KONTROL H
SERTA APLIKASINYA
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
MAKALAH
KONTROL H2
DAN KONTROL H
SERTA APLIKASINYA DALAM SISTEM MASSA
PEGAS
KARTIKA YULIANTI (20106010) RIRIN SISPIYATI (20106003)
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2007
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Efisiensi dan efektivitas suatu sistem yang dinamis selalu menjadi hal yang terus dikembangkan dengan berbagai pendekatan yang memungkinkan untuk menghasilkan produktivitas yang lebih baik dari waktu ke waktu. Tujuan tersebut dimungkinkan bila sebuah sistem berada dalam kondisi yang stabil melalui penerapan sistem kontrol yang memadai. Teori Kontrol Robust menjadi salah satu solusi yang memungkinkan kita untuk dapat menetapkan sebuah pengontrol yang efektif.
Terdapat dua macam permasalahan utama dalam kontrol robust, yaitu masalah analisis dan sintesis. Dalam masalah analisis, pengontrol yang telah diperoleh, dilakukan pemeriksaan terhadap sinyal-sinyal terkontrolnya (tracking error, sinyal pengontrol), apakah memenuhi sifat-sifat yang diinginkan terhadap semua noise, gangguan dan ketakpastian model yang diperkenankan.
Sementara pada masalah sintesis, yang dilakukan adalah mendesain sebuah pengontrol dari suatu sistem dinamik sedemikian hingga sinyal-sinyal terkontrolnya memenuhi sifat-sifat yang diinginkan terhadap semua noise, gangguan dan ketakpastian model yang diperkenankan.
Permasalahan sintesis dapat berupa kontrol optimal H dan2 H . Kontrol
optimal H2 bertujuan untuk merancang suatu pengontrol K yang dapat
transfer dari w ke z (T ). Sedangkan kontrol optimalzw H bertujuan untuk merancang suatu pengontrol K yang dapat menstabilkan sebuah sistem dengan cara membuat norm infinite matriks transfer dari w ke z (T ) lebih kecil darizw
suatu bilangan
. Ada dua rumusan masalah pada kontrol H yaitu kontrol optimal dan kontrol suboptimal. Dalam prakteknya pengontrol suboptimal lebih banyak digunakan karena pengontrol ini lebih mudah diperoleh dan bahkan memiliki sifat yang lebih baik daripada pengontrol optimalnya. Dalam makalah ini akan dilakukan perbandingan antara kontrol optimal H dan2 H sehingga jikadiaplikasikan pada permasalahan kehidupan sehari-hari, akan didapatkan suatu pengontrol yang lebih optimal menstabilkan sistem.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah: 1. Menentukan pengontrol H dan2 H
2. Membandingkan kontrol H dan2 H
BAB II
LANDASAN TEORI 2.1 Stabilitas Internal dan Stabilitas Input/Output
Misalkan K pengontrol stabil untuk sistem G dimana
1 2 1 11 12 2 21 22 ˆ ˆ ( ) , ( ) ˆ ˆ A B B A B G s C D D K s C D C D D
dapat distabilkan dan realisasinya terdeteksi. Maka stabilitas internal menjamin ( , )
zw l
T F G K R H .
Lemma 2.1 Misalkan realisasi-realisasi untuk G dan K dapat distabilkan dan
terdeteksi. Maka hubungan Feedback Tzw Fl( ,G K) dari realisasi untuk G dan K adalah
(a) terdeteksi, jika 2
1 12 A I B C D
mempunyai rank kolom penuh untuk
setiap Re ;0
(b) dapat distabilkan, jika 1
2 21 A I B C D
mempunyai rank kolom penuh
untuk setiap Re .0
Lebih lanjut, jika (a) dan (b) berlaku keduanya, maka K adalah pengontrol stabil
Bukti
Misalkan persamaan ruang keadaan untuk loop tertutup adalah :
2 1 2 2 2 1 2 1 21 1 2 1 22 1 21 1 12 2 2 12 2 11 12 1 21 ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ( , ) ˆ ˆ ˆ : l c c c c A B DL C B L C B B DL D G K BL C A BL D C BL D C D L DC D L C D D DL D A B C D F dimana L1: (I D D22 ˆ) 1 , L2: (I DDˆ 22) 1 .
