• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS

Pembelajaran Kontekstual Terhadap Kemampuan Mengenal Anggota Tubuh

Anak Tunagrahita Ringan

Diajukan kepada Universitas Negeri Surabaya

untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian

Program Sarjana Pendidikan Luar Biasa

Oleh:

Noorlia Ratnasari

NIM: 08010044041

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN LUAR BIASA

2014

(2)

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL

ANGGOTA TUBUH ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

Noorlia Ratnasari dan Zaini Sudarto

(Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya, noorlia_ratnasari@yahoo.com)

Abstract

Mild mental retardation children was a child who had the intellectual ability below average. These deficiencies caused mild mental retardation children obtains cognitive obstacle was the obtained ability to recognize of part the body. The ability to recognize of part the body mild mental retardation children in SDLB Siwi Mulia Madiun was low. They were less to show the part of the body and mention of names include the eyes, nose, mouth, teeth, tongue, hands, and foot. With contextual learning expected given the ability to recognize part of body mild mental retardation children better than ever.

In general, the purpose of research was to prove the influence of contextual learning to recognize of part the body ability children with mild mental retardation in SDLB Siwi Mulia Madiun. This research used “pre-experiment” research with the design “one group pretest posttest”. Methods of data collection using the test methods and techniques of data analysis using nonparametric statistical analysis to test the formula sign (sign test).

Results of pre-test score average child was 43,51 and then given the treatment during twelve times. Furthermore, children were given post-test with an average score was 76,81. The average value of pre-test and post-test showed that there was a change for the value of children become better and the level of ability of a children to recognize the part of the body increased. Based these values, the formula was then analyzed using the sign test (sign test) ZH with Ztabel 5% two-sided test of 1.96. ZH values were obtain in a matter ZH = 2.26 > 1.96 Ztabel 5%. It was proved that the HO was rejected and Ha accepted so it can be concluded that there was significant influence of contextual learning on the ability to recognize part of body children with mild mental retardation first grade at SDLB Siwi Mulia Madiun.

Keywords: contextual learning, recognize part of the body, mild mental retardation children.

PENDAHULUAN

Tunagrahita merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata atau bisa disebut dengan retardasi mental (Smart dalam Maulidia, 2012:1). Lebih lanjut menurut Bratanata (dalam Sujarwanto, 2005:75) menyebutkan anak retardasi mental adalah anak yang mempunyai keterbelakangan inteligensi sedemikian rupa, sehingga untuk pendidikan dan pengajaran memerlukan program yang khusus.

Dalam proses pendidikan, anak tunagrahita khususnya tunagrahita ringan mengalami berbagai permasalahan sebagai akibat dari hambatan dalam inteligensi. Reed (dalam Sujarwanto, 2005:78) menyatakan bahwa anak yang mengalami gangguan inteligensi atau tunagrahita mengalami permasalahan yang sangat kompleks. Permasalahan tersebut meliputi motor, sensori, kognitif, intrapersonal, interpersonal, perawatan diri, produktivitas, serta pengisian waktu luang.

Menurut Delphi (2007:45) menyatakan perkembangan kognitif anak tunagrahita lambat dikarenakan adanya perkembangan fungsional yang terhambat, untuk itu diperlukan prinsip-prinsip khusus dalam pembelajaran antara lain pengulangan, pemberian contoh dan arahan, ketekunan, kasih sayang, pemecahan materi menjadi beberapa bagian kecil atau task analysis. Secara umum perkembangan kognitif yang terjadi pada anak tunagrahita maupun anak normal berbeda. Hal ini dikarenakan adanya gangguan inteligensi yang dialami anak tunagrahita sehingga menghambat perkembangan kognitif

mereka salah satunya yaitu daya ingat / memori terhadap materi pelajaran yang rendah (mudah lupa). Dalam hal ini perkembangan kognitif sangat penting bagi anak tunagrahita untuk mengenal anggota tubuh yaitu menunjukkan dan menyebutkan anggota tubuh (meliputi mata, hidung, mulut, gigi lidah, tangan, dan kaki) sehingga mereka dengan mudah melakukan berbagai kegiatan dalam kehidupan sehari-hari. Materi tersebut merupakan dasar untuk pembelajaran selanjutnya dalam mengembangkan kemampuan anak mengenal anggota tubuhnya yang lain.

