• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Sumber Daya Berbasis Work Breakdown Structure (WBS) Pekerjaan Struktur Atas pada Gedung Apartemen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perencanaan Sumber Daya Berbasis Work Breakdown Structure (WBS) Pekerjaan Struktur Atas pada Gedung Apartemen"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Perencanaan Sumber Daya Berbasis Work Breakdown Structure (WBS)

Pekerjaan Struktur Atas pada Gedung Apartemen

Ikhlasul Ibtihal, Yusuf Latief

1. Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 2. Civil Engineering Department, Faculty of Engineering, University of Indonesia, Depok

ikhlasul.ibtihal@gmail.com

Abstrak

Skripsi ini membahas perencanaan sumber daya bahan, alat dan tenaga kerja berdasarkan WBS pekerjaan struktur atas untuk bangunan gedung apartemen. Penelitian ini dilakukan karena banyaknya kegagalan proyek seperti keterlambatan dan pembengkakan biaya serta kegagaln mutu akibat perencanaan sumber daya yang kurang baik. Penelitian ini akan mengidentifikasi sumber daya dari setiap paket pekerjaan sehingga perencanaan sumber daya akan lebih matang dan meminimalisir terjadinya kegagalan proyek. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian Teknik Delphi melalui validasi pakar yang berpengalaman dalam bidang konstruksi.

Resource Planning Based on Work Breakdown Structure (WBS) at Upper Structure of Apartment Building

Abstract

This thesis discusses about resources planning of materials, equipments and labor based on WBS at upper structural work for apartment building. This research is done because of the many failure of the project such as delay and swelling of cost and failure of quality due to bad resource planning. This research will identify the resources of each work package so that resource planning will be more mature and minimize the occurrence of project failure. This research use Delphi Technique research method through expert validation experienced in construction building.

Keywords:

Apartment building, WBS, upper structure, construction method, resource

Pendahuluan

Proyek konstruksi merupakan pekerjaan yang kompleks karena dibatasi oleh waktu dan biaya serta sumber daya tertentu. Sebuah proyek haruslah memerhatikan unsur-unsur manajemen yaitu Man (sumber daya manusia), Money (uang), Material (bahan) Methode (metode), Machine (mesin)

Saat ini di Jakarta, proyek pembangunan apartemen sangat marak terdengar di kehidupan sehari-hari. Hal tersebut terjadi karena angka kelahiran lebih tinggi dibanding angka kematian, hal ini memicu terjadinya peningkatan jumlah penduduk yang sangat tinggi dan

(2)

tempat tinggal, hal inilah yang memicu maraknya proyek pembangunan gedung apartemen di jakarta.

Keberhasilan suatu proyek ditentukan pada kualitas perencanaan secara menyeluruh. Titik mulai terletak pada penetapan objektif proyek dengan informasi detail dan memadai. Untuk itu diperlukan WBS (Work Breakdown Structure) yang menjadi pondasi dalam menentukan objektif proyek. PMBOK 5th Edition menjelaskan bahwa pembuatan WBS adalah proses membagi paket pekerjaan proyek menjadi lebih kecil dan lebih mudah dikelola. Manfaat utama dari proses ini adalah bahwa ini memberikan visi terstruktur apa yang harus disampaikan. Peranan WBS yang sangat pennting terkadang kurang disadari oleh para pelaku konstruksi. Padahal tanpa WBS proyek tidak akan dapat dikelola dengan baik. Proyek seolah akan berjalan tanpa kemudi dan arah yang jelas.

Berdasarkan Project Management Institute, terdapat empat fungsi yang sangat krusial dari WBS terhadap manajemen proyek, yaitu:

• Untuk mendefinisikan lingkup pekerjaan proyek yang harus dilaksanakan dan untuk mendetailkan (decomposition) lebih jauh menjadi komponen-komponen yang penting untuk dikendalikan.

• Untuk menyediakan kepada tim manajemen proyek dengan suatu framework dimana berdasarkan status proyek dan laporan progress

• Untuk memfasilitasi komunikasi antara manajer proyek dan stakeholder selama masa proyek. WBS dapat digunakan untuk mengomunikasikan informasi yang terkait dengan lingkup pekekrjaan. Kombinasi WBS dengan data tambahan lain dapat diolah menjadi schedule, resiko, performance, ketergantungan, dan biaya

• Sebagai input utama yang akurat untuk proses manajemen proyek dan tujuan lainnya seperti definisi aktifitas, network diagram, schedule program dan proyek, laporan performance, analisis risiko dan mitigasinya, alat kendali, atau organisasi proyek

Kelayakan suatu proyek dapat dilihat dari kualitas yang telah dihasilkan dengan memperhatikan waktu serta biaya konstruksi (Soeharto 1995). Ketiga aspek diatas tidak akan berhasil tanpa adanya perenanaan sumber daya yang matang. Saat ini sektor konstruksi mulai menyadari pentingnya pengelolaan sumber daya, baik sumber daya manusia, sumber daya material, dan juga sumber daya alatnya untuk meningkatkan dan memaksimalkan kinerja

(3)

dalam proyek, tetapi masih harus menghadapi banyak kesulitan dalam merencanakan sumber daya tersebut, salah satu penyebab kesulitan tersebut ialah belum adanya pedoman yang baku dalam merencanakan dan menentukan sumber daya yang diperlukan dari setiap elemen pekerjaan pada WBS dalam proyek.

Apabila terjadi perencanaan sumber daya yang kurang matang akan berdampak terhadap kinerja proyek. Dari segi waktu, proyek akan mengalami keterlambatan, dari segi biaya proyek akan mengalami over costi, dari segi mutu, mutu yang dihasilkan akan kurang maksimal. Dan tidak menutup kemungkinan hal paling buruk ialah terjadinya kegagalan proyek.

