai. (3) Tujuan kegiatan yang dilakukan siswa.

(4) Alat dan bahan yang diperlukan siswa saat melakukan kegiatan (5) Informasi singkat atau prinsip dasar

(6) Langkah kerja

(7) Tugas diskusi (berupa pertanyaan yang menuntun siswa melakukan analisis data untuk menemukan fakta atau konsep serta menyimpulkan)

3. Guided Discovery

a. Pengertian Guided Discovery

Menurut Suryosubroto (2009: 178), metode discovery merupakan suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran, perseorangan, manipulasi objek, dan percobaan sebelum sampai pada generalisasi. Sebelum siswa mengetahui suatu pengertian, guru tidak menjelaskan dengan kata-kata. Penggunaan metode discovery dalam kegiatan belajar mengajar, memperkenankan siswa menemukan sendiri informasi yang biasa diberitahukan lewat metode ceramah.

Menurut Sani (2013: 220), discovery adalah penemuan konsep atau fakta berdasarkan data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Metode pembelajaran discovery menuntut guru untuk lebih

(6)

15

kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat siswa belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri.

Bruner (Winataputra, 2008: 318) menyatakan bahwa belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan (discovery learning). Siswa harus aktif mengidentifikasi prinsip-prinsip kunci yang ditemukannya sendiri, agar belajar menjadi bermakna dan memiliki struktur informasi yang kuat. Bruner menambahkan bahwa belajar penemuan (discovery learning) adalah proses belajar yang guru harus menciptakan situasi belajar yang terdapat permasalahan, menstimulus siswa dengan pertanyaan-pertanyaan, mendorong siswa mencari jawaban sendiri, dan melakukan eksperimen. Bentuk lain dari belajar penemuan (discovery learning) adalah guru menyajikan contoh-contoh dan siswa bekerja dengan contoh tersebut sampai dapat menemukan sendiri hubungan antar konsep.

Menurut Amalia Sapriati (2009: 1.28) ada dua macam atau jenis pembelajaran penemuan, yaitu pembelajaran penemuan murni (free discovery) dan pembelajaran penemuan terarah atau penemuan terbimbing (guided discovery). Pembelajaran penemuan murni (free discovery) merupakan pembelajaran penemuan tanpa adanya petunjuk atau arahan. Sedangkan pembelajaran penemuan terarah/terbimbing (guided discovery) merupakan pembelajaran yang membutuhkan peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajarannya.

(7)

16

Metode guided discovery atau penemuan terbimbing merupakan metode pembelajaran yang menciptakan situasi belajar yang melibatkan siswa belajar secara aktif dan mandiri dalam menemukan suatu konsep atau fakta. Proses penemuan tersebut, guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing. Oemar Hamalik (2005: 188) mengungkapkan bahwa guided discovery melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa melakukan discovery, sedangkan guru membimbing mereka kearah yang tepat. Menurut Hanafiah dan Cucu Suhana (2010: 77), guided discovery yaitu pelaksanaan penemuan dilakukan atas petunjuk dari guru. Pembelajarannya dimulai dari guru mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak, dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik kepada titik kesimpulan kemudian siswa melakukan percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakan.

Berdasarkan pendapat ahli, peneliti menyimpulkan bahwa metode guided discovery merupakan metode yang melibatkan siswa secara aktif dalam melakukan percobaan dengan tujuan untuk menemukan sendiri konsep atau fakta dengan bimbingan dan petunjuk dari guru.

b. Langkah-langkah Guided Discovery

Menurut Bruner (Winataputra, 2008: 3.19), tahap-tahap penerapan belajar penemuan, yaitu; (1) stimulus (pemberian perangsang/stimuli), (2) problem statement (mengidentifikasi masalah), (3) data collection

(8)

17

(pengumpulan data), (4) data processing (pengolahan data), (5) verifikasi, dan (6) generalisasi.