Asumsikan Fl( ,G K) tidak terdeteksi pada ( ,x y ) dan mode Re ;0 Maka dengan menggunakan tes PBH didapat
0. C A I x C y
dengan penyederhanaan didapat
2 1 12 1 2 2 0. ˆ ˆ x A I B C D DL C x L Cy dan 1 2 22 ˆ ˆ ˆ ( ) 0 BL C xD Cy Ayy Kemudian jika 2 1 12 A I B C D
mempunyai rank kolom penuh, maka x dan0 Cyˆ 0. Hal ini mengakibatkan
ˆ
Cyy. Karena terdeteksi, maka y0. Hal ini kontradiksi dengan asumsi sebelumnya. Jadi bagian (a) telah terbukti, dan bagian (b) hasilnya ganda.
2.2 Controllability dan Observability System
Definisi 2.2 Sistem dinamik yang didefinisikan pada persamaan (2.1) atau pasangan ( , )A B dikatakan terkontrol (controllable), jika untuk setiap keadaan awal x(0) , tx0 1 > 0 dan keadaan akhir x1, terdapat input u ( ) sedemikian
sehingga solusi persamaan (2.1) memenuhi x(t1) = x1. Jika tidak, sistem dari
pasangan ( , )A B dikatakan tidak terkontrol (uncontrollable).
Teorema 2.3 Pernyataan berikut adalah ekivalen:
(i) (A, B) terkontrol.
(ii) Matriks * 0 ( ) : * t A A c W t =
ò
e BB et tdtadalah definit postif untuk suatu t > 0.
(iii) Matriks terkontrol
2 n 1
C= êéëB AB A B K A - Bùúû
mempunyai rank baris penuh = n.
Definisi 2.4 Suatu sistem dinamik tanpa paksaan x Ax dapat dikatakan stabil, jika untuk setiap nilai-nilai eigen dari matriks A berada di bidang sebelah kiri
sumbu imajiner, yaitu Re ( ) A 0. Suatu matriks A yang memenuhi sifat ini disebut stabil.
Definisi 2.5 Persamaan sistem dinamik (2.1) atau pasangan (A, B), dapat distabilkan jika terdapat state feedback u = Fx sedemikian sehingga sistem menjadi stabil, dimisalkan A + BF adalah stabil.
Teorema 2.6 Pernyataan berikut adalah ekivalen: (i) (A, B) dapat distabilkan.
(ii) F A BF stabil.
Teorema 2.7 Pernyataan berikut adalah ekivalen: (i) (A, B) stabil.
(ii) Matriks
AI B
mempunyai rank baris penuh untuk setiap Re .0Definisi 2.8 Sistem dinamik yang didefinisikan pada persamaan (2.1) dan (2.2) atau oleh pasangan (C, A) dikatakan teramati (observable) jika untuk setiap t1>
0, keadaan awal x(0) = x0 dapat diselesaikan dari input u(t) awal dan output y(t)
dan pada interval [0, t1]. Jika tidak, maka sistem (C, A) dikatakan tak teramati
(unobservable).
Teorema 2.9 Pernyataan berikut adalah ekivalen:
(ii) Matriks * 0 ( ) : * t A A c W t =
ò
e C Cet tdtadalah definit positif untuk suatu t > 0.
(iii) Matriks teramati
2 1 n C CA CA CA
mempunyai rank kolom penuh = n.
Definisi 2.10 Sistem atau pasangan (C, A) dikatakan terdeteksi (detectable) jika
A LC stabil untuk suatu L.
Teorema 2.11 Pernyataan berikut adalah ekivalen:
(i) (C, A) terdeteksi.
(ii) A LCL stabil.