Berdasarkan Pedoman Peningkatan Profesionalitas SDM Konstruksi, 2007, pengelolaan sumber daya manusia meliputi proses perencanaan dan penggunaan sumber daya manusia dengan cara yang tepat (effective) untuk memproleh hasil yang optimal. Sumber daya dapat berupa human (Tenaga kerja, tenaga ahli, dan tenaga terampil)

Perencanaan sumber daya material harus dikelola dengan baik agar kebutuhannya mencukupi pada waktu dan tempat yang dibutuhkan. Perencanaan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan penggunaan material menjadi efisien dan efektif serta tidak terjadi masalah akibat tidak tersediaanya material pada saat dibutuhkan. Oleh sebab itu banyak sekali pekerjaan proyek terhenti karna perencanaan atau pengadaan penggunaan material yang kurang baik.

Peralatan konstruksi (construction plant) merupakan salah satu sumber daya terpenting yang dapat mendukung tercapainya suatu tujuan yang diinginkan, pada proyek konstruksi kebutuhan untuk peralatan antara 7 – 15% dari biaya proyek (Fahan, 2005)

Melihat betapa pentingnya WBS dan perencanaan sumber daya pada proyek, baik sumber daya material, manusia dan alat maka penulis memutuskan membuat penelitian mengenai perencanaan sumber daya berbasis wbs pekerjaan struktur atas pada bagungan gedung apartemen.

(4)

Menurut PMBOK 5th edition (2013), definisi WBS adalah suatu uraian atau dekomposisi hirarki dari total lingkup pekerjaan yang harus dilakukan oleh tim proyek untuk menyelesaikan tujuan proyek. WBS mengelola dan mendefinisikan total lingkup dari proyek, dan menyatakan spesifikasi pekerjaan dalam pernyataan lingkup proyek yang disetujui.

Menurut PMI proses membagi seluruh pekerjaan proyek menjadi beberapa pekerjaan hirarki terstruktur yang lebih mudah dikelola. Tingkat rincian harus mewakili seluruh lingkup proyek sambil menjaga tugas dikelola (E.S. Norman, 2008). WBS biasanya dirancang melalui prosedur top-down. Tingkat atas WBS yang didekomposisi menjadi pengelompokan logis dari pekerjaan, diikuti oleh tingkat bawah berikutnya dan seterusnya. Dengan demikian, komponen tingkat terendah dari WBS dapat dijadwalkan, dan biaya dapat diperkirakan, dipantau, dan dikendalikan

WBS juga dianggap sebagai alat untuk manajer (Abbasi & Al-Mharmah, 2000) khusus untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian (Tiner, 1985). perencanaan proyek juga melibatkan identifikasi fase kerja, sehingga saat itu seperti biaya dianggap erat kaitannya dengan paket pekerjaan dan tingkat lainnya pada proyek WBS (Ayas, 1996). Proses penyediaan paket pekerjaan berarti bahwa biaya, waktu dan risiko dapat dievaluasi untuk total proyek (Tummala & Burchett, 1999), sehingga proses menjadi unit analisis. Hanya tahun lalu, Vanhoucke (2012) menyatakan bahwa penjabaran sampai ke tingkat aktivitas terendah dari proyek WBS dapat 'memicu tindakan korektif' untuk risiko yang dirasakan pada tahap awal Metode pelaksanaan konstruksi pada hakekatnya adalah penjabaran tata cara dan teknik – teknik pelaksanaan pekerjaan, merupakan inti dari seluruh kegiatan dalam sistem manajemen konstruksi. Metode pelaksanaan konstruksi merupakan kunci untuk dapat mewujudkan seluruh perencanaan menjadi bentuk bangunan fisik. Pada dasarnya metode pelaksanaan konstruksi merupakan penerapan konsep rekayasa berpijak pada keterkaitan antara persyaratan dalam dokumen pelelangan (dokumen pengadaan), keadaan teknis dan ekonomis yang ada dilapangan, dan seluruh sumber daya termasuk pengalaman kontraktor (Jawat, 2015).

Kombinasi dan keterkaitan ketiga elemen secara interaktif membentuk kerangka gagasan dan konsep metode optimal yang diterapkan dalam pelaksanaan konstruksi. Konsep metode

(5)

pekerjaan termasuk kebutuhan sarana dan prasarana yang bersifat sementara sekalipun (Dipohusodo, 1996)

Metode pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi yang baik apabila memenuhi persyaratan (Syah, Manajemen Proyek Kiat Sukses Mengelola Proyek, 2004), yaitu:

• Memenuhi persyaratan teknis, yang memuat antara lain :

Ø Dokumen metode pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi lengkap dan jelas memenuhi informasi yang dibutuhan

Ø Bisa dilaksanakan dan efektif

Ø Aman dilaksanakan, terhadap bangunan yang dibangun, para tenaga kerja, bangunan lainnya, dan lingkungan sekitarnya.

• Memenuhi persyaratan ekonomis, yaitu biaya murah, wajar dan efisien. • Memenuhi pertimbangan nonteknis lainnya, yang memuat antara lain :

Ø Dimungkinkan untuk diterapkan di lokasi proyek dan disetujui atau tidak ditentang oleh lingkungan setempat.

Ø Rekomendasi dan policy dari pemilik proyek.

Ø Disetujui oleh sponsor proyek atau direksi perusahaan, apabila hal itu merupakan alternatif pelaksanaan yang istimewa atau riskan.

• Merupakan alternatif/pilihan terbaik dari beberapa alternatif yang telah diperhitungkan dan dipertimbangkan. Masalah metode pekerjaan banyak sekali variasinya, sebab tidak ada keputusan engineer. Jadi pilihan terbaik yang merupakan tanggung jawab manajemen, dengan tetap mempertimbangkan engineering economies.

• Manfaat positif Construction Method.

Ø Memberikan arahan dan pedoman yang jelas atas urutan dan fasilitas penyelesaian pekerjaan.

