Penanggung Jawab: Yatri Indah Kusumastuti Pimpinan Redaksi: Siti Nuryati Redaktur Pelaksana: Aris Solikhah Editor : Siti Zulaedah, Rio Fatahillah CP Reporter : Dedeh H, Awaluddin Fotografer: Cecep AW, Bambang A
Layout : Dimas R Alamat Redaksi: Biro Komunikasi IPB Gd. Andi Hakim Nasoetion, Rektorat Lt. 1, Kampus IPB Dramaga
Telp. : (0251) 8425635, Email: humas@apps.ipb.ac.id
IPB Today
Volume 219 Tahun 2019
IPB University Lepas 151 Mahasiswa
untuk Terjun Membantu Masyarakat
embaga Penelitian dan Pengabdian kepada
L
Masyarakat (LPPM) IPB University melepas 251 mahasiswa IPB Goes to Field (IGTF) ke berbagai daerah di Indonesia, Selasa (16/7) di Kampus IPB Dramaga, Bogor. Mereka terdiri dari 228 mahasiswa IPB University, sepuluh mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan 13 mahasiswa Universiti Putra Malaysia (UPM).Mahasiswa tersebut mengikuti IGTF ke daerah Bogor, Sukabumi, Subang, Pekalongan, Klaten, Boyolali, Kediri, Blitar, Barito Kuala, Provinsi Sumatera Barat dan Sungai Besar, Kuala Selangor, Malaysia. Jadwal keberangkatan IGTF yaitu tanggal 17 Juli-10 Agustus 2019.
Rektor IPB University, Dr. Arif Satria mengatakan,
mahasiswa IGTF harus mempersiapkan segala hal dengan baik untuk tinggal di masyarakat. “Mahasiswa harus mau belajar dengan masyarakat, punya disiplin tinggi, bekerja
keras, jujur dan mengasah softskill yang bagus untuk membantu masyarakat. Kemampuan memahami kebutuhan masyarakat itu penting. Kebutuhan
masyarakat inilah dasar kita untuk membuat riset atau menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat,” kata Rektor IPB University.
Rektor IPB University berharap kepada mahasiswa IGTF agar benar-benar di lapangan dapat membangun reputasi yang baik. “Kita ingin logo IPB University hadir di
masyarakat bukan gambarnya saja, tapi juga jiwanya, sehingga dapat memberikan manfaat dan maslahat kepada bangsa,” lanjut Rektor IPB University.
Kepala LPPM IPB University, Dr. Aji Hermawan menyampaikan, IPB Goes to Field (IGTF) merupakan kegiatan pendidikan dalam bentuk pembelajaran mahasiswa bersama masyarakat dengan cara tinggal, beradaptasi, mengumpulkan data, merancang program,
dan melaksanakan program bersama-sama masyarakat. Status kegiatan IGTF adalah nonkurikuler yang dilakukan secara sukarela bagi mahasiswa yang berminat. Salah satu tujuan dilaksanakannya kegiatan IGTF yaitu memfasilitasi mitra kerja IPB University dan
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengatasi permasalahan pembangunan di masyarakat.
“Kegiatan IGTF tidak dimotivasi untuk mengejar nilai Indeks Prestasi (IP) mahasiswa, tapi IPB University ingin mendorong mahasiswa untuk berkontribusi
menyelesaikan masalah di masyarakat yang sejalan dengan program IPB University yaitu IPB Share.
Harapannya, kegiatan IGTF ini dapat memberikan umpan balik terhadap perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan dapat mengasah softskill bagi mahasiswa,” ujarnya. (Awl/ris)
Peneliti IPB: Waspadai Hama Baru Ulat Grayak pada Jagung
im peneliti IPB University menemukan hama baru
T
ulat grayak pada jagung yaitu Spodopterafrugiperda. Hama ini dilaporkan kemunculannya di Pasaman Barat, Sumatera Barat pada bulan Maret 2019. Sampai saat ini keberadaan hama S. Frugiperda telah ditemukan di beberapa provinsi seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan Kalimantan Barat.
Untuk mengenali hama ini, Dr Dewi Sartiami, salah satu tim peneliti Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian menjelaskan hama S. frugiperda memiliki corak seperti huruf Y terbalik dan berwarna kuning di bagian kepala. Pada bagian tubuhnya, terdapat garis berwarna kuning pucat di bagian dorsal dan garis berwarna kuning cerah di bagian sub dorsal tubuhnya. Di bagian
abdomennya, terdapat garis tebal berupa pita yang berwarna kuning cerah. Sedangkan pada segmen ke-8 abdomen terdapat empat pinacula atau bintik yang membentuk segi empat.
