• Tidak ada hasil yang ditemukan

HOTEL KAPSUL BERDASARKAN PERILAKU TRANSIT WISATAWAN MENENGAH KEBAWAH DI KAWASAN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HOTEL KAPSUL BERDASARKAN PERILAKU TRANSIT WISATAWAN MENENGAH KEBAWAH DI KAWASAN TANAH ABANG JAKARTA PUSAT"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HOTEL KAPSUL BERDASARKAN PERILAKU

TRANSIT WISATAWAN MENENGAH

KEBAWAH DI KAWASAN TANAH ABANG

JAKARTA PUSAT

Anindya Paramitta, Nina Nurdiani,

Yanita Mila Ardiani

Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur-Binus University, Jl. KH Syahdan no.9 Palmerah- Jakarta Barat, 0215543287,

mitta_nynd@yahoo.co.id ABSTRAK

Aspek pariwisata yang makin berkembang mendorong perbaikan bidang ekonomi di Jakarta. Sayangnya, perkembangan aspek pariwisata tersebut tidak diiringi dengan berkembangnya kualitas dan kuantitas akomodasi yang merupakan salah satu sarana penunjang dalam dunia kepariwisataan jika dilihat dari menurunnya jumlah angka kunjungan wisatawan ke Jakarta melalui 3 pintu masuk (Soekarno-Hatta, Tanjung Priok, dan Halim Perdana Kusuma) serta menurunnya angka rata-rata Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang di DKI Jakarta. Masa transit dengan waktu yang cukup akan lebih bisa membuat perjalanan terasa lebih nikmat/menyenangkan, serta dapat menghilangkan rasa lelah. Desain Hotel kapsul merupakan salah satu wadah yang tepat guna bagi para Wisatawan menengah kebawah sesuai dengan finance dan tingkat kenyamanan yang mereka butuhkan.

Konsep perencanaan dan perancangan sebagai hasil analisa dilakukan untuk menjawab permasalahan yang ada sesuai dengan perilaku transit Wisatawan menengah kebawah dalam permasalahan aspek lingkungan, manusia dan bangunan.

Kata kunci : Wisatawan menengah kebawah, Hotel Kapsul, Perilaku transit, Tanah Abang

ABSTRACT

The more growing aspect of tourism has driven many improvements in economic sector in Jakarta. Unfortunately, the outgrowth of this tourism aspect is not accompanied by the outgrowth of accomodation quality and quantity which becomes one of supporting means in world tourism if it is seen from the decrease of the total number of tourist visits to Jakarta through 3 entrance (Soekarno-Hatta, Tanjung Priok, dan Halim Perdana Kusuma) also from the decrease of the average number of the Room Occupancy Rate (ROR) of star hotels in DKI Jakarta. The duration of transit with sufficient time will be more possible to make the trip feel more comfortable/delightful, and also relieve fatigue. The Capsul Hotel design is one of appropriate vessel for middle low tourists coincides with financial condition and level of comfort they need.

Designing and planning concept as the analysis result are committed for answering the existing problems coincides with middle low tourists’ transit behaviour in the environmental, human, and building aspect of problem.

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jakarta merupakan kota yang terus berkembang di berbagai aspek. Kondisi dunia pariwisata saat ini pun makin berkembang cepat sehingga kepariwisataan dapat digunakan sebagai lahan bisnis yang menguntungkan, selain itu kepariwisataan turut mendorong perbaikan di bidang Ekonomi. Perbaikan di bidang ekonomi itu sendiri salah satunya didukung dari bisnis perhotelan yang merupakan sarana penunjang dalam bidang kepariwisataan.

Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang pada bulan Januari 2012 mengalami penurunan TPK sebesar 1,23 poin dari TPK bulan Desember 2011. Begitu juga jika dibandingkan dengan TPK bulan Januari 2011 yang lebih rendah 1,42 poin.

Dari data-data yang diperoleh di atas melatarbelakangi keinginan untuk merencanakan pembangunan Hotel Kapsul bagi para Wisatawan menengah kebawahyang merupakan salah satu alternatif solusi bagi pemecahan masalah menurunnya angka kepariwisataan DKI Jakarta.