Teorema 2.12 Pernyataan berikut adalah ekivalen:
(i) (C, A) terdeteksi. (ii) Matriks A I C
mempunyai rank kolom penuh untuk setiap
2.3 Pole Placement dan Canonical Forms
Anggap bahwa suatu sistem dinamika MIMO (Mulit-Input
Multi-Output) didefinisikan oleh
, x Ax Bu y Cx Du
dan misalkan u adalah kontrol state feedback dengan
u = Fx + v
Sistem loop tertutup ini seperti yang ditunjukan pada Gambar 3.1 berikut, dan persamaan sistem loop tertutupnya adalah
( ) ( ) ( ) ( ) . x Ax B Fx v A BF x Bv y Cx D Fx v C DF x Dv dimana :
A = matriks n n : matriks state
B = matriks n m : matriks input
C = matriks r n : matriks output
D = matriks r m 2.4 Kontrol H2 Standard H Problem2
u
y
z
w
KG
Sistem dinamik pada gambar 1 adalah u D w D x C y u D w D x C z u B w B Ax x 22 21 2 12 11 1 2 1
Realisasi fungsi transfer sistem di atas adalah
22 21 2 12 11 1 2 1 D D C D D C B B A G
Tanpa mengurangi keumuman, asumsikan D22 0, sehingga G proper ketat.22
Selain itu, diasumsikan jugaD11 0, hal tersebut untuk menjamin bahwa masalah
2
H properly posed. Sehingga fungsi transfer menjadi
0 0 21 2 12 1 2 1 D C D C B B A G
Dibuat beberapa asumsi tambahan, yaitu:
(i) (A,B2) terstabilkan dan (C2,A) terdeteksi. (ii) R1 D12* D12 0danR2 D21D21* 0. (iii) 12 1 2 D C B jwI A
mempunyai rank kolom penuh untuk setiap w .
(iv) 21 2 1 D C B jwI A
mempunyai rank baris penuh untuk setiap w .
Asumsi pertama dibuat untuk kestabilan output feedback dari G. Dengan adanya asumsi ketiga, keempat dan asumsi pertama maka terjamin bahwa dua matriks Hamiltonian yang berasosiasi dengan masalah H2 (di bawah) adalah anggota dom(Ric). Sedangkan asumsi kedua untuk menjamin bahwa masalah kontrol optimal H adalah nonsingular.2
Masalah utama kontrol H2 adalah mencari pengontrol K yang proper dan real rational yang menstabilkan G secara internal dan meminimumkan H norm dari transfer matriks T2 zwdari w ke z.
Karena diasumsikan (i) dan (iii), maka berdasarkan Corollary 12.7, Hamiltonian matriks * 1 * 12 1 1 2 1 * 12 1 1 12 * 1 * 2 1 1 2 1 * 12 1 1 2 2 ) ( ) (I D R D C A B R D C C B R B C D R B A H
anggota dom(Ric) dan terlebih lagi X2 Ric(H2)0.
Selain itu, dengan mengasumsikan (C2,A) terdeteksi yang ekuivalen dengan
) , ( * 2 * C
A terstabilkan, serta asumsi (iv), maka Hamiltonian matriks
* 2 1 2 * 21 1 * 1 21 1 2 * 21 1 2 1 2 * 2 * 2 1 2 * 21 1 2 ) ( ) ( ) ( C R D B A B D R D I B C R C C R D B A J
juga anggota dom(Ric) dan Y2 Ric(J2)0. Definisikan 1 2 * 21 1 * 2 2 2 1 * 12 2 * 2 1 1 2 ( ), ( ) R B X D C L Y C B D R F dan 2 2 2 2 2 21 2 1 2 1 2 2 2 2 12 1 2 1 2 2 2 ˆ , , C L F B A A D L B B C L A A F D C C F B A A L L F F 0 ) ( , 0 ) ( 2 1 2 2 1 2 I B A s G C I A s G f L L F F c
Untuk membuktikan teorema 2.14 diperlukan Lemma berikut:
Lemma 2.13 Misalkan U ,V RH didefinisikan sebagai
21 2 / 1 1 2 2 / 1 1 2 1 2 2 / 1 1 12 2 1 2 / 1 1 2 2 , D R C R B A V R D C R B A U L L F F
Maka U adalah sebuah inner dan V adalah co-inner, U~GcRH2 dan 2 ~ RH V Gf .
Bukti Pembuktian Lemma tersebut menggunakan manipulasi biasa pada realisasi state space.
