• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Uraian Tumbuhan Jambu Biji (Psidium guajava L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Uraian Tumbuhan Jambu Biji (Psidium guajava L.)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan Jambu Biji (Psidium guajava L.)

Jambu biji berasal dari Amerika tropik, tumbuh pada tanah yang gembur maupun liat, pada tempat terbuka dan mengandung air cukup banyak. Pohon ini banyak ditanam sebagai pohon buah-buahan. Namun, sering tumbuh liar dan dapat ditemukan pada ketinggian 1-1200 m di atas permukaan laut. Jambu bji berbunga sepanjang tahun. Sekarang tanaman ini sudah menyebar luas ke seluruh dunia, terutama di daerah tropis. Diperkirakan terdapat sekitar 150 spesies Psidium yang menyebar ke daerah tropis dan berhawa sejuk (Hapsoh dan Hasanah, 2011).

2.1.1. Nama daerah

Sumatera: glima breueh (Aceh), galiman (Batak Karo), masiambu (Nias), biawas, jambu krutuk, jambu krikil, jambu biji, jambu klutuk (Melayu). Jawa: jambu klutuk (Sunda), hambu bhender (Madura). Sotong (Bali), guawa (Flores), goihawas (Sika). Sulawesi: gayawas (Manado), dambu (Gorontalo), jambu paratugala (Makasar). Maluku: luhu hatu (Ambon), gayawa (Ternate, Halmahera) jambu horsik (Tapanuli Selatan) (Hapsoh dan Hasanah, 2011).

2.1.2. Morfologi tumbuhan jambu biji

Tumbuhan jambu biji termasuk jenis perdu atau pohon kecil, tinggi 2-10 meter, percabangan banyak. Batangnya berkayu, keras, kulit batang licin, mengelupas, berwarna cokelat kehijauan. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan, daun muda berambut halus, permukaan atas daun tua licin. Helaian daun berbentuk bulat telur agak jorong, ujung tumpul, pangkal membulat, tepi rata

(2)

agak melekuk ke atas, pertulangan menyirip, panjang 6-14 cm, lebar 3-6 cm, berwarna hijau. Buah tunggal, bertangkai, keluar dari ketiak daun, berkumpul 1-3 bunga, berwarna putih. Buahnya berbentuk bulat sampai bulat telur, berwarna hijau sampai hijau kekuningan. Daging buah tebal, buah yang masak bertekstur lunak, berwarna putih kekuningan atau merah jambu. Biji banyak mengumpul di tengah, kecil-kecil, keras, berwarna kuning kecokelatan (Hapsoh dan Hasanah, 2011).

2.1.3. Kandungan kimia daun jambu biji

Daun mengandung tanin, minyak atsiri (eugenol), minyak lemak, dammar, zat samak, triterpenoid, asam malat (Dalimartha, 2004).Tanin secara ilmiah didefinisikan sebagaisenyawa polipenol yang mempunyai berat molekultinggi dan mempunyai gugus hidroksil dan guguslainnya (seperti karboksil) sehingga dapatmembentuk kompleks dengan protein (Danarto, dkk., 2011).

Menurut teori warna, struktur tanin dengan ikatan rangkap dua yang terkonjugasi pada polifenol sebagai kromofor (pengemban warna) dan adanya gugus (OH) sebagai auksokrom (pengikat warna) dapat menyebabkan warna coklat (Wijaya, dkk., 2011). Tanin merupakan senyawa yang dapat larut dalamair, gliserol, alkohol, dan hidroalkohol, tetapi tidaklarut dalam petroleum eter, benzene dan eter(Sax dan Lewis, 1989).

(3)

Struktur dan kelas tanin dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:

Base Unit:

Gallic acid Flavone Phloroglucinol

Class: Hydrolyzable tannins Non-Hydrolyzable or condensed tannins

Phlorotannins

2.1.4. Kegunaan tumbuhan jambu biji

Daun jambu biji berkhasiat astringen (pengelat), antidiare, antiradang, penghenti perdarahan (homeostatis) dan peluruh haid. Buah berkhasiat antioksidan karena kandungan beta karoten dan vitamin C yang tinggi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh (Hapsoh dan Hasanah, 2011).