Berdasarkan kenyataan di lapangan, ditemukan tujuh anak tunagrahita ringan kelas I di SDLB Siwi Mulia Madiun yang kemampuan mengenal anggota tubuhnya terhambat yaitu dalam hal menunjukkan anggota tubuh dan menyebutkan nama anggota tubuh meliputi mata, hidung, mulut, gigi, lidah, tangan, dan kaki. Tiga anak dapat menunjukkan dan menyebutkan tiga anggota tubuh, dua anak dapat menunjukkan dan menyebutkan dua anggota tubuh dan dua anak lainnya hanya dapat menunjukkan dan menyebutkan satu anggota tubuh dengan benar. Tiga anggota tubuh tersebut adalah mata, tangan, dan kaki. Untuk empat anggota tubuh lainnya meliputi hidung, mulut, gigi, dan lidah, anak tunagrahita ringan masih mengalami kesulitan dalam menunjukkan dan menyebutkannya dikarenakan anak sering lupa. Masalah tersebut disebabkan karena pada saat pelajaran IPA guru menggunakan metode pembelajaran secara

(3)

langsung. Oleh karena itu, perhatian anak kurang sehingga ketertarikan untuk belajar IPA rendah.

Mudah lupa adalah salah satu hambatan anak tunagrahita dalam pembelajaran IPA khususnya dalam mengingat materi mengenal anggota tubuh. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu diterapkan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan anak. Salah satu pembelajaran yang sesuai dengan kondisi tersebut adalah pembelajaran kontekstual.

Menurut Nurhadi (dalam Rusman, 2011:189), menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata anak dan mendorong anak membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, Trianto (2007:105) menjelaskan bahwa manfaat pembelajaran kontekstual adalah memotivasi dan melatih anak dalam mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dengan melakukan berbagai kegiatan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, anak akan memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna sebagai hasil dari mengaitkan materi pelajaran dengan kegiatan kehidupan sehari-hari yang telah mereka lakukan sehingga akan memperkuat daya ingat / memori mereka tentang materi pelajaran tersebut.

Dalam pembelajaran kontekstual ini, anak dibimbing untuk mengalami dan melakukan sendiri kegiatan yang berhubungan dengan materi mengenal anggota tubuh yaitu menunjukkan anggota tubuh dan menyebutkan nama anggota tubuh meliputi mata, hidung, mulut, gigi, lidah, tangan, dan kaki yang dikaitkan dengan situasi dunia nyata dalam kegiatan kehidupan sehari-hari yaitu kegiatan makan. Melalui kegiatan makan, anak tunagrahita akan mengenal anggota tubuhnya yaitu menunjukkan anggota tubuh dan menyebutkan nama anggota tubuh meliputi mata, hidung, mulut, gigi, lidah, tangan, dan kaki. Dalam pembelajaran ini hasil belajar bukanlah yang utama, melainkan pengalaman belajar yang diperoleh anak. Dengan pengalaman belajar yang diperoleh, daya ingat anak akan kuat dan bertahan lama sehingga akan mengembangkan kemampuan mengenal anggota tubuh anak tunagrahita ringan.

Penelitian yang dilakukan Maulidia (2012) meneliti tentang pengaruh pendekatan pembelajaran kontekstual berbasis tugas terhadap keterampilan motorik halus anak tunagrahita sedang di SLB PGRI Pamekasan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual berbasis tugas berupa kegiatan corat coret meningkatkan keterampilan motorik halus anak tunagrahita sedang kelas III SLB PGRI Pamekasan.

Berdasarkan permasalahan di atas pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan mengenal anggota tubuh anak tunagrahita ringan karena anak dibimbing untuk mengalami dan melakukan sendiri kegiatan yang berhubungan dengan materi mengenal anggota tubuh meliputi mata, hidung, mulut, gigi, lidah, tangan, dan kaki yang dikaitkan dengan situasi dunia nyata dalam kegiatan kehidupan sehari-hari yaitu kegiatan makan. Berkaitan dengan hal tersebut perlu penelitian tentang pengaruh pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan mengenal anggota tubuh anak tunagrahita ringan di SDLB Siwi Mulia Madiun.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Pendekatan ini disebut pendekatan kuantitatif karena data penelitian berupa angka, terdapat instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif / statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Dalam penelitian ini rancangan atau desain penelitian yang digunakan yaitu “one group pre test and post test design” karena untuk membandingkan keadaan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Menurut Arikunto (2006:85) bahwa “Dalam desain ini, observasi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum treatment dan sesudah treatment”. Observasi yang dilakukan sebelum treatment (Ο1) disebut pre test dan observasi