* 12 2 / 1 1 * 2 1 1 * 2 * 2 2 / 1 1 ) ( ) ( ~ D R C A sI B R s U s U T F F * 12 2 / 1 1 * 2 2 / 1 1 * 2 1 * 2 ) ( ~ D R B R C A s U F F Maka I C D R B R R B A R D C C C A U U F F F F F F 2 1 * 12 2 / 1 1 * 2 2 / 1 1 2 / 1 1 2 2 2 / 1 1 12 * 2 1 2 1 * 2 1 * 2 0 ~ 0 0 0 ~ 2 1 * 12 2 / 1 1 * 2 2 / 1 1 2 2 1 * 2 1 * 2 F F F F F c C D R B R I A C C A G UDilakukan transformasi dengan memisalkan xPx dengan I X I P 0 2 pada
sistem-sistem di atas. Sehingga
I P C D R B R R B R D C P P A C C A P U U F F F F F F 1 2 1 * 12 2 / 1 1 * 2 2 / 1 1 2 / 1 1 2 2 / 1 1 12 * 2 1 1 2 2 1 * 2 1 * 2 0 ~ Karena 0 2 1 * 2 1 2 2 2 * 2 F F F F X X A C C Adan berdasarkan Lemma 12.8
0 2 / 1 1 2 2 2 / 1 1 12 * 2 1 R B X R D CF
maka I I B R R B A A U U F F 0 0 0 0 ~ * 2 2 / 1 1 2 / 1 1 2 2 * 2
Transformasi yang sama juga dilakukan pada U~Gc, sehingga diperoleh
* 2 2 2 / 1 1 2 * 2 * 2 2 / 1 1 2 2 * 2 0 0 0 0 0 ~ RH B R X A B R I A X A G U F F F c .
Dengan prisip duality, dapat diperoleh bahwa GfV~RH2 dan V adalah co-inner.
Teorema 2.14 Terdapat pengontrol optimal yang unik
0 ˆ ) ( 2 2 2 F L A s Kopt Terlebih lagi ) ( ) ( min 2 1* 2 1 1 2 2 2* 2 2 2 / 1 1 2 2 1 2 2 G B R F G trace B X B trace RFY F Tzw c f .
Bukti Diperhatikan parameterisasi dari semua pengontrol yang dapat menstabilkan, K(s) Fl(M2,Q), QRH dengan 0 0 ˆ ) ( 2 2 2 2 2 2 I C I F B L A s M
Maka Tzw Fl(N,Q) dengan 0 0 0 0 0 21 2 12 2 12 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 D C D F D C B A B B F B A N F L L F dan V QR UR G F UR B G Tzw c 1 11/2 2 f 11/2 21/2
Berdasarkan Lemma 2.13, GcB1danU ortogonal, sehingga
2 2 2 / 1 2 2 / 1 1 2 2 / 1 1 2 2 1 2 2 G B UR F G UR QR V Tzw c f
Karena U adalah inner, maka
2 2 2 / 1 2 2 / 1 1 2 2 / 1 1 2 2 1 2 2 G B R F G R QR V Tzw c f
Akibat keortogonalan Gf danV, serta V adalah co-inner, maka 2 2 2 / 1 2 2 / 1 1 2 2 2 2 / 1 1 2 2 1 2 2 G B R F G R QR Tzw c f
Dengan mengambil Q0 akan memberikan pengontrol optimal yang unik, sehingga K Fl(M2,0) adalah kontrol optimal yang unik.
u y z w G K M2 y1 u1
2.5 Kontrol H
Formulasi Permasalahan
Misalkan suatu sistem dideskripsikan dengan diagram blok
Gambar 2.2 Blok Diagram
dimana plant G dan pengontrol K diasumsikan real rasional dan proper. Pada sistem ini diasumsikan bahwa model-model ruang keadaan G dan K dapat digunakan serta stabil dan terdeteksi.
Suatu pengontrol dikatakan dapat diterima (admissible) jika sistem tersebut stabil internal.
Definisi 2.15 Kontrol H Optimal: mencari semua pengontrol K(s), sedemikian sehingga Tzw minimal.
Definisi 2.16 Kontrol H Suboptimal: diberikan 0, mencari semua pengontrol K(s) yang dapat diterima, sedemikian sehingga Tzw .
Pada umumnya, pengontrol optimal H tidak tunggal solusinya untuk sistem MIMO, dan sangat kompleks secara teoritis dan numerik. Hal ini berbeda
u y
z w
K
dengan pengontrol H2 dimana pengontrol optimalnya adalah unik dan dapat diperoleh sebagai solusi dari dua persamaan Ricatti tanpa iterasi. Dalam prakteknya, pengontrol optimal tidak terlalu diperlukan. Pengontrol suboptimal, yaitu pengontrol yang sangat dekat dengan norm dengan pengontrol optimalnya, lebih mudah diperoleh dan bahkan memiliki sifat yang lebih baik daripada pengontrol optimalnya. Pembahasan selanjutnya akan lebih difokuskan pada pengontrol suboptimal.
