PENGELOLAAN RISIKO PADA SUPPLY CHAIN PT GRAHA MAKMUR CIPTA
PRATAMA
Yogi Adhi Satria, Putu Dana Karningsih, dan Niniet Indah Arvitrida
Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
2.1 Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
Email: yogiadhisatria@yahoo.co.id ; dana@ie.its.ac.id ; arvietrida@gmail.comTRAK
Abstrak
PT Graha Makmur Cipta Pratama (GMCP) merupakan perusahaan manufaktur yang mengelola berbagai macam udang, salah satunya adalah udang vannamei. Perusahaan ini memiliki pelanggan yang utamanya berada di luar negeri (export oriented), sedangkan seluruh pemasok berada di dalam negeri. Seperti halnya dengan bisnis lainnya, supply chain pada PT GMCP memiliki risiko untuk tidak dapat memenuhi permintaan customer akhir. Risiko pada supply chain dapat berasal dari pihak supplier, PT GMCP atau pihak customer itu sendiri. Untuk itu, pengelolaan risiko pada supply
chain sangatlah diperlukan untuk menghindari terjadinya kerugian.
Supply chain risk management dimulai dengan melakukan pengidentifikasian risiko
menggunakan pendekatan modifikasi Supply Chain Operations Reference (SCOR). Terdapat 48 risiko yang berhasil diidentifikasikan dan kemudian dilakukan penilaian dan analisa dengan menggunakan standar manajemen risiko AS/ NZS 4360. Berdasarkan evaluasi risiko terdapat 8 risiko dengan kategori high risk yang kemudian akan diprioritaskan untuk dimitigasi. Rencana mitigasi risiko-risiko tersebut dirancang dengan mempertimbangkan keterkaitan antar kejadian risiko dan faktor risiko . Dari keterkaitan risiko tersebut didapatkan 15 faktor risiko yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu risiko yang berhubungan dengan supplier, organisasi perusahaan, logistic provider dan customer. Rencana mitigasi disusun untuk setiap kelompok risiko tersebut. Selain itu, disusun juga strategi mitigasi untuk memperbaiki keselarasan supply terhadap demand dengan menggunakan pendekatan Supplier
Relationship Management (SRM).
Kata Kunci : Supply Chain Risk Management, SCOR, Keterkaitan Supply Chain Risk, Supply Relationship Management
ABSTRAK
Abstract
PT Graha Makmur Cipta Pratama (GMCP) is a manufacture company which cultivates some varieties of shrimp particularly Vannamei shrimp. Main customer of this company is custome located outside Indonesia (export oriented), while all suppliers are located locally. Like any other businesses, supply chain of PT GMCP may have potential risk of not meeting customer’s demand. Risks could come from suppliers, PT GMCP, or the customers themselves. For that reason, risk management for supply chain operations is very needed to avoid potential loss.
Risk supply chain management starts from risks using modified Supply Chain Operation Reference (SCOR) approach. There are 48 risks identified, then are assessed and analyzed using risk management standard AS/NZS 4360. Then, these risks will be evaluated and mapped. Based on risks mapping there are 8 high risks and are prioritized to be mitigated. There are risk mitigations are developed considering correlations between risk events and risk factors. There are 15 risk factors which are divided into 4 groups: risk factors of supplier, risk factors of organization, risk factors of logistic provider, and risk factors of customers. Moreover, there are mitigation strategies which aims to align supply and demand using Supplier Relationship Management (SRM) approach.
Key Words : Supply Chain Risk Management, SCOR, The correlation of risks of supply chain, Supply Relationship Management
1. Pendahuluan
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai latar belakang dan perumusan masalah pada penelitian ini.
1.1 Latar Belakang
Efektivitas Supply Chain Management
bagi setiap perusahaan manufaktur untuk dapat memenuhi permintaan customer dengan baik sekaligus memenangkan kompetisi yang semakin ketat. Supply chain merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan karena melibatkan semua elemen yang berpartisipasi dalam suatu pergerakan usaha, mulai dari pemasok, perusahaan manufaktur hingga
customer. Supply chain sendiri menurut Pujawan (2010) adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemain akhir. Suatu supply
chain umumnya terdiri dari: supplier,
manufaktur, distributor, retail, serta perusahaan pendukung seperti jasa logistic dan transportasi.
Untuk mengelola supply chain tersebut
dibutuhan supply chain management yang mengatur semua pergerakan material, informasi dan finansial yang mengalir di sepanjangn
supply chain. Supply chain management sendiri
adalah metode yang digunakan dalam menghubungkan pemasok, perusahaan manufaktur, gudang, dan customer sehingga suatu produk yang dijual dapat diproduksi dan didistribusikan pada jumlah yang tepat, tempat yang tepat dan waktu yang tepat sehingga dapat meminimasi biaya sistem dan memaksimalkan
customer service level (Simchi-Levi et al.,
2000). Aliran supply chain sendiri tidak luput dari suatu ketidakpastian yang biasa disebut risiko.
Definisi risiko sendiri dari sudut pandang proses risiko adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan, sehingga terjadi konsekuensi yang tidak diinginkan (Alijoyo, 2006). Untuk itu, penanganan risiko yang baik merupakan langkah yang sangat diperlukan demi mencapai tujuan suatu perusahaan. Manajemen risiko sendiri adalah suatu proses yang sistimatis dalam mengidentifikasikan, menganalisis, dan merespon keseluruhan risiko dalam suatu organisasi (Waters, 2007). Pengelolaan risiko dalam supply chain sangat diperlukan agar dapat meminimalis biaya, waktu dan kinerja supply
chain. Penanganan risiko dalam supply chain
tersebut biasa disebut Supply Chain Risk
Management (SCRM).
PT Graha Makmur Cipta Pratama (GMCP) merupakan perusahaan manufaktur yang mengelola sumber daya alam laut. Produk-produk yang dihasilkan perusahaan ini adalah udang, salah satunya adalah udang vannamei.
Bahan baku (udang segar) diperoleh dari
purchasing pada pengepul udang yang setelah
itu diproduksi dan dikemas di pabrik. Produk-produk jadi PT GMCP ini di ekspor ke beberapa negara antara lain Amerika Serikat, Uni Emirat
Arab, Australia, Jepang
2. Metodologi Penelitian
dan beberapa negara lain.