2.1.5. Zat warna daun jambu biji

Hasil ekstraksi dan karakterisasi zat warna alami dari daun jambu biji

(Psidium guajava L.) menunjukkan bahwa daunnya

mengandung antosianin seperti sophoroside dan cyanidin-3-glucoside serta mengandung flavan-3,4-diols yang tergolong senyawa tanin

berupa pigmen kuning sampai coklat.

Senyawa tersebut berperan penting pada pewarnaan daun jambu biji (Dewi, dkk., 2013).

(4)

Flavan-3,4-diol mempunyai struktur kimia sebagai barikut:

Gambar 2.2 Struktur kimia flavan-3,4-diol

2.2 Kosmetik

2.2.1 Definisi kosmetik

Kosmetik berasal dari kata kosmetikos yunani yang berarti keterampilan, menghias, dan mengatur.Kosmetik adalah campuran bahan yang diaplikasikan pada anggota tubuh bagian luar seperti epidermis kulit, kuku, rambut, bibir, gigi, dan sebagainya dengan tujuan untuk menambah daya tarik, melindungi, memperbaiki, sehingga penampilannya lebih cantik dari semula (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Adapun tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan (Mitsui, 1997).

2.2.2 Tujuan penggunaan kosmetik

(5)

a. Melindungi kulit dari pengaruh-pengaruh luar yang merusak misalnya sinar matahari, perubahan cuaca.

b. Mencegah lapisan terluar kulit dari kekeringan, terutama orang-orang yang tinggal di daerah yang iklimnya dingin seperti daerah pegunungan yang selalu lembab dan diselimuti awan.

c. Mencegah kulit cepat kering dan keriput, karena kosmetik menembus ke bawah lapisan luar dan memasukkan bahan-bahan aktif ke lapisan-lapisan yang terdapat lebih dalam.

d. Melekat di atas permukaan kulit untuk mengubah warna atau rona daerah kulit tertentu.

e. Memperbaiki kondisi kulit misalnya kulit yang kering, normal, dan berminyak.

f. Menjaga kulit tetap kencang.

g. Mengubah rupa/penampilan misalnya, bila telah dipakai kosmetik yang diinginkan sehingga orang memandang kita ada perasaan berubah, bisa berubah bertambah cantik/segar.

Kosmetik dekoratif

Tujuan awal penggunaan kosmetik adalah mempercantik diri yaitu usaha untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terpapar oleh pandangan sehingga terlihat lebih menarik dan sekaligus juga menutupi kekurangan (cacat) yang ada (Wasiaatmadja, 1997).

Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetika dekoratif dapat dibagi menjadi (Wasiaatmadja, 1997):

(6)

1. Kosmetika rias kulit (wajah) 2. Kosmetika rias bibir

3. Kosmetika rias rambut 4. Kosmetika rias mata 5. Kosmetika rias kuku

Peran zat warna dan zat pewangi sangat besar dalam kosmetika dekoratif. Pemakaian kosmetika dekoratif lebih untuk alasan psikologis daripada kesehatan kulit. Persyaratan untuk kosmetika dekoratif antara lain:

a. Warna yang menarik

b. Bau yang harum menyenangkan c. Tidak lengket

d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau

e. Tidak merusak atau menganggu kulit, rambut, bibir, kuku, dan lainnya. Pembagian kosmetika dekoratif (Tranggono dan Latifah, 2007):

a. Kosmetika dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaiannya sebentar. Mislnya: bedak, pewarna bibir, pemerah pipi, dan lain-lain.

b. Kosmetika dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu yang lama baru luntur. Misalnya: kosmetika pemutih kulit, cat rambut, pengering rambut, dan preparat penghilang rambut.

2.3 Ekstraksi

Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Hasil ekstraksi disebut dengan ekstrak, yaitu sediaan pekat yang diperoleh dengan

(7)

mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan. Simplisia yang digunakan dalam proses pembuatan ekstrak adalah bahan alamiah yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (Ditjen POM., 2000).