Masalah Sederhana kontrol H
Misalkan realisasi dari matriks transfer G berbentuk
1 2 1 12 2 21 ( ) 0 . 0 A B B G s C D C D
Berikut adalah beberapa asumsi yang digunakan untuk penyederhanaan masalah sebagai berikut:
(i) ( ,A B1) terkontrol dan (C A terobservasi;1, )
(ii) ( ,A B2) terstabilkan dan (C A terdeteksi;2, )
(iii)D12
C1 D12
0 I
; (iv) 1 21 21 0 . B D D I Dua asumsi tambahan yang implisit dalam realisasi G(s) yaitu D110 dan
22 0
Pengontrol-Pengontrol H Suboptimal
Pada bagian ini, akan dijelaskan syarat perlu dan cukup untuk eksistensi dari suatu pengontrol K(s) yang sesuai sedemikian sehingga Tzw untuk
suatu yang diberikan. Lebih lanjut, jika syarat perlu dan cukup telah dipenuhi, akan dikarakterisasi semua pengontrol yang sesuai yang memenuhi kondisi norm.
Misalkan opt: min
Tzw :K s( ) sesuai
, sebagai contoh, tingkat optimal. Maka, jelas, harus lebih besar dari opt untuk eksistensi daripengontrol-pengontrol H suboptimal.
Solusi H memenuhi dua matriks Hamiltonian berikut:
2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 : A B B B B , : A C C C C H J C C A B B A
Teorema 2.17 Terdapat suatu pengontrol yang dapat diterima sedemikian sehingga Tzw jika dan hanya jika tiga kondisi berikut terpenuhi:
i. Hdom Ric( ) dan X:Ric H( )0.
ii. Jdom Ric( ) dan Y:Ric J( )0.
iii. 2
(X ,Y ) .
Jika ketiga kondisi ini dipenuhi, salah satu pengontrolnya adalah
ˆ ( ) : 0 su b A Z L K s F dimana 2 1 1 2 2 ˆ : A A B B X B FZ L C
2 1
2 2
: , : , : ( ) .
F B X L Y C Z IY X
Untuk membuktikan teorema diatas diperlukan beberapa lemma berikut:
Lemma 2.18 Misalkan XRnn, YRnn, dengan X X* 0, dan
0
*
Y
Y . Misalkan pula r adalah bilangan bulat positif. Maka terdapat matriks r n R X12 , r r R X2 sedemikian sehingga * 2 2 X X 0 2 * 12 12 X X X X dan * * * Y X X X X 1 2 * 12 12
jika dan hanya jika
0 Y I I X n n dan n r Y I I X rank n n 1 . Bukti :
() Sesuai dengan asumsi, terdapat suatu matriks X12Rnr sedemikian sehingga 12 12*
1
X X Y
X . Definisikan X2:Ir, maka terbukti. () Dengan menggunakan komplemen Schur,
1 * 12 1 12 1 * 12 2 12 1 1 ) ( X X X X X X X X X Y
Diinverskan menggunakan Lemma Inversi Matriks, memberikan
* 12 1 2 12 1 X X X X Y Sehingga, 0 * 12 1 2 12 1 X X X Y X
dan rank
X Y1
rank
X12X21X12*
rLemma 2.19 Terdapat pengontrol berorde r yang admissible dengan Tzw
hanya jika tiga kondisi berikut dipenuhi : (i). Terdapat Y1 0 sedemikian sehingga
0 / 2 1 1* 2 2 2* 1 1 * 1 1 * 1 1 Y A YC CY B B B B AY (2.5)
0 / 2 1* 1 2 2* 2 1 * 1 1 1 1 * 1AA X X B B X C C C C X (2.6) (iii). 0 1 1 Y I I X n n , n r Y I I X rank n n 1 1 Bukti :
o Misalkan terdapat pengontrol berorde r, K(s) sedemikian sehingga
zw
T .