Ø Merupakan acuan/dasar pola pelaksanaan pekerjaan dan menjadi satu kesatuan dokumen prosedur pelaksanaan pekerjaan di proyek

Peranan metode pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi adalah untuk menyusun cara – cara kerja dalam melaksanakan suatu pekerjaan dan suatu cara untuk memenuhi, menentukan sarana – sarana pekerjaan yang mendukung terlaksananya suatu pekerjaan misalnya : menetapkan, memilih peralatan yang akan digunakan dalam pekerjaan yang sesuai dengan jenis pekerjaan yang efektif dan efisien dalam biaya operasi. Cara kerja juga dapat membantu

(6)

dalam menentukan urutan pekerjaan, menyusun jadwalnya sehingga dapat menentukan penyelesaian suatu pekerjaan. Peranan metode pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi akan mempengaruhi perencanaan konstruksi (Nono Tisnawardono: 2002: 11) antara lain :

• Jadwal pelaksanaan.

• Kebutuhan dan jadwal tenaga kerja. • Kebutuhan dan jadwal meterial/bahan. • Kebutuhan dan jadwal alat.

• Penjadwalan anggaran (Arus kas/cash-flow).

• Jadwal prestasi dengan metode kurva – S (S-Curve). • Cara – cara pelaksanaan pekerjaan

Setelah penentuan metode kerja yang didasari paket pekerjaan WBS, akan terurai aktivitas dari setiap paket pekerjaan dalam elemen WBS tersebut yang nantinya digunakan dalam menentukan sumber dayanya.

Berdasarkan Practice Standard for Work Breakdown Structures Second Edition, Activity. A component of work performed during the course of a project. Komponen pekerjaan yang dilakukan selama proyek berlangsung. (Project Management Institute, 2006)

Sumber daya merupakan suatu nilai potensi yang dimiliki oleh suatu materi atau unsur tertentu yang dapat digunakan oleh kegiatan manusia untuk sosial maupun ekonomi, dalah hal ini ialah proyek sehingga dapat dinyatakan bahwa sumber daya proyek konstruksi merupakan suatu nilai potensi yang dapat dimanfaatkan untuk proyek konstruksi. Sumber daya yang dimaksud berupa material, alat dan tenaga kerja.

Penggunaan material dalam proses konstruksi secara efektif sangat bergantung dari desain yang dikehendaki dari suatu bangunan. Penghematan material dapat dilakukan pada tahap penyediaan, handling, dan processing selama waktu konstruksi. Pemilihan alat yang tepat dan efektif akan mempengaruhi faktor kecepatan proses konstruksi, pemindahan atau distribusi material dengan cepat, baik arah horizontal maupun vertikal. Pekerja adalah salah satu sumber daya yang sangat sulit dilakukan pengontrolannya, upah yang diberi sangat bervariasi tergantung kecakapan masing-masing pekerja, karena tidak ada satu pekerja yang sama karakteristiknya (Ervianto, 2004).

(7)

Sumber daya material harus dikelola dengan sebaik-baiknya agar kebutuhannya mencukupi pada waktu dan tempatyang di inginkan. Dari beberapa penelitian menyatakan bahwa biaya material menyerap 50 %-70 % dari biaya proyek, biaya ini belum termasuk biaya penyimpanan material. Kebutuhan material biasanya di sediakan oleh pemasok yang hubungan kontraknya berlangsung dengan kontraktor pelaksana dan telah di setujui dengan pemilik proyek melalui wakilnya.

Manajemen sumber daya peralatan adalah suatu metode penggunaan alatalat berat untuk memperoleh hasil yang tepat guna dan berdaya, guna dalam pelaksanaan proyek. Peralatan kerja yang digunakan terdiri dari alat-alat berat dan alat-alat pelengkap lainnya, baik yang digerakkan secara manual atau mekanis. Peralatan konstruksi merupakan salah satu dari tiga input utama dari proses konstruksi bangunan, bersama-sama dengan tenaga kerja dan bahan (Hakan Y, 2015). Pemilihan jenis peralatan yang akan digunakan dalam suatu pekerjaan secara tepat dan cepat. Pertimbangan dari segi biaya sehubungan dengan penggunaan peralatan harus tetap ada, artinya harus ada optimasi dari harga produksi persatuan waktu untuk setiap peralatan yang digunakan. Selama pelaksanaan pekerjaan di proyek, pemeliharaan dan perawatan peralatan terutama untuk alat-alat berat harus dilakukan secara rutin, sehingga kondisi alat selalu baik dan siap pakai. Hal ini sangat penting agar dalam pelaksanaan nanti tidak terhambat karena adanya kerusakan pada peralatan kerja.

Metode Penelitian

Pada penelitian ini, untuk memperoleh sumber daya maka terlebih dahulu harus mengetahui paket pekerjaan WBS gedung apartemen (rumusan masalah 1) kemudian menentukan metode pelaksanaan berdasarkan paket pekerjaan tersebut dengan memerhatikan kondisi lingkungan dan lapangan (rumusan masalah 2) dari metode pelaksanaan akan muncul aktivitas pekerjaan setiap metode tersebut, dengan adanya aktivitas maka dapat dijabarkan apa saja sumber daya yang dibutuhkan (rumusan masalah 3)

(8)

Gambar 1. Diagram alur proses penelitian

Variabel yang digunakan pada penelitian ini ialah variabel bebas (Independent variable) yang dinotasikan dengan X dan variabel terikat (dependent variable) yang dinotasikan dengan Y. Variabel bebas dan terikat pada penelitian ini ialah sebagai berikut:

• Variabel bebas (X) : Paket pekerjaan WBS gedung apartemen • Variabel Terikat (Y) : Metode pelaksanaan dan sumber daya

Tabel 1. Variabel bebas penelitian

ZONING AREA JENIS PEKERJAAN PAKET PEKERJAAN (VARIABEL X)