Menurut Dadan Djuanda, dkk. (2009: 114-115) pembelajaran model guided discovery terdiri dari 8 tahapan, yaitu; (1) Observasi untuk menemukan masalah, (2) Merumuskan Masalah, (3) Mengajukan Hipotesis, (4) Merencanakan pemecahan masalah melalui percobaan atau cara lain, (5) Melaksanakan percobaan, (6) Melaksanakan pengamatan dan pengumpulan data, (7) Analisis data, (8) Menarik kesimpuilan atas percobaan yang telah dilakukan satau penemuan.

Berdasarkan kajian dari ahli, peneliti menyimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran dengan metode guided discovery dilaksanakan dengan sebagai berikut:

(1) Observasi/stimulus, dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan, menganjurkan siswa untuk mengamati gambar, atau membaca buku terkait materi yang akan diberikan.

(2) Merumuskan masalah, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi adanya masalah yang ditemukan pada tahap observasi.

(3) Merumuskan hipotesis, merumuskan jawaban sementara dari rumusan masalah.

(4) Melaksanakan percobaan, sebagai sarana untuk menjawab permasalahan dan menemukan fakta.

(9)

18

(5) Mengumpulkan data, memberikan kesempatan kepada siswa mengumpulkan informasi.

(6) Menganalisis data, mengolah data yang telah diperoleh oleh siswa. (7) Menyimpulkan, siswa menarik kesimpulan atas percobaan yang telah

dilakukan sekaligus verifikasi.

c. Kelebihan dan Kekurangan Guided Discovery

Metode guided discovery memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan sehingga diperlukan pemahaman dalam melaksanakan metode tersebut. Suryosubroto (2009: 185) mengungkapkan beberapa kelebihan dari metode discovery sebagai berikut:

(1) Membantu siswa mengembangkan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif.

(2) Pengetahuan yang didapatkan bersifat kukuh. (3) Membangkitkan gairah belajar siswa.

(4) Memberi kesempatan pada siswa bergerak lebih maju sesuai kemampuan.

(5) Siswa lebih merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar, karena siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya.

(6) Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan diri melalui proses – proses penemuan.

(10)

19

Metode discovery juga memiliki beberapa kelemahan, seperti yang diungkapkan oleh Djamarah, dkk (2002: 83) sebagai berikut:

(1) Siswa harus memiliki kesiapan mental.

(2) Siswa harus memiliki keinginan untuk mengetahui keadaan lingkungan sekitarnya dengan baik.

(3) Metode discovery kurang berhasil digunakan di kelas besar.

(4) Penggunaan metode discovery mungkin akan mengecewakan bagi guru dan siswa yang sudah terbiasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional.

(5) Penggunaan metode discovery terlalu mementingkan memperoleh pengertian saja atau pembentukan sikap danketerampilan siswa.

4. Keterampilan Proses Sains

Nuryani Y. Rustaman (2005: 78) mengemukakan bahwa keterampilan proses melibatkan keterampilan intelektual, manual dan sosial. Keterampilan tersebut terlihat saat siswa berpikir, menggunakan alat dan bahan, dan proses siswa ketika berinteraksi.

(11)

20

Beberapa keterampilan proses sains dan indikator menuruit Warianto (2011: 19):

Tabel 1. Indikator Keterampilan Proses Sains

No Keterampilan

Proses Sains Indikator

1. Mengobservasi a. Menggunakan sebanyak mungkin indera b. Mengumpulkan fakta

2. Mengklasifikasi

a. Mencatat setiap pengamatan secara terpisah b. Mencari perbedaan dan persamaan

c. Mengontraskan ciri-ciri d. Mencari dasar pengelompokan 3. Menafsirkan

a. Menghubungkan hasil-hasil pengamatan b. Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan c. Menyimpulkan

4. Meramalkan

a. Menggunakan pola-pola hasil pengamatan

b. Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati

5. Mengajukan pertanyaan

a. Bertanya apa, bagaimana, dan mengapa b. Bertanya untuk meminta penjelasan

c. Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis

6. Merumuskan hipotesis

a. Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari satu kejadian

b. Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dalam memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah

7. Merencanakan percobaan

a. Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakan b. Menentukan variabel atau faktor penentu.

c. Menentukan apa yang akan diukur, diamati, dicatat d. Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah

kerja 8. Menggunakan

alat/bahan

a. Memakai alat dan bahan

b. Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan c. Mengetahui bagaimana menggunakan alat dan bahan