Perkolasi

Perkolasi adalah salah satu metode ekstraksi yang dilakukan dengan

mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator. Serbuk simplisia yang akan diperkolasi tidak langsung dimasukkan ke dalam bejana perkolator, tetapi dibasahi atau dimaserasi terlebih dahulu dengan cairan penyari. Setelah maserasi, massa dimasukkan ke dalam perkolator. Pemindahan dilakukan sedikit demi sedikit sambil tiap kali ditekan, kemudian cairan penyari dituangkan perlahan-lahan hingga di atas permukaan massa masih terdapat selapis cairan penyari. Setelah massa didiamkan selama 24 jam dalam perkolator, keran dibuka dan diatur kecepatan menetes 1 ml tiap menit. Untuk menentukan akhir perkolasi dapat dilakukan dengan cara organoleptis seperti rasa, bau, dan warna (Ditjen POM, 1986).

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka larutan terpekat didesak ke luar (Ditjen POM., 2000).

(8)

Menurut (Lestiani dan Lanny, 2008) tingkat kepolaran pelarut menentukan jenis dan jumlah senyawa yang dapat diekstraksi dari bahan. Pelarut akan mengekstrak senyawa-senyawa yang memiliki kepolaran yang sama atau mirip dengan kepolaran pelarut yang digunakan.

Antosianin tidak stabil dalam larutan netral atau basa, oleh karena itu antosianin harus diekstraksi dari tumbuhan dengan pelarut yang mengandung asam asetat atau asam hidroklorida (misalnya metanol yang mengandung HCl pekat 1%) dan larutannya harus disimpan di tempat yang gelap. Ada enam antosianin yang umum salah satunya yaitu antosianidin. Antosianidin adalah aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Antosianin yang paling umum saat ini ialah sianidin yang berwarna merah lembayung. Warna jingga disebabkan oleh pelargonidin yang gugus hidroksilnya kurang satu dibandingkan sianidin, sedangkan warna lembayung dan biru umumnya disebabkan oleh delfinidin yang gugus hidroksilnya lebih satu dibandingkan sianidin (Harbone, 1987).

2.4 Maskara

Selain alis, bulu mata juga menjadi bagian yang penting. Bulu mata yang lentik dan panjang akan membuat mata terlihat lebih indah dan berbinar. Bulu mata yang dianggap cantik adalah bulu mata yang panjang, lebat, dan melengkung dengan lentik. Berbagai cara bisa dilakukan untuk mempercantik bulu mata. Sayangnya, tidak semua orang memiliki bulu mata yang indah seperti itu. Tetapi pemilik bulu mata yang kurang panjang dan lentik tidak perlu merasa cemas. Ada berbagai pilihan untuk mempercantik bulu mata, yaitu menggunakan maskara, bulu mata palsu, atau memanfaatkan teknik keriting bulu mata. Namun dari

(9)

ketiga pilihan tersebut, menggunakan maskara adalah teknik yang paling populer untuk mendapatkan bulu mata yang indah, karena menggunakan maskara adalah teknik yang paling sederhana dan praktis (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Pada dasarnya, maskara adalah cat rambut yang diformulasikan khusus untuk diaplikasikan pada bulu mata. Pemakaian maskara bertujuan untuk membuat bulu mata tampak lebih tebal dan panjang hingga mata terlihat lebih besar dan indah. Selain untuk mempercantik bulu mata, maskara juga bisa digunakan untuk menebalkan alis mata. Sejarah mencatat, bahwa maskara pertama dibuat pada tahun 1913 di Chicago, Amerika Serikat. Seseorang yang bernama Thomas William membuat maskara untuk Maybel, adiknya. Maybel sering merasa rendah diri karena bentuk matanya yang kecil. Thomas membuat maskara ini dari campuran serbuk batu bara dan vaselin. Formula sederhana yang digunakan saat itu membuat maskara sangat keras, hingga tidak nyaman untuk digunakan. Maskara pertama ini diaplikasikan menggunakan kuas yang dibasahi dengan air (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Melihat maskara mampu membuat mata tampak lebih indah dalam sekejap. Sejak saat itu, maskara menjadi bagian penting dalam seluruh perlengkapan tata rias. Penggunaan maskara dalam tata rias punya peran yang tidak bisa dipandang remeh. Meskipun penggunaannya belum sepopuler eye shadow, namun maskara menjadi pilihan bagi kaum wanita dibandingkan bulu mata palsu. Mengapa demikian? Hal ini sebenarnya hanya didasarkan pada kepraktisan dan kenyamanan. Bulu mata palsu dan maskara sama –sama bertujuan untuk menonjolkan bentuk bulu mata. Namun, pada praktiknya menggunakan bulu mata palsu jauh lebih merepotkan, menghabiskan waktu, dan tidak nyaman.