Pada perusahaan yang memproduksi makanan dan memiliki orientasi ekspor seperti PT GMCP, pengendalian pada keamanan makanan merupakan salah satu hal yang sangat vital. PT GMCP mengalami masalah yaitu ketidakpastian baik dari ketersediaan bahan baku maupun jumlah permintaan dari customer, sehingga diperlukan penyelarasan antara jumlah supply dan demand. Saat ini PT GMCP belum memiliki struktur manajemen risiko yang terstruktur secara jelas sehingga usulan pengelolaan risiko beserta mitigasinya sangat diperlukan oleh perusahaan ini. Pengelolaan risiko supply chain dilakukan dengan menggunakan pendekatan modifikasi Supply Chain Operations Reference
(SCOR) untuk pengidentifikasian risiko dan
Australian Standard/ New Zealand Standard (AS/NZS) 4360 : 2004 untuk penilaian dan pengevaluasian risiko pada supply chain. Dari
penelitian ini diharapkan perusahaan
mendapatkan pedoman untuk mengelola dan merancang mitigasi pada risiko-risiko yang mungkin terjadi pada supply chain produk udang vannamei. Selain itu, hasil dari mitigasi risiko dapat menjadi masukan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
supply chain perusahaan.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka pada penelitian ini dilakukan analisa risiko serta penyusunan mitigasi yang paling sesuai dalam pengelolaan risiko-risiko pada supply chain PT Graha Makmur Cipta Pratama .
Pada bagian ini dijelaskan secara lebih rinci mengenai langkah-langkah pada penelitian ini yang mencakup:
a. Tahap identifikasi masalah
b. Pemetaan aktivitas supply chain dengan
melakukan brainstorming dengan
pemilik/expert pada bisnis proses dan juga berdasarkan referensi terkait. Tahap identifikasi risiko dengan menggunakan metode pengembangan
dari Supply Chain Operations Reference (SCOR) oleh Karningsih (2011).
c. Tahap analisis risiko dengan melakukan
penilaian potensi risiko yang
teridentifikasi yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner ke pihak perusahaan dan data historis.. Kuisionerterdiri dari penilaian
likelihooddan nilai consequence untuk masing potensi risiko yang telah teridentifikasi. nilai likelihood dan consequence didasarkan pada standar
manajemen risiko dari Australia New
Zealand (AS/NZS) 4360 : 2004.
Kuisioner penilaian risiko diberikan kepada PPIC Manager dan General
Manager PT GMCP.
d. Tahap Evaluasi Risiko dengan
dilakukan dengan memetakan risiko berdasarkan penilaian likelihood dan severity sehingga didapatkan risiko dengan tingkatan extreme, high,
moderate atau low (AS/NZS, 2004)
e. Tahap analisis, mitigasi dan kesimpulan dilakukan berdasarkan hasil pengolahan data sebelumnya kemudian dianalisis lebih mendalam untuk mengetahui tingkat risiko yang akan dimitigasi serta
dapat memformulasikan strategi
mitigasi yang sesuai.
3. Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai keseluruhan proses dalam tahap pengumpulan dan pengolahan data.
3.1 Pemetaan Aktivitas Supply Chain
Proses Pemetaan Aktivitas Supply Chain dilakukan untuk mengetahui aliran supply chain pada udang vannamei dil PT Graha Makmur Cipta Pratama. Pemetaan aktivitas supply chain ini dibagi berdasarkan empat bagian yaitu
customer, factory, logistic provider, dan supplier (gambar 1)
Gambar 1 Pemetaan aktivitas supply chain
3.2 Identifikasi Risiko
Berikut merupaka identifikasi berdasarkan SCOR yang telah dikembangkan oleh Karningsih (2011) berdasarkan aktivitas plan,
source, make, deliver, dan return
Tabel 1 Identifikasi SCOR berdasarkan aktivitas plan
No Level 0 Level 1 Level 2 Identifikasi risiko
I.1.a Plan Focal
Organization Communication
Perencanaan sistem komunikasi internal perusahaan untuk hubungan organisasi secara vertical yang kurang baik
I.1.b Technical
Kurangnya pengetahuan akan pasar dan kompetisi penjualan udang di dunia
I.1.c Operational
Perencanaan dalam mempertahankan
customer yang tidak
tepat I.1.d Kesalahan perencanaan maintenance pada peralatan produksi I.1.e Kesalahan pada perencanaan manajemen pemasok I.1.f Kesalahan pada penginputan database procurement, produksi maupun penjualan I.1.g Respon terhadap kompetitor yang tidak tepat
I.1.h Resources
Perencanaan sumber daya manusia dalam jumlah yang kurang tepat
I.1.i
Perencanaan sumber daya manusia dari kemampuan yang kurang tepat I.2.a SC Partners Customer Ketidakpastian order
dari customer I.3.a External Environment Political Governmental Aturan pemerintah dalam pengeksporan udang yang tidak jelas
Tabel 2 Identifikasi SCOR berdasarkan aktivitas
Source
No Level 0 Level 1 Level 2 Identifikasi risiko
II.1.a Source Focal
Organization Communication
Sistem komunikasi saat aktivitas source di internal perusahaan yang kurang baik
II.1.b Operational
Kesulitan dalam mendapatkan udang segar dari pemasok sesuai dengan kebutuhan perusahaan
II.1.c
Kesalahan pada proses
receiving incoming material
No Level 0 Level 1 Level 2 Identifikasi risiko
tahap source yang diluar perkiraan
II.2.a SC Partners Suppliers
Udang segar yang datang dari pemasok tidak tepat secara kualitas maupun kuantitas
II.2.b
Ketidaktersediaan udang segar secara kuantitas maupun kualitas yang dibutuhkan perusahaan dari pemasok
II.2.c keterlambatan
pengiriman udang segar II.3.a External
Environment
Nature Condition
Terjadinya bencana alam pada lokasi pemasok
Tabel 3 Identifikasi SCOR berdasarkan aktivitas
Make
No Level 0 Level 1 Level 2 Identifikasi risiko
III.1.a Make Focal
Organization Communication
Sistem komunikasi saat aktivitas make di internal perusahaan yang kurang baik
III.1.b Operational Penundaan pada proses
produksi
III.1.c Kesalahan pada proses
produksi
III.1.d Kesalahan pada proses packing
III.1.e Resources
Alokasi sumber daya manusia (buruh produksi) yang tidak tepat untuk pelaksanaannya
III.1.f Financial
biaya tambahan pada tahap make yang diluar perkiraan
III.2.a SC Partners Customer
Respon terhadap permintaan customer yang tidak memadai
III.2.b
penambahan spekifikasi dan jumlah demand yang mendadak dari customer baru
III.2.c supplier
ketidakmampuan pemasok dalam memenuhi perubahan yang mendadak dalam spesifikasi dan jumlah permintaan perusahaan