o Misalkan K(s) memiliki realisasi ruang keadaan sebagai berikut:
D C B A s K ˆ ˆ ˆ ˆ : ) ( Maka,
c c c c l zw D C B A D D D C D C D D C D B A C B D D B B C B C D B A K G F T : ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ ˆ , 21 12 12 2 12 1 21 2 21 2 1 2 2 2 o Nyatakan, R2I Dc*Dc dan R~2I DcDc*o Berdasarkan Lemma Bounded Real, terdapat 0
2 * 12 12 1 X X X X X sehingga
~ ~ ~ 0 ~ 1 * 1 * * 1 * * 1 c c c c c c c c c c c c B R D C A B R D C X XB R B X C R C A X (2.7) o Akibatnya,
ˆ ˆ
ˆ ˆ
0 / * * 2 2 12 1 1 1 * 2 * 2 2 12 1 1 2 * 2 2 1 * 1 2 1 * 1 1 1 1 * 1 C B X D B X D D I C B X D B X C C C C X B B X X A A X Dapat juga ditulis,
0 / 2 * 2 2 1 * 1 2 1 * 1 1 1 1 * 1AA X X B B X C C C C X o Misalkan ~ 2 ~1 X Y dan ~ 0 2 * 12 12 1 Y Y Y Y Y . Maka,
Ac BcR1Dc*Cc
Y~Y~
Ac BcR1Dc*Cc
Y~Cc*R~1CcY~BcR1Bc* 0 (2.8)Diperoleh,
ˆ
ˆ
0 / * 2 2 * 12 * * 1 1 1 * 2 2 2 * 12 * * 1 1 2 1 1 * 1 1 2 * 2 2 * 1 1 * 1 1 B C Y D C Y D D I B C Y D C Y Y C C Y B B B B A Y AY Dapat juga ditulis,
0 / 2 1 1 * 1 1 2 * 2 2 * 1 1 * 1 1 Y A BB B B YC CY AY
o Berdasarkan Lemma 2.18, jika diberikan X1 0 dan Y1 0 maka terdapat
12
X dan X sehingga2 Y~2X~1 atau Y~
X~ 1: * * * 1 1 2 * 12 12 1 Y X X X X ,
jika dan hanya jika
0 1 1 Y I I X n n dan n r Y I I X rank n n 1 1 1
Teorema 2.20 Misalkan R0 dan (A,R) terkontrol. Terdapat *
X X sehingga, 0 : ) (X XA A*X XRX Q Q ()
Maka terdapat suatu solusi X X untuk persamaan Ricatti, 0
*
A A X X RX Q
X ()
sedemikian sehingga A RX antistabil.
Teorema 2.21
Terdapat K sedemikian sehingga Tzw jika dan hanya jika:
(i). Terdapat suatu solusi penstabil X , untuk persamaan0
2
1 1 2 2 1 1
( / ) 0
X A A X X B B B B X C C
(ii). Terdapat suatu solusi penstabil Y untuk persamaan0
2
1 1 2 2 1 1
( / ) 0
(iii). 1 1 0 n n Y I I X atau 2 (X Y ) . Bukti :
o Dengan menerapkan Teorema 2.20 pada bagian (i) dari Lemma 2.19 maka terdapat Y Y1 0 sehingga, 0 * 2 2 2 * 1 1 2 1 * 1 * YA YC C Y B B B B AY dan AC1*C1Y 2 antistabil. Misalkan 2 1 : Y X . Diperoleh,
1 0 * 1 * 2 2 2 * 1 1 * A A X X B B B B X C C X (2.11) dan,
B B B B X X A C C X X X A C C Y X A 1 1* 2 2 2* 1 1* 1 1 1 1* 1 2 stabil.o Dengan menerapkan Teorema 2.20 pada bagian (ii) dari Lemma 2.19 maka terdapat X X1 0 sehingga, 0 2 * 2 2 1 * 1 2 * 1 1 * A X XB B X X C C C C XA dan AB1B1*X 2 antistabil. Misalkan Y :2X1. Diperoleh,
2
1 1* 0 * 2 2 1 * 1 * Y A Y C C C C Y B B AY (2.12) dan A
C1*C1 2 C2*C2
Y stabil.o Perhatikan bahwa kondisi (iii) dari Lemma 2.19 secara otomatis memenuhi
n r , dan 0 1 1 1 1 Y I I X Y I I X X I I Y n n n n n n Selanjutnya dibuktikan 2 (X Y ) . Karena 1 1
0
n nY
I
I
X
,dan
Y
1
0
maka berdasarkan Lemma schur complement
X
1
1Y
, sehinggaI
2X Y
0
, jadi(
I
2X Y
)
mempunyai invers. DefinisikanY
t
(
I
2X Y
)
1Y
. Jadi 2 1(
X Y
)
(
X Y
t(
I
X Y
t) )
2(
)
1
(
)
t tX Y
X Y
2 2(
)
(
)
t tX Y
X Y
2.