(10)

Bulu mata palsu harus ditempelkan dengan rapi menggunakan lem khusus. Bila belum terbiasa, rasanya tidak mudah menempelkan bulu mata palsu. Selain itu, lem bulu mata lebih sulit untuk dibersihkan. Penggunaan bulu mata palsu yang sering juga bisa menyebabkan bulu mata asli lebih mudah rontok. Menggunakan bulu mata yang terlalu tebal membuat mata terlihat berat dan kurang natural. Sementara, menggunakan maskara lebih ringkas dan praktis. Cukup dilakukan dengan cara menyisir bulu mata menggunakan kuas maskara lalu mengoleskannya pada bulu mata (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Mata sering dianggap sebagai bagian yang penting dari penampilan seseorang. Dari mata turun ke hati, kata orang, karena mata adalah bagian yang mampu menyampaikan pesan yang tersembunyi dalam hati sekalipun. Mengapa problem-problem tersebut kerap muncul di sekitar mata? Banyak faktor seperti sinar matahari, polusi, iklim dingin atau kering, kurang tidur, terlalu lama membaca, menonton tv, bekerja di depan komputer, maupun iritasi atau alergi akibat kosmetik, kesemuanya dapat berdampak kurang menguntungkan untuk mata (Erlandari, 2013).

Lingkaran hitam di bawah mata, penyebabnya dapat genetik maupu nongenetik. Yang genetik (keturunan), umumnya mulai timbul dengan menurunnya elastisitas kulit dengan makin bertambahnya umur, atau karena kondisi “atopi” (adanya deviasi sistem imunitas tubuh yang dibawa sejak lahir). Sedangkan lingkaran hitam di bawah mata yang nongenetik, dapat timbul akibat seseorang sedang tidak sehat, kurang tidur, polusi debu, asap rokok, dan stres (Erlandari, 2013).

(11)

Merawat dan membersihkan kulit di sekitar mata jadi kewajiban yang harus dilakukan setelah menggunakan berbagai makeup mata seperti maskara, karena menggunakan kosmetik pada bagian mata bisa membuat organ mata dan area sekitarnya merasa lelah. Oleh karena itu, pastikan untuk selalu menghapus maskara setiap malam sebelum tidur. Daerah mata sangat sensitif, maka disarankan untuk menggunakan larutan penghapus make up khusus untuk mata dan bibir (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Membersihkan area di sekitar mata, sebaiknya dilakukan dengan gerakan-gerakan yang lembut. Menggosok-gosok mata dengan gerakan-gerakan yang kasar, bisa memicu munculnya keriput. Menggunakan larutan pembersih dengan formula keras juga bisa membuat mata lebih mudah berkerut (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Pembersih mata atau eye make up remover terutama dibutuhkan untuk mereka yang biasa memakai make up mata atau tata rias wajah. Krim mata yang sesuai, tabir surya yang sesuai, dan kaca mata pelindung UV (ultraviolet), sangat bermanfaat untuk dipakai sehari-hari. Jika memang diperlukan, tak ada salahnya sekali waktu menyempatkan diri untuk melakukan perawatan mata, dengan tujuan mengurangi, mencegah, dan mengatasi masalah yang ada. Untuk perawatan tersebut di atas, ada baiknya konsultasikan terlebih dahulu pada dokter spesialis kulit (Erlandari, 2013).