Tabel 4 Identifikasi SCOR berdasarkan aktivitas
deliver
No Level 0 Level 1 Level 2 Identifikasi risiko
IV.1.a Deliver Focal
Organization Communication
Sistem komunikasi saat aktivitas deliver di internal perusahaan yang kurang baik
IV.1.b Operational
tidak dapat mengirim produk pada customer secara tepat waktu
IV.1.c
tidak dapat mengirim produk pada customer sesuai dengan kualitas dan kuantitas produk yang dipesan
IV.1.d Resources
Kondisi cold storage sebagai tempat menyimpan finish
product (sebelum
dikirim) yang kurang baik
IV.1.e Financial
biaya tambahan yang diluar perkiraan pada proses deliver
IV.2.a SC Partners Customer
keterlambatan pembayaran dari customer IV.2.b Logistic Providers Rusaknya Finish Product disebabkan proses pengiriman ( rusaknya mesin pendingin pada kontainer logistic provider) IV.2.c ketidakmampuan logistic provider dalam
pengiriman secara tepat waktu
IV.3.a External Environment
Nature Condition
terjadinya bencana alam saat proses delivery IV.3.b Accident terjadinya kecelakaan
No Level 0 Level 1 Level 2 Identifikasi risiko
saat proses delivery
Tabel 5 Identifikasi SCOR berdasarkan aktivitas
return
No Level 0 Level 1 Level 2 Identifikasi risiko
V.1.a Return Focal
Organization Communication
Sistem komunikasi saat aktivitas return di internal perusahaan yang kurang baik
V.1.b Operational
Reprocess produk
untuk pengiriman kembali kepada
customer yang tidak
tepat
V.1.c
Follow up untuk
feedback dari customer
yang tidak tepat
V.1.d Resources
Jumlah staf yang menangani produk
return yang kurang
memadai
V.1.e Financial
Biaya tambahan yang diluar perkiraan pada tahap return
V.2.a SC Partners Suppliers
Pemasok tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan dalam proses return V.2.b Customer Banyaknya pengembalian jumlah produk dari customer
V.2.c Logistic
Providers
Logistic Provider yang tidak dapat mengirim kembali produk kepada
customer
V.3.a External
Environment Nature Condition
Terjadinya bencana alam saat proses return V.3.b Accident Terjadinya kecelakaan
saat proses return
Tabel 6 Risiko serta faktor risiko yang mempengaruhi pada aktivitas plan
No Risiko dan faktor Risiko
I.1.a Perencanaan sistem komunikasi internal perusahaan untuk hubungan organisasi secara vertical yang kurang baik
• Sistem komunikasi internal organasisi yang tidak sesuai
I.1.b Kurangnya pengetahuan akan pasar dan kompetisi penjualan udang di dunia
• Kurangnya riset pasar yang dilakukan I.1.c Perencanaan dalam mempertahankan customer yang tidak
tepat
• Strategi marketing yang kurang tepat • Kuranganya skill dan pengalaman dari pegawai
marketing
• Kurang adanya prioritas CRM dalam perusahaan
I.1.d Kesalahan perencanaan maintenance pada peralatan produksi
• Pengalokasian human resources dan peralatan yang kurang tepat dalam mendukung kegiatan
maintenance
• Kurangnya keterlibatan maupun kepedulian pekerja secara keseluruhan dalam mendukung
maintenance
• Penjadwalan penggunaan mesin yang tidak tepat
I.1.e Kesalahan pada perencanaan manajemen pemasok
• Kesalahan eveluasi perencanaan dalam pencarian dan pemilihan pemasok
• Alur informasi ke pemasok yang kurang tepat I.1.f Kesalahan pada penginputan database procurement,
produksi maupun penjualan
• Kurangnya kehandalan informasi yang dimiliki • Keteledoran pegawai yang mengurusi
penginputan informasil pada database • Kurangnya memadainya komputer/ hardware
dalam penginputan database I.1.g Respon terhadap kompetitor yang tidak tepat
No Risiko dan faktor Risiko
• Kurangnya pengetahuan mengenai kompetitor • Kurangnya skill dan pengalaman dari pegawai
di bidang marketing
I.1.h Perencanaan Sumber Daya Manusia dalam jumlah yang kurang tepat
• Kesalahan perhitungan kebutuhan jumlah sumber daya manusia
• Kesalahan alokasi jumlah untuk suatu bagian I.1.i Perencanaan Sumber Daya Manusia dari kemampuan
yang kurang tepat
• Kesalahan perekrutan human resources berdasarkan kebutuhan perusahaan
• Program dalam peningkatkan kemampuan dan pengetahuan yang kurang
• Penempatan posisi pegawai yang tidak sesuai dengan kemampuannya
I.2.a Ketidakpastian order dari customer • Tidak adanya customer tetap
• Ketidakpastian dari kondisi customer berkaitan dengan lokasi / perekonomian Negara I.3.a Aturan pemerintah dalam pengeksporan udang yang tidak
jelas
Tabel 7 Risiko serta faktor risiko yang mempengaruhi pada aktivitas source
No Risiko dan faktor Risiko
II.1.a Sistem komunikasi saat aktivitas source di internal perusahaan yang kurang baik
• Perencanaan sistem komunikasi internal perusahaan untuk hubungan organisasi secara vertical yang kurang baik (I.1.a)
II.1.b Kesulitan dalam mendapatkan udang segar dari pemasok sesuai dengan kebutuhan perusahaan
• Kesalahan pada perencanaan manajemen pemasok (I.1.e)
II.1.c Kesalahan pada proses receiving incoming material • human error pada buruh pekerja
II.1.d Biaya tambahan pada tahap source yang diluar perkiraan • Harga udang segar yang naik secara tiba-tiba II.2.a Udang segar yang datang dari pemasok tidak tepat secara
kualitas maupun kuantitas
• Kurangnya quality control dari pemasok II.2.b Ketidaktersediaan udang segar secara kuantitas maupun
kualitas yang dibutuhkan perusahaan dari pemasok • Kapasitas tambak dalam pemenuhan udang
segar yang dibutuhkan perusahaan tidak memadai
• Persaingan dengan kompetitor dalam mendapatkan udang segar
• Terjadinya bencana alam pada lokasi pemasok (II.3.a)
II.2.c Keterlambatan pengiriman udang segar
• Terlambatnya waktu panen udang dari petambak
• Kurangnya kapabilitas dari pemasok • Terjadinya kecelakaan pada saat pengiriman II.3.a Terjadinya bencana alam pada lokasi pemasok
Tabel 8 Risiko serta faktor risiko yang mempengaruhi pada aktivitas make
No Risiko dan faktor Risiko
III.1.a Sistem komunikasi saat produksi di internal perusahaan yang tidak memadai
• Perencanaan sistem komunikasi internal perusahaan untuk hubungan organisasi secara vertical yang kurang baik (I.1.a) III.1.b Penundaan pada proses produksi
• Ketidakmampuan perusahaan dalam menangani perubahan demand yang mendadak
