• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokakaiya Fungsional Non Penerti Sikap pasif yang diperlihatkan oleh pustakawan mengenai hal ini, berkaitan pula dengan problem angka kredit yang sang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lokakaiya Fungsional Non Penerti Sikap pasif yang diperlihatkan oleh pustakawan mengenai hal ini, berkaitan pula dengan problem angka kredit yang sang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGADAAN MATA RANTAI PENILAIAN

FUNGSIONAL YANG "TERPUTUS"

Zakiah Muhajan

Balai Penelitian Veteriner, Bogor

PENDAHULUAN

Pengadaan bahan pustaka merupakan kegiatan awal dalam mem-bangun suatu koleksi perpustakaan . Kegiatan ini termasuk dalam kegiatan kerja utama di perpustakaan, mengingat bahwa keberadaan koleksi di perpustakaan merupakan salah satu sarana bagi terselenggaranya pemberian jasa informasi kepada pengguna . Di perpustakaan khusus, pengguna sering menuntut bahan pustaka dapat cepat diperoleh dan segera dipersiapkan,

sebelum diminta ; cara ini yang paling ideal, tetapi tidak selalu dapat

dipraktekkan (Booth, 1982) Tiga cara yang biasa ditempuh dalam

pelaksanaan kegiatan pengadaan : pembelian, penukaran, dan permintaan

hadiah . Dalam tuiisan ini pembahasan selanjutnya lebih ditekankan pada kegiatan pengadaan melalui pembelian .

Dan segi pengadaan melalui pembelian di perpustakaan, terutama di berbagai perpustakaan khusus pertanian lingkup Badan Litbang Pertanian,

pada umumnya belum dapat dilaksanakan sepenuhnya, berhubung tidak

tersedianya alokasi dana yang memadai yang seharusnya tercantum dengan jelas dalam anggaran badan induk/instansi tempat perpustakaan bernaung . Kendala kekurangan dana sebagai salah satu masalah dalam mengeloia suatu perpustakaan dikemukakan oleh Tjitropranoto, sebagai berikut : "perhatian

pimpinan organisasi induk terhadap keperluan perpustakaan, balk dalam

dana, sarana mau pun tenaga, sering sangat kurang . Alokasi sumberdaya untuk perpustakaan selalu diletakkan pada prioritas terbawah" (Tjitropranoto,

1992) . Hal ini menunjukkan bahwa pada kenyataannya keberadaan

pustakawan untuk mengembangkan perpustakaan di balai, belum

sepe-nuhnya memperoleh dukungan "konkrit" dari pihak penentu kebijaksanaan .

Keadaan yang memprihatinkan ini terasa telah berlangsung sekian

lama, sehingga para pustakawan menganggapnya sebagai hal yang

umum/biasa, dan seolah-olah tidak berpengaruh terhadap kelangsungan

pekerjaannya sebagai pemberi jasa . Sikap tidak perduli yang diperlihatkan

para pustakawan terhadap ada atau tidaknya dana untuk kegiatan

perpustakaan, mengakibatkan mereka hanya melaksanakan tugas apa adanya saja, dan cenderung memberikan jasa informasi dengan lebih memanfaatkan koleksi perpustakaan lain yang sebidang .

(2)

DasarPertimbangan - Misi Perpustakaan • Pengguna - Dana

Lokakaiya Fungsional Non Penerti

Sikap pasif yang diperlihatkan oleh pustakawan mengenai hal ini,

berkaitan pula dengan problem angka kredit yang sangat kecil dari kegiatan pengadaan untuk dapat digunakan dalam kenaikan pangkat .

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 18/Menpan/1988 tanggal 29 Februari 1988 telah ditetapkan pemberian kredit bagi para pustakawan yang melaksanakan Kegiatan Perpustakaan dan Informasi . Pada ketetapan tersebut telah ditentukan bahwa kegiatan pengadaan termasuk ke dalam kegiatan pengembangan koleksi bahan yang mencakup dua kegiatan, yaitu menyeleksi bahan pustaka dan menyiangi koleksi dan survai bahan pustaka .

Dengan melaksanakan kegiatan seleksi sebanyak 100 judul,

pustakawan memperoleh angka kredit sebanyak 0, 060 . Perolehan angka

sebesar ini terasa kecil, apabila dibandingkan dengan usaha keseluruhan proses dalam mengumpulkan judul-judul yang akan diadakan .