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian yang digunakan, antara lain dengan mengumpulkan data-data yang ada, baik di lapangan maupun secara literature serta dengan cara menyebarkan kuesioner pada responden terkait kemudian mengolahnya sedemkian rupa sehingga nantinya menjadi hasil kesimpulan berupa konsep-konsep yang digunakan dalam rancangan Hotel Kapsul di Tanah Abang Jakarta dengan focus pada perilaku transit wisatawan menengah kebawah.

HASIL DAN BAHASAN

Hotel kapsul lahir dua puluh lima tahun lalu dalam upaya untuk menyediakan akomodasi untuk tinggal dengan harga yang terjangkau dan kualitas yang sesuai.Hotel ini biasa di kunjungi oleh para pebisnis yang tertinggal kereta jam malam, tetapi seiring dengan berjalannya waktu, hotel murah berbentuk kapsul juga dijadikan salah satu pilihan bagi para turis dgn "kantong tipis". secara fisik bangunan hotel ini dibangun dari unit-unit kamar yang di desain secara compact sehingga membedakan bentuk, tampilan dan struktur bangunan secara keseluruhan.

Pariwisata merupakan industri yang terus berkembang di dunia. Sejak lama pariwisata bagi Negara maju telah merupakan suatu aktivitas dan perminatan yang wajar. Dengan berkembangnya waktu, kini kegiatan berwisata sudah bukan merupakan hal yang mahal lagi, banyak cara yang dapat dilakukan untuk dapat berwisata, salah satunya ialah dengan “backpacking.

Backpacking adalah sebuah istilah yang digunakan untuk mencerminkan sebuah bentuk

dari perjalanan berwisata dengan biaya murah (Wikipedia). Orang yang melakukan perjalanan dengan cara ini biasa disebut dengan backpackers.

(3)

Tabel 1 karakteristik Perjalanan Wisatawan

Dari data yang diperoleh di atas maka peruntukan hotel kapsul yang akan di bangun adalah untuk wisatawan yang kurang lebih memiliki karakteristik melakukan perjalanan 1-3 hari, wisman maupun wisnus yang bisa dikatakan sebagai backpackers, sendiri ataupun berkelompok baik dihari kerja maupun hari libur.

Perancangan arsitektur ditujukan untuk manusia maka untuk mendapatkan perancangan yang baik perlu dimengerti apa yang menjadi kebutuhan manusia atau dengan kata lain mengerti perihal perilaku manusia, sehingga jelas bahwa aspek perilaku dalam perancangan hotel kapsul ini perlu diperhatikan dengan mengolah desain suatu hotel kapsul berdasarkan perliaku transit wisatawan dalam memuaskan kebutuhan dan keinginannya.

Arsitektur perilaku adalah Arsitektur yang dalam penerapannya selalu menyertakan pertimbangan-pertimbangan perilaku dalam perancangan kaitan perilaku dengan desain arsitektur (sebagai lingkungan fisik) yaitu bahwa desain arsitektur dapat menjadi fasilitator terjadinya perilaku atau sebaliknya sebagai penghalang terjadinya perilaku (JB. Watson 1878-1958).

Cakupan dalam perilaku antara lain:

- Perilaku yang kasat mata seperti makan, memasak, duduk dan sebagainya - Perilaku yang tidak kasat mata seperti fantasi, motivasi dan sebagainya - Perilaku yang menunjukan manusia dalm aksi/ kegiatannya

Prinsip-prinsip tema arsitektur perilaku yang harus di perhatikan dalam penerapan tema arsitektur perilaku menurut Carol Simon Weisten dan Thomas G David, antara lain:

1. Mampu berkomunikasi dengan manusia dan lingkungan

Karakteristik Pembagian

Lama waktu perjalanan

1-3 hari 4-7 hari 8-28 hari 29-91 hari 92-365 hari Jarak yang ditempuh

(bisa digunakan kilometer/mil)

Dalam kota (local)

Luar kota (satu / lain propinsi) Mancanegara

Waktu melakukan perjalanan

Hari biasa Akhir pekan Hari raya Libur sekolah Akomodasi yang digunakan

Komersial (Hotel bintang/ non bintang Non komersial (rumah teman/ saudara/ keluarga

Moda transportasi

Udara

Darat (umum/ pribadi/ carter) Kereta Api

Laut (cruise/ feri)

Teman Perjalanan Sendiri Keluarga Teman sekolah Teman kantor Pengorganisasian perjalanan Sendiri Keluarga Sekolah

(4)