9. Menerapkan konsep

a. Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru

b. Mengguanakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi

10. Berkomunikasi

a. Memerikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik atau tabel atau diagram b. Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis c. Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian

d. Membaca grafik atau tabel diagram

e. Mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa

f. Mengubah betuk penyajian 11. Melaksanakan

percobaan

a. Melakukan percobaan

(12)

21

Keterampilan proses sains penting untuk dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran sains. Beberapa alasan pentingnya keterampilan proses diungkapkan oleh Semiawan (1992: 14-15) yaitu:

(1) IPTEK berkembang semakin cepat, tidak memungkinkan guru mengajarkan semua konsep dan fakta pada siswa.

(2) Konsep yang rumit dan abstrak akan lebih dipahami siswa jika disertai dengan contoh konkret.

(3) Penemuan dan perkembangan IPTEK yang bersifat relatif.

(4) Pengembangan sikap dan nilai dalam diri peserta didik perlu dikembangkan dalam proses belajar-mengajar.

B. Kajian Keilmuan

1. Ciri-Ciri Umum Jamur

Ilmu yang mempelajari jamur (Fungi) adalah Mikologi. Fungi adalah kelompok organisme eukariotik (selnya mempunyai membran inti) dan merupakan salah satu Kingdom dalam klasifikasi makhluk hidup. Dahulu, fungi dimasukkan dalam Kingdom Plantae, namun sekarang berada dalam Kingdom tersendiri. Ciri-ciri organisme yang masuk dalam Kingdom Fungi yaitu:

a. Uniseluler dan Multiseluler

Jamur bersifat uniseluler artinya jamur tersusun oleh satu sel dan jamur bersifat multiseluler artinya jamur tersusun oleh banyak sel.

(13)

22

Indrawati Gandjar, dkk. (2006: 3) menyebutkan bahwa jamur tumbuh sebagai hifa atau sebagai sel khamir.

1) Hifa

Hifa merupakan bagian penting tubuh jamur, karena memiliki fungsi menyerap nutrien dari lingkungan dan membentuk struktur untuk reproduksi. Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Hifa fungi membentuk massa saling menjalin, disebut miselium (Campbell et. al., 2008: 205).

Menurut Indrawati Gandjar, dkk. (2006: 12) berdasarkan morfologi hifa, ada 2 jenis hifa yaitu bersekat (septa) dan tidak bersekat (asepta). Hifa yang bersekat dan memiliki satu inti disebut hifa monositik, sedangkan hifa yang tidak bersepta sehingga memiliki banyak inti disebut hifa senositik.

Indrawati Gandjar, dkk. (2006: 11) menyatakan bahwa berdasarkan fungsinya, hifa fungi dibedakan atas dua tipe, yaitu: a) Hifa Vegetatif

Hifa yang umumnya rebah pada permukaan substrat atau tumbuh ke dalam substrat dan berfungsi untuk mengabsorbsi nutrien yang diperlukan untuk kehidupan fungi.

(14)

23 b) Hifa Fertil

Hifa yang umumnya tegak pada miselium yang ada di permukaan substrat dan berperan untuk reproduksi. Hifa fertil dapat berupa sporangiofor, konidiofor, atau karpus.

2) Khamir

Khamir merupakan fungi uniseluler. Khamir dapat bersifat dimorfistik yang artinya memiliki dua fase dalam siklus hidupnya. Fase tersebut yaitu fase hifa (membentuk miselium) dan fase khamir (membentuk sel tunggal) (Indrawati Gandjar, dkk, 2006: 14).

b. Heterotrof

Campbell et. al. (2008: 205) menyebutkan bahwa fungi mendapatkan makanan dengan mengabsorpsi nutrien dari lingkungan di luar tubuhnya. Fungi memerlukan bahan organik dari luar untuk kebutuhan nutrisinya atau disebut dengan heterotrof.

c. Tidak Berklorofil

Jamur tidak berklorofil. Klorofil merupakan pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan, alga, dan bakteri fotosintetik. Muthalib menyatakan bahwa pigmen tersebut berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan dengan menyerap dan mengubah energi cahaya