2.4.1 Fungsi dan Manfaat Maskara (Muliyawan dan Suriana, 2013).

1. Fungsi

(12)

- Bulu mata tampak lebih tebal dan panjang, sehingga semakin mempercantik dan mempertegas bentuk mata.

2. Manfaat

- Menggunakan maskara untuk melentikkan bulu mata membuat mata tampak lebih indah, besar, dan berbinar.

2.4.2 Jenis-Jenis Maskara

Berdasarkan bentuknya, maskara terdiri atas 4 jenis, yaitu (Muliyana dan Suriana, 2013).

a. Cake mascara

Maskara berbentuk padat ini dikemas dalam kotak kecil mirip dengan kemasan eye shadow. Maskara ini digunakan dengan cara mengoleskannya menggunakan brush berbentuk sikat kecil.

b. Cream mascara

Maskara jenis ini disebut juga maskara tahan air (waterproof). Bahan dasar maskara ini terbuat dari cairan, bukan air.

c. Cream mascara (emulsified)

Maskara ini dibuat dalam basis emulsi minyak di dalam air.

d. Liquid mascara

Selain dapat dibedakan dari bentuknya, maskara juga bisa dibagi menjadi beberapa golongan sesuai fungsinya (Muliyawan dan Suriana, 2013).

a. Long lash mascara

(13)

b. Volume mascara

Bila ingin bulu mata terlihat lebih tebal, gunakanlah maskara jenis ini. Formulanya memberi kesan bulu mata menjadi lebih tebal.

c. Waterproof mascara

Ingin maskara yang awet dan tidak mudah luntur? Pilihlah waterproof mascara. Maskara jenis ini tidak luntur walaupun terkena air.

d.Color mascara

Tidak semua maskara berwarna hitam, tersedia juga maskara dalam warna lain untuk berbagai acara.

e. No color mascara

Agar bulu mata terlihat panjang dan alami, bisa menggunakan no color mascara. Maskara jenis ini berbentuk gel bening. No color mascara juga bisa digunakan setelah maskara hitam atau berwarna untuk memberi efek lapisan coating.

f. Base mascara

Base mascara digunakan sebelum mengoleskan maskara hitam agar bulu mata terlihat lebih panjang dan tebal.

g. Mascara fixer

Jenis maskara ini terbuat dari campuran base mascara dan no color mascara. Fungsinya membuat maskara lebih tahan lama. Mascara fixer bisa digunakan sebelum atau sesudah menggunakan maskara.

2.4.3 Cara Penggunaan Maskara

Salah satu kesulitan dalam penggunaan maskara terjadi saat maskara menggumpal ketika dioleskan pada bulu mata. Akibatnya, bulu mata seperti

(14)

menyatu akibat gumpalan maskara itu. Beberapa trik khusus agar maskara menempel dengan rapi dan bulu mata terlihat cantik adalah (Muliyawan dan Suriana, 2013):

1. Sebelum mengoleskan maskara, jepit bulu mata menggunakan alat khusus, sehingga bulu mata terlihat lentik dan melengkung dengan indah.

2. Mulailah mengoleskan maskara pada bagian tengah secara zig-zag, agar bulu mata terlihat banyak dan maskara tidak menggumpal.

3. Tegakkan kuas bulu mata dan oleskan pada bagian bulu mata di dekat pangkal hidung dan ujung bulu mata.

4. Oleskan maskara pada bulu mata yang berada dibagian bawah.

5. Jagalah agar mata tidak berkedip sebelum maskara kering dengan sempurna, karena sia-sia maskara yang masih basah akan menodai kulit didaerah bawah mata.

Berikut ini adalah cara-cara yang harus diperhatikan dalam penggunaan maskara (Muliyawan dan Suriana, 2013):

- Maskara sebaiknya digunakan terakhir dalam rangkaian tata rias, Hal ini dimaksudkan untuk menghindari hasil riasan yang tidak sempurna, seperti terkena taburan bedak yang mudah menempel pada maskara.