Ia mengungkapkan hama S. frugiperda dapat menyerang tanaman jagung ketika fase vegetatif maupun generatif. Pada fase vegetatif, hama S. frugiperda menyerang pada titik tumbuh-tumbuhan dengan cara memakan daun muda dan tunas muda.
“Ketika masa generatif, hama S. frugiperda menyerang bunga dan tongkol jagung. Bagian bunga yang diserang adalah bagian pangkal bunga jantan, sedangkan pada tongkol yang diserang bagian dalamnya dan larvanya bersembunyi di dalam,” tambah Dr Dewi.
Tanaman jagung yang terserang umumnya terdapat kotoran dari larva S. frugiperda yang berserakan. Serangan pada daun, menyebabkan daun berlubang dengan bentuk persegi.
Berdasarkan temuan di lapangan, serangan hama S. frugiperda dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman
jagung sebesar 100 persen. Hal ini karena hama S. frugiperda menyerang pada semua fase tanaman jagung. Varietas tanaman jagung yang diserang berdasarkan temuan di lapangan antara lain jagung manis dan jagung hibrida.
Meskipun kerusakan yang disebabkan oleh hama S. frugiperda sebesar 100 persen, Prof Dr Ir Aunu Rauf, Guru Besar Tetap Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB University menegaskan bahwa kehilangan hasil dari serangan hama tersebut tidak mencapai 100 persen.
Ia mengungkapkan, serangan hama S. frugiperda di Afrika menyebabkan kehilangan hasil hanya sebesar 11,57 persen, sedangkan di Indiana, Amerika Serikat dari 100 persen tanaman terserang, kehilangan hasilnya hanya sebesar 15-30 persen.
“Jadi jangan panik, kerusakan di lapangan bisa saja 100 persen, tapi hasil yang hilang belum tentu 100 persen juga. Meskipun demikian, saya menghimbau kepada semua pihak supaya jangan serta merta menggunakan pestisida sintetik untuk mengendalikan hama ini,” tambah Prof Aunu.
Selain itu, perilaku ulat atau larva yang lebih suka bersembunyi di dalam pucuk bisa menyulitkan petani untuk menyemprotkan pestisida. Di sisi lain, ternyata larva S. frugiperda yang berukuran besar dilaporkan telah toleran terhadap insektisida.
Untuk itu, strategi pengelolaan hama asing invasif, lanjut Prof Aunu, yang dapat dilakukan saat ini adalah dengan menggunakan prinsip Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Hal ini karena di lapangan ditemukan musuh alami yang menyerang hama S. frugiperda. Musuh alami yang ditemukan menyerang hama S. frugiperda antara lain, Tricogramma (parasitoid telur) dan Telenomus romus (parasitoid telur). Di sisi lain terdapat agensia hayati yang potensial untuk dikembangkan yaitu Metarhizium rileyi.
Agensia hayati ini ditemukan menginfeksi larva hama S. frugiperda yang ditemukan di Cikoneng, Banten. Sementara itu Dr. Suwardi menyampaikan pentingnya mekanisme penanganan hama atau penyakit baru yang sewaktu-waktu akan masuk ke Indonesia di masa mendatang. Dr. Aji Hermawan menekankan perlunya kerjasama dengan berbagai pihak untuk penanganan hama atau penyakit dengan cepat.
Selain dihadiri Ketua Departemen Proteksi Tanaman, Dr. Suryo Wiyono, Dekan Fakultas Pertanian, Dr. Suwardi, dan Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Dr. Aji Hermawan, kegiatan ini juga dihadiri 70 orang dari Badan Intelijen Negara (BIN), Badan Karantina, Dinas Pertanian dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, dan peneliti Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Andalas (Unand), serta Universitas Brawijaya (UB). (Rosyid/Zul)
LPPM IPB University Lakukan Monev
Pada Calon Perusahaan Pemula
ntuk mengetahui proses kemajuan aktivitas
U
program Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi dari Perguruan Tinggi (CPPBT PT) Tahun 2019 oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPBUniversity gelar Monitoring dan Evaluasi (Monev) di Kampus Dramaga, Bogor (15/7). Dalam Monev tersebut, hadir reviewer dari Kementerian Pertanian, Dwi Herteddy SE, MSi dan pendamping CPPBT dari Direktorat Jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti, Nurul Fadhila dan Mulya Saputra.