(15)

24

menjadi energi kimia (Nio Song Ai dan Yunia Banyo, 2011: 167). Oleh karena itu, jamur tidak melakukan fotosintesis.

d. Dinding Sel Tersusun atas Kitin

Dinding sel fungi diperkuat oleh kitin (Campbell et. al., 2008: 205). Kitin adalah polisakarida utama dalam dinding sel fungi dan merupakan suatu polimer dari N-asetilglukosamin (Indrawati Gandjar, dkk, 2006: 213).

e. Penghasil Spora

Fungi menghasilkan spora untuk reproduksi yang dapat dilakukan secara seksual maupun aseksual. Spora seksual terbentuk melalui peleburan antara hifa yang berbeda jenis [hifa (+) dan hifa (-)]. Spora aseksual dibentuk oleh hifa-hifa fertil. (Indrawati Gandjar, dkk, 2006: 47)

f. Hidup Di Daerah Lembab/Mengandung zat Organik

Fungi sering ditemukan di daerah yang lembab dan banyak terkandung zat organik. Tempat tumbuh fungi erat kaitannya dengan cara memperoleh nutrisi. Campbell et. al., (2008: 205) menjelaskan bahwa fungi memegang banyak peranan dalam komunitas ekologis. Fungi hidup sebagai dekomposer (saprofit), parasit, atau mutualis. Fungi dekomposer atau saprofit memecah dan menyerap nutrien dari

(16)

25

zat-zat organik yang mati seperti kayu yang lapuk atau batang kayu yang mati, contohnya jamur tiram (Pleurotus ostreatus). Fungi parasit mengabsopsi nutrien dari sel-sel inang yang masih hidup, contohnya Ganoderma sp. yang sampai saat ini masih menjadi hama utama pada perkebunan kelapa sawit. Fungi mutualis juga mengabsorpsi nutrien dari inang, namun fungi ini juga menguntungkan untuk inang tersebut. Contoh fungi mutualis yaitu mikoriza dan liken. Mikoriza adalah jamur yang bersimbioseis dengan akar tumbuh-tumbuhan. Liken adalah simbiosis mutualisme antara alga dan fungi.

2. Klasifikasi Jamur

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) klasifikasi adalah penyusunan bersistem dalam kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar yang ditetapkan. Berdasarkan pengertian tersebut maka, klasifikasi fungi adalah pengelompokan fungi ke dalam kelompok tertentu dengan kaidah yang telah ditetapkan. Klasifikasi fungi menurut Alexopoulos (1996) dapat disajikan pada Gambar 1.

(17)

26

Gambar 1. Hubungan Filogenik Hewan dan Fungi (Alexopoulos et. al., 1996: 69)

Gambar 1 menunjukkan bahwa hubungan kekerabatan fungi lebih dekat dengan hewan daripada dengan tumbuhan. Kingdom Animalia dan Kingdom Fungi terpisah karena fungi tidak memiliki kemampuan fagototrof. Zygomycota hifa tidak bersekat sehingga terpisah dengan Ascomycota dan Basidiomycota. Reproduksi seksual dengan pembentukan askospora memisahkan Ascomycota dengan Basidiomycota yang reproduksi seksualnya dengan pembentukan basidiospora.

(18)

27

Alexopoulos tidak memasukkan Deuteromycota ke dalam sistem klasifikasi Fungi. Hal ini dikarenakan pada Deuteromycota tidak diketahui reproduksi seksualnya. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Klasifikasi Fungi (Alexopoulos, 1996: 62)

Berdasarkan sistem klasifikasi oleh Alexopoulos (1996), jamur dikelompokkan menurut struktur hifa dan cara reproduksi seksualnya. a. Divisi Zygomycota

Zygomycota memiliki hifa yang tidak bersepta dan bersifat senositik. Reproduksi secara seksual dan aseksual. Siklus hidup Zygomycota disajikan dalam Gambar 3.