- Sebaiknya tidak memberi bedak terlalu tebal pada bagian bawah mata. - Gunakan maskara setelah menempelkan bulu mata palsu, agar bulu mata

asli dan palsu menyatu secara natural.

- Maskara bening bisa digunakan bila menginginkan riasan wajah ringan dan natural.

(15)

- Oleskan maskara dari pangkal bulu mata sampai keujung. Mengoleskan maskara hanya pada ujung bulu mata, membuat bulu mata menjadi berat dan lama-kelamaan menjadi turun.

- Bila terlalu banyak maskara yang dioleskan pada bulu mata, maka bulu mata akan terlihat menggumpal. Kurangi cairan maskara di kuas dengan cara mengoleskannya pada kapas atau tisu sebelum digunakan.

- Bersihkan gumapalan maskara yang terlanjur menempel pada bulu mata dengan cara menyisir bulu mata dengan kuas atau sisir kecil .

- Jangan panik kalau maskara menempel pada area sekitar mata. Ambillah cotton bud, lalu basahi dengan toner. Hapus maskara secara berhati-hati hingga tidak merusak keseluruhan tata rias.

- Jangan memompa maskara dengan cara mengeluar-masukkan kuas maskara, karena udara yang masuk kedalam tabung maskara akan membuat maskara cepat mengeras.

- Seperti kosmetika untuk mata lainnya, masa pakai maskara tergolong singkat. Hanya berkisar antara 3 sampai 6 bulan.

- Sebaiknya jangan gunakan maskara yang sudah mengeras atau usianya lebih dari 6 bulan. Maskara yang sudah melewati masa berlakunya, dikhawatirkan bisa membahayakan kesehatan mata.

2.5 Kulit

Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh manusia sehingga menjadi bagian yang bersentuhan langsung dengan lingkungan, fungsi utama kulit adalah sebagai pelindung (Muliyawan dan Suriana, 2013).

(16)

Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan.Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin kesehatan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, ras, dan lokasi tubuh (Wasitaatmadja, 1997).

2.5.1 Sturuktur kulit

Kulit terbagi atas dua lapisan utama menurut (Tranggono dan Latifah, 2007): 1. Epidermis (kulit ari) sebagai lapisan yang paling luar

Para ahli histologi membagi epidermis dari bagian terluar hingga ke dalam menjadi 5 lapisan yaitu:

a. Lapisan tanduk (stratum corneum) sebagai lapisan yang paling atas, Terdiri atas beberapa lapisan sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, jenis protein yang tidak larut air, dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari pengaruh luar. Secara alami, sel-sel yang sudah mati dipermukaan kulit Akan melepaskan diri untuk beregenerasi. Permukaan stratum corneum dilapisi oleh suatu pelindung lembab tipis yang bersifat asam, disebut mantel asam kulit.

b. Lapisan jernih (stratum lucidum) disebut juga “lapisan barrier”

Terletak tepat dibawah stratum corneum, merupakan lapisan yang tipis, jernih, mengandung eleidin, sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Antara stratum lucidum dan stratum granulosum terdapat lapisan keratin tipis yang disebut rein’s barrier yang tidak bisa ditembus (immpermeabel).

(17)

c. Lapisan berbutir-butir (stratum granulosum)

Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk polygonal, berbutir kasar, berinti mengkerut. Stoughton menemukan bahwa di dalam butir keratohyalin itu terdapat bahan logam, khususnya tembaga yang menjadi katalisator. c. Lapisan malphigi (stratum spinosum) yang selnya seperti berduri

Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein, cairan limfe masih ditemukan mengitari sel-sel dalam lapisan malphigi ini. d. Lapisan basal(stratum germinativum) yang hanya tersusun oleh satu lapis

sel-sel basal

e. Adalah lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum germinativum juga terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami keratinasi dan fungsinya hanya membentuk pigmen melanin dan memberikannya kepada sel-sel keratinosit melalui denrit-denritnya.