• Kesalahan perencanaan maintenance pada peralatan produksi (I.1.d)
• Keterlambatan pengiriman udang segar dari pemasok (II.2.c)
III.1.c Kesalahan pada proses produksi
• human error pada buruh pekerja
• Alokasi buruh produksi yang tidak tepat untuk pelaksanaannya (III.1.e)
III.1.d Kesalahan pada proses packing
• human error pada buruh pekerja produksi
III.1.e Alokasi buruh produksi yang tidak tepat untuk pelaksanaannya
• Perencanaan sumber daya manusia dalam jumlah yang kurang tepat (I.1.i)
• Perencanaan sumber daya manusia dari kemampuan yang kurang tepat (I.1.j) III.1.f Biaya tambahan pada tahap make yang diluar perkiraan
• Biaya tambahan pada tahap source yang diluar perkiraan (II.1.d)
• Naiknya biaya tidak langsung seperti air dan listrik secara mendadak
III.2.a Respon terhadap permintaan customer yang tidak memadai
• Kapasitas produksi yang kurang memadai • Tidak adanya informasi demand dan
forecasting demand maupun supply
• Kurangnya pengalaman dari pegawai di bidang marketing
• Kesulitan dalam mendapatkan udang segar dari pemasok sesuai dengan kebutuhan perusahaan (II.1.b)
• Ketidaktersediaan udang segar secara kuantitas maupun kualitas yang dibutuhkan perusahaan dari pemasok (II.2.b)
III.2.b Penambahan spesifikasi dan jumlah demand yang mendadak dari customer baru
• Perekonomian negara customer yang sedang baik
• Kompetitor tidak dapat memenuhi kebutuhan customer
III.2.c Ketidakmampuan pemasok dalam memenuhi perubahan yang mendadak dalam spesifikasi dan jumlah permintaan perusahaan
• Kesulitan dalam mendapatkan udang segar dari pemasok sesuai dengan kebutuhan perusahaan (II.1.b)
• Ketidaktersediaan udang segar secara kuantitas maupun kualitas yang dibutuhkan perusahaan dari pemasok (II.2.b)
Tabel 9 Risiko serta faktor risiko yang mempengaruhi pada aktivitas deliver
No Risiko dan faktor Risiko
IV.1.a Sistem komunikasi saat aktivitas deliver di internal perusahaan yang kurang baik
• Perencanaan sistem komunikasi internal perusahaan untuk hubungan organisasi secara vertical yang kurang baik (I.1.a)
IV.1.b Tidak dapat mengirim produk pada customer secara tepat waktu
• Penundaan pada proses produksi (III.1.b) • Proses yang lama dalam pemenuhan
peraturan ekspor
IV.1.c Tidak dapat mengirim produk pada customer sesuai dengan kualitas dan kuantitas produk yang diinginkan
• Kesalahan pada saat inspeksi di perusahaan • Produk rusak pada saat di cold storage • Terjadinya kesalahan dari logistic provider IV.1.d Kondisi cold storage sebagai tempat menyimpan finish
product (sebelum dikirim) yang kurang baik
No Risiko dan faktor Risiko
storage
IV.1.e biaya tambahan yang diluar perkiraan pada proses
deliver
• Penambahan biaya dari logistic provider terhadap biaya servis pengiriman
• Naiknya biaya pajak ekspor secara mendadak IV.2.a Keterlambatan pembayaran dari customer
• Keadaan finansial customer yang memburuk • Kurang baiknya komunikasi dengan customer • Pelayanan bank yang kurang baik
IV.2.b Rusaknya Finish Product disebabkan proses pengiriman (rusaknya mesin pendingin pada container logistic
provider)
• Kurang kapabilitasnya mesin yang dimiliki
logistic provider
• Kesalahan dalam memilih logistic provider IV.2.c Ketidakmampuan Logistic Provider dalam pengiriman
secara tepat waktu
• Logistic provider tidak memiliki kemampuan
dalam menangani perubahan waktu pengiriman yang mendadak
• Logistic provider kurang berkapabilitas dalam pengiriman tepat waktu
• Terjadinya bencana alam saat proses delivery (IV.3.a)
• Terjadinya kecelakaan saat proses delivery (IV.3.b)
IV.3.a Terjadinya bencana alam saat proses delivery IV.3.b Terjadinya kecelakaan saat proses delivery
Tabel 10 Risiko serta faktor risiko yang mempengaruhi pada aktivitas return
No Risiko dan faktor Risiko
V.1.a Sistem komunikasi saat aktivitas return di internal perusahaan yang kurang baik
• Perencanaan sistem komunikasi internal perusahaan untuk hubungan organisasi secara vertical yang kurang baik (I.1.a)
V.1.b Reprocess produk untuk pengiriman kembali kepada customer yang tidak tepat
Lama jangka waktu yang tidak sesuai dalam pemenuhan
replace produk yang reject
Kesalahan pada proses produksi (III.1.c) saat reprocess produk
Kesalahan pada proses packing (III.1.d) saat reprocess produk
V.1.c Follow up untuk feedback dari customer yang tidak tepat
Kurangnya sarana dalam menerima feedback dari
customer
Mekanisme dalam merespon feedback dari customer yang kurang memadai
V.1.d Jumlah dan kemampuan staf yang menangani produk
return yang kurang memadai
Perencanaan Sumber Daya Manusia dalam jumlah yang kurang tepat (I.1.i)
Perencanaan Sumber Daya Manusia dari kemampuan yang kurang tepat (I.1.j)
V.1.e Biaya tambahan yang diluar perkiraan pada tahap return Adanya biaya tambahan pada aktivitas source secara mendadak (II.1.d) pada saat return
Adanya biaya yang tidak terduga saat reproses di produksi (III.1.e)
Biaya tambahan dari Logistic provider saat proses return Biaya tambahan dari pemerintah negara tujuan jika terjadi
reject
V.2.a Pemasok tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan dalam proses return
Waktu yang tidak sesuai pada saat dibutuhkannya udang segar untuk memenuhi replacement product
Ketidaktersediaan udang segar secara kuantitas maupun
No Risiko dan faktor Risiko
kualitas yang dibutuhkan perusahaan dari pemasok (II.2.b)
V.2.b Banyaknya pengembalian jumlah produk dari customer Tingginya jumlah produk cacat untuk produk yang dikirimkan kepada customer yang disebabkan kesalahan pada proses produksi (III.1.c)
Tingginya jumlah produk dengan kemasan yang cacat akibat kesalahan pada proses packing (III.1.d)
V.2.c Logistic Provider yang tidak dapat mengirim kembali produk kepada customer
Waktu yang tidak sesuai pada saat pengiriman kembali produk kepada customer
Koordinasi dengan logistic provider yang kurang baik V.3.a Terjadinya bencana alam saat proses return
V.3.b Terjadinya kecelakaan saat proses return 3.3 Tahap Penilaian Risiko
Pada tahap ini akan disusun kuisioner penilaian risiko yang akan digunakan untuk menilai besarnya tingkat risiko pada setiap potensi risiko.