(19)

28

Gambar 3. Siklus Hidup Zygomycota (Campbell, et. al., 2008: 212)

Reproduksi aseksual pada Zygomycota yaitu zigospora akan tumbuh sporangiofor yang pada ujungnya akan membentuk sporangium, yaitu suatu struktur pada reproduksi aseksual yang membentuk sporangiospora. Sporangiospora terbentuk di dalam kantung sporangium.

Zigospora merupakan spora seksual dari Zygomycota. Menurut Indrawati Gandjar, dkk. (2006: 55), pembentukan zigospora dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Apabila ada dua koloni yang kompatibel, menghasilkan miselium vegetatif yang pasangan (mating type) berbeda, maka hifa dari

(20)

29

kedua tipe ini dapat menghasilkan zigofor (hifa aerial khusus yang fertil).

2) Kedua zigofor yang berbeda ini akan saling mendekat sampai bersentuhan.

3) Dinding masing-masing zigofor akan melebur di titik sentuhan dan zigofor akan membengkak menjadi progametangium yang berinti banyak.

4) Setiap progametangium akan berkembang menjadi gametangium dengan membentuk suatu sekat atau dinding sel yang memisahkannya dari bagian zigofor yang terdekat, yang kemudian dinamakan suspensor.

5) Dinding yang menisahkan kedua gametangia kemudian lisis dan kedua gametangia melebur menjadi zigospora.

b. Divisi Ascomycota

Ciri-ciri Ascomycota antara lain memiliki hifa yang bersekat. Reproduksi Ascomycota secara seksual dan aseksual Campbell, et. al. (2008: 213). Siklus hidup Ascomycota, secara umum dapat dilihat pada Gambar 4.

(21)

30

Gambar 4. Siklus Hidup Ascomycota (Campbell, 2008: 214)

Indrawati Gandjar, dkk. (2006: 56-59) menjelaskan reproduksi aseksual Ascomycota adalah dengan membentuk konidia. Konidia dibentuk oleh sel konidiogenos (sel aseksual tunggal) yang terbentuk langsung dari sel pada hifa. Letak konidia berada di ujung hifa. Reproduksi seksual menghasilkan karpus (tubuh buah) seksual. Tubuh buah merupakan suatu struktur atau organ dari miselium berbentuk menyolok yang menghasilkan spora seksual atau spora aseksual (Indrawati Gandjar, dkk., 2006: 223). Karpus seksual dihasilkan askus yang menghasilkan spora seksual yang disebut

(22)

31

askospora (Indrawati Gandjar, dkk., 2006: 48). Menurut Indrawati Gandjar, dkk. (2006: 53) pembentukan askospora adalah sebagai berikut:

1) Apabila dua hifa yang kompatibel bersentuhan, maka pada titik sentuh terjadi lisis sehingga nukleus dari hifa (+) dapat masuk ke dalam hifa (-), atau juga disebutkan bahwa nukleus dari hifa anteridium masuk ke dalam hifa oogonium.

2) Dalam hifa oogonium akan terdapat dua macam nukleus.

3) Sel oogonium kemudian membesar, memanjang, dan ujungnya membengkok. Pada fase ini sel tersebut dinamakan ascus mother cell.

4) Dalam ascus mother cell terjadi mitosis, yaitu nukleus yang (+) dan yang (-) masing-masing membelah diri. Kemudian nukleus-nukleus (+) dan (-) yang ada di ujung terpisah dari pasangannya oleh suatu sekat.

5) Selanjutnya terjadi proses kariogami yang dilanjutkan dengan meiosis dan mitosis, sehingga di dalam sel yang kemudian memanjang dan disebut askus terdapat delapan nukleus, yaitu 4 dari nukleus yang (+) dan 4 dari nukleus yang (-). Dinding sel berkembang disekeliling nukleus membentuk askospora.