Kepala Bidang Perencanaan, Pengembangan dan Penyelarasan Penelitian LPPM IPB University, Dr Eko Sri Wiyono mengatakan bahwa program penelitian CPPBT menjadi salah satu peluang bagi IPB University untuk membisniskan dan memunculkan para pengusaha baru dari inovasi dan produk yang dihasilkan dari penelitian perguruan tinggi terutama yang dilakukan oleh IPB University.
Sementara itu, Dwi Herteddy menyampaikan bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memantau kemajuan pelaksanaan kegiatan CPPBT.
“Kami ingin melihat apakah sudah sesuai dengan rencana yang sudah dipaparkan pada saat presentasi seleksi pendanaan atau justru ada penyesuaian yang dapat didiskusikan, melakukan penyempurnaan perkembangan produk atau inovasi CPPBT. Kami juga memantau
administrasi dan laporan keuangan agar dapat memenuhi audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Sejauh ini, hanya 16 persen dari program CPPBT yang didanai dan dapat dilanjutkan kegiatannya,” ujarnya.
Ia menambahkan, dalam kegiatan ini, para peneliti melakukan presentasi kemajuan aktivitas penelitian sejak kontrak penelitian ditandatangani, menunjukkan logbook aktivitas penelitian, serta mengisi borang administrasi kemajuan penelitian dan laporan penggunaan dana untuk administrasi BPK. (WD /Awl/Zul)
P2SDM IPB University Bekali Mahasiswa
Sebelum Berangkat IGTF
usat Pengembangan Sumberdaya Manusia
P
(P2SDM) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University bekali mahasiswa yang akan mengikuti IPB University Goes to Field (IGTF) di Kabupaten Bogor. Pembekalan tersebut digelar di Kampus Baranangsiang, Bogor (11/7). “Saya senang IGTF yang dilakukan di Bogor akan dilaksanakan di Kecamatan Klapanunggal karena kecamatan ini merupakan binaan PT. Solusi Bangun Indonesia (SBI)/Holcim. Saya harap melalui program IGTF ini mahasiswa IPB University dapat membantumasyarakat untuk membangun desa wisata di
Klapanunggal dan ujicoba eduwisata pertanian terpadu,” ujar Kepala P2SDM, Dr. Amiruddin Saleh.
Dalam pembekalan ini, mahasiswa mendapatkan materi tentang pemberdayaan masyarakat yang disampaikan oleh Peneliti P2SDM, Ir. Mintarti, MSi dan gambaran
potensi wilayah disampaikan oleh Manajer GA&Comrel PT SBI/Holcim, Edi Prajitno dan terkait strategi fasilitasi program disampaikan oleh Sekretaris P2SDM, Warcito, SP, MM.
Sementara itu, salah satu mahasiswa IPB University yang mengikuti IGTF ini mengatakan bahwa mahasiswa sudah menyiapkan beberapa program yang akan dilaksanakan di Kecamatan Klapanunggal.
“Langkah pertama pastinya kita akan beradaptasi dengan masyarakat dan lingkungan. Saya dan tim yang berjumlah tujuh orang dipercayakan untuk mengidentifikasi potensi wisata di desa. Rencananya, yang akan kita jadikan sebagai desa wisata atau agrowisata adalah desa Nambo dan desa Kembang Kuning,” ujar Idim Dimyati, mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian.
Mahasiswa IPB University
Dorong Digitalisasi UMKM Majalengka
ahasiswa IPB University yang sedang
M
melakukan Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) bersama mahasiswa dari Universitas Majalengka ajak pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Majalengka untuk tingkatkan branding dan digitalisasi. Mereka menggelar workshop bertajuk “Peningkatan Branding dan Digitalisasi UMKM” di Balai Desa Ujungberung, Majalengka (13/7) yang dihadiri perangkat desa, pelaku usaha dan kelompok tani. UMKM sudah menjadi salah satu roda penggerakperekonomian andalan, terutama di desa. Potensi UMKM di desa Ujungberung dirasa masih bisa berkembang jauh lebih baik. Hal ini mendorong mahasiswa KKN-T untuk membantu pengembangan UMKM terutama di bidang branding dan digitalisasi.