3.3.1 Kuisioner Penilaian Risiko
Kuisioner ini menggunakan standar AS/NZS 4360 yaitu dan menggunakan 5 kategori untuk mengukur likelihood dan consequence nya. Adapun pembagian kategori masing-masing untuk Likelihood dan consequence adalah sebagai berikut:
Tabel 11 Kategori Likelihood Likelihood Possibility of occurrence
Rare 0 – 20 % Unlikely 21 – 40 % Moderate 41 – 60 % Likely 61 – 80 % Almost Certain 81 – 100 %
Table 12 Kategori Consequences Consequence Description
Insignificant
Besarnya kerugian adalah < 7,5% dari target/ standar yang sudah
ditetapkan.
Minor
Besarnya kerugian adalah 7,5% - < 10% dari target/ standar yang sudah
ditetapkan.
Moderate
Besarnya kerugian adalah 10% - < 12,5% dari target/ standar yang
sudah ditetapkan.
Major
Besarnya kerugian adalah 12,5 – 15% dari target/ standar yang sudah
ditetapkan.
Catastropic
Besarnya kerugian adalah >15% dari target/ standar yang sudah
3.3.2 Perhitungan Nilai Likelihood,
Consequences dan Nilai Risiko
Dikarenakan jumlah pengambil keputusan dalam menentukan nilai likelihood dan
consequences ini lebih dari satu orang, maka
perhitungan nilai likelihood dan consequences didekati dengan pendekatan rumus rataan
geometric yang digunakan Geraldin (2007) di
bawah ini:
Oi = �𝑂𝑂𝑗𝑗 𝑗𝑗1× 𝑂𝑂𝑗𝑗2× … × 𝑂𝑂𝑗𝑗𝑗𝑗 ∀𝑗𝑗 ;
Dimana j = 1, 2, … m; k = penilaian orang ke-k Keterangan:
Oj = Occurance (tingkat kemunculan risiko) => likelihood Ѕi
4 Analisis dan Pembahasan = 𝑗𝑗�𝑆𝑆𝑖𝑖1× 𝑆𝑆𝑖𝑖2× … × 𝑆𝑆𝑖𝑖𝑗𝑗 ∀𝑖𝑖 ;
Dimana i = 1, 2, … n; k = penilaian orang ke-k Keterangan:
Si = Severity (tingkat dampak suatu risiko) => consequences
Risk = Likelihood x Consequence
4.1 Analisis Identifikasi Risiko
Dalam pengidentifikasiannya, ditemukan 48 potensi risiko dengan spesifikasi yang dijelaskan pada tabel 13.
Tabel 13 Jumlah risiko yang teridentifikasi Level 0 Level 1 Jumlah Risiko
Plan
focal organization 9
supply chain partners 1
external environment 1
Source
focal organization 4
supply chain partners 3
external environment 1
Make focal organization 6
supply chain partners 3
Deliver
focal organization 5
supply chain partners 3
external environment 2
Return
focal organization 5
supply chain partners 3
external environment 2
4.2 Peta Risiko
Peta risiko dibuat berdasarkan hasil dari perhitungan nilai likelihood dan consequences
masing-masing potensi risiko. Berikut
merupakan peta risiko yang dibagi berdasarkan aktivitas plan, source, make, deliver, dan return (Gambar 2, 3, 4, 5, dan 6)
Gambar 2 Peta Risiko AS/NZS pada aktivitas plan
Gambar 3 Peta Risiko AS/NZS pada aktivitas source
Gambar 4 Peta Risiko AS/NZS pada aktivitas make
Gambar 5 Peta Risiko AS/NZS pada aktivitas deliver
Gambar 6 Peta Risiko AS/NZS pada aktivitas return
4.3 Tahap Mitigasi Risiko
Pada tahap ini akan dilakukan perancangan strategi mitigasi terhadap faktor risiko yang memiliki high risk. Delapan high risk itu adalah perencanaan dalam mempertahankan customer yang tidak tepat, kesalahan pada perencanaan manajemen pemasok, Ketidakpastian order dari
customer, Kesulitan dalam mendapatkan udang
segar dari pemasok sesuai dengan kebutuhan perusahaan, Ketidaktersediaan udang segar secara kuantitas maupun kualitas yang dibutuhkan perusahaan dari pemasok, Respon
Almost Certain 5
Likely 4
Possible 3 I.1.h ; I.1.i I.3.a I.1.c ; I.1.e ; I.2.a Unlikely 2 I.1.a ; I.1.b ; I.1.g I.1.d
Rare 1 I.1.f
1 2 3 4 5
Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic
Li ke lih oo d Consequences
Extreme High Moderate Low
Almost Certain 5 Likely 4
Possible 3 II.1.b ; II.2.b
Unlikely 2 II.1.a ; II.1.d ; II.2.a II.2.c
Rare 1 II.1.c II.3.a
1 2 3 4 5
Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic
Consequences
Lik
elih
oo
d
Extreme High Moderate Low
Almost Certain 5 Likely 4
Possible 3 III.1.a III.2.a ; III.2.c
Unlikely 2 III.1.f ; III.2.b III.1.b
Rare 1 III.1.e III.1.c ; III.1.d
1 2 3 4 5
Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic
Consequences
Lik
elih
oo
d
Extreme High Moderate Low
Almost Certain 5 Likely 4 Possible 3
Unlikely 2 IV.1.a ; IV.2.a IV.1.b ; IV.1.c ; IV.1.d
Rare 1 IV.1.e IV.2.c ; IV.3.a ; IV.3.b IV.2.b
1 2 3 4 5
Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic
Consequences
Lik
elih
oo
d
Extreme High Moderate Low
Almost Certain 5 Likely 4 Possible 3 Unlikely 2
Rare 1 V.1.d ; V.1.e V.1.a ; V.1.c ; V.2.a ; V.2.b ; V.2.c ; V.3.a ;
V.3.b
V.1.b
1 2 3 4 5
Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic
Consequences
Lik
elih
oo
d
terhadap permintaan customer yang tidak memadai, Ketidakmampuan pemasok dalam memenuhi perubahan yang mendadak dalam spesifikasi dan jumlah permintaan perusahaan,
Rusaknya Finish Product disebabkan proses pengiriman (rusaknya mesin pendingin pada container logistic provider).