Reproduksi pada khamir memiliki beberapa tipe reproduksi aseksual yaitu dengan pertunasan, pembelahan, atau dengan produksi

(23)

32

konidia. Reproduksi seksual terjadi antara sel-sel dari strain tunggal dan menghasilkan askus (Indrawati Gandjar, dkk., 2006: 65-67).

c. Divisi Basidiomycota

Basidiomycota banyak jenis-jenis yang karpusnya besar dan dapat dilihat dengan kasat mata. Indrawati Gandjar, dkk., (2006: 14) menjelaskan bahwa hifa pada Basidiomycota memiliki septa yang membagi hifa tersebut menjadi kompartemen-kompartemen. Basidiomycota memiliki tiga macam hifa, yaitu hifa primer, hifa sekunder, dan hifa tersier yang pada proses terbentuknya akan dijelaskan pada Gambar 5 Siklus Hidup Basidiospora.

Berdasarkan Gambar 5 dapat diketahui bahwa reproduksi seksual Basidiomycota adalah dengan menghasilkan spora aseksual yang disebut basidiospora. Proses terbentuknya basidiospora dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Hifa (+) dan hifa (-) yang berinti tunggal (hifa primer) mengadakan perkawinan sehingga menghasilkan hifa berinti ganda (hifa dikariotik atau hifa sekunder).

2) Hifa-hifa dikariotik membentuk masa padat (miselium dikariotik). 3) Miselium dikariotik akan tumbuh tubuh buah (basidiokarp).

4) Kemudian di bagian bawah basidiokarp akan terbentuk basidium yang terletak pada sekat-sekat bagian bawah.

(24)

33

Gambar 5. Siklus Hidup Basidiospora (Campbell et. al., 2008: 216)

5) Pada basidium terjadi penggabungan inti haploid (n) menjadi inti diploid (2n). Inti haploid kemudian mengalami pembelahan secara meiosis menghasilkan 4 inti haploid (n) disebut hifa tersier.

6) Inti haploid (n), kemudian akan menjadi inti spora basidium (basidiospora) yang terbentuk pada ujung basidium (mempunyai 4 basidiospora).

Reproduksi aseksual pada Basidiomycota adalah dengan membentuk spora aseksual yang disebut konidia. Konidia dibentuk

(25)

34

oleh sel konidiogenos (sel aseksual tunggal) yang terbentuk langsung dari sel pada hifa. Letak konidia berada di ujung hifa. (Indrawati Gandjar, dkk., 2006: 56-59)

3. Peran Jamur dalam Kehidupan

Jamur memiliki peranan bagi kehidupan lingkungan disekitarnya baik menguntungkan maupun merugikan. Campbell et. al. (2008: 219-220) menyatakan bahwa jamur berperan sebagai patogen dan juga memberikan keuntungan pada lingkungan.

a. Jamur yang Merugikan

Sekitar 30% dari 100.000 spesies fungi (yang telah diketahui) hidup sebagai parasit atau patogen, terutama pada tanaman. Puccinia graminis adalah salah satu jamur dari divisi Basidiomycota yang menyebabkan stem rust (batang menghitam) pada gandum. Serangan fungi patogen dapat menyebabkan tanaman padi-padian mengalami kerusakan dan gagal panen antara 10% - 50% setiap tahun (Campbell et. al., 2008: 219).

Beberapa jamur yang menyerang tanaman pangan juga bersifat toksik bagi manusia. Aspergillus merupakan salah satu jamur dari divisi Ascomycota yang mengontaminasi padi-padian dan kacang-kacangan yang tidak disimpan dengan baik. Rhizopus stolonifer merupakan salah satu jamur dari divisi Zygomycota yang

(26)

35

tumbuh baik pada media roti, sehingga dapat merusaknya (Campbell et. al., 2008: 219).

b. Jamur yang Menguntungkan

Jamur memiliki peranan penting bagi lingkungan yaitu, dapat bertindak sebagai dekomposer. Cendawan pada divisi Basidiomycota merupakan jamur yang banyak dimanfaatkan oleh manusia untuk dimakan. Manusia menggunakan khamir untuk mengembangkan roti dan memproduksi minuman beralkohol (Campbell et. al., 2008: 220).

Jamur juga banyak dimanfaatkan dalam dunia medis. Penicillium merupakan salah satu jamur dari divisi Ascomycota yang dapat menghasilkan antibiotik. Para peneliti menggunakan khamir Saccharomyces untuk mempelajari genetika molekular eukariota, karena sel-selnya yang mudah dikultur dan dimanipulasi (Campbell et. al., 2008: 220).