Salah satu pelaku usahanya adalah Asep Rachmat Effendi, pemilik Majalengka Mart, sebuah inkubator pemasaran produk UMKM di Majalengka yang diinisiasi oleh para pelaku UMKM se-Majalengka. Saat menjadi narasumber
Asep mengatakan bahwa tantangan yang sering dihadapi oleh UMKM adalah pola pikir yang ingin serba instan. “Asal sudah dapat untung, mereka sudah puas. Mereka tidak memikirkan untuk mengembangkan produk dan pemasaran mereka. UMKM terutama di desa, kebanyakan belum mengetahui pentingnya sebuah brand atau merek dan legalitas produk. Padahal di era 4.0 ini, brand
merupakan hal yang penting untuk membangun identitas dan memudahkan pemasaran. Di era yang serba digital, peran media online juga sangat penting untuk
mengembangkan UMKM,” jelas Asep.
Asep juga menambahkan bahwa melalui Majalengka Mart, Ia siap membantu para pelaku UMKM, terutama di Desa Ujungberung, untuk mengembangkan branding dan mendigitalkan usaha mereka. Asep berharap para pelaku UMKM mau bersama-sama untuk terus berpikir dan berinovasi agar produknya menjadi unik atau khas.
Tirai Anker, Teh Antikanker Payudara Karya Mahasiswa IPB
K
anker termasuk salah satu penyakit yang sangat ditakuti sebab penyakit ini menyumbang angka kematian cukup besar. Kanker payudara dan kanker serviks jadi momok terbesar kanker pada perempuan. Berbagai metode pengobatan terhadap kanker payudara pun terus diupayakan. Harapannya dapat ditemukan metode pengobatan yang efektif dan minim efek samping. Pengobatan yang masih menimbulkan banyak risiko dan tingginya penderita kanker payudara membuat tiga mahasiswa IPB University melakukan inovasi penelitian yang berjudul Tirai Anker (Teh Sitral Serai Anti Kanker) menguji sitotoksitas dan aktivitas antikanker sitral serai pada kanker payudara. Inovasi ini berhasil masuk ke dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta (PKM PE).Serai jenis tanaman yang kerap digunakan ibu rumah tangga sebagai penyedap masakan karena dapat
menambah wangi dan cita rasa pada masakan. Tak hanya dikenal sebagai salah satu rempah penambah aroma dan cita rasa masakan, serai juga kerap dimanfaatkan sebagai pewangi ruangan. Tak hanya itu, ternyata juga memiliki khasiat sebagai antikanker.
Serai diolah menjadi minyak lalu dilakukan isolasi senyawa antikanker berupa sitral dari minyak serai tersebut. Minyak serai yang mengandung senyawa sitral tingkat tinggi yang dikenal dan telah digunakan secara tradisional di negara-negara tropis dalam perawatan berbagai kesehatan. Kandungan senyawa sitral pada serai mencapai 85 persen. Senyawa sitral inilah yang memiliki aktivitas tinggi dalam membunuh sel kanker. Pengujian aktivitas terhadap sel kanker dilakukan dengan
menggunakan sel kanker payudara. Berbagai riset
penelitian sebelumnya dan pengujian hasilnya menunjukkan bahwa senyawa sitral dapat dianggap sebagai kandidat potensial untuk agen antikanker khususnya antikanker payudara.
“Serai diproses menjadi untuk mendapatkan minyak atsiri, lalu kami mengisolasi senyawa sitral dari minyak atsiri,” papar Silvi ketika menjelaskan inovasi penelitiannya. Teh Sitral Serai Antikanker (Tirai Anker) merupakan karya tiga mahasiswa Departemen Biokimia IPB University yaitu Surya Pangidoan Nasution, Silvi Octavia Kurniawati, dan Indah Rachmawati di bawah bimbingan, Dr. Drh Hasim Danuri, DEA ini berhasil mendapatkan pendanaan dari Kemenristekdikti.
Selama ini pengobatan kanker payudara di masyarakat yaitu dengan operasi, radioterapi, dan kemoterapi yang menimbulkan beberapa risiko dan dampak bagi penderita seperti kerusakan jaringan, luka dan infeksi pada usus, dan kekebalan terhadap obat tertentu. Adanya inovasi
pengobatan sel kanker dari senyawa yang berasal dari bahan alam akan meminimalisir efek samping dari terapi pengobatan kanker.