Bukti Teorema 2.17 :o Untuk membuktikannya, cukup dengan menunjukkan bahwa pengontrol Ksub mengakibatkan Tzw .
o Perhatikan bahwa fungsi transfer loop tertutup dengan Ksub diberikan oleh
2 1 2 21 1 12 ˆ : 0 c c zw c c A B F B A B T Z L C A Z L D C D C D F . o Definisikan,
1 1 2 1 1 * 2 1 1 2 1 2 Z Y Y Z Z Y Y P Maka P0 dan PAc Ac*PPBcBc* P 2 Cc*Cc 0. o Perhatikan bahwa, F B X B B A Z Y B B F B Y B B A P B B Ac c c 2 2 * 1 1 1 1 * 1 1 2 1 * 1 1 2 * 0 tidak memiliki nilai karakteristik pada sumbu imajiner karena
BB X B F
A 1 1* 2 2 stabil dan AB1B1*Y1 antistabil. Sehingga menurut lemma Bounded Real, Tzw .
Lebih lanjut, ketika kondisi-kondisi ini benar, maka terdapat pengontrol ˆ ( ) : 0 sub A Z L K s F dimana 2 1 1 2 2 ˆ : A A B B X B FZ L C -2 1 2 2 : , : , : ( ) . F B X L Y C Z IY X
Pengontrol H yang ditunjukkan pada Teorema 2.17, sering disebut pengontrol
pusat (central controller) atau pengontrol entropi minimum (minimum entropy
BAB III
APLIKASI PADA SISTEM MASSA PEGAS
Permasalahan
Suatu sistem massa pegas dengan redaman dideskripsikan seperti pada gambar berikut:
Gambar 3.1
dimana:
m1, m2 adalah massa benda pertama dan kedua
k1, k2 adalah konstanta pegas benda pertama dan kedua b1,b2 adalah konstanta redaman pertama dan kedua
Bila F1 u adalah input untuk kontrol dan F2 w gangguan dari luar (disturbance) dimana F dapat mengontrol gerakan massa benda 1 dan benda 21
yang diakibatkan oleh gangguan F , maka2 x dan1 x2 menyatakan kedudukan benda pertama dan benda kedua setelah mendapat kontrol.
Dari sistem massa pegas dengan redaman pada Gambar 3.1, dapat dibentuk suatu model kontrol dalam bentuk blok diagram, seperti pada Gambar 3.2 berikut: m1 m2 F2 F1 b1 b2 k2 k1 x1 x2
Gambar 3.2
Dengan menerapkan hukum kedua Newton dan hukum Hooke pada Gambar 3.1 diperoleh sistem persamaan:
1 2
2 1 1
1 2
2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 F x k k x k x b b x b x m F x k x k x x b x m Definisikan x3 x1 dan x4 x2, sehingga
2 2 4 2 2 1 3 2 1 2 2 2 1 1 2 1 4 1 1 4 1 1 3 1 1 2 1 2 1 1 1 3 m F x m b b x m b x m k k x m k x m F x m b x m b x m k x m k x (3.1)
Sehingga berdasarkan sistem persamaan 3.1, didapatkan persamaan state
spacenya yaitu: 2 1 2 1 4 3 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 4 3 2 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 F F m m x x x x m b b m b m k k m k m b m b m k m k x x x x 2 1 4 3 2 1 2 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 F F x x x x x x
Dimana 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 m b b m b m k k m k m b m b m k m k A , 2 1 1 0 0 1 0 0 0 0 m m B (1.2)
Bila G(s) adalah fungsi tranfer dari (F ,1 F ) ke (2 x ,1 x ), maka2
0 0 1 0 0 0 0 1 C , D0