Bangunan A-Lantai Podium Struktur Atas Kolom (Lantai 1 keatas)

Balok (Lantai 1 keatas)

Pelat (Lantai 1 keatas)

Core wall/ Shear wall (Lantai 1 keatas)

Tangga (Lantai 1 keatas)

(9)

ZONING AREA JENIS PEKERJAAN PAKET PEKERJAAN (VARIABEL X)

Bangunan A- Lantai Tower Struktur Atas Kolom (Lantai 1 keatas)

Balok (Lantai 1 keatas)

Pelat (Lantai 1 keatas)

Core wall/ Shear wall (Lantai 1 keatas)

Tangga (Lantai 1 keatas)

Bangunan A-Lantai Atap Struktur Atas Balok (Atap)

Core wall/ Shear wall (Atap)

Pelat (Atap)

Baja Atap / Crown

Helipad

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ialah melakukan wawancara kepada pakar dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner ini digunakan sebagai alat validasi kepada pakar yang berpengalaman dan memiliki pengetahuan tentang paket pekerjaan pada struktur atas beserta metode konstruksi dan sumber dayanya

Pada penilitian ini dilakukan pengumpulan data untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam menjawab rumusan masalah dan mencapai tujuan yang ingin dicapai. Data pada penilitian ini terbagi menjadi dua jenis yaitu:

• Data Primer: merupakan data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti langsung dari responden baik melalui kuesioner maupun wawancara;

• Data sekunder: merupakan data yang diperoleh dalam bentuk jadi yang didapatkan dari literatur seperti buku, referensi, jurnal serta dari hasil penelitian lainnya yang bertujuan untuk menentukan identifikasi awal variabel penelitian.

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan satu tahap yaitu dengan mengumpulkan data proyek atau arsip proyek gedung tinggi dengan minimal tinggi 5 lantai dengan fungsi bangunan apartemen yang telah dilaksanakan oleh kontraktor nasional berupa aktifitas pekerjaan struktur atas.

(10)

Setelah paket pekerjaan struktur atas diperoleh kemudian dilakukan validasi kepada minimal lima orang pakar bidang praktisi dengan minimal pengalaman sepuluh tahun dalam menangani proyek konstruksi gedung tinggi dengan skala baik dan/atau pakar akademisi yang memiliki pendidikan dan pengetahuan yang menunjang dengan tingkat pendidikan minimal S3 dan memiliki pengalaman mengajar minimal 10 tahun serta memiliki reputasi yang baik. Bersamaan dengan validasi paket pekerjaan tersebut, peniliti juga mewawancarai pakar tersebut mengenai metode konstruksi pada setiap aktifitas pekerjaan tersebut.

Kemudian dari metode konstruksi tiap pekerjaan dilakukan kembali wawancara dengan para pakar tersesbut terkait sumber daya material dan ala tapa saja yang digunakan pada tiap metode konstruksi yang telah diperoleh

Data yang telah diperoleh kemudian di analisis menggunakan Teknik Dhelpi. Teknik Dhelpi menurut merupakan metode sistematis dalam mengumpulkan pendapat dari sekelompok pakar melalui serangkaian kuesioner, di mana ada mekanisme feedback melalui putaran/round pertanyaan yang diadakan sambil menjaga anonimitas tanggapan responden (para ahli) (Foley, 1972)

Hasil Penelitian

Hasil penelitian penulis dalam mengembangkan standar WBS menghasilkan output seperti yang tertera dibawah ini, terdapat bagan WBS yang dapat menjelaskan secara lebih mudah item-item yang terdapat dalam WBS. Bagan ini terdiri dari 5 level meskipun masih terdapat 2 level lagi yaitu level 6 dan 7 yang tidak dimasukkan dalam bagan ini karena akan sangat banyak sehingga tersaji dalam bentuk tabel. Level 1 menunjukkan nama proyek yang sedang dikerjakan. level 2 menunjukkan rumpun pekerjaan konstruksi dalam hal ini ialah struktur. Level 3 menunjukkan pembagian lokasi pekerjaan, lantai basement, lantai podium, lantai tower dan lantai atap. Level 4 menunjukkan jenis pekerjaan dalam hal ini ialah struktur atas. Level 5 menunjukkan paket pekerjaan.

(11)

Gambar 2. Bagan WBS pekerjaan struktur atas

Selain dari bagan WBS diatas, terdapat pula tabel hasil penelitian yang menunjukkan metode pelaksanaan dari setiap paket pekerjaan dan sumber daya dari setiap metodenya, berikut merupakan contoh tabelnya:

Tabel 2. Tabel hasil penelitian

WBS

LEVEL 3 WBS LEVEL 5 METODE KERJA LEVEL 6 WBS WBS LEVEL 7 ZONING

AREA

PAKET PEKERJAAN

METODE

KERJA AKTIVITAS Pembagian

KELOMPOK RESOURCES Bangunan A-Lantai Podium Kolom (Lantai 1 keatas) Konvensional

Pembesian Bahan Besi

Kawat Bendrat

Tenaga Kerja Tukang Besi

Kepala Tukang

Proyek

 

Struktur  

L.  Basement   Struktur  Bawah  

L.  Podium   Struktur  Atas  

Pelat  (Lantai  1  keatas)         Balok  (Lantai  1  keatas)         Kolom  (Lantai  1  keatas)        

Core  wall/  Shear   wall  (Lantai  1  keatas)        

Tangga  (Lantai  1   keatas)        

L.  Tower   Struktur  Atas  

Pelat  (Lantai  1  keatas)         Balok  (Lantai  1  keatas)         Kolom  (Lantai  1  keatas)        

Core  wall/  Shear   wall  (Lantai  1  keatas)        

Tangga  (Lantai  1   keatas)        

L.  Atap   Struktur  Atas  

Balok  (Atap)           Pelat  (Atap)    