Menurut SK Menpan tersebut, kegiatan seleksi adalah :" suatu kegiatan memilih bahan pustaka yang tepat dan menetapkan prioritas sesuai dengan

kebutuhan pemakai, misi serta kemampuan perpustakaan dengan

menggunakan alat seleksi seperti majalah ilmiah tinjauan buku, katalog

penerbit dan lain-lain" (Tim Penilai Jabatan Pustakawan, 1993) . Langkah

kerjanya, seperti terlihat dalam gambar 1, dibawah ini .

Penentuan Prioritas 'Subyek-1 Janis Koleksl : Buku Majalah Audiovisual I Saran& Penelusuran : Katalog pen&rbit - Invoice perwrblt KIM/KIM, dli. 1

Data informasl masih terbltAidak

1

Katalog desidrata Ills

4 Dafarbahan pustaka Deskripsi Pengarang Judul Kola penerbit PsnerbtNol . No. Tahun terbll Edlsl/kala terbi Hags Pautujuan Pimpinan

(3)

Berdasarkan uraian kegiatan ini, jelas tergambar bahwa kegiatan pengadaan bahan koleksi perpustakaan hanya dihargai sampai batas seleksi, yang sebetulnya hanya merupakan kegiatan awal dalam pengadaan atau pembinaan koleksi, karena kegiatan tersebut hanya mencakup pemilihan

judul-judul yang sesuai, seperti yang diuraikan dalam definisi seleksi itu

sendiri .

Sedangkan Anthony membagi kegiatan pengadaan ke dalam 3 (tiga) kegiatan besar, yaitu : seleksi, pesan dan terima, seperti terlihat dalam gambar 2, berikut ini :

Seleksi

Terima penawaran bahan pustaka baru dari penerbit (katalog)

Periksa katalog koleksi perpustakaan dengan katalog dari penerbit

Bed tanda untuk seleksi

Sumber : Anthoni . 1975

Gambar 2 . Prosedur Pelaksanaan Pengadaan

Apabila dilihat dalam sistem penilaian kegiatan pengadaan yang

berlaku saat ini, seolah-olah pelaksanaan kegiatan sesudah tahap seleksi

"dianggap tidak perlu diberi penghargaan kredit" . Padahal keberhasilan atau tuntasnya mata rantai kegiatan pengadaan bahan koleksi di perpustakaan ditentukan dengan kedatangan bahan koleksi baru di perpustakaan . Dengan kata lain, masih ada rangkaian kegiatan pengadaan yang harus dikerjakan untuk menyelesaikan pekerjaan pengadaan, misalnya dalam kegiatan pembelian terdapat kegiatan pemesanan, pembayaran dan monitoring .

Lokakarya Fungsionai Non Penefid

Pemesanan Terima seleksi Setuju bell Kirim peme-sanan (bayar ke bank) Penerimaan Terima bahan pustaka & invoice

Periksa jajaran kartu pemasaran

Catatat tanggal terima

(4)

LokakaryaFungsional Non Psnslti

Sedangkan untuk kegiatan pertukaran bahan publikasi, masih terdapat kegiatan menawarkan atau menukarkan .

Kegiatan-kegiatan pengadaan yang tuntas dilaksanakan ini, layak

diberi tambahan angka kredit, dengan demikian dapat menambah jumlah perolehan kredit secara keseluruhan . Hal ini dikarenakan, keberhasilan seorang pustakawan menuntaskan seluruh rangkaian kegiatan pengadaan

memerlukan kiat tersendiri dengan mendayagunakan potensi profesional yang ada pada dirinya untuk meyakinkan para penentu kebijakan di instansi

induknya . Demikian menurut pengalaman Miss Bawla dari Perpustakaan

Mandalay di India, bahwa bagaimana caranya berurusan dengan penentu kebijaksanaan (birokrat), tidak diajarkan ketika ia mengikuti sekolah ilmu

perpustakaan di Bombay School of Librarianship (Partridge, 1988) . Melalui

kemampuan pustakawan berinteraksi dengan pimpinannya inilah, dana yang menjadi kendala kelancaran pengadaan koleksi di perpustakaan dapat diperoleh, walau pun belum menampung seluruh keperluan yang diajukan .

PERMASALAHAN

Apabila ke dua masalah diatas, yaitu masalah belum berkembangnya kegiatan pengadaan di perpustakaan karena tidak ada dana dan terbatasnya

langkah kerja kegiatan pengadaan yang dinilai/diberi angka kredit, dapat

dipertautkan untuk dicarikan jalan pemecahannya, maka ke dua masalah dapat ikut teratasi sedikit demi sedikit . Berdasarkan ke dua permasalahan diatas, penulis terdorong untuk menelaah tentang kemungkinan pustakawan

lebih berperan aktif dalam mengusahakan perolehan dana untuk keperluan

mengaktifkan kegiatan pengadaan di perpustakaannya . Caranya yaitu,

melalui pendekatan terhadap penentu kebijaksanaan di unit kerjanya masing-masing . Sehubungan dengan usaha aktif yang dilakukan oleh pustakawan ini, sudah sewajarnya nilai kredit untuk kegiatan pengadaan yang dilaksanakan secara tuntas, ditambahkan ke dalam nilai kredit yang sudah ditetapkan untuk kegiatan pengadaan ini . Dengan demikian diharapkan dapat membawa perbaikan terhadap kegiatan pengadaan/pembinaan koleksi di balai-balai .

Penyelesaian dua masalah ini . yang menurut penulis dapat dikaitkan

satu dan lainnya, diasumsikan dapat berjalan, bilamana penambahan kredit

bagi kegiatan pengadaan yang tuntas atau terselesaikan akan membantu

menumbuhkan motivasi bagi para pustakawan untuk bekerja lebih giat dalam menyelesaikan pekerjaannya . Oleh karena adanya penambahan kredit, berarti

mempercepat kenaikan pangkat pustakawan yang bersangkutan . Untuk

mencapai penambahan kredit yang dimaksud, diharapkan pustakawan dapat berperan Iebih aktif secara profesional, meyakinkan penentu kebijaksanaan di tempatnya masing-masing, bahwa perpustakaan membutuhkan dana untuk menjalankan fungsinya sebagai penunjang kegiatan penelitian/ilmiah bagi para penggunanya .

(5)

Lokakarya Fungsional Non Penettf

PUSTAKAWAN - PROFESIONALISME

Menurut Tjitropranoto, profesionalisme pustakawan mengandung arti

pelaksanaan kegiatan perpustakaan yang didasarkan pada keahlian, rasa

tanggungjawab dan pengabdian mutu hasil kerja yang tidak dapat dihasilkan

oleh tenaga yang bukan pustakawan, serta selalu mengembangkan

kemampuan dan keahliannya untuk memberikan hasil kerja yang bermutu dan sumbangan yang lebih besar kepada masyarakat pengguna perpustakaan

(Tjitropranoto, 1993) . Uraian ini jelas mengungkapkan bahwa bekerja di

perpustakaan sebagai suatu profesi menuntut adanya usaha dari

masing-masing did pustakawan untuk selalu meningkatkan kemampuan dirinya,

menggali potensi yang terpendam dalam dirinya untuk memberikan suatu

hasil kerja yang optimum . Apabila ini dapat dilakukan oleh pustakawan, maka

usaha ini merupakan modal kekuatan dirinya untuk terus berusaha

membuktikan bahwa segala usaha untuk perbaikan dapat ditempuh dan pustakawan tak mudah untuk putus asa dalam berkarya .

PUSTAKAWAN - STATUS DI BALAI

Saat ini, dalam era kerja profesional, tidak dapat dihindari lagi,

bilamana seorang penentu kebijaksanaan menginginkan pustakawan yang

berada di instansinya melaksanakan pekerjaannya dengan layak, maka

pertama-tama yang harus diperhatikan olehnya ialah pustakawan tersebut

harus ditempatkan ke dalam kedudukan yang "jelas " . Sebaliknya, pustakawan tersebut harus juga membuktikan bahwa ia memang patut/layak memperoleh status tersebut (Campbell, 1972) .

Dengan diakuinya keberadaan pustakawan di instansi oleh

pimpinannya, maka diharapkan prioritas pengembangan perpustakaan pun

dapat dimasukkan ke dalam prioritas pengembangan balai secara

keseluruhan . Dengan kata lain perpustakaan dapat memperoleh dukungan

dana, sebagai bentuk dukungan yang konkrit, dalam mengelola perpustakaan yang menjadi tanggungjawabnya .

PUSTAKAWAN - PENDEKATAN TERHADAP PIMPINAN

Menurut Campbell terdapat beberapa cara bagaimana seorang pustakawan

mendekatkan dirinya dengan pimpinan :

1 . Pustakawan harus mampu secara taktis menyadarkan pimpinannya

tentang masalah-masalah yang dihadapi, kebutuhan dan keberhasilannya .

Cara yang terbaik yaitu secara berkala pustakawan dapat mengatur

waktunya untuk bertemu dengan pimpinannya . Perlu juga diingat bahwa seorang pimpinan/penentu kebijaksanaan di balai, tidak selalu seseorang

(6)

Lokskarys Fungsional Non Peneiti

pustakawan haruslah memberitahu pimpinan secukupnya, sehingga

pimpinan dapat mengerti permasalahan yang terjadi di perpustakaan ; 2 . Pustakawan harus menunjukkan tanggungjawabnya apabila mengajukan

permintaan kebutuhan harus jelas membawa manfaat kepada instansi

yang bersangkutan . Dengan demikian pustakawan harus mampu

melengkapi permintaannya dengan bukti, yang nyata (kalau perlu dalam bentuk statistik),

3 . Perlu juga diingat bahwa para penentu kebijaksanaan menghargai seseorang yang selalu slap dengan rencana untuk setiap kemungkinan keadaan darurat . Untuk itu pustakawan harus berfikir ke depan dan menyusun serta mencatat ide-idenya ;

4 . Apabila pimpinan adalah seseorang yang tidak percaya kepada

perpustakaan dan tidak menyukai pustakawan, pendekatan terhadapnya menjadi sulit, tetapi bukan hal yang tidak mungkin dilakukan . Untuk kasus

seperti ini, pustakawan harus mampu menciptakan kesan bahwa

perpustakan mampu menjalankan tugasnya dengan balk, dan keberhasilan ini terutama harus dirasakan oleh para peneliti di balai . Melalui para peneliti inilah diharapkan "promosi" tentang perpustakaan dapat mencapai pimpinan . (Campbell, 1972)

Sebagai tambahan, berdasarkan pengalaman penulis wadah

komunikasi Komite Perpustakaan (KP) di tingkat balai dirasakan manfaatnya, dalam menyuarakan atau mempertemukan masalah yang dialami pustakawan

dalam menjalankan tugasnya dengan masalah yang dirasakan peneliti

sebagai pengguna perpustakaan . Dalam KP ini, kedua masalah tersebut

dicarikan titik temunya sehingga permasalahan yang ada dapat dikurangi .

Yang paling penting, melalui forum ini pimpinan instansi yang biasanya

menjadi ketua KP, ikut terlibat dalam menyelesaikan masalah yang ada,

sehingga komunikasi berjalan menjadi dua arah, yaitu dari bawah ke atas dan dari atas ke b awah . K P ini selain diketuai oleh pimpinan unit kerja, biasanya pustakawan ditugaskan sebagai sekretaris dan Ketua Kelompok Peneliti (Kelti) yang ada masing-masing menjadi anggota .

SUMBER DANA

Sebagai bahan pemikiran bahwa di suatu balai penelitian terdapat

alokasi dana untuk pengadaan perpustakaan, penulis menggunakan data

alokasi anggaran yang diterima oleh Perpustakaan Balai Penelitian Veteriner mulai tahun 1993/1994 - 1996/1997 .

(7)

Lokakarya Fungsional Non Penelti negeri (LN) 1 . 1993/1994 Proyek Rp.11 .340 .845' 12 M (LN) 1993= 1 Judul M(LN) 1994- 1 1 judul M(LN) 1995= 1 judul M(LN) Rutin Rp . 564 .450 4 M -3 M(LN) & 1M(DN) 1994- 3 Judul M(LN) 1 B (DN) 1993= 1 Judul B(DN) 1992= 1 Judul M(DN) Disiplin Rp. 506 .300 1 M(LN) 1994 = 1 judul Toksikologi M(LN) INIANSREDEF Rp. 1 .892 .600 1 M(LN) 1994= 1 judul M(LN) JUMLAH Rp .13 .804 .195 17 M(LN)&1M(DN)&1 B(DN) 2 . 1994/1995 Proyek Rutin Disiplin Toksikologi Rp .17 .527 .963 *• Rp . 478 .000 Rp. 549 .770 14 M(LN) 2 M(LN) 1 M(LN) 1993=1 judul M (LN) 1994=4 judul M (LN) 1995=14 judul M(LN) 1995= 2 judul M(LN) 1995= 1 judul M(LN) JUMLAH Rp .18.554 .733 17 M(LN) 3 . 1995/1996 Proyek Rp . 25 .496 .798*** 16 M(LN) 1994=1 judul M(LN) 1995=2 judul M(LN) 1996=16judul M(LN) Rutin Rp . 964 .308 2 M(LN) 1991=1 judul B(LN) 1 B(LN) 1994=1 judul B(DN) 1 B(DN) 1996=2judul M(LN) Disiplin Toksikologi Rp . 608.200 1M(LN) 1996=1judul M(LN) JUMLAH Rp .27 .069 .306 18 M(LN)31B(LN)d1B(DN) 4 . 1996/1997 Proyek Rp.30 .043 .000"" 16 M(LN) 1996 =1 judul M(LN) 1997 -15 judul M(LN) Rutin Rp . 1 .000 .000 "" 3 M(LN) 1997 .3 judul M(LN) 1 B(ON) 1996 =1 judul B(DN) JUMLAH Rp.31 .043 .000 19 M(LN) & 1 B(DN)

Tabel 1 . Keadaan Anggaran Perpustakaan BALITVET Tahun 1993/11994 -199611997

Untuk pengadaan : judul

No . Tahun Sumber Besar anggaran majalah (M) ; buku (B) ; Tahun terbit

(8)

Lokakarya Fungsional Non PeneNB

Keterangan : Perbedaan jumlah keseluruhan majalah yang dilanggan oleh

anggaran Proyek dengan jumlah majalah yang dilanggan menurut tahun terbit .

Tahun 1993/1994 dari anggaran Proyek dilanggan majalah American

Journal of Veterinary Research untuk tahun 1994-1995 (2 tahun

langganan)

** Tahun 1994/1995 dari anggaran Proyek dilanggan majalah Avian Diseases 1993- 1995 (3 tahun langganan) dan Avian Pathology 1994-1995 (2 tahun langganan)

*'Tahun 1995/1996 dari anggaran Proyek dilanggan Journal of Comparative Pathology 1995-1996 (2 tahun langganan) dan Jurnal Veterinar Malaysia 1994-1996 (3 tahun langganan)

****Tahun 1996/1997 penggunaan dana dari Proyek dan Rutin belum

seluruhnya dilaksanakan, sehingga jumlah judul yang dilanggan

merupakan jumlah perkiraan judul yang akan dilanggan .

ANGKA KREDIT - PENINGKATAN MUTU PERPUSTAKAAN

Berdasarkan keadaan anggaran perpustakaan, tabel 1, dapat dikatakan bahwa kegiatan pengadaan di perpustakaan tingkat balai masih mungkin dilaksanakan . Berdasarkan pengalamandalam hal ini, ternyata terlaksananya

kegiatan pengadaan di suatu perpustakaan, tergantung dari usaha pustakawan itu sendiri yang memperoleh dukungan penuh dari pihak pimpinan unit kerja yang mengalokasikan anggaran .

Usaha untuk memperoleh dana sehingga memungkinkan

dilanggan-nya/dibelinya bahan pustaka baru, selayaknya diberi tambahan penilaian

angka kredit, kepada pustakawan yang memperjuangkannya, karena

pustakawan ini dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan tuntas . Hal ini berarti juga bahwa pustakawan ini telah berusaha meningkatkan jumlah

koleksi perpustakaan di tempatnya bekerja yang secara langsung akan

berakibat meningkatkan mutu pemberian jasa di perpustakaan tersebut . .

Seberapa besar angka kredit ditetapkan terhadap kegiatan

sebagaimana dituliskan di atas tergantung kepada sistem penilaian yang

berlaku . Namun satu hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan/ pemikiran bagi tim penilai bahwa besarnya penilaian angka kredit yang diberikan kepada satu pekerjaan akan berpengaruh terhadap tinggi dan rendahnya minat seseorang dalam menekuni kegiatan itu .

Selain itu, dalam menilai suatu kegiatan kerja pustakawan, perlu diingat

bahwa pemberian angka kredit bagi pustakawan, seyogyanya dapat

(9)

Liokakartra Fuigsowral NortPenekt

=ustakawan itu bekerja hanya untuk mengejar angka kredit tidak terjave .

Oukankan jalur fungsional pustakawan dimaksudkan sebagai salah satu

pembinaan sumber daya manusia yang bekerja di perpustakaan? Maka dari itu hendaknya jabatan fungsional dapat memberikan dorongan melalui

pemberian angka kredit yang memadai , khususnya untuk kegiatan

pengadaan perpustakaan yang dilakukan tuntas dan umumnya, untuk kegiatan perpustakaan lainnya, agar dapat menumbuhkan motivasi pustakawan untuk bekerja secara profesional, bersemangat dan penuh tanggungjawab . Dengan demikian dapat diharapkan bahwa dengan adanya fungsionalisasi jabatan

pustakawan, tidak saja menumbuhkembangkan pustakawan menjadi

profesional, tetapi juga dapat memberikan pengaruh terhadap perbaikan mutu perpustakaan sebagai satu institusi pemberi jasa .

KESIMPULAN DAN SARAN

Kegiatan pengadaan di suatu perpustakaan merupakan kegiatan pokok karena berpengaruh besar terhadap kualitas jasa yang dapat diberikan kepac'a penggunanya . Peran pustakawan ternyata amat menonjol dalam m Angupayakan pendekatan terhadap penentu kebijaksanaan atau

sumber-sumber dana yang lain, sehingga dana sebagai penggerak utama

teriaksananya kegiatan tersebut dapat diperoleh . Oleh karena itu, usaha pustakawan akan berhasil bilamana pimpinan instansi sebagai penentu

kebijaksanaan secara konkrit ikut mendukung, dengan demikian

per-masalahan pasifnya kegiatan pengadaan di perpustakaan dapat

tertanggu-langi . Dari segi lain, disarankan Jabatan Fungsional Pustakawan, dapat

rnendorong pustakawan yang mampu melaksanakan kegiatan pengadaan

secara tuntas atau yang berhasil menindaklanjuti kegiatan sesudah seleksi, rnereka layak diberi tambahan angka kredit, sehingga penilaian angka kredit untuk Kegiatan Pengembangan Koleksi Bahan secara keseluruhan dapat menjadi i ,:bih besar .

DAFTAR BACAAN

Anthony . L .S (Ed .) 1975 . Handbook of Special Librarianship and Information

Work . Fourth ed . London : ASLIB . Hal . 14 .

Sooth, P . 1982 . "Selection and acquisition : books and periodicals" in

Handbook of Special Librarianship and Information work, edited by L .S . Anthony . London : ASLIB . Hal .80 .

Campbell, D .J . 1972 . Small technical libraries . Part I : a guide for librarians without technological training . Unesco Bulletin for Libraries (1972) : Hal .

(10)

LokskaryaFungsional Non Peneft

Partridge, W.G .McD . 1988 . Low budget Iibrarianship :managing information in developing country . London : Library Association . Hal . 78

TIM Penilai Jabatan Pustakawan dan Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian . 1993 . Pedoman Teknis Pelaksanaan Kegiatan Perpustakaan . Bogor . Hal .7, 10 .

Tjitropranoto, P . 1993 . Profesi dan jabatan pustakawan . Jumal Perpustakaan Pertanian (1993) 11 : Hal . 1-4 .

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mengembalikan ikan ke dalam air, petani itu bertambah terkejut, karena tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang sangat cantik?. “Jangan takut Pak, aku

Faktor predisposisi yang terlihat pada masyarakat Kaili Da’a Wulai adalah masyarakat memiliki pengetahuan bahwa melahirkan di rumah dengan dibantu keluarga atau

Setelah membaca teks lagu yang disajikan pada grup WhatsApp/Zoom/Google Meet, siswa dapat menunjukan kosakata tentang berbagai jenis benda di lingkungan sekitar

Seperti hanya orang membuang apa pun yang bersih maupun kotor ke tanah – feses, air seni, air ludah, nanah atau darah – tanah tidak merasa takut, direndahkan

Objek yang menjadi bahasan dalam penulisan jurnal ini adalah (1) Alam dan lingkungan masyarakat Baduy, (2) Kearifan lokal masyarakat Baduy, (3) Adat istiadat masyarakat Baduy,

Penelitian alih kode dan campur kode siaran radio 94.4 fm d!Radio Lampung dan implikasinya terhadap pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA ini menggunakan

Disarankan kepada perusahaan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi keselamatan kerja dan membuat variasi yang baru dalam mengkomunikasikan keselamatan kerja,

Sebelum mengakhiri ini, kami segenap KKN ANGKATAN KE-54 mengucapkan terimakasih banyak kepada warga Desa Tellulimpoe yang telah bekerjasama dengan baik kepada