Plan Focal Manufacture Organization Supply Chain Partners Operational Customer Perencanaan dalam mempertahankan customer
yang tidak tepat
Strategi marketing yang kurang tepat
Kuranganya pengalaman dari pegawai marketing Kurang adanya prioritas CRM dalam perusahaan Kesalahan pada perencanaan manajemen pemasok Kesalahan eveluasi perencanaan dalam pencarian dan pemilihan
pemasok
Ketidakpastian
order dari customer
Tidak adanya
customer tetap
Ketidakpastian dari kondisi customer berkaitan dengan lokasi /
perekonomian Negara Source Focal Manufacture Organization Operational Make
Supply Chain Partners
Customer
Respon terhadap permintaan
customer yang tidak memadai
Deliver Supply Chain Partners Logistiv Provider
Rusaknya Finish Product disebabkan proses pengiriman
(rusaknya mesin pendingin pada container logistic
provider)
Kurang kapabilitasnya mesin yang dimiliki
logistic provider
Kesulitan dalam mendapatkan udang segar dari pemasok sesuai
dengan kebutuhan perusahaan
Kurangnya informasi mengenai pemasok yang memiliki potensi
Kesalahan pada perencanaan manajemen pemasok Supplier Partners Supplier
Ketidaktersediaan udang segar secara kuantitas maupun kualitas yang dibutuhkan perusahaan dari pemasok
Kapasitas tambak dalam pemenuhan udang segar yang dibutuhkan perusahaan tidak memadai Persaingan dengan kompetitor dalam mendapatkan udang segar Terjadinya bencana alam pada lokasi
pemasok Ketidakmampuan pemasok dalam memenuhi perubahan yang mendadak dalam spesifikasi dan jumlah permintaan
perusahaan
Tidak adanya informasi demand dan supply yang mendukung forecasting Kurangnya pengalaman dari pegawai di bidang marketing Kesulitan dalam mendapatkan udang segar dari pemasok sesuai dengan kebutuhan perusahaan
Ketidaktersediaan udang segar secara kuantitas maupun kualitas yang dibutuhkan perusahaan dari pemasok Supplier Kesalahan dalam memilih logistic provider Kesulitan dalam mendapatkan udang segar dari pemasok sesuai dengan
kebutuhan perusahaan
Ketidaktersediaan udang segar secara kuantitas maupun kualitas yang dibutuhkan perusahaan dari pemasok
Alur informasi ke pemasok yang kurang tepat Kapasitas produksi yang kurang meamadai = High risk = Risk Factor di Supplier = Risk Factor di Market
= Risk Factor di Logistic Provider
= Risk Factor di Perusahaan
Gambar 7 Pemetaan keterkaitan risiko
Gambar 7 menunjukan kaitan antara kaitan antara kejadian risiko dengan faktor risiko, maka terdapat risiko yang berkaitan dengan risiko lainnya. Sehingga didapatkan faktor risiko yang dijadikan bahan acuan untuk membuat
strategi mitigasi berdasarkan lokasi risiko, yaitu sebagai berikut:
(1) Faktor risiko yang berhubungan dengan pemasok
1. Kesalahan eveluasi perencanaan dalam pencarian dan pemilihan pemasok 2. Alur informasi permintaan customer ke
pemasok yang kurang tepat
3. Kurangnya informasi mengenai pemasok yang memiliki potensi
4. Kapasitas tambak dalam pemenuhan
udang segar yang dibutuhkan
perusahaan tidak memadai
5. Persaingan dengan kompetitor dalam mendapatkan udang segar
6. Terjadinya bencana alam pada lokasi pemasok
(2) Faktor risiko yang berhubungan dengan Organisasi Perusahaan antara lain: 1.kuranganya skill dan pengalaman dari pegawai marketing
2. kapasitas produksi yang kurang memadai
(3) Faktor risiko yang berhubungan dengan
Logistic Provider antara lain:
1. Kurang kapabilitasnya mesin yang dimiliki logistic provider
2. Kesalahan dalam memilih logistic
provider
(4) Faktor risiko yang berhubungan dengan
market dan customer:
1. Strategi marketing yang kurang tepat 2. Kurang adanya prioritas CRM dalam
perusahaan
3. Tidak adanya customer tetap
4. Ketidakpastian dari kondisi customer berkaitan dengan lokasi / perekonomian Negara
5. Tidak adanya informasi demand dan
forecasting demand maupun supply
Perancangan mitigasi yang didasarkan oleh kelompok faktor risiko sebelumnya. Dengan demikian, akan didapatkan rancangan mitigasi sebagai berikut :
(1) Mitigasi Pemasok :
1. Mengembangkan kriteria untuk pemilihan pemasok. Kriteria dapat melihat kapasitas, data histori pemenuhan udang kepada perusahaan-perusahaan yang menjadi customernya, kemudahan pemasok untuk diajak berkolaborasi dan information sharing, serta kriteria lain yang dibutuhkan. 2. Mempererat kerjasama, kolaborasi dan
Information sharing akan kebutuhan
customer kepada pemasok (Choy et al.,
2003). Mempererat kerjasama, kolaborasi dan information sharing dapat dilakukan dengan melakukan pertemuan atau komunikasi secara rutin agar penyampaian informasi penting baik informasi jumah maupun spesifikasi demand dapat tersampaikan sejak dini. Dengan alur informasi yang baik dari customer ke pemasok dengan perusahaan sebagai perantaranya, diharapkan pemasok dapat memprioritaskan jenis udang yang dibutuhkan oleh perusahaan sehingga keterbatasan udang yang dibutuhkan oleh perusahaan dapat lebih ditanggulangi.
3. Mencari pemasok yang berpotensi dengan mengikuti asosiasi perikanan yang berkaitan. Adapun beberapa contoh asosiasi yang dapat diikuti adalah Shrimp Club Indonesia (SCI) dan Komisi Udang Indonesia (KUI). Kedua asosiasi tersebut adalah perkumpulan yang menaungi pengusaha-pengusaha yang bergerak di bidang per-udangan. Dengan mengikuti asosiasi tersebut perusahaan akan banyak mendapatkan informasi mengenai pemasok-pemasok udang lain yang berpotensi dari asosiasi atau dari pengusaha-pengusaha lainnya.. 4. Membuat database sesuai dengan data
histori pemasok dan potensi pemasok baru secara lengkap, baik dari kapasitas, kesiapan, kecepatan, dan informasi-informasi lainnya (Choy et al., 2003) serta dilakukan pengklasifikasian terhadap kemampuan pemenuhan dari pemasok. Dengan adanya database serta pengklasifikasian pemasok, perusahaan dapat menyalurkan informasi kebutuhan
customer kepada pihak pemasok yang
paling tepat.
5. Membeli udang segar dengan harga sedikit lebih mahal pada saat PT GMCP harus bersaing mendapatkan udang segar dengan ukuran tertentu dengan kompetitor. Sehingga sesuai dengan prinsip bisnis, dengan harga yang lebih tinggi kemungkinan pemasok akan lebih memilih PT GMCP untuk menjual udang segarnya.
6. Pembayaran kepada pemasok secara tepat waktu. Dari beberapa pemasok
lebih mengutamakan pada ketepatan waktu dalam pembayaran karena pihak pemasok tersebut ingin melakukan perputaran uang dengan cepat pada bisnis mereka.