Berdasarkan penjabaran mengenai jamur yang merugikan dan menguntungkan maka, peneliti menyimpulkan bahwa jamur bersifat merugikan, karena menyebabkan penyakit atau kerusakan pada kehidupan makhluk hidup (manusia, hewan, tumbuhan) dan lingkungan. Jamur bersifat menguntungkan, karena memberikan manfaat dalam hal kesehatan dan pangan bagi kehidupan makhluk hidup (manusia, hewan, tumbuhan). Jamur juga memberikan manfaat untuk lingkungan, yaitu berperan sebagai dekomposer.

(27)

36 C. Kerangka Berpikir

Gambar 6. Mekanisme Kerangka Berpikir

Uji Kelayakan LKS Guided Discovery

Uji coba LKS pada siswa kelas X MIA 4 SMA N 1 Prambanan

KOMPETENSI DASAR:

KD 3.6 : Menerapkan prinsip klasifikasi untuk menggolongkan jamur berdasarkan ciri-ciri dan cara reproduksinya melalui pengamatan secara teliti dan sistematis. KD 4.6 : Menyajikan data hasil pengamatan ciri-ciri dan peran jamur dalam kehidupan dan lingkungan dalam bentuk laporan tertulis.

Hasil Observasi di SMA N 1 Prambanan:

1. Kegiatan pengamatan jamur belum pernah dilakukan secara langsung atau hanya sebatas pengamatan gambar pada buku.

2. Pembelajaran Biologi masih berpusat pada guru.

3. Keterampilan proses sains siswa belum berkembang secara optiomal.

4. Belum ada media pembelajaran yang

mendukung untuk mengembangkan

keterampilan proses sains siswa.

Siswa dituntut aktif melakukan pengamatan langsung (praktikum) terhadap objek jamur.

Media pembelajaran yang mendukung kegiatan pengamatan langsung pada objek jamur serta untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Guided Discovery pada Materi Fungi

Oleh 2 Ahli Materi, kelayakan ditinjau dari konsep materi fungi dan petunjuk praktikum.

Oleh 2 Ahli Media, kelayakan ditinjau dari aspek keterampilan proses sains, kesesuaian dengan KD, Bahasa, dan Penyajian

Penilaian guru berdasarkan aspek keterampilan proses sains, kesesuaian dengan KD, Bahasa, dan Penyajian

Revisi

Penilaian siswa berdasarkan aspek keterampilan proses sains, kesesuaian dengan KD, Bahasa, dan Penyajian

Layak untuk digunakan dengan revisi

Produk akhir LKS Guided Discovery pada Materi Fungi

Gambar

Tabel 1. Indikator Keterampilan Proses Sains
Gambar 1. Hubungan Filogenik Hewan dan Fungi (Alexopoulos et. al., 1996: 69)
Gambar 2. Klasifikasi Fungi (Alexopoulos, 1996: 62)
Gambar 3. Siklus Hidup Zygomycota (Campbell, et. al., 2008: 212)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Semua kegiatan kegiatan dari program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS) ini diketuai oleh Badan Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan Masyarakat dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kemampuan metakognisi peserta didik kelas X MIPA SMAN 1 Sinjai yang diajar menggunakan model pembelajaran Reciprocal

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Kriteria industri yang mengunakan barang modal, mesin, atau peralatan yang diproduksi di dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf n diberlakukan kepada

Pengaruh Motivasi dan bimbingan Orang tua secara bersama-sama dengan Prestasi belajar PAI Siswa Kelas XI AK di SMK Negeri I Bandung Tulungagung Tahun2015/2016. Uji F

Kebebasan individu sebagai warga negara merupakan hak mutlak dan serentak merupakan tuntutan kewajiban untuk bertangungjawab terhadap diri sendiri dan jaminan hak

berupa kilap logam dan memiliki belahan yang sempurna pecahan konkoidal cerat dari. mineral tersebut abu-abu tingkat kekerasan 2,5 skala

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, segala puji syukur peneliti panjatkan kehadirat-Nya, atas segala karunia-Nya, sehingga peneliti