Corewall         Baja  Atap  /  Crown    

Helipad    

(12)

WBS LEVEL 3 WBS LEVEL 5 METODE KERJA WBS LEVEL 6 WBS LEVEL 7 ZONING AREA PAKET PEKERJAAN METODE

KERJA AKTIVITAS Pembagian

KELOMPOK RESOURCES

Mandor

Operator/mekanik

Alat Bar Cutter

Bar Bender

Gegep Tower Crane

Bekisting Bahan Multi plek/Metal

form Paku Tenaga Kerja Perkerja Tukang Kayu Kepala Tukang Tukang las Mandor Operator/mekanik

Alat Perancah Tie rod

Tower crane

Pembetonan Bahan Beton Ready Mix

additive

Tenaga

Kerja Perkerja Tukang cor

Mandor

Operator Alat Berat

Alat Concrete pump

Truck Mixer

Tower Crane

Vibrator

Bucket

Perawatan/ Curing Beton Bahan Curing Compound Karung goni

(13)

WBS LEVEL 3 WBS LEVEL 5 METODE KERJA WBS LEVEL 6 WBS LEVEL 7 ZONING AREA PAKET PEKERJAAN METODE

KERJA AKTIVITAS Pembagian

KELOMPOK RESOURCES

Tenaga

Kerja Perkerja

Mandor

Alat Fog Spraying

Concrete Precast/ Pracetak Pengadaan & Pemasangan Beton Pracetak

Bahan Beton Pracetak

Tenaga Kerja Perkerja

Mandor

Operator Alat Berat

Alat Perancah

Tower Crane

Grouting Bahan Material Grouting

Tenaga

Kerja Pekerja

Mandor

Alat Grouting

Mechine

Kamus WBS merupakan salah satu hasil dari penelitian ini, berupa uraian detail yang menjelaskan tiap paket pekerjaan dengan rinci. Sama halnya dengan standar WBS, kamus WBS ini juga melalui proses validasi oleh 3 orang pakar. Berikut contoh hasil dari pengembangan kamus WBS KAMUS WBS STRUKTUR Lantai Podium KODE WBS RUMPUN PEKERJAAN / ELEMEN KONSTRUKSI PRIMER KODE WBS PAKET PEKERJAAN XX Struktur

XX Kolom (Lantai 1 keatas)

KODE WBS LOKASI

XX Tower A Lantai Podium KODE WBS DESAIN/METODE ALTERNATIF

KODE WBS JENIS PEKERJAAN XX Konvensional

(14)

Deskripsi

Kolom merupakan konstruksi beton yang berfungsi sebagai tiang dari suatu bangunan dan juga merupakan konstruksi yang menyalurkan beban dari struktur yang berada di atasnya seperti balok, pelat dan atap yang kemudian didistribusikan ke pondasi. Adapun pelaksanaan konvensional pekerjaan ini termasuk pelaksanaan bekisting/ perancah, pembesian, pembetonan, perawatan/ curing beton, sedangkan dengan pracetak meliputi pengadaan beton pacetak, pemasangan benton pracetak, bekisting/ perancah, grouting.

Deliverable Sumber Daya

Kolom (Lantai 1 keatas)

Bahan: -Besi

-Beton Ready mix -Kayu -Curing Compound Tenaga kerja: -Pekerja -Mandor -Tukang Besi -Kepala tukang besi -Tukang kayu -Kepala tukang kayu -Operator alat berat Alat: -Bar Cutter -Bar Bender -Concrete Pump -Tower Crane -Bucket

-Fog Spraying Concrete Referensi 1. Dokumen Kontrak 2. BoQ Aktivitas KODE WBS AKTIVITAS XX XX XX XX Pembesian Bekisting Pembetonan Perawatan/Curing Beton

Selain standar WBS, salah satu produk yang dihasilkan penelitian ini adalah checklist WBS. Checklist ini menjelaskan deskripsi dari setiap item pekerjaan WBS agar pembaca dapat memahami dan sepemikiran dengan apa yang penulis buat serta dapat pula dijadikan alat control dalam proyek. Sama halnya dengan standar WBS, checklist ini juga melalui proses validasi oleh 3 orang pakar. Berikut contoh hasil dari pengembangan checklist WBS

(15)

Tabel 3. Checklist WBS

LEVEL

WBS URAIAN

1 Proyek Nama proyek konstruksi yang dikerjakan. 2 Struktur

Struktur merupakan bagian bangunan yang menyalurkan beban-beban. Beban-beban tersebut menumpu pada elemen-elemen untuk selanjutnya disalurkan ke bagian bawah tanah bangunan, sehingga beban-beban tersebut akhirnya dapat di tahan.

3 Bangunan Lantai Podium A- Pekerjaan struktur yang dilaksanakan pada lokasi proyek di lantai podium bangunan A. 4 Struktur Atas

Struktur atas (upper structure) adalah struktur bangunan yang berada di atas permukaan tanah seperti kolom, balok, pelat, corewall/shearwall, tangga hingga atap.

5 Kolom (lantai 1 ke atas )

Kolom merupakan konstruksi beton yang berfungsi sebagai tiang dari suatu bangunan dan juga merupakan konstruksi yang menyalurkan beban dari struktur yang berada di atasnya seperti balok, pelat dan atap yang kemudian didistribusikan ke pondasi. Adapun pelaksanaan konvensional pekerjaan ini termasuk pelaksanaan bekisting/ perancah, pembesian, pembetonan, perawatan/ curing beton, sedangkan dengan pracetak meliputi pengadaan beton pacetak, pemasangan benton pracetak, bekisting/ perancah, grouting.