7. Information sharing mengenai perkiraan hasil pasokan. Dalam strategi mitigasi ini pihak perusahaan bisa mendapatkan informasi keadaan pemasok, apakah rentan terjadi bencana alam atau terjadi hal lainnya yang membuat pemasok tidak dapat memasok raw material sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Strategi ini dapat dilakukan perusahaan dengan jemput bola akan informasi pada pemasok secara rutin atau telah dibuat perjanjian di awal dimana pemasok secara rutin memberikan informasi keadaannya pada perusahaan.
(2) Mitigasi Organisasi perusahaan
1. Melakukan penilaian kinerja dan memberikan reward and punishment. Dengan adanya penilaian kinerja dapat diketahui sampai mana kinerja dari seorang pegawai.
2. Melakukan pelatihan terhadap pekerja atau membuat kelompok pekerja sehingga terdapat transfer knowledge diantara pekerja (empowering and
developed the employee skills). Strategi
mitigasi ini dapat meningkatkan skill dari pegawai PT GMCP sehingga dapat menanggulangi faktor risiko kuranganya
skill dan pengalaman dari pegawai marketing
3. Memberi target yang jelas bagi setiap pegawai dengan waktu deadline tertentu.
4. Memperbesar kapasitas produksi perusahaan. Strategi ini dapat dilakukan jika perusahaan telah melakukan
perhitungan forecasting demand
maupun supply dan disesuaikan dengan keadaan finansial perusahaan.
(3) Mitigasi Logistic Provider
1. Membuat penilaian terhadap setiap
logistic provider dan membuat database
untuk data penilainnya. Penilaian dapat berdasarkan pelayanan, ketepatan waktu pengiriman, dan kehandalan dalam
pengiriman. Strategi mitigasi ini membantu perusahaan mengetahui kapabilitas dari setiap Logistic Provider yang pernah digunakan.
2. Membuat kontrak yang lebih tegas dan lebih menguntungkan perusahaan. Kontrak yang dimaksud misalnya membuat kesepakatan jika terjadi kerusakan produk yang disebabkan kesalahan logistic provider.
(4) Mitigasi kelompok market dan customer: 1. Riset pasar terhadap pasar eksisting dan
potensi customer yang berada di sejumlah negara terhadap minat, tingkah
laku, kebiasaan, dan keadaan
perekonomian maupun alam. Dalam riset pasar ini dapat digunakan
outsourcing dalam membantu perusahaan. Dengan melakukan riset pasar, perusahaan dapat memperbaharui strategi marketing misalnya dengan meningkatkan promosi.
2. Membuat database mengenai pelanggan yang juga terkait jumlah pesanannya, asal negara, persyaratan pesanan dan histori fluktuasi perekonomian negara customer.
3. Merekap data demand dan melakukan
forecasting terkait data penjualan (untuk
menghasilkan demand) dan supply dari pemasok. Dari hasil forecasting demand maupun supply dapat dilihat gap antara
demand dan supply. Dengan diketahuinya gap tersebut dapat dilakukan komunikasi kepada pemasok lebih awal.
4. Memperbaiki strategi CRM dengan melakukan komunikasi secara rutin terhadap customer lama, baik melalui media komunikasi berbasis web ataupun perusahaan yang menghubungi pihak
customer (Shaw, 1999). Sedangkan
strategi jemput bola dimana perusahaan yang menghubungi pihak customer bertujuan agar perusahaan dapat mendapatkan informasi mengenai keadaan customer lebih awal.
5. Mengikuti International Sertification seperti ISO dan British Retail
Concorcium. Dengan mengikuti International Sertification tersebut
tentunya akan meningkatkan
perusahaan. Selain itu International
Sertification ini juga bisa sebagai media
promosi.
6. Memberikan pelatihan pada pegawai perusahaan terutama untuk Top
Management mengenai pentingnya
Customer Relationship Management
(CRM).
7. Mempertahankan dan meningkatkan mutu produk serta meningkatkan pelayanan pada customer baik sebelum terjadi transaksi pembelian maupun setelah terjadi pembelian. Dengan strategi mitigasi ini diharapkan dapat meningkatkan loyalitas customer lama pada perusahaan.
8. Menyediakan mekanisme kerja sama
dengan customer. Mekanisme
kerjasama dapat memungkinkan
customer untuk dapat melakukan order
lebih awal, sehingga dapat mengurangi ketidakpastian dari sisi demand. Selain itu dengan adanya kerjasama perusahaan dapat lebih mengikat
customer. Bentuk kerjasama dapat
berbentuk kontrak yang menawarkan harga khusus pada customer atau
mengutamakan customer yang
bersangkutan saat ada beberapa
customer lain yang melakukan order.
Dari strategi-strategi mitigasi diatas terdapat strategi mitigasi yang memiliki integrasi dengan strategi mitigasi lainnya. Strategi mitigasi tersebut adalah strategi yang menghubungkan antara keselarasan kuantitas dari hulu ke hilir
supply chain. Dalam menyelaraskan hulu ke
hilir supply chain yaitu dari pemasok ke
customer tentunya perlu dibandingkan antara
data supply dan data demand perusahaan.
Tabel 14 Demand untuk tahun 2011
Bulan Jumlah Ekspor (Kg) Fill Rate Demand (kg) Januari 61.054 0.23 218050 Februari 62.573 0.23 223475 Maret 110.549 0.28 394817.9 April 78.678 0.26 280992.9 Mei 87.250 0.26 311607.1 Juni 78.751 0.26 281253.6 Juli 111.139 0.28 396925 Agustus 93.515 0.26 333982.1 September 76.944 0.24 274800 Oktober 76.499 0.24 273210.7 Nopember 90.777 0.27 324203.6 Desember 92.804 0.27 331442.9
Tabel 15 Supply untuk tahun 2011
Bulan Jumlah Supply (Kg)
Januari 111863 Februari 85406 Maret 159115 April 145076 Mei 144184 Juni 111723 Juli 128423 Agustus 151213 September 83725 Oktober 133794 Nopember 120700 Desember 152526
Dari data demand dan supply di atas (tabel 14 dan 15) dapat dilakukan perbandingan untuk kedua data tersebut untuk mengetahui gap antara demand dan supply.
Tabel 16 Perbandingan Supply dan Demand
Bulan Supply (kg) Demand (kg)
Januari 111863 218050 Februari 85406 223475 Maret 159115 394817.9 April 145076 280992.9 Mei 144184 311607.1 Juni 111723 281253.6 Juli 128423 396925 Agustus 151213 333982.1 September 83725 274800 Oktober 133794 273210.7 Nopember 120700 324203.6 Desember 152526 331442.9
Melihat tabel 16, diketahui terdapat gap yang cukup tinggi antara demand dan
supply. Dari gap tersebut jika tidak
dilakukan penanganan pada permasalahan tersebut, gap yang terjadi dimungkinkan akan semakin meningkat. Dengan menggunakan minitab, dilakukan
forecasting untuk data demand dan supply.