2. Mewadahi aktivitas penghuninya dengan nyaman dan menyenangkan Nyaman secara fisik dan psikis. Menyenangkan secara fisik dan fisiologis

3. Memperhatikan kondisi dan perilaku pemakai

Berdasarkan penjelasan tentang tema Arsitektur perilaku dapat disimpulkan bahwa:

1. Tema Arsitektur perilaku bertujuan untuk menciptakan lingkungan binaan yang disesuaikan dengan perilaku manusia penggunanya

2. Arsitektur dan perilaku memiliki hubungan yang erat dan saling mempengaruhi

3. Tema arsitektur perilaku selain menekankan pada aspek kenyamanan fisik, aspek psikologi juga ditekankan.

4. Dari penerapan tema ini diharapkan dapat menciptakan keseimbangan yang paling baik antara perilaku manusia dan lingkungan yang dirancang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam prinsip-prinsip perilaku pengguna bangunan (synder, James C, 1988), antara lain:

1. Faktor Manusia a) Kebutuhan dasar 1. Psychology need 2. Safety need 3. Affilitation need a. Kebutuhan dasar b. Antropometrik c. Privasi

d. Perencanaan ruang berdasarkan perilaku 2. Faktor fisiologis

a) Kenyamanan

1. Heat control 2. Light control 3. Sound control

Perilaku konsumen merupakan suatu tindakan nyata yang dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis dan faktor luar lainnya dalam memilih dan mempergunakan barang/jasa yang diinginkan, Sehingga jelas bahwa aspek perilaku dalam perancangan hotel kapsul ini perlu diperhatikan dengan mengolah desain suatu hotel kapsul berdasarkan perliaku transit wisatawan dalam memuaskan kebutuhan dan keinginannya.

Perilaku wisatawan backpacker:

- berinteraksi sosial dengan wisatawan lain

- mencari petualangan, keaslian (bisa berupa belanja cinderamata) pengalaman - fleksibilitas dalam rencana wisata

- melepas rasa jenuh dan lelah (Rilley 1998: 3)

Hotel kapsul sebagai suatu hotel yang timbul akibat kebutuhan Wisatawan golongan menengah kebawah yang memiliki fasilitas - fasilitas untuk mendukung kegiatan mereka dengan

financial yang terbatas. Beberapa pertimbangan konsumen dalam memilih sebuah hotel untuk

dijadikan tempat peristirahatan/ menginap, antara lain (Blog Sigit Adinugroho): Budget

•Fasilitas •Lokasi

(5)

Tapak yang terpilih sebagai lokasi rancangan Hotel kapsul:

Alternatif Tapak yang dipilih

•Lokasi : Jl. Fachrudin, Jakarta Pusat •Luas Tapak : ±6370 m2

•Batas :- Utara :Bank

- Selatan :Pasar Tanah Abang Bukit

- Barat :Kawasan Kantor Komersil dan Perdagangan - Timur :Jl. Raya Fachrudin, Bersebrangan dengan Bank RUTRK DKI Jakarta :

•Peruntukan Lahan pada Tapak :Kkt/ Kkd

•KDB : 55%

•KLB : 3

•Ketinggian Maksimum Bangunan : 8 Lantai

•GSB :- 3 meter sebelah Barat

-10 meter sebelah Timur •Luas Lantai Dasar yang Dapat Dibangun

±6370 m2 x 55% = ±3503 m2 •KLB

(6)

Tapak tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan penilaian pemilihan tapak dari segi view dari bangunan itu sendiri, Aksesibilitas dari tapak maupun pencapaian ke tapak, Kondisi lingkungan sekitar, serta luasan tapak sesuai kebutuhan dan berdasarkan peraturan RUTRK.

Dalam rancangan hotel kapsul diamati beberapa faktor yang mempengaruhi rancangan unit hotel kapsul, baik dari type unit maupun jumlah tamu yang menginap, data yang diperoleh berdasarkan hasil survey maupun studi banding. Berikut hasil survey dari beberapa responden terkait wisatawan menengah kebawah di kawasan Tanah abang:

1. Type unit Hotel kapsul

Terkait perilaku wisatawan menengah kebawah, berikut hasil survey dari responden yang ada terkait type unit kapsul, antara lain:

Gambar 1 Grafik peminatan jenis unit kapsul

Hasil survey menyatakan:

Peminat type kapsul sebanyak 11 responden dari 30 responden (35%)