5 Balok (lantai 1 ke atas)

Balok adalah bagian dari structural sebuah bangunan yang kaku dan dirancang untuk menanggung dan mentransfer beban menuju elemen-elemen kolom penopang. Adapun pelaksanaan konvensional pekerjaan ini termasuk pelaksanaan bekisting/ perancah, pembesian, pembetonan, perawatan/ curing beton, sedangkan dengan pracetak meliputi pengadaan beton pacetak, pemasangan benton pracetak, bekisting/ perancah, grouting.

5 Pelat (lantai 1 ke atas)

Yang dimaksud dengan pelat beton bertulang yaitu struktur tipis yang dibuat dari beton bertulang dengan bidang yang arahnya horizontal, dan beban yang bekerja tegak lurus pada apabila struktur tersebut. Adapun pelaksanaan konvensional pekerjaan ini termasuk pelaksanaan bekisting/ perancah, pembesian, pembetonan, perawatan/ curing beton, sedangkan dengan pracetak meliputi pengadaan beton pacetak, pemasangan benton pracetak, bekisting/ perancah, grouting.

5

Core wall/ Shear wall (lantai 1 ke atas)

Core wall atau lebih dikenal dengan istilah dinding geser adalah element struktur berbentuk dinding beton bertulang yang berfungsi untuk menahan gaya geser, gaya lateral akibat gempa bumi atau gaya lainnya pada gedung bertingkat dan bangunan tinggi. Adapun pelaksanaan konvensional pekerjaan ini termasuk pelaksanaan bekisting/ perancah, pembesian, pembetonan, perawatan/ curing beton, sedangkan dengan pracetak meliputi pengadaan beton pacetak, pemasangan benton pracetak, bekisting/ perancah, grouting.

5 Tangga (lantai 1 ke atas)

Tangga adalah sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungi dua tingkat vertikal yang memiliki jarak satu sama lain. Adapun pelaksanaan konvensional pekerjaan ini termasuk pelaksanaan bekisting/ perancah, pembesian, pembetonan, perawatan/ curing beton, sedangkan dengan pracetak meliputi pengadaan beton pacetak, pemasangan benton pracetak, bekisting/ perancah, grouting.

Pembahasan

Setelah melakukan validasi WBS ke pakar yang telah ditentukan menghasilkan pengembangan standar WBS yang telah tervalidasi, kemudian penulis melakukan analisa dari

(16)

Tabel 4. Analisis hasil pakar WBS

Pakar Perihal Keterangan

1.1 Pada lantai Podium Pekerjaan kolom metode konvensional aktivitas pembesian bahannya ditambahkan kawat bendrat, alatnya ditambahkan gegep dan tower crane

Setuju, pada aktivitas pembesian memang membutuhkan bahan kawat bendrat dan alat gegep serta tower crane, hal ini juga sependapat dengan pakar 3 dan 4

1.2 Pada lantai Podium Pekerjaan kolom metode konvensional aktivitas Bekisting bahannya ditambahkan Multi plek dan paku, alatnya ditambahkan perancah tie rod dan tower crane. Begitu pula pada smua aktivitas bekisting di setiap paket pekerjaan

Setuju, pada aktivitas bekisting harus menggunakan multi plek dan paku, alatnya harus menggunakan perancah dan tower crane, semua pakar lain juga sepakat dengan hal ini.

1.3 Pada lantai Podium Pekerjaan kolom metode konvensional aktivitas Perawatan/Curing beton bahannya ditambahkan karung goni. Begitu pula pada semua aktivitas Perawatan/Curing beton lainnya di setiap paket pekerjaan.

Setuju, curing kolom memang dapat

menggunakan karung goni, namun dapat pula menggunakan bahan lain seperti curing compond sebagai metode lain

1.4 Pada lantai Podium Pekerjaan kolom metode Precast/Pracetak aktivitas Pengadaan dan pemasangan beton pracetak alatnya ditambahkan perancah dan begitu pula pada semua aktivitas pengadaan dan pemasangan beton pracetak di setiap paket pekerjaan

Setuju, pemasangan beton pracetak harus menggunakan perancah. Pakar 2 juga sepakat dengan hal ini

1.5 Pada lantai Podium Pekerjaan balok metode konvensional aktivitas Pembetonan bahannya ditambahkan carbon dan begitu pula pada aktivitas Pembetonan di setiap paket pekerjaan

Setuju, pada aktivitas pembetonan memang membutuhkan bahan karbon.

1.6 Pakar ini mempertanyakan apakah kemampuan TC dapat mengangkat beton precast untuk balok dan kolom

Kapasitas TC akan disesuaikan dengan beban beton precast yang akan di angkatnya, kalau TC tidak mampu mengankat maka akan

menggunakan crane lain yang lebih besar kapasitasnya seperti service crane 2.1 Semua sumber daya upah di ubah menjadi tenaga

kerja

Setuju, pada SNI juga menggunakan istilah tenaga kerja, bukan upah

2.2 Pakar ini menyatakan curing bukan merupakan aktivitas

Tidak setuju, curing merupakan salah satu aktivitas yang dibutuhkan dalam proses membuat kolom/balok dll. Semua pakar lain setuju dengan curing merupakan aktivitas 2.3 Pada semua pekerjaan pembetonan harus

menggunakan alat vibrator

Setuju, pada aktivitas pembetonan vibrator diperlukan agar membuat perataan pada cor dan tidak ada rongga udara yang terperangkap di dalamnya

2.4 Pada semua pekerjaan bekisting harus menggunakan perancah

Setuju, semua pekerjaan bekisting harus menggunakan perancah, semua pakar lain juga sependapat

3.1 Pada lantai Podium Pekerjaan kolom metode konvensional aktivitas pembesian bahannya ditambahkan kawat bendrat, tenaga kerjanya ditambah operator/mekanik, alatnya ditambahkan tower crane/service crane, dan begitu pula pada semua aktivitas pembesian di setiap paket pekerjaan

Setuju, pada aktivitas pembesian memang membutuhkan bahan kawat bendrat, tenaga kerjanya ditambah operator/mekanik, alatnya ditambahkan tower crane/service crane, hal ini juga sependapat dengan pakar 1 dan 4