Gambar 8 Hasil Forecasting Double Exponential
Smoothing pada demand selama 48 bulan Month D em an d Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan 700000 600000 500000 400000 300000 200000 Smoothing Constants Alpha (level) 0.2 Gamma (trend) 0.2 Accuracy Measures MAPE 12 MAD 38172 MSD 2186530612 Variable Forecasts 95.0% PI Actual Fits
Gambar 9 Hasil Forecasting Double Exponential
Smoothing pada supply selama 48 bulan
Hasil forecasting yang ditunjukan pada gambar 8 dan 9 menunjukan terjadi peningkatan jumlah
supply maupun demand secara perlahan. Berikut
merupakan perbandingan antara forecasting
demand dan supply.
Tabel 17 Hasil Forecasting Demand dan Supply
Waktu Forecasting Supply (kg) Forecasting Demand (Kg) Forecasting Demand dengan kenaikan 5%/tahun (kg) Feb 2011 120061 299063 299063 Maret 2011 120802 302009 302009 April 2011 121544 304955 304955 Mei 2011 122285 307901 307901 Juni 2011 123027 310847 310847 ~ ~ ~ ~ Sep 2014 151950 425741 492848 Okt 2014 152692 428687 496259 Nov 2014 153433 431633 499669 Des 2014 154175 434579 503080 Jan 2015 154917 437525 506490
Dari perbandingan hasil forecasting demand dan
supply pada tabel 5.6 terlihat gap yang
berkelanjutan dari bulan pertama hingga bulan ke 48 dengan jumlah demand yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah supply. Jumlah peningkatan pada forecasting demand jauh lebih tinggi dibandingkan forecasting
supply. Pada tabel di atas dapat dilihat terdapat
kenaikan demand jika terjadi peningkatan
market share dengan didapatkannya customer
baru untuk setiap tahunnya. Asumsi kenaikan
market share adalah 5% untuk setiap tahunnya.
Dari hasil tersebut mitigasi dapat berlanjut pada penguatan keselarasan antara hulu dan hilir dengan menggunakan pendekatan Supplier
Relationship Management (SRM) yang
bertujuan untuk mengelola pemasok, membuat pengadaan dapat diprediksi dan berulang, dapat mencukupi kebutuhan perusahaan serta dapat mendapatkan keuntungan melalui bermitra
dengan pemasok (Hermann and Hodgson, 2001).
Dari faktor-faktor risiko yang telah diidentifikasi sebelumnya dapat direkomendasikan beberapa strategi SRM antara lain :
1. Perusahaan dapat melakukan
benchmarking dengan perusahaan besar
seperti ajinomoto. Pada perusahaan ini dilakukan pengelolaan pemasok dengan ikut berkontribusi pada pemasok seperti dengan program Coorporate Social
Responcibility (CSR) untuk supplier partnership.
2. Dengan adanya forecasting supply maupun demand, perusahaan dapat membuat gudang sebagai tempat
penyimpanan raw material.
Rekomendasi pembuatan gudang sendiri disesuaikan dengan keadaan financial perusahaan.
5 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Dari hasil identifikasi risiko diperoleh 48 risiko pada supply chain perusahaan yang ditelusuri menggunakan pengembangan
Supply Chain Operations Reference (SCOR)
berdasarkan lima aktivitas yaitu plan, source,
make, deliver, dan return yang
masing-masing memiliki risiko sebagai berikut : 14 risiko pada aktivitas plan, 7 risiko pada aktivitas source, 9 risiko pada aktivitas make, 10 risiko pada aktivitas deliver, 9 risiko pada aktivitas return.
2. Dari hasil analisa risko yang dilakukan diperoleh nilai likelihood dan consequences
berdasarkan Australian Standard/ New
Zealand Standard (AS/NZS) 4360 : 2004
diperoleh 28 low risk, 12 moderate risk, dan 8 high risk.
3. Dari pemetaan keterkaitan supply chain risk untuk high risk pada PT Graha Makmur Cipta Pratama, terdapat 15 faktor risiko yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu: faktor resiko yang berhubungan dengan pemasok, organisasi perusahaan, logistic
provider, dan customer.
4. Pada perancangan usulan mitigasi terhadap risiko kritis yang terjadi pada supply chain PT Graha Makmur Cipta Pratama yang disesuaikan dengan pengelompokan pada faktor-faktor risiko, didapatkan 7 strategi
Month Su pp ly Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan Jul Jan 225000 200000 175000 150000 125000 100000 Smoothing Constants Alpha (level) 0.2 Gamma (trend) 0.2 Accuracy Measures MAPE 19 MAD 22275 MSD 736387444 Variable Forecasts 95.0% PI Actual Fits Double Exponential Smoothing Plot for Supply
mitigasi kelompok pemasok, 3 strategi mitigasi kelompok organisasi perusahaan, 2 strategi mitigasi kelompok logistic provider, 8 strategi mitigasi kelompok customer. Selain strategi mitigasi untuk tiap
kelompok, direkomendasikan juga
perancangan strategi mitigasi yang memperbaiki keselarasan jumlah supply terhadap demand dengan menggunakan
pendekatan Supplier Relationship
Management (SRM).
6 Daftar Pustaka
2004. Tutorial: Risk Management Standard,
AS/NZS 4360: 2004, Broadleaf Capital
International Pty Ltd.
Alijoyo, A. 2006. Enterprise Risk Management, Jakarta, PT. Ray Indonesia.
Choy, K. L., Lee, W. B., & Lo, V. 2003. Design of an intelligent supplier relationship management system: a hybrid case based neural network approach. Pergamon. Herrmann, J. W., & Hodgson, B (2001). SRM:
Leveraging the supply base for competitive advantage. Proceedings of the
SMTA International Conference, Chicago, Illinois, 1 october, 2001
Karningsih, P. D. 2011. Development of a
Knowledge Based Supply Chain Risk Identification System. Doctor Philosophy,
University of New South Wales.
Muhdi, S. 2005. Program Pengembangan
Pemasaran Hasil Perikanan Indonesia.
Direktorat Pemasaran Hasil Laut dan Ikan Pujawan, I. N. & ER, M. 2010. Supply Chain
Management, Surabaya, Guna Widya.
Shaw, R. (1999). CRM definitions defining
customer relationship marketing and management. In SCN Education BV
(Ed.), Customer Relationship Management: The Ultimate Guide to the Efficient Use of CRM. HOTT Guide, 2001
Simchi-Levi, D., Kaminsky, P. & E, S. L. 2000.
Designing and Managing the Supply Chain, Boston, McGraw Hill.
Waters, D. 2007. Supply Chain Risk
Management, London and Philadelphia,