Peminattype mikro sebanyak 19 responden dari 30 responden (65%)

2. Type unit berdasarkan letak kamar mandi

Gambar 2 Grafik peminatan jenis unit kapsul berdasarkan peletakan kamar mandi

Hasil survey menyatakan:

Peminat type kapsul dengan kamar mandi dalam sebanyak 8 dari 30 responden (25%)

(7)

3. Type unit berdasarkan teman perjalanan

Gambar 3 Grafik peminatan jenis unit kapsul berdasarkan teman perjalanan

Hasil survey menyatakan:

•Berwisata sendiri sebanyak 4 dari 30 responden (10%)

•Berwisatadengan teman sebanyak 9 dari 30 responden (30%)

•Berwisata dengan keluarga sebanyak 17 dari 30 responden (60%)

Proyek ini menggunakan konsep Arsitektur perilaku transit wisatawan menengah kebawah/

backpacker yang secara garis besar arsitektur perilaku memiliki prinsip yang memperhatikan

kebutuhan perilaku penghuni dalam rancangan Hotel kapsul, antara lain: 1. Faktor Manusia

2. Faktor psikologis 3. Faktor fisiologis

Tabel 2 Program ruang Program Ruang Sumber Luas (m2

) Unit kapsul SB 3419 Toilet+ wastafel DA 154 AHU SB 42 Loker DA 1800 Laundry DA 43,2 Refleksi DA 43,2 ATM SB 5 Jasa travel SB 15 Lobby DA 35 Kantor pengelola DA 65,4 Restaurant DA 288 Area Sosialisasi A 608 Lift 420 Tangga 598,5 Mushola DA 50 Service A 349,2 Taman A 2548 Subtotal 10483,5 Sirkulasi 20% x ∑ 2096,7 TOTAL 12580,2

(8)

Maka dapat disimpulkan:

Luas Area terbangun : 10032,2 m2

Luas Area parkir kendaraan : {6370 – 756 (Luas lahan – GSB)} x 5% = 280,7 m2

Luas Area penghijauan : 45% - 5% (untuk area parkir) = 2548 m2 Luas Area service (25%) : 3145,05 m2

Luas Area retail (10%) : 1258 m2 Luas Area utama (65%) :8177,13 m2

Unit kapsul didesain sedemikian rupa sesuai dengan perilaku transit wisatawan menengah kebawah, dengan mendesain unit kapsul yang fleksibel bagi para wisatawan menengah kebawah/

Backpacker.

Gambar 3 Murphy bed (Sumber: Studi literatur)

Berinteraksi social merupakan bagian dari perilaku dari wisatawan menengah kebawah/

backpacker yang saling berbagi cerita pengalaman, sehingga dibuat ruang-ruang terbuka dimana

pengunjung dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan pengunjung lainnya.

Gambar 4 Taman

(9)

wisatawan menengah kebawah/ Backpacker sehingga dalam bangunan akan menyediakan retail yang menjual barang-barang yang memiliki ciri khas daerah terkait. Serta bangunan didesain sedemikian rupa sehingga menjadi suatu pengalaman menarik bagi para wisatawan menengah kebawah.

Gambar 5 Retail

Pola massa majemuk yang terdiri dari beberapa gubahan massa yang masing-masing menampung program ruang yang terpisah di atas tapak sesuai dengan pertimbangan:

- Sifat bangunan yang menyebar dan memusat pada satu massa utama

- Adanya pemisahan kelompok aktivitas manusia sesuai dengan topik tema berdasarkan perilaku transit wisatawan menengah kebawah.

- Adanya rongga sirkulasi

Sitem struktur untuk sub-structure menggunakan bored pile. Karena struktur ini merupakan jenis pondasi yang akan digunakan adalah bored pile karena struktur ini lebih aman dan tidak menimbulkan polusi pada lingkungan. Sistem struktur utama pada bangunan ini menggunakan struktur beton bertulang dengan sambungan baja terhadap unit kapsul yang menggunakan rangka baja berdasarkan pertimbangan:

a. Cukup fleksibel dalam pembagian ruang karena dinding-dindingnya merupakan elemen non-struktural.

b. Memungkinkan untuk membuat bukaan sebanyak mungkin, sehingga memudahkan pencahayaan dan penghawaan alami.

c. Menggunakan rangka baja pada unit kapsul karena lebih ringan dengan finishing material FRP dan Alucobond

Sistem Utilitas yang diterapkan dalam desain, antara lain: • Sistem Instalasi Listrik

Sumber listrik utama berasal dari PLN, dibantu oleh sistem perancangan aktif jikasangat diperlukan.