3.2 Pada lantai Podium Pekerjaan kolom metode konvensional aktivitas Bekisting bahannya

ditambahkan Multi plek/metal form, tenaga kerjanya ditambah tukang las dan operator/mekanik, alatnya ditambahkan tower crane dan begitu pula pada semua aktivitas bekisting di setiap paket pekerjaan

Setuju, pada aktivitas bekisting harus menggunakan bahan Multi plek/metal form, tenaga kerjanya ditambah tukang las dan operator/mekanik, alatnya ditambahkan tower crane

(17)

konvensional aktivitas Pembetonan bahannya ditambahkan additive, tenaga kerjanya ditambah tukang cor, alatnya ditambah truck mixer dan begitu pula pada semua aktivitas Pembetonan di setiap paket pekerjaan

menggunakan tambahan bahan additive, namun kembali pada kebutuhan proyek, apabila tidak membutuhkan bahan additive juga boleh. Tenaga kerjanya ditambah tukang cor, alatnya ditambah truck mixer

3.4 Pada lantai Podium Pekerjaan kolom metode Precast/Pracetak aktivitas grouting alatnya

ditambahkan grouting machine dan begitu pula pada semua aktivitas grouting di setiap paket pekerjaan

Setuju, aktivitas grouting ada yang telah menggunakan grouting machine, ada juga yang masih menggunakan alat konvensional 4.1 Pada pekerjaan kolom, bahannya selain besi beton

juga ada kawat beton, alatnya selain barcutter dan barbender juga diperlukan tower crane untuk mengangkut besi beton dari stock area ke lokasi kolom yang akan di pasang

Setuju, semua pakar lain juga sependapat dengan hal ini

4.2 Pada aktivitas bekisting bahan kayu, saat ini untuk bekisting kolom sudah umum digunakan dalam bentuk panel (untuk gedung apartemen bertingkat), bahan bisa gabungan dari kayu multiplek dan baja siku. Bila panel, maka digunakan juga baut-baut untuk pemasangan

Setuju, pakar 1 dan 3 juga sependapat.

4.3 Pada aktivitas bekisting alatnya digunakan tower crane untuk mengangkat panel dari stock area ke lokasi kolom

Setuju, semua pakar lain juga sependapat dengan hal ini

4.4 Metode kerja precast/pracetak menjadi bagian dari pekerjaan struktur atas, apabila yang dimaksud pracetak untuk lantai, balok, kolom maupun tangga Apabila precast untuk facad/dinding, item pekerjaan tersebut dimasukkan dalam scope pekerjaan arsitektur

Setuju, untuk metode kerja pracetak, lantai, balok, kolom dan tangga merupakan scope pekerjaan struktur atas, sedangkan facad/dinding masuk ke scope pekerjaan arstiktur

4.5 Untuk pekerjaan apartemen saat ini umumnya precast lantai saja kurang lebih setengah tebal lantai,

kemudian di cor atasnya, jika precast kolom dan balok relatif biaya lebih mahal (saat ini)

Terlepas dari perhitungan biaya, penulis membuat alternatif metode yang dapat dikerjakan selain menggunakan metode konvensional, meskipun saat ini biaya lebih mahal, namun jika di tinjau dari segi kecepatan dan mutu beton akan lebih bagus.

4.6 Pada pekerjaan struktur atas, peralatan tower crane sangat berperan untuk pekerjaan bekisting panel, maupun untuk pekerjaan pembesian dan juga untuk pekerjaan pengecoran

Setuju, pakar 1 dan 3 juga sependapat

4.7 Umumnya untuk pengecoran kolom masih

menggunakan tower crane dan bucket, adapun untuk balok dan lantai bisa menggunakan alat concrete pump

Setuju, untuk pengecoran kolom masih menggunakan tower crane dan bucket, adapun untuk balok dan lantai bisa menggunakan alat concrete pump

4.8 WBS level 7 sangat dipengaruhi oleh metode kerja, sehingga harus dibuat metode kerjanya dulu, baru wbs level 7 akan lebih sempurna dan detail, baik dalam penggunaan alat, bahan maupun upah, sehingga cost estimasi bila akan dibuat berdasarkan WBS level 7 akan jauh lebih akurat

Setuju, terlebih dulu harus ditentukan metode kerja sehingga dapat membuat WBS level 7 yang dapat digunakan untuk membuat cost estimate.

Pada lantai podium, tower dan atap memiliki paket pekerjaan yang hampir sama dengan metode pelaksanaan yang hampir sama pula, pada pekerjaan kolom, metode kerjanya ialah dapat menggunakan metode konvensional yaitu dengan fabrikasi ditempat ataupun metode precast yaitu fabrikasi ditempat lain. Pada pekerjaan balok, metode kerjanya ialah dapat menggunakan metode konvensional yaitu dengan fabrikasi ditempat ataupun metode precast

(18)

yaitu fabrikasi ditempat lain. Pada pekerjaan pelat, metode kerjanya ialah dapat menggunakan metode konvensional yaitu dengan fabrikasi ditempat ataupun metode precast yaitu fabrikasi ditempat lain. Pada pekerjaan Corewall, metode kerjanya ialah dapat menggunakan metode konvensional yaitu dengan fabrikasi ditempat ataupun metode precast yaitu fabrikasi ditempat lain. Pada pekerjaan tangga, metode kerjanya ialah dapat menggunakan metode konvensional yaitu dengan fabrikasi ditempat ataupun metode precast yaitu fabrikasi ditempat lain. Pada pekerjaan baja atap, metode kerjanya ialah dapat menggunakan metode konvensional yaitu dengan fabrikasi ditempat. Pada pekerjaan helipad, metode kerjanya ialah dapat menggunakan metode konvensional yaitu dengan fabrikasi ditempat ataupun metode precast yaitu fabrikasi ditempat lain.