Menurut Surya penelitian ini memiliki keunggulan yaitu pengobatan kanker khususnya kanker payudara berbahan alami, menggunakan bahan baku yang jumlahnya
melimpah serta eksplorasi pemanfaatan tanaman serai atau sereh sebagai obat herbal. Harapan ke depannya dilakukan penelitian dan studi lebih lanjut terhadap inovasi ini lalu isolasi sitral dari serai dapat diuji pada sel kanker secara lanjut hingga sampai ke tahap pengujian klinis dan dapat menjadi produk antikanker komersil. (HA/ris)
Mahasiswa IPB University Buat Permen Rasa Bir Pletok
S
iapa tak kenal bir pletok? Minuman tradisional khas Jakarta ini memiliki khasiat yang baik bagi tubuh karena dibuat dari rempah-rempah seperti jahe, kayu secang dan jintan hitam. Bir pletok banyak dikonsumsi untuk menyegarkan tubuh atau membantu mengurangi gejala-gejala penyakit tertentu seperti mual, pusing dan demam.Pada umumnya bir pletok disajikan dalam bentuk minuman siap saji berupa minuman serbuk dan effervescent tablet. Akan tetapi hal unik dilakukan tiga mahasiswa IPB University ini. Mereka mengubah bir pletok menjadi produk permen.
Zulkifli Muhammad Muttaqin, Munadia Fitri, dan Fatimah, mahasiswa program studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB University menilai, bir pletok siap saji yang ada saat ini memiliki beberapa kekurangan, seperti palabilitasnya yang rendah, dan umur simpan yang relatif singkat. Maka dari itu mereka
mencoba mengembangkan bir pletok menjadi permen lunak.
“Awalnya kami berpikir untuk mengembangkan bir pletok ini karena masih masih terbatas konsumsinya. Supaya lebih praktis dan bisa mencakup berbagai kalangan. Harga satu permen kan lebih murah, jadi bisa mencakup pasar yang lebih luas,” tutur Zulkifli.
Bir pletok oleh Zulkifli dan dua rekannya dibuat menjadi permen lunak. Alasannya, dalam pengolahannya
menggunakan suhu yang lebih rendah dibanding permen keras, sehingga retensi senyawa-senyawa antioksidan dan sifat fungsionalnya dapat dipertahankan. Selain itu, pada pembuatannya juga ditambahkan natrium
bikarbonat sebagai penyegar.
“Harga jualnya ada di kisaran harga permen pada umumnya, sekitar lima ratus sampai seribu rupiah per buah. Karena harga jualnya murah, tapi akhirnya bisa menyasar semua kalangan, mulai anak-anak hingga orang dewasa,” tambah Zulkifli.
Dengan permen bir pletok ini, Zulkifli berharap dapat meningkatkan popularitas minuman tradisional kepada masyarakat umum, meningkatkan daya saing produk pangan lokal dengan inovasi berteknologi, serta
meningkatkan kualitas produk lokal dengan inovasi baru yang sesuai dengan trend konsumen saat ini. Permen ini merupakan bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE) IPB University 2019 di bawah bimbingan Dr. Didah Nur Faridah. (Rz/ris)
Tumbuhkan Bakteri Pengurai Plastik,
Mahasiswa IPB University Manfaatkan Labu
I
su pencemaran plastik yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya mendapat perhatian besar dari berbagai peneliti. Plastik dapat diurai dengan bantuan mikroorganisme seperti bakteri. Akan tetapi bakteri pendegradasi plastik tak mudah didapat karena butuh media hidup khusus yang sesuai bagi kebutuhannya.Untuk itu tiga mahasiswa IPB University Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Inka Destiana Sapitri, Ega Hana Masitoh dan Ghinarrahmi Afiyatillah melakukan riset untuk menumbuhkan bakteri pendegradasi plastik Pseudomonas aeruginosa pada media berbahan baku biji labu kuning.
Inka menjelasan bahwa pemanfaatan biji labu kuning masih kurang di Indonesia. "Kandungan asam amino pada biji labu kuning mempunyai banyak manfaat. Kandungan asam amino arginin, alanin dan isoleusin pada biji labu dapat meningkatkan laju pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa,” ujarnya.
Melalui ide ini tim yang dibimbing Inna Puspa Ayu Spi, M.Si ini berhasil mendapat pendanaan dari Kemenristekdikti pada Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penelitian (PKMPE) 2019.
Tim ini mengekstrak biji labu kuning menggunakan prinsip pemisahan protein. Selanjutnya ekstrak tersebut dijadikan
sebagai bahan baku media tumbuh bakteri pendegradasi plastik. Tim ini juga melakukan uji proksimat dan uji asam amino dengan tekniik High Performance Liquid
Chromatography (HPLC). Dari hasil percobaannnya Inka menjelaskan bahwa waktu dan perlakuan pemberian ekstrak biji labu memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomanas aeruginosa sp. "Hasil pengujian pengaruh ekstrak biji labu tersebut cukup nyata terlihat. Pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa dengan perlakuan ekstrak dari biji labu kuning bernama latin Curcubita moschata lebih cepat
dibandingkan dengan kultur bakteri yang tidak diberi perlakuan," ungkapnya.
Laju pertumbuhan yang berbeda diakibatkan oleh perbedaan kandungan nutrisi dalam media. Media yang diberi perlakuan ekstrak dari biji labu kuning mempunyai kandungan diantaranya asam amino arginin, alanin, isoleusin. Kandungan asam amino mempunyai peranan dalam pertumbuhan. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak biji labu kuning dapat menjadi suplemen tambahan untuk meningkatkan laju pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa.
"Pseudomonas aeruginosa menurut beberapa penelitian sebelumnya diduga menghasilkan enzim lipolitik yang dapat mendegradasi plastik,” tuturnya. Ia menambahkan perlu adanya penelitian lanjutan untuk membuktikan pengaruh dari ekstrak biji labu kuning terhadap degradasi plastik dan pengaplikasiannya di lingkungan kita. (IRM/ris)
Rambut Hewan Kesayangan Anda Rontok?
Mahasiswa IPB University Berikan Solusinya
S
ering mendengar keluhan rontoknya rambut kucing milik temannya, Digsen Afriadi, salah satu mahasiswa IPB University menemukan ide untuk membuat Tinolin, nama brand dagang suplemen pencegah kerontokan rambut pada hewan peliharaan. Ide itu ia dapatkan saat dirinya bersama kedua rekannya, Sihabudin Asnawi dan Zarifa Olivia mendapatkan mata kuliah Inovasi Pengolahan Bulu Domba di Fakultas Peternakan IPB University.“Salah satu pengetahuan yang saya dapatkan saat kuliah, bulu domba mengandung senyawa seperti lemak yang dapat menjaga bulu domba tetap halus dan bagus. Lalu saya dan Zarifa pada saat itu berpikir, kenapa tidak kita coba ambil lemaknya dan diberikan kepada pet animal yang mengalami masalah rambut rontok, kering atau pun rusak,” jelas Digsen.
Senyawa yang dimaksudnya adalah lanolin. Menurut Digsen, sejauh ini pemanfaatan bulu domba masih belum banyak, bahkan ada peternak yang membuang lalu membakarnya. Padahal, lanolin yang terdapat dalam bulu domba dapat menjaga wol, rambut dan kulit domba dalam keadaan baik, sehingga lanolin juga berguna untuk rambut dan juga kulit hewan kesayangan.
“Sepengetahuan saya, belum ada produk suplemen untuk hewan peliharaan, baru ada sampo. Penggunaan
suplemen ini sangat simpel, hanya perlu mengoleskan Tinolin pada bagian yang ingin kita perbaiki,” ucap Digsen.
Digsen menegaskan, semua jenis domba dapat digunakan bulunya menjadi suplemen. Yang terpenting, untuk
mendapatkan lanolin yang banyak membutuhkan bulu domba yang segar. Artinya diproses langsung setelah dicukur supaya kandungan lanolinnya tidak hilang. Paling tidak bulu domba yang sudah dicukur tiga hari masih bisa digunakan meskipun akan mendapatkan ekstrak lanolin yang lebih sedikit.
“Sasaran kita adalah para pemilik hewan peliharaan. Kita menyadari bahwa memelihara hewan peliharaan seperti kucing, kelinci ataupun anjing sangat penting menjaga kesehatan rambut mereka. Harapannya dengan adanya Tinolin ini mampu menjawab dan memberikan solusi masalah kesehatan rambut hewan peliharaan yang rontok, rusak ataupun kering,” ujar Digsen.
Digsen dan kedua rekannya berharap karyanya yang merupakan Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE) 2019 ini akan membawa Tinolin ini ke ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS). Digsen dan tim berencana memperkenalkan produk PKM-PE yang berjudul ‘Tinolin : Suplemen Rambut Kering, Rusak dan Rontok Pada Pet Animal’ ini kepada para pemilik hewan peliharaan sehingga apa yang sudah dilakukannya dapat memberikan manfaat sebagaimana mestinya. Dalam proses pembuatannya Tinolin ini di bawah bimbingan M Sriduresta Soenarno, SPt, MSc.