sesudah treatment disebut (Ο2) post test. Dalam penelitian ini

perbedaan antara O1 dan O2 diasumsikan sebagai pengaruh atau

efek dari perlakuan. Pemberian perlakuan dilaksanakan selama 12x pertemuan, setiap pertemuan dilaksanakan selama 2x35 menit.

Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 7 anak tunagrahita ringan kelas I yang mengalami hambatan dalam kemampuan mengenal anggota tubuhnya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode tes dan non tes (observasi). Analisis data menggunakan rumus uji tanda (sign test).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di SDLB Siwi Mulia Madiun. Penelitian ini dilaksanakan selama 14x pertemuan dengan 1x pre tes, 12x perlakuan dan 1x pos tes. Berikut ini paparan hasil pre tes dan pos tes pada saat penelitian serta hasil kerja perubahan kemampuan mengenal anggota tubuh anak tunagrahita ringan di SDLB Siwi Mulia Madiun:

Tabel 1. Data hasil pre tes (X) kemampuan mengenal anggota tubuh anak tunagrahita ringan kelas I

di SDLB Siwi Mulia Madiun

N a m

a

A (Tes Perbuatan) B (Tes Lisan)

Sk or Nilai Kemampuan menunjukkan anggota tubuh Kemampuan menyebutkan nama anggota tubuh

Nomor soal Nomor soal

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 AZ 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 20 47,6 BR 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 18 42,8 CH 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 20 47,6 DL 2 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 18 42,8 EK 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 16 38,09 FT 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 16 38,09 GS 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 20 47,6

(4)

Tabel 2. Data hasil pos tes (Y) kemampuan mengenal anggota tubuh anak tunagrahita ringan kelas I

di SDLB Siwi Mulia Madiun

Na ma

A (Tes Perbuatan) B (Tes Lisan)

Sk or Nil ai Kemampuan menunjukkan anggota tubuh Kemampuan menyebutkan nama anggota tubuh

Nomor soal Nomor soal

1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 AZ 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 34 80,9 BR 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 32 76,1 CH 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 34 80,9 DL 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 32 76,1 EK 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 30 71,4 FT 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 30 71,4 GS 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 34 80,9 Tabel 3.

Rekapitulasi data hasil pre tes (X) dan hasil pos tes (Y) kemampuan mengenal anggota tubuh anak

tunagrahita ringan kelas I di SDLB Siwi Mulia Madiun

No Nama Subjek Pre Tes Pos Tes

1 AZ 47,6 80,9 2 BR 42,8 76,1 3 CH 47,6 80,9 4 DL 42,8 76,1 5 EK 38,09 71,4 6 FT 38,09 71,4 7 GS 47,6 80,9 Rata-rata nilai 43,51 76,81 Tabel 4.

Tabel kerja perubahan tanda pre tes dan pos tes kemampuan mengenal anggota tubuh anak

tunagrahita ringan kelas I di SDLB Siwi Mulia Madiun No Nama Subjek Nilai Tanda Perubahan Pre Tes (X) Pos Tes (Y)

1 AZ 47,6 80,9 + 2 BR 42,8 76,1 + 3 CH 47,6 80,9 + 4 DL 42,8 76,1 + 5 EK 38,09 71,4 + 6 FT 38,09 71,4 + 7 GS 47,6 80,9 + Rata-rata nilai 43,51 76,81 x = 7

Pada hasil perhitungan dengan nilai kritis 5% untuk pengujian dua sisi (1,96) merupakan kenyataan bahwa nilai ZH

yang diperoleh adalah 2,26 lebih besar dari Ztabel dengan nilai

kritis 5% dua sisi (1,96) sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan

hipotesis kerja (Ha) diterima. Jika Ha diterima, artinya ada

pengaruh pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan mengenal anggota tubuh anak tunagrahita ringan di SDLB Siwi Mulia Madiun.

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, kemampuan mengenal anggota tubuh anak tunagrahita ringan meningkat melalui pembelajaran kontekstual dalam bentuk kegiatan makan. Pembelajaran kontekstual dalam bentuk kegiatan makan sangat menarik perhatian anak terutama dalam pelajaran IPA tentang mengenal anggota tubuh. Anak lebih tertarik untuk belajar mengenal anggota tubuh melalui kegiatan makan daripada pembelajaran secara langsung yaitu anak diminta untuk menunjukkan dan menyebutkan nama anggota tubuh setelah guru menjelaskan di depan kelas. Pembelajaran ini termasuk pembelajaran variatif karena peneliti mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari sehingga anak mengalami dan melakukan sendiri kegiatan yang berkaitan dengan materi pelajaran IPA yaitu mengenal anggota tubuh (menunjukkan dan menyebutkan nama anggota tubuh meliputi mata, hidung, mulut, gigi, lidah, tangan, dan kaki) yang dikaitkan dengan situasi dunia nyata kehidupan sehari-hari anak yaitu kegiatan makan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yaitu penelitian Maulidia (2012) dan Kasiyati (2012) karena pembelajaran kontekstual mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan anak tunagrahita. Hasil penelitian Maulidia (2012) adalah adanya pengaruh yang signifikan antara pendekatan pembelajaran kontekstual berbasis tugas terhadap keterampilan motorik halus anak tunagrahita sedang di SLB PGRI Pamekasan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa keterampilan motorik halus anak tunagrahita sedang yang awalnya lambat menjadi lebih baik sesudah diberikan perlakuan melalui pembelajaran kontekstual dalam bentuk pemberian tugas yaitu kegiatan corat coret. Lebih lanjut hasil penelitian Kasiyati (2012) adalah adanya pengaruh yang signifikan antara pendekatan kontekstual dengan berkebun terhadap hasil belajar konsep bagian-bagian tumbuhan anak tunagrahita ringan kelas III di SDLBN Probolinggo. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa aktivitas belajar dan hasil belajar anak meningkat dibuktikan dengan prosentase hasil aktivitas belajar anak dan hasil belajar anak yang meningkat dari siklus I ke siklus II.

Berdasarkan hasil penelitian dan penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan mengenal anggota tubuh (menunjukkan dan menyebutkan nama anggota tubuh meliputi mata, hidung, mulut, gigi, lidah, tangan, dan kaki) anak tunagrahita ringan kelas I di SDLB Siwi Mulia Madiun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan mengenal anggota tubuh anak tunagrahita ringan kelas I di SDLB Siwi Mulia Madiun meningkat dibuktikan dengan nilai pos tes (setelah diberikan perlakuan) yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai pre tes.

(5)

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti mengambil simpulan bahwa pembelajaran kontekstual mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan mengenal anggota tubuh (menunjukkan dan menyebutkan nama anggota tubuh meliputi mata, hidung, mulut, gigi, lidah, tangan, dan kaki) anak tunagrahita ringan kelas I di SDLB Siwi Mulia Madiun. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil pos tes kemampuan mengenal anggota tubuh anak tunagrah

ita ringan kelas I di SDLB Siwi

Mulia Madiun yang meningkat setelah diberikan perlakuan berupa pembelajaran kontekstual dalam bentuk kegiatan makan.

Saran

Berdasarkan penelitian tentang pengaruh pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan mengenal anggota tubuh anak tunagrahita ringan kelas I di SDLB Siwi Mulia Madiun, disarankan sebagai berikut:

1. Guru

Anak tunagrahita ringan merupakan anak dengan intelektual di bawah rata-rata dan tentunya mengalami hambatan yang sangat kompleks. Salah satu hambatan tersebut yaitu hambatan kognitif. Pembelajaran variatif sangat diperlukan oleh anak tunagrahita ringan untuk membantu mengembangkan kemampuan mengenal anggota tubuh. Dalam mengembangkan kemampuan mengenal anggota tubuh anak tunagrahita ringan hendaknya diterapkan pembelajaran yang variatif dan menarik sesuai dengan kondisi serta tingkat kemampuan mereka. Dengan demikian, diharapkan guru senantiasa selalu menambah wawasan dan pengetahuan baru guna menunjang pembelajaran bagi anak tunagrahita ringan.