Setelah melakukan validasi Kamus WBS ke pakar yang telah ditentukan menghasilkan pengembangan kamus WBS yang telah tervalidasi, kemudian penulis melakukan analisa dari hasil validasi tersebut, berikut adalah hasil analisanya:

Tabel 5. Analisis pakar kamus WBS

Pakar Perihal Keterangan

1 Pakar ini lebih menekankan kepada kode yang akan di buat, harus diperjelas dan mudah dipahami

Akan dijelaskan lebih lanjut 2 Sudah mudah dipahami, dan harus dilengkapi dan disesuaikan

kembali dengan perubahan pada hasil WBS

Akan diupdate dan disesuaikan dengan perubahan WBS 3 Kamus ini menjadi produk dengan rincian aktivitas dan sumber

daya di setiap pekerjaan

Sependapat dengan pakar lain

Setelah melakukan validasi WBS Checklist ke pakar yang telah ditentukan menghasilkan pengembangan WBS Checklist yang telah tervalidasi, kemudian penulis melakukan analisa dari hasil validasi tersebut, berikut adalah hasil analisanya:

Tabel 6. Analisis pakar checklist WBS

Pakar Perihal Keterangan

1 Semua sudah sesuai dengan uraiannya, namun ada aktivitas yang menurut pakar ini tidak masuk dalam pekerjaan tersebut/sudah include di dalamnya namun masih ditulis.

Pekerjaan tersebut sudah dianalisis pada sub bab 7.1

2 Pada Uraian struktur, struktur dibagi sub-structure dan upper-structure

Pada uraian pekerjaan baja atap/crown, dapat dibagi baja profil, baja plat susun, baja ringan.

Setuju, pekerjaan struktur harus diuraikan menjadi sub-structure dan upper-structure.

3 Uraiannya sudah menjelaskan maksud dari pekejaannya Sependapat dengan pakar lain

(19)

Mengidentifikasi Metode pelaksanaan ialah dengan berdasarkan paket pekerjaan WBS, kemudian dapat ditentukan metode pelaksanaan yang harus mempertimbangkan kondisi lingkungan

Mengidentifikasi sumberdaya harus berdasarkan paket pekerjaan, kemudian metode pelaksanaan yang mempertimbangkan kondisi lingkungan, dari metode menimbulkan aktivitas, dan dari aktivitas dapat menentukan sumberdayanya

Saran

Saran yang dapat penulis berikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

• Melakukan penelitian lanjutan terhadap pengembangan standar WBS berbasis risk. • Melakukan penelitian lanjutan terhadap efektifitas WBS terhadap kinerja proyek dari

segi waktu pelaksanaan

• Melakukan penelitian lanjutan terhadap efektifitas WBS terhadap kinerja proyek dari segi biaya pelaksanaan

• Melakukan penelitian lanjutan terhadap efektifitas WBS terhadap kinerja proyek dari segi mutu pelaksanaan

Daftar Referensi

Abbasi, G., & Al-Mharmah, H. (2000). Project Management Practice by the Public Sector in a Developing Country. International Journal of Project Management, 13-18.

Ayas, K. (1996). Professional Project Management: a Shift Towards Learning and a Knowledge Creating Structure. International Journal of Project Management, 17, 131-136.

Barrie, S. (1993). Manajemen Konstruksi Proffesional Edisi kedua. Jakarta: Erlangga.

Dipohusodo, I. (1996). Manajemen Proyek dan Konstruksi, Jilid 1 & 2. Yogyakarta: Kanisius. Fahan, T. (2005). Analisis Efisiensi Penggunaan Alat Berat. Yogyakarta: UII.

Jawat, I. W. (2015). Metode Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi (Studi: Proyek Fave Hotel Kartika Plaza). Civil Engineering, 9.

Norman, E., Bortherton, S., & Fried, R. (2008). Work Breakdown Structures: The Foundation for Project Management Excellence, 1st ed. Canada.

Project Management Institute. (2006). Practice Standard for Work Breakdown Structures-Second Edition. USA.

(20)

Project Management Institute. (2006). Project Management Institute Practice Standard for Work Breakdown Structures, Second Edition. USA.

Project Management Institute. (2008). A Guide to Project Management Body of Knowledge, 4th ed. PMI Standards Committee. USA.

Project Management Institute. (2013). Project Management Body of Knowledge 5th Edition. USA.

Purwanto. (2010). Statistika untuk Penelitian. Pustaka Pelajar. Sugiyono. (2009). Statistika untuk Penelitian. Alfabeta.

Syah, M. S. (2004). Manajemen Proyek Kiat Sukses Mengelola Proyek. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Syah, M. S. (2004). Manajemen Proyek Kiat Sukses Mengelola Proyek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Tiner, W. (1985). Subdivision of Work on Construction Projects. International Journal of Project Management, 3, 13-18.

Tummala, V., & Burchett, J. (1999). Applying a Risk Management Process (RMP) to Manage Cost Risk for an EHV Transmission Line Project. International Journal of Project Management, 17, 223-235.

Vanhoucke, M. (2012). Measuring the Efficiency of Project Control Using Fictitious and Empirical Project Data. International Journal of Project Management, 30, 252-263. Yanuarif, A. (1997). Manajemen Perencanaan dan Pengendalian Pengadaan Material pada

Gambar

Gambar 1. Diagram alur proses penelitian
Gambar 2. Bagan WBS pekerjaan struktur atas
Tabel 3. Checklist WBS
Tabel 4. Analisis hasil pakar WBS
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian bahwa pelaksanaan teknik- teknik motivasi oleh Kepala Bidang Pertambangan, Energi Dan Sumber Daya Air di Dinas Pekerjaan Umum Perhubungan,

Adapun perumusan masalah yang akan dibahas oleh penulis ialah “Apakah Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan