• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN. Kondisi kehidupan dan tingkat kesejahteraan nelayan di Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDAHULUAN. Kondisi kehidupan dan tingkat kesejahteraan nelayan di Sumatera Utara"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kondisi kehidupan dan tingkat kesejahteraan nelayan di Sumatera Utara sangat memprihatinkan dan berada di bawah garis kemiskinan. Berdasarkan pendataan Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Sumatera Utara (Januari 2009), jumlah tersebut mencapai 138 ribu orang atau sekitar 60 persen dari 231 ribu nelayan. Salah satu faktor yang menyebabkan sulitnya nelayan memperbaiki tingkat kesejahteraannya karena tidak memiliki kapal dan alat tangkap yang memadai (Anonimous. 2009).

Nelayan dikenal sebagai masyarakat yang lekat dengan kemiskinan. Kebutuhan dasar manusia seperti pangan, sandang dan papan pun terkadang sulit untuk dipenuhi secara sehat apalagi sempurna. Apalagi tentang pendidikan dan kesehatan, mungkin sangat jauh dari sempurna (Kalyanamitra, 2005).

Kemiskinan, rendahnya pendidikan dan pengetahuan nelayan serta kurangnya informasi sebagai akibat keterisolasian pulau-pulau kecil merupakan karakteristik dari masyarakat pulau-pulau kecil (biasanya nelayan). Pemberdayaan pendidikan anak nelayan biasanya tidak terlepas dari pemberdayaan masyarakat pesisir. Persoalan pendidikan ini tidak terlepas dari kemiskinan yang melingkupi masyarakat pesisir (Sulistyowati, 2003).

Apabila dilihat berdasarkan daerah, angka putus sekolah lebih banyak di daerah pinggiran. Angka putus sekolah di daerah pedesaan hampir dua kali lipat dibandingkan dengan daerah semi perkotaan (Boediono, dkk., 1999).

(2)

Pekerjaan sebagai nelayan tidak diragukan lagi adalah pekerjaan yang sangat berat. Mereka yang menjadi nelayan tidak dapat membayangkan pekerjaan lain yang lebih mudah, sesuai kemampuan yang mereka miliki. Keterampilan sebagai nelayan amat sederhana dan hampir sepenuhnya dapat dipelajari dari orang tua mereka sejak mereka masih anak-anak. Apabila orang tua mereka mampu, mereka pasti akan berusaha menyekolahkan anak setinggi mungkin sehingga tidak harus menjadi nelayan seperti orang tua mereka, tetapi kebanyakan mereka tidak mampu membebaskan diri dari profesi nelayan. Turun-temurun adalah nelayan (Mubyarto, 1989).

Hampir setiap tahun jumlah anak-anak nelayan di seluruh wilayah Indonesia yang putus sekolah mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah anak nelayan putus sekolah tersebut dipicu oleh terus memburuknya kemiskinan keluarga mereka. Memburuknya kemiskinan nelayan tersebut terjadi seiring dengan terus menurunnya pendapatan melaut mereka (Suhana, 2006).

Pelaksanaan wajib belajar di Indonesia dimulai dengan wajib belajar sekolah dasar 6 tahun (Wajib 6 Tahun), dan itu telah dicapai pada tahun 1984 dengan mendapat penghargaan Aviciena dari UNESCO (Tilaar, 2000). Kesuksesan Wajib 6 Tahun dilanjutkan dengan pelaksanaan Wajar 9 Tahun atau wajib belajar sekolah lanjutan tingkat pertama. Pelaksanaan Wajib 9 Tahun dimulai tahun 1994, ketika Wardiman Djojonegoro menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Hasanuddin, 2000).

Diberitakan dalam surat kabar Kompas (2009), Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara mengakui tidak ada sekolah gratis. Iklan sekolah gratis yang ditayangkan di berbagai media oleh Departemen Pendidikan diakui salah dipersepsikan oleh masyarakat. Pemerintah hanya memberikan sebagian bantuan.

(3)

Menurut Penanggung Jawab Kegiatan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara (Sumut) Jamaluddin Napitupulu, yang ada saat ini hanyalah pemerintah memberikan sebagian bantuan biaya sekolah, antara lain dalam bentuk pemberian dana BOS ke sekolah dasar dan sekolah menengah pertama negeri, serta swasta.

Pada umumnya rumah tangga nelayan tidak memiliki perencanaan yang matang untuk pendidikan anak-anaknya. Pendidikan bagi sebagian besar rumah tangga nelayan masih menjadi kebutuhan nomor sekian dalam rumah tangga. Dapat dikatakan bahwa animo terhadap pendidikan di masyarakat nelayan relatif masih rendah. Hal ini tidak lepas dari rendahnya pendapatan nelayan yang menyebabkan orientasi konsumsi nelayan masih pada pemenuhan kebutuhan pokok terutama pangan (Anggraini, 2000).

Fenomena keseharian masyarakat nelayan yaitu anak anak lelaki maupun wanita secara lebih dini terlibat dalam proses pekerjaan nelayan dari mulai persiapan orang tua mereka untuk ke laut sampai dengan menjual hasil tangkapan. Hal ini tentunya berimplikasi kepada kelangsungan pendidikan anak-anak nelayan (Pengemanan,A.P, dkk., 2002).

Morgan (dalam Soemanto, 1987) mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku ( motivating states ), tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut ( motivated behavior ), dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut ( goals or ends of such behavior ). McDonald (dalam Soemanto, 1987) mendefinisikan motivasi sebagai perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi mencapai tujuan.

(4)

Soemanto (1987) secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi - reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang memberi kekuatan bagi tingkah laku mencapai tujuan, telah terjadi di dalam diri seseorang.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah merupakan sejumlah proses- proses psikologikal, yang menyebabkan timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan- kegiatan sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu, baik yang bersifat internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap antusiasme dan persistensi (Soemanto, 1987).

Tabel 1. Jumlah Penduduk Anak yang Berusia 6 - 18 Tahun di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan Tahun 2008

Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Laki-laki Perempuan 6 sampai < 12 tahun 93 92 185 12 sampai < 15 tahun 87 101 188 15 sampai 18 tahun 83 87 170 Jumlah Total 263 280 543

Sumber : Diolah dari Kepala Lingkungan XII,Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan Tahun 2009 (data pra survey ke daerah penelitian)

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah anak yang berusia 6-18 tahun di daerah penelitian sebanyak 543 jiwa.

(5)

Tabel 2. Jumlah Penduduk Anak yang Berusia 6 - 18 Tahun yang Tidak Sekolah di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan Tahun 2009

Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah (jiwa)

Laki-laki Perempuan

6 sampai < 12 tahun 34 25 59

12 sampai < 15 tahun 25 17 42

15 sampai 18 tahun 30 38 68

Jumlah Total 89 80 169

Sumber : Diolah dari Kepala Lingkungan XII,Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan Tahun 2009 (data pra survey ke daerah penelitian)

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah anak yang tidak sekolah di daerah penelitian mencapai 169 jiwa ( ± 31 % dari total keseluruhan). Angka yang cukup tinggi mengingat daerah penelitian ini terletak berseberangan dengan Kota Belawan sejauh ± 1 km (merupakan Kota Pelabuhan terbesar di Sumatera) yang berada di Kecamatan Medan Belawan yang terletak di wilayah Utara Kota Medan dengan batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Marelan dan Kecamatan Medan Labuhan

Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka (Sumber : Kecamatan Medan Belawan)

(6)

Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan dalam penelitian ini, sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat motivasi anak nelayan di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan untuk sekolah?

2. Bagaimana pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi terhadap motivasi anak nelayan di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan untuk sekolah?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui tingkat motivasi anak nelayan di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan untuk sekolah.

2. Mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi terhadap motivasi anak nelayan di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan untuk sekolah.

(7)

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah untuk :

1. Bahan pertimbangan pemerintah daerah dan instansi terkait dalam meningkatkan pendidikan dan motivasi anak nelayan untuk sekolah.

2. Bahan masukan bagi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan pihak-pihak swasta lainnya dalam meningkatkan pendidikan dan motivasi anak nelayan untuk sekolah.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Penduduk Anak yang Berusia 6 -  18 Tahun di Kampung  Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan  Medan Belawan Tahun 2008
Tabel 2. Jumlah Penduduk Anak yang Berusia 6 -  18 Tahun yang Tidak  Sekolah di Kampung Nelayan Lingkungan XII, Kelurahan  Belawan I, Kecamatan Medan Belawan Tahun 2009

Referensi

Dokumen terkait

Kedua, kekuatan kecamatan lebih berorientasi kepada fungsi kewenangan yang dilimpahkan oleh Walikota dibandingkan fungsi koordinasi, artinya, koordinasi dapat tidak

Sesuai dengan Keput usan Ment eri Keuangan RI Nom or 115/ KMI K.06/ 2001 t ent ang Tat a Cara Penggunaan Penerim aan Negara Bukan Paj ak ( PNBP) pada Perguruan Tinggi Negeri (

b.. pun dibuat dengan diperhalus dan diperindah, baik dari segi penampilannya, ukuran, maupun hiasannya. Pada akhirnya, masyarakat mem- produksi kerajinan perkakas

Pada tabel model summary diatas, terlihat nilai besaran koefisien korelasi yang ditunjukan dari nilai R sebesar 0,962 yang artinya pada penelitian ini varibel Pertumbuhan

Penggunaan FRP sebagai perkuatan pada tulangan pengekang yang tidak standar (sengkang lingkaran) memberikan peningkatan kapasitas aksial sebesar 58% dari kolom

Dari penjelasan yang telah peneliti sampaikan, ada hubungan antara kualitas komunikasi dan tingkat kebahagiaan individu dewasa muda yang sedang menjalani pacaran jarak

[2] Maulizar, Dedi, 2011, Tunneling IPv4 dan IPv6, internet,..

Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan, data dan pengujian hipotesis, maka penulis berkesimpulan bahwa, model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair and Share