2. Dermis (korium, kutis, kulit jangat)

Dermis adalah lapisan kulit yang berada dibawah epidermis. Lapisan ini bertanggung jawab terhadap elastisitas dan kehalusan kulit. Selain itu, lapisan dermis juga berperan menyuplai nutrisi bagi epidermis (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Di dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut, papila rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut. Ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

(18)

2.5.2 Fungsi biologi kulit

a. Proteksi

Lapisan tanduk dan mantel lemak kulit menjaga kadar air tubuh dengan cara mencegah masuknya air dari luar tubuh dan mencegah penguapan air, selain itu juga berfungsi sebagai barrier terhadap racun dari luar. Mantel asam kulit dapat mencegah pertumbuhan bakteri di kulit ( Tranggono dan Latifah, 2007). b. Thermoregulasi

Kulit mengatur temperatur tubuh melalui mekanisme dilatasi dan konstriksi pembuluh kapiler dan melalui perspirasi, yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Pada saat temperatur badan menurun terjadi vasokontriksi, sedangkan pada saat temperatur badan meningkat terjadi vasodilatasi untuk meningkatkan pembuangan panas (Tranggono dan Latifah, 2007).

c. Persepsi sensoris

Kulit bertanggung jawab sebagai indera terhadap rangsangan dari luar berupa tekanan, raba, suhu, dan nyeri melalui beberapa reseptor, rangsangan dari luar diterima oleh reseptor dan diteruskan ke sistem saraf pusat dan selanjutnya diinterpretasikan oleh korteks serebri (Tranggono dan Latifah, 2007)

d. Absorbsi

Beberapa bahan dapat diabsorbsi kulit melalui dua jalur yaitu melalui epidermis dan melalui kelenjar sebasea. Material yang mudah larut dalam lemak lebih mudah diabsorbsi dibanding air dan material yang larut dalam air (Taranggono dan Latifah, 2007).

(19)

2.5.3 Jenis kulit

Secara umum kulit terbagi menjadi 3 jenis, yaitu kulit kering, kulit normal, dan kulit berminyak. Pembagian ini didasarkan pada kandungan air dan minyak yang terdapat pada kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).

a. Kulit normal

Kulit normal adalah kulit yang memiliki kadar air tinggi dan kadar minyak rendah sampai normal (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Ciri-ciri fisik yang dimiliki oleh kulit normal adalah : - Tidak berminyak

- Kulit tampak segar dan cerah

- Bahan-bahan kosmetik mudah menempel di kulit - Kulit bertekstur halus

b. Kulit berminyak

Kulit berminyak yaitu kulit yang memiliki kandungan air dan minyak yang tinggi (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Secara Fisik, kulit jenis ini memiliki ciri-ciri berikut :

- Pori-pori kulit besar terutama di hidung, pipi, dagu karena di sini minyak sangat banyak menumpuk

- Kulit bertekstur kasar dan berminyak - Mudah kotor dan sangat rentan berjerawat c. Kulit Kering

Kulit kering adalah kulit yang memiliki kadar air kurang atau rendah (Muliyawan dan Suriana, 2013).

(20)

Ciri-ciri fisik yang tampak pada kulit kering yaitu: - Kulit kelihatan kusam

- Pori-pori halus, kulit muka tipis - Sangat sensitif

- Cepat menampakkan kerutan-kerutan, karena kelenjar minyak kurang menghasilkan minyak

2.6 Uji Iritasi

Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan maksud untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak (Ditjen POM., 1985).

Iritasi dan kepekaan kulit adalah reaksi kulit terhadap toksikan. Jika toksikan diletakkan pada kulit akan menyebabkan kerusakan kulit. Iritasi kulit adalah reaksi kulit yang terjadi karena pelekatan toksikan golongan alergen (Ditjen POM., 1985).

Iritasi umumnya agan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah pelekatan pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer. Tetapi jika iritasi tersebut timbul beberapa jam setelah pelekatannya pada kulit, iritasi ini disebut iritasi sekunder (Ditjen POM., 1985).

Tanda-tanda yang ditimbulkan ke dua reaksi kulit tersebut lebih kurang sama, yaitu akan tampak hiperemia, iretema, edema, atau vesikula kulit. Reaksi kulit yang demikian biasanya bersifat lokal (Ditjen POM., 1985).

Panel uji tempel meliputi manusia sehat. Manusia sehat yang dijadikan panel uji tempel sebaiknya wanita, usia antara 20-30 tahun, berbadan sehat

(21)

jasmani dan rohani, tidak memiliki riwayat penyakit alergi atau reaksi alergi, dan menyatakan kesediannya dijadikan sebagai panel uji tempel (Ditjen POM., 1985).

Lokasi uji lekatan adalah bagian kulit panel yang dijadikan daerah lokasi untuk uji tempel. Biasanya yang paling tepat dijadikan daerah lokasi uji tempel adalah bagian punggung, lengan tangan atas bagian dalam, lipatan siku, dan bagian kulit di belakang telinga (Scott, dkk., 1976; Ditjen POM., 1985).

Teknik uji tempel dapat dilakukan dengan uji tempel terbuka, uji tempel tertutup, dan uji tempel sinar. Prosedur uji tempel dibedakan menjdi uji tempel preventif, uji tempel diagnostik, dan uji tempel ramal (Ditjen POM., 1985)

Uji tempel preventif adalah uji tempel yang dilakukan sebelum penggunaan sediaan kosmetika untuk mengetahui apakah pengguna peka terhadap sediaan atau tidak. Uji tempel preventif dilakukan dengan teknik uji tempel terbuka atau tertutup, waktu pelekatannya ditetapkan 24 jam. Pengamatan reaksi kulit positif atau negatif (Ditjen POM., 1985).

Uji tempel diagnostik adalah uji tempel yang dilakukan untuk maksud pelacakan atau penyelidikan komponen sediaan kosmetika yang menjadi penyebab terjadinya reaksi kulit pada penderita peka. Uji tempel diagnostik dilakukan dengan teknik uji tempel terbuka, uji tempel tertutup, dan atau uji tempel sinar. Lamanya pelekatan ditetapkan 24 jam, 48 jam, dan 72 jam (Ditjen POM., 1985).

Uji tempel ramal adalah uji tempel yang dilakukan untuk maksud apakah sediaan kosmetik dapat diedarkan dengan jaminan keamanan atau tidak (Ditjen POM., 1985). Hasil uji tempel dipengaruhi oleh berbagai faktor:

(22)

- Ketaatan panel dalam melaksanakan instruksi penguji - Lamanya waktu pelekatan sediaan uji

Gambar

Gambar 2.1. Struktur dan kelas tanin (Haslam, 1989).
Gambar 2.2 Struktur kimia flavan-3,4-diol

Referensi

Dokumen terkait

Auditor & Konsultan untuk sistem manajemen di PSMN sudah cukup, tetapi sangat minim untuk yang terkait implementasi standar teknis dan pelaksanaan inspeksi. Yang

Secara umum leasing (Sewa Guna Usaha / SGU) dapat diartikan sebagai suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha

Noer Transport Tama Wisata pada periode 2006 hingga 2008, dengan karyawan yang memiliki kemampuan relatif rendah, perusahaan dapat melakukan model manajemen baru untuk

Ia mengajukan teori fungsionalisme, yang berasumsi bahwa semua unsur kebudayaan merupakan bagian-bagian yang berguna bagi masyarakat di mana unsur-unsur tersebut terdapat. Dengan

(4) Pengelola Kepegawaian lingkup eselon I atau Pusat-pusat lingkup Departemen Kehutanan, bertugas dan bertanggung jawab menyampaikan naskah kepegawaian yang dihasilkan

Data Transportasi: Maksud Perjalanan, perjalanan anggota keluarga, jenis kendaraan yang dipakai, jenis kendaraan yang digunakan, waktu perjalanan, Ketersediaan tempat

Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi dividend yield untuk 25 perusahaan maka semakin besar DPS (dividen yang dibayarkan). Sedangkan ROA, leverage dan

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maulidta, Wahyuningsih dan Sri Hastuti (2010) berjudul hubungan kebiasaan menggosok gigi dan konsumsi