• Sistem Penyediaan Air Bersih

Sumber utama air berasal dari PDAM.Instalasi daur ulang air juga digunakan pada bangunan. • Sistem Pembuangan Sampah dan Limbah

Pembuangan sampah dibedakan menjadi 2 yakni sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organik akan dimanfaatkan sebagai pupuk, sedangkan anorganik akan diangkut oleh truk sampah.

• Sistem Penanggulangan Kebakaran

Untuk mengantisipasi kebakaran digunakan beberapa cara dengan menyediakan tangga darurat, sprinkler, kotak hidrant, dan detektor.

(10)

SIMPULAN DAN SARAN

Konsep perencanaan dan perancangan sebagai hasil analisa dilakukan untuk menjawab permasalahan proses desain yang akan dirancang sesuai dengan perilaku transit Wisatawan menengah kebawah dalam permasalahan aspek lingkungan, manusia dan bangunan. Desain Hotel kapsul akan menjadi suatu wadah yang tepat guna bagi para Wisatawan menengah kebawah sesuai dengan finance dan tingkat kenyamanan yang dibutuhkan.

REFERENSI

Akmal, Imelda. (2008). Housing Estate- Rumah Dekat Stasiun Kereta Lebih Pas Bagi Pekerja di

Jakarta Pusat. Jakarta: PT Estate Indonesia

Bathia, Arjuna. (2008). International Tourism Management. New Delhi: Streling. Canter, Brent. (1976). Architecture Psychology.London: RIBA

Darsono, Agustinus. (1999). Tata Graha Hotel. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Darsono, Agustinus. (2001). Kantor Depan Hotel- Edisi revisi. Jakarta: Grasindo Edward, T. (1996). The Hidden Dimension.NY: Doubleday& Company, Inc.

Eisenring, T.S.S. (2007-b). Interaksionisme Simbolik dan Arsitektur (Memahami Arsitektur Sebagai Lingkungan Simbolik dan Perubahan Perilaku Sosial). Jurnal Ilmiah MULTEK Multiteknik, (Vol. 2. Edisi ke 3 Oktober 2007:63-74).

Ismayanti. (2011). Pengantar Pariwisata. Jakarta :Grasindo

RIWAYAT PENULIS

Anindya Paramitta lahir di kota Jakarta pada 5 Desember 1988. Penulis menamatkan

Gambar

Tabel 1 karakteristik Perjalanan Wisatawan
Gambar 2 Grafik peminatan jenis unit kapsul berdasarkan peletakan kamar mandi
Tabel 2 Program ruang
Gambar 5  Retail

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal kajian pelayanan, menurunnya jumlah pelanggan dalam hal ini pasien yang berobat di Balai Pengobatan Gigi Puskesmas Padangsari Kota Semarang, menjadi salah

seperti berkelahi, pada awalnya mereka selesaikan sendiri tanpa harus diselesaikan oleh pengasuh. Kondisi ini menunjukkan perilaku dapat menyelesaikan masalah sendiri

Hasil penelitian Penguatan Pendidikan Karakter terdapat empat poin, yaitu: (1) Kurikulum yang digunakan MIN 2 Tangerang Selatan adalah Kurikulum 2013 dan Kurikulum khusus MIN

Suatu kegiatan yang dilakukan oleh para pimpinan untuk melatih para bawahannya guna meraih kinerja yang optimum dan mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta bagaimana

Ia berasal dari kalangan keluarga besar yang terkenal dengan keutamaan dan mempunyai kedudukan tinggi di Andalusia (Spanyol). Ayahnya adalah seorang hakim terutama dalam

Sebanyak empat responden (8 persen) menilai PLN sebagai perusahaan yang berupaya mencari tahu kebutuhan masyarakat yang ditunjukkan melalui aksi nyata dengan program PLTMH

Rencana Strategis (Renstra) Inspektorat Kabupaten Indramayu disusun berdasarkan sistematika Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan

Penulisan preskripsi dalam blanko resep yang benar (lege artis) Preskripsi lege artis maksudnya adalah ditulis secara jelas, lengkap (memuat 6 unsur yang harus. ada di dalam