2. Peneliti lain

Sebagai masukan bagi peneliti lain untuk mengadakan penelitian lanjutan dan menyarankan pembelajaran kontekstual ini untuk sasaran pengembangan potensi anak tunagrahita yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Azis, Ahmad. 2014. Anggota Tubuh dan Kegunaannya. (Online).

(http://achmadabdulazis.blogspot.com/2014/05/anggota -tubuhdan kegunaannya.html, diakses 1 Mei 2014). Amin, Moh. 1995. Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung: Depdikbud.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Delphie, Bandi. 2007. Pembelajaran anak tunagrahita. Bandung: Refika Aditama.

Hasan, Muhammad. 2010. Pengertian Tubuh dan Cara

Merawatnya. (Online).

(http://muhammadhasan.blogspot.com/2010/03/pengert iantubuhdancara-merawatnya.html, diakses 16 April 2014).

Kasiyati. 2012. Peningkatan Hasil Belajar Konsep Bagian-Bagian Tumbuhan Melalui Pendekatan Kontekstual dengan Berkebun pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas III di SDLBN Probolinggo. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Kurikulum Pendidikan Luar Biasa. 2006. Standar Kompetensi

dan Kompetensi Dasar SDLB-C. Jakarta: Depdiknas Ditjen Mandikdasmen.

Kusnandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta: PT. Jakarta Grafindo Persada.

Maulidia, Dwi Kurnia. 2012. Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Berbasi Tugas terhadap Keterampilan Motorik Halus Anak Tunagrahita Sedang Di SLB PGRI Pamekasan. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Muharam dan Rositawaty. 2008. BSE IPA Kelas I SD. Jakarta: Depdiknas.

Pusat Bahasa Depdiknas. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Saleh, Samsubar. 1996. Statistik Non Parametrik Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.

Sandjaja dan Heriyanto. 2011. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Silvia, Putri. 2012. Makan dan Minum yang Baik. (Online). (http://putrisilvia.blogspot.com/2012/09/makandanmin umyangbaik.html, diakses 19 April 2014).

Somantri, T. Sutjihati. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidkan. Bandung: Alfabeta.

Sujarwanto. 2005. Terapi Okupasi untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti.

Sukartini, Sri. 2012. Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Metode Demonstrasi pada Siswa Kelas 1 SD Negeri 3 Belor. Skripsi diterbitkan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sunaryo dan Sunardi. 2007. Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Gambar

Tabel 1. Data hasil pre tes (X) kemampuan mengenal   anggota tubuh anak tunagrahita ringan kelas I
Tabel 2. Data hasil pos tes (Y) kemampuan mengenal anggota  tubuh anak tunagrahita ringan kelas I

Referensi

Dokumen terkait

Ampul dibuat dari bahan gelas tidak berwarna akan tetapi untuk bahan obat yang peka terhadap cahaya, dapat digunakan ampul yang terbuat dari bahan gelas

Aplikasi Berbasis Web untuk Menampilkan Absensi dan Nilai Akhir Peserta Didik ini dikembangkan dengan menggunakan basis data MySQL sebagai media

Governance dalam setiap kegiatan usaha Bank pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi. 5) Direksi dalam penyelenggaraan tugas yang bersifat strategis

Itulah sebabnya banyak persoalan, keributan, atau konflik dalam gereja, karena ada pemimpinnya yang melayani menurut pola “apa yang dipikirkan manusia.” Maka

Dengan hasil penelitian sebagian besar responden menilai kualitas produk yang dimiliki Honda Jazz baik, khususnya meliputi kinerja (performance), fitur (features),

1. Perusahaan dapat mengharapkan kelangsungan hidup sebagai tujuan utamanya jika terjadi kelebihan kapasitasnya, persaingan yang sangat sengit atau keinginan konsumen

Bahwa yang dimaksud dengan waktu damai adalah saat atau waktu melakukan kegiatan meninggalkan kesatuan tersebut, Negara RI tidak dalam keadaan darurat perang sebagaimana

 Dalam welfare state, hak kepemilikan diserahkan kepada swasta sepanjang hal tersebut memberikan insentif ekonomi bagi pelakunya dan tidak merugikan secara sosial,