• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uang akan berfluktuasi sesuai dengan permintaan dan penawaran uang tersebut.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uang akan berfluktuasi sesuai dengan permintaan dan penawaran uang tersebut."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

16 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nilai Tukar (Kurs)

2.1.1. Pengertian Nilai Tukar (Kurs)

Menurut Nordhaus (1996 : 450) secara sederhana kurs valuta asing adalah harga mata uang negara asing dalam satuan mata uang domestik. Kurs suatu mata uang akan berfluktuasi sesuai dengan permintaan dan penawaran uang tersebut. Namun dalam prakteknya, hal itu tergantung pada bentuk pasar valas tersebut yang mana bentuk pasar valas ini akan dipengaruhi oleh macam exchange ratenya. Menurut Fischer (1992) Nilai tukar atau lazim juga disebut kurs valuta dalam berbagai transaksi ataupun jual beli valuta asing yang dikenal ada empat jenis yakni:

A. Selling Rate ( kurs jual ) yakni kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.

B. Middle Rate ( kurs tengah ) adalah kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh bank sentral pada suatu saat tertentu,

C. Buying Rate ( kurs beli ) adalah kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu,

D. Flat Rate ( kurs flat ) adalah kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank notes dan traveller chaque, dimana dalam kurs tersebut sudah diperhitungkan promosi dan biaya-biaya lainya.

(2)

17 Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan nilai tukar mata uang yaitu pendekatan moneter dan pendekatan pasar. Dalam pendekatan moneter, nilai tukar mata uang didefinisikan sebagai harga dimana mata uang asing diperjualbelikan terhadap mata uang domestik dan harga tersebut berhubungan dengan penawaran dan permintaan uang. Naik turunnya nilai tukar mata uang atau kurs valuta asing bisa terjadi dengan berbagai cara, yakni bisa dengan cara dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara yang menganut sistem managed floating exchange rate, atau bisa juga karena tarik menariknya kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan di dalam pasar (market mechanism) dan umumnya perubahan nilai tukar mata uang tersebut bisa terjadi karena empat hal, yaitu:

a. Depresiasi (depreciation) adalah penurunan harga mata uang nasional berbagai terhadap mata uang asing lainya, yang terjadi karena tarik menariknya kekuatan-kekuatan supply dan demand di dalam pasar (market mechanism), b. Appresiasi (appreciation) adalah peningkatan harga mata uang nasional

terhadap berbagai mata uang asing lainnya, yang terjadi karena tarik menariknya kekuatan-kekuatan supply dan demand di dalam pasar (market mechanism),

c. Devaluasi (devaluation), adalah penurunan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara,

(3)

18 d. Revaluasi (revaluation), adalah peningkatan harga mata uang nasional terhadap berbagai mata uang asing lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara.

2.1.2. Teori Nilai Tukar

Nilai Tukar (exchange rate) atau kurs adalah harga satu mata uang suatu negara terhdap mata uang negara lain (Obsfelt, 2000). Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara (Mankiw,2003). Nilai tukar riil adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif yaitu harga-harga di dalam negeri dibandingkan dengan harga di luar negeri.

Nilai tukar dapat dihitung dengan menggunakan rumus di bawah ini: Q = SP/P*

di mana Q dalah nilai tukar riil, S adalah nilai tukar nominal, P adalah tingkat harga domestik dan P* adalah tingkat harga di luar negeri.

A. Traditional Theories

Traditional Theories terdiri dari Teori Purchasing Power Parity dan Teori Elastisitas.

1. Teori Purchasing Power Parity

Teori ini menyatakan bahwa perbandingan nilai tukar suatu mata uang dengan mata uang lain ditentukan oleh tenaga beli uang tersebut (terhadap barang dan jasa) di masing-masing negara. Pada pokoknya ada dua versi teori puchasing power parity, yakni interpertasi absolut dan relatif.

(4)

19 Menurut interpertasi absolut puchasing power parity, perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lain (kurs) ditentukan oleh tingkat harga di masing-masing negara. Interpertasi relatif merupakan apabila terjadi perubahan harga yang berberda di kedua negara, maka kurs haruslah mengalami perubahan pula.

2. Teori Elastisitas

Teori elastisitas mengatakan bahwa nilai tukar adalah harga dari valuta asing untuk mempertahankan neraca pembayaran internasional suatu negara agar tetap berada pada tingkat ekuilibrium. Dengan kata lain, respons nilai tukar terhadap perubahan dalam neraca perdagangan sangat dipengaruhi oleh elastisitas permintaan terhadap perubahan harga. Jika elastisitas permintaan bersifat inelastis, pengaruh penurunan impor dan kenaikan ekspor dalam neraca pembayaran internasional akan sangat kecil. Akibatnya, nilai tukar harus melakukan penyesuaian secara tajam untuk menghilangkan defisit neraca pembayaran internasional. Jika elastisitas permintaan bersifat elastis, pengaruh penurunan impor dan kenaikan ekspor akan sangat berpengaruh bagi keseimbangan neraca pembayaran internasional sehingga hanya diperlukan sedikit penyesuaian dalam nilai tukar.

B. Modern Monetary Theories on Short Term Exchange Rate Volayility Teori ini memperlihatkan adanya peran pasar modal dalam jangka pendek dan peran bursa komoditi dalam jangka panjang terhadap fluktuasi nilai tukar. Teori ini mengatakan bahwa adanya perbedaan nilai tukar dan perbedaan dalam

(5)

20 purchasing power parity adalah karena adanya suatu perubahan dalam permintaan dan penawaran terhadap aset-aset keuangan. Teori Purchasing Power Parity juga diperluas dengan menyertakan variabel-variabel, seperti jumlah uang yang beredar, tingkat suku bunga, dan pendapatan riil, dalam menentukan tingkat nilai tukar antar dua negara.

C. Synthesis of Traditional and Modern Monetary Views

Menurut teori ini, dinamika perubahan yang terjadi di pasar keuangan (pasar modal dan pasar uang) lebih cepat jika dibandingkan dengan perubahan di pasar barang komoditi. Dalam jangka pendek, fluktuasi nilai tukar lebih dipengaruhi oleh perubahan dalam pasar modal dan dalam jangka panjang fluktuasi nilai tukar dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di pasar barang.

2.1.3. Sistem Nilai Tukar Mata Uang

Terdapat tiga kelompok besar sistem nilai tukar mata uang yang diterapkan oleh berbagai negara di dunia, yaitu:

a. Freely Flexible (Freely Floating) Exchange Rate System

Pada sistem ini, nilai mata uang dibiarkan mengambang bebas dan nilai tukarnya ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terdapat di pasar. Dalam sistem ini tidak terdapat tindakan intervensi yang dilakukan pemerintah (Bank Sentral) untuk mempengaruhi nilai tukarnya.

(6)

21 b. Fixed (Pegged) Exchange Rate System

Pada sistem fixed exchange rate, pemerintah berperan aktif melakukan intervensi dalam pasar valuta asing untuk mempertahankan pergerakan nilai tukar suatu mata uang agar berada pada suatu acuan nilai tukar tertentu.

c. Managed/Controlled (Semi Pegged) Exchange Rate System

Pada sistem mengambang terkendali ini, fluktuasi nilai tukar diambangkan dalam suatu rentang (band) intervensi tertentu. Bank Sentral tetap berperan dalam melakukan intervensi untuk mengembalikan nilai tukar mata uang tersebut ke dalam rentang nilai tukarnya semula apabila fluktuasi melebihi batas intervensi yang diperkenankan.

2.1.4. Fungsi Nilai Tukar ( Kurs )

Penentuan sistem nilai tukar merupakan hal penting bagi perekonomian suatu negara karena hal tersebut merupakan satu alat yang dapat digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengisolasi perekonomian suatu negara dari gejolak perekonomian global. Pada dasarnya kebijakan nilai tukar yang ditetapkan suatu negara mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu :

1) Untuk mempertahankan keseimbangan neraca pembayaran dengan sasaran akhir menjaga kecukupan cadangan devisa.

2) Untuk menjaga kestabilan pasar domestik. Fungsi ini untuk menjaga agar nilai tukar tidak dijadikan alat untuk spekulasi.

3) Sebagai instrument moneter khususnya bagi negara yang menerapkan suku bunga dan nilai tukar sebagai sasaran operasional kebijakan moneter.

(7)

22 4) Sebagai nominal anchor dalam pengendalian inflasi. Nilai tukar banyak

digunakan oleh negara - negara yang mengalami chronic inflation sebagai nominal anchor baik melalui pengendalian depresiasi nilai tukar maupun dengan membuat taraf nilai tukar suatu negara dengan suatu mata uang asing.

2.2 Suku Bunga

2.2.1. Pengertian Tingkat Suku Bunga

Suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau dapat juga dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Suku bunga dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Suku Bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut (biasanya dinyatakan dalam presentase) (Mishkin, 2008). Oleh karena itu, bunga juga dapat diartikan sebagai uang yang diperoleh atas pinjaman yang diberikan. Suku bunga dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Suku bunga nominal

adalah suku bunga dalam nilai uang. Suku bunga ini merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum. Suku bunga ini menunjukkan sejumlah rupiah untuk setiap satu rupiah yang diinvestasikan.

2. Suku bunga riil

adalah suku bunga yang telah mengalami koreksi akibat inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi.

(8)

23 2.2.2. Teori Suku Bunga

a. Teori Tingkat Bunga Fischer

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa ada dua tingkatan bunga, yaitu bunga nominal dan bunga riil. Tingkat bunga yang dibayar oleh bank adalah tingkat bunga nominal dan kenaikan dalam daya beli masyarakat adalah tingkat bunga riil. Hubungan antara ketiga variabel tersebut dalam dinyatakan dalam persamaan Fischer sebagai berikut:

r = i – π

dimana, r : real interest rate (tingkat bunga riil)

i : nominal interest rate (tingkat bunga nominal) π : tingkat inflasi

Tingkat bunga riil adalah tingkat bunga nominal dikurangi dengan tingkat inflasi. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa perubahan tingkat bunga dapat terjadi karena adanya perubahan tingkat bunga riil atau perubahan tingkat inflasi.

b. Teori Klasik tentang Tingkat Bunga

Tabungan menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengurangi pengeluaran konsumsi guna menambah tabungan. Investasi juga tergantung fungsi dari tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga, maka keinginan untuk melakukan investasi juga semakin kecil. Seseorang akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dibayar untuk dana investasi

(9)

24 tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah tingkat bunga, maka investor akan terdorong untuk melakukan investasi, karena biaya penggunaan dana juga semakin kecil.

Gambar 2.1

Teori Klasik Tentang Suku Bunga

c. Teori Keynesian

Menurut Keynesian tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter. Artinya, tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi (GNP), sepanjang uang ini mempengaruhi tingkat bunga. Perubahan tingkat bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi dan dengan demikian akan mempengaruhi GNP.

Tingkat suku Dana i i s s

(10)

25 Bentuk kekayaan dalam uang kas tidak dapat memberikan penghasilan, sebaliknya kekayaan dalam bentuk surat berharga di mana harganya dapat naik turun tergantung dari tingkat bunga (apabila tingkat bunga naik harga surat berharga turun dan sebaliknya), sehingga ada kemungkinan pemegang surat berharga akan menderita capital loss. Surat berharga juga mendatangkan pendapatan yang berupa bunga. Dengan anggapan bahwa investor tidak suka risiko (risk averters) maka mereka akan mau memegang bentuk kekayaan yang risikonya tinggi apabila didorong dengan tingkat bunga yang tinggi pula. Semakin banyak surat berharga dalam susunan kekayaan, risikonya juga semakin tinggi.

d. Teori Paritas Tingkat Bunga

Teori paritas tingkat bunga menyatakan bahwa Dalam sistem divisa bebas tingkat bunga di suatu negara akan cenderung sama dengan tingkat bunga di negara lain. Setelah diperhitungkan perkiraan mengenai laju depresiasi mata uang negara yang satu terhadap nagara yang lain.

Secara aljabar :

Dimana :

Rn : Tingkat bunga ( nominal ) di dalam negeri Rf : Tingkat bunga ( nominal ) di luar negeri

E* : Laju depresiasi mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing yang diperkirakan akan terjadi

(11)

26 2.3 Inflasi

2.3.1 Pengertian Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga meningkat secara umum dan terus menerus. Dalam perekonomian global sekarang ini, masalah dan penyebab inflasi adalah sangat kompleks. Dampak buruk inflasi diantaranya yang paling nyata adalah menurunnya pendapatan riil yang diterima masyarakat. Inflasi seringkali berfluktuasi namun pendapatan masyarakat tidak selalu berubah untuk menyesuaikan dengan tingkat inflasi, sehingga dapat menyebabkan penurunan pendapatan riil masyarakat. Ini merupakan salah satu alasan pentingnya mengendalikan inflasi suatu negara (Sukirno, 2005).

Dalam menentukan tingkat inflasi biasanya ada dua kemungkinan yang digambarkan, yaitu kenaikan harga dari satu bulan, dan kenaikan harga dalam satu tahun. Tingkat inflasi dihitung dengan rumus sebagai berikut:

2.3.2 Jenis - Jenis Inflasi

a. Jenis Inflasi menurut sifatnya (Boediono, 162:1985) yaitu : 1. Inflasi ringan ( di bawah 10% pertahun )

2. Inflasi sedang (antara 10 - 30% pertahun ) 3. Inflasi berat ( antara 30 - 100% pertahun ) 4. Hiperinflasi ( diatas 100% pertahun )

b. Jenis Inflasi berdasarkan penyebabnya inflasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Demand-Pull Inflation

(12)

27 Ini merupakan bentuk inflasi yang diakibatkan oleh perkembangan yang tidak seimbang di antara permintaan dan penawaran barang dalam perekonomian. Demand-Pull Inflation dapat berlaku ketika perekonomian menghadapi masalah pengangguran yang tinggi maupun pada ketika kesempatan kerja penuh sudah tercapai.

2. Cost-Push Inflation

Inflasi ini biasanya berlaku pada ketika kegiatan ekonomi telah mencapai kesempatan kerja penuh. Pada tingkat ini industri-industri telah beroperasi pada kapasitas yang maksimal dan pengangguran kerja sangat rendah. Pada tingkat kegiatan ekonomi ini tenaga kerja cenderung untuk menuntut kenaikan gaji dan upah dan menyebabkan peningkatan dalam biaya produksi. Kenaikan biaya produksi sebagai akibat dari berbagai faktor ini akan mendorong para pengusaha menaikkan harga-harga barang yang akan diproduksikannya. Keadaan ini menimbulkan Cost-Push Inflation.

3. Imported Inflation

Penyebab inflasi ini adalah masalah ekonomi yang terjadi di luar negeri, misalnya kenaikan harga minyak dunia yang dapat meningkatkan biaya produksi dan pada akhirnya akan menaikkan harga – harga produk yang ada di dalam negeri.

2.4 Cadangan Devisa

Devisa adalah alat pembayaran luar negeri yang antara lain berupa emas, uang kertas asing dan tagihan lainnya dalam valuta asing kepada pihak luar negeri (Rachbini,2000). Cadangan devisa didefenisikan sebagai sejumlah valuta asing

(13)

28 (valas) yang dicadangkan bank sentral (Bank Indonesia) untuk keperluan pembiayaan pembangunan dan kewajban luar negeri yang antara lain meliputi pembiayaan impor dan pembayaran lainnya kepada pihak asing (Tambunan,2001).

Cadangan devisa merupakan posisi aktiva luar negeri pemerintah dan bank bank devisa yang harus dipelihara untuk keperluan transaksi internasional. Dalam mengelola cadangan devisa , Bank Indonesia telah mengutamakan tercapainya tujuan likuiditas dan keamanan dari pada keuntungan yang tinggi. Namun demikian, Bank Indonesia selaku otoritas moneter Indonesia tetap mempertimbangkan perkembangan yang terjadi di pasar internasional sehingga tidak tertutup kemungkinan terjadinya pergeseran dalam portofolio komposisi jenis penempatan cadangan devisa.Cadangan devisa adalah penjumlahan transaksi modal dan net ekspor. Atau dapat dikatakan cadangan devisa = Transaksi modal + Net ekspor.

Dalam rumus cadangan devisa dapat dilihat sebagai berikut: CDVt = CDVt-1+ TBt + TMt

dimana:

CDVt-1 = Cadangan devisa sebelumnya

TBt = Transaksi berjalan

TMt = Transaksi modal

Transaksi modal dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu: (i) transfer modal (capital transfers) dan (ii) pembelian atau penjualan aset nonfinansial tak terbarukan (acquisition or disposal of nonproduced, nonfinancial assets). Transfer

(14)

29 modal meliputi transfer in kind berupa transfer kepemilikan aktiva tetap (misalnya hibah investasi), pengampunan (forgiveness) atas kewajiban yang diberikan kreditur berdasarkan persetujuan kedua belah pihak, dan transfer tunai yang dikaitkan dengan pembelian/penjualan aktiva tetap oleh salah satu atau kedua pihak yang bertransaksi. Tidak seperti transfer berjalan, transfer modal tidak secara langsung terkait dengan proses produksi dan konsumsi. Transfer modal diklasifikasikan ke dalam dua sektor institusional, yaitu pemerintah dan sektor lainnya. Transfer modal sektor pemerintah terdiri dari pengampunan hutang (debt forgiveness) dan transfer lainnya. Transfer modal sektor lainnya terdiri dari transfer migran (migrants’ transfers), pengampunan hutang (debt forgiveness), dan transfer lainnya (other transfers).

Menurut defenisi IMF, cadangan devisa adalah “aktiva luar negeri” yang tersedia setiap waktu dan dikuasai oleh otoritas moneter (BI). Mengikuti kriteria IMF ini, cadangan devisa yang diumumkan pemerintah (BI) secara periodik sejak awal tahun 1998 adalah aktiva luar negeri (bruto). Dalam perkataan lain, aktiva luar negeri resmi dianggap sebagai cadangan devisa (Zetha,2000). Dulunya, sebelum IMF membuat kriteria tersebut, BI membedakan antara cadangan devisa bruto dan cadangan devisa bersih, atau lebih dikenal sebagai cadangan devisa resmi. Cadangan devisa bruto (yang diartikan sama dengan aktiva luar negeri bruto) adalah cadangan devisa resmi ditambah dengan kontigen aset lainnya. Bila cadangan devisa resmi merupakan jumlah valas yang benar-benar menjadi milik BI, maka dalam aktiva luar negeri, juga dimasukkan beberapa unsur lain seperti devisa bank-bank yang disimpan di BI dalam rangka Giro Wajib Minimum

(15)

30 (GWM), valas, wesel ekspor berjangka dan beberapa unsur lainnya yang sebelumnya tidak dimasukkan dalam cadangan devisa resmi (Zetha,2000).

Namun demikian, BI juga mengumumkan secara periodik cadangan luar negeri bersih (net international reserve atau NIR). Aktiva luar negeri bruto adalah tagihan BI terhadap penduduk luar negeri (nonresident), yang terdiri dari emas moneter, giro (demand deposits), deposit on call, deposito (time deposit), penanaman dalam surat-surat berharga (securities), dan tagihan lainnya. Sedangkan, NIR adalah aktiva luar negeri bruto BI setelah dikurangi kewajiban-kewajibannya dalam valas yang terdiri dari tiga unsur:

1. Gross liabilities, yaitu semua utang dalam valas dengan masa jatuh tempo sampai dengan satu tahun, termasuk penggunaan dana IMF;

2. Net forward position, yaitu kewajiban BI dalam valas terhadap penduduk (resident) dan bukan penduduk (nonresident) dalam bentuk transaksi forward; 3. Devisa bank yang disimpan pada BI dalam rangka memenuhi GWM dalam

valas.

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa besarnya cadangan devisa sangat tergantung pada perkembangan Balance of Payment (BOP). Atau tepatnya, penambahan devisa berasal dari dua sumber utama, yakni pendapatan ekspor netto dan arus modal masuk netto (surplus capital account). Diantara dua sumber tersebut, pendapatan ekspor yang paling diandalkan untuk penambahan cadangan devisa. Karena arus modal masuk bisa saja dalam bentuk pinjaman (ULN) yang harus dibayar kembali plus bunganya, berarti pengurangan cadangan devisa, atau

(16)

31 investasi yang juga suatu ketika bisa menjadi arus modal keluar, terkecuali investasi dalam bentuk PMA.

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur kemampuan cadangan devisa adalah rasio antara nilai cadangan devisa dan nilai impor dalam waktu tertentu, yang dapat dihitung dalam rumus berikut (Widodo,1990):

KCDt = CDVt/Mt dimana:

KCD = Kemampuan cadangan devisa mendukung impor dalam satuan waktu tertentu (misalnya bulanan atau tahunan)

CDVt= Cadangan devisa bulanan/tahunan Mt = Nilai impor bulanan/tahunan

Cadangan devisa sangat penting bagi stabilitas dan kelangsungan proses ekonomi, dan hal ini dapat dilihat dari pengalaman Indonesia selama krisis ekonomi. Terutama sektor riil yang terpukul akibat masalah utang luar negeri menjadi semakin parah akibat menipisnya cadangan devisa, khususnya Dolar Amerika Serikat. Selain itu, banyak perusahaan-perusahaan, khususnya eksportir atau yang banyak melakukan impor terpaksa mengurangi atau menghentikan sama sekali kegiatan mereka akibat mahalnya nilai dolar AS di pasar valas dalam negeri.

2.5 Investasi

Menurut Sukirno (2007:366) Investasi adalah pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan

(17)

32 tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untu memproduksikan barang dan jasa di masa depan. Dengan perkataan lain, dalam teori ekonomi investasi berarti kegiatan perbelanjaan untuk meningkatkan kapasitas memproduksi suatu perekonomian. Skousen (1992:186) mengatakan, “ Investing activities : transaction and events the purchase and sale of securities (excluding cash equivalents), and building, equipment. And other asset not generally held for sale and the making, and collecting of loans. They are not classified as operating activities, since the relate only indirectly to the central, on going operations ofentity.”

Disamping oleh harapan di masa depan untuk memperoleh untung, terdapat faktor lain yang akan menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian. Faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah :

1. Tingkat kenuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh 2. Tingkat bunga

3. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan 4. Kemajuan teknologi

5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya. 6. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan

Suatu kegiatan investasi dapat dikatakan memperoleh keuntungan apabila nilai sekarang pendapatan di masa depan adalah lebih besar daripada nilai sekarang modal yang diinvestasikan. Nilai sekarang pendapatan di masa depan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

(18)

33 Dalam persamaan di atas :

• NS adalah nilai sekarang pendapatan yang diperoleh di antara tahun 1 hingga tahun n, apabila dimisalkan investasi tersebut didepresiasikan pada tahun n • Y1, Y2 ... Yn adalah pendapatan neto (keuntungan) yang diperoleh perusahaan

antara tahun 1 hingga tahun n • r adalah tingkat bunga

Dengan memisalkan nilai sekarang modal yang diinvestasikan adalah M, penanaman modal tersebut dikatakan menguntungkan apabila NS lebih besar dari M. Cara lain untuk menentukan apakah suatu investasi merupakan kegiatan yang menguntungkan atau merugikan dapat dilakukan dengan menghitung tingkat pengembalian modal dari investasi tersebut. Untuk menghitung tingkat pengembalian modal digunakan formula di bawah ini :

Dalam persamaan tersebut :

• M adalah nilai modal yang diinvestasikan

• Y1, Y2, Y3 ... Yn adalah pendapatan neto (keuntungan) yang diperoleh dari

tahun 1 hingga ke tahun n

• R adalah tingkat pengembalian modal

Dalam persamaan di atas nilai yang akan dihitung adalah R karena M dan Y1

(19)

34 apabila nilai R lebih besar daripada tingkat bunga. Dalam aktivitasnya, menurut Sharpe (2005:1) Investasi pada umumnya dikenal dalam dua bentuk yaitu :

1. Investasi nyata (Real investment) secara umum melibatkan aset berwujud, seperti tanah, mesin-mesin, atau pabrik.

2. Investasi keuangan (Financial investment) melibatkan kontrak tertulis, seperti saham biasa dan obligasi.

Kedua bentuk investasi ini, sharpe menegaskan pada perekonomian primitif hampir semua investasi lebih condong pada investasi nyata, sedangkan pada lembaga perekonomian modern, lebih banyak dilakukan investasi keuangan.

2.6 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel

Penelitian Hasil Penelitian 1 Muhammad Anditia Putra Pratama. Analisis Pengaruh Suku Bunga dan Nilai Tukar Terhadap volatilitas dan Return Pada Indeks Saham Sektoral di Bursa Efek Indonesia Variabel Independent: Suku Bunga, Nilai Tukar Variabel Dependent: Volatilitas dan Return Saham

Hasil Penelitian Menunjukkan Bahwa Ketika Ada Perubahan Suku Bunga Dan Nilai Tukar US$/Rupiah, Investor Harus Meninjau Komposisi Portofolio Mereka, Dimana Dalam Penelitian ini Menunjukan Perubahan Tingkat Suku Bunga Signifikan Negatif Mempengaruhi Return Beberapa Indeks Saham (Indeks Gabungan,

Keuangan,Perdagangan, Pertambangan, dan Properti) 2 Suramaya Suci Kewal Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Variabel Independent: Inflasi, Suku

Hasil Penelitian Menemukan Bahwa Hanya Kurs Yang berpengaruh Secara Signifikan

(20)

35 Pertumbuhan

PDB Terhadap

Indeks Harga Saham Gabungan

Bunga, Kurs dan Pertumbuhan PDB

Variabel dependent:

IHSG

Terhadap IHSG, Sedangkan Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI dan Pertumbuhan PDB Tidak Berpengaruh Terhadap IHSG.

3 Imam Mukhlis Analisis Volatilitas

Nilai Tukar Mata

Uang Rupiah Terhadap Dolar Variabel Independent: Volatilitas Nilai Tukar Mata Uang Rupiah Variabel Independent: Nilai Tukar Dollar

Hasil Penelitian Menunjukkan

Bahwa Nilai Tukar (rp/us$)

Tahun 1997/1998 Telah Berada Pada Posisi Ekstream. Pada Saat Itu Indonesia Mengalami Krisis Ekonomi Dimana Nilai Tukar Telah Mencapai 0,250 Point.

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis, 2015

2.7 Kerangka Konsep Penelitian 1. Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga meningkat secara umum dan terus menerus. Dalam perekonomian global sekarang ini, masalah dan penyebab inflasi adalah sangat kompleks. Dampak buruk inflasi diantaranya yang paling nyata adalah menurunnya pendapatan riil yang diterima masyarakat. Inflasi seringkali berfluktuasi namun pendapatan masyarakat tidak selalu berubah untuk menyesuaikan dengan tingkat inflasi, sehingga dapat menyebabkan penurunan pendapatan riil masyarakat. Ini merupakan salah satu alasan pentingnya mengendalikan inflasi suatu negara (Sukirno, 2005).

2. Cadangan Devisa

Cadangan devisa didefenisikan sebagai sejumlah valuta asing (valas) yang dicadangkan bank sentral (Bank Indonesia) untuk keperluan pembiayaan

(21)

36 pembangunan dan kewajban luar negeri yang antara lain meliputi pembiayaan impor dan pembayaran lainnya kepada pihak asing (Tambunan, 2001).

3. Investasi

Investasi adalah pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untu memproduksikan barang dan jasa di masa depan.

4. Nilai Tukar

Kurs valuta asing adalah harga mata uang negara asing dalam satuan mata uang domestik. Kurs suatu mata uang akan berfluktuasi sesuai dengan permintaan dan penawaran uang tersebut. Namun dalam prakteknya, hal itu tergantung pada bentuk pasar valas tersebut yang mana bentuk pasar valas ini akan dipengaruhi oleh macam exchange ratenya.

5. Suku Bunga

Suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau dapat juga dipandang sebagai sewa atas penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Suku bunga dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya

Berdasarkan uraian di atas yang telah dikemukakan, maka dapat disusun kerangka konseptual dimana variabel dalam penelitian ini adalah suku bunga (Y), variabel inflasi (X1), cadangan devisa (X2) dan investasi (X3), nilai tukar (X4)

(22)

37 Gambar 2.2

Kerangka Konsep Penelitian

2.8 Hipotesis

Adapun Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Inflasi berpengaruh signifikan terhadap cadangan devisa.

2. Inflasi dan cadangan devisa berpengaruh signifikan terhadap investasi.

3. Inflasi, cadangan devisa dan investasi berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar.

4. Inflasi, cadangan devisa, investasi dan nilai tukar rupiah/US$ berpengaruh signifikan terhadap tingkat suku bunga.

Pyx1 Px2x1 Px4x1 Px3x1 Px4x2 Pyx4 Px3x2 Px4x3 Pyx3 Inflasi (X1) Investasi (X3) Cadangan Devisa (X2) Nilai Tukar (X4) Suku Bunga (Y) PyX2

Referensi

Dokumen terkait

Kurs valuta asing adalah nilai tukar mata uang suatu negara terhadap.. mata uang dari negara tertentu yang ditetapkan

- Pasar uang diwakili oleh pasar valuta asing, sampel valuta asing diambil dari mata uang asing utama ( major currency ) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dengan menggunakan

Perusahaan yang melakukan transaksi dalam mata uang asing mungkin mengalami selisih kurs yang bersal dari translasi transaksi tersebut, sedangkan perusahaan yang berusaha

Dalam sistem nilai tukar tetap, masing-masing bank sentral akan melakukan intervensi pasar valuta asing untuk mencegah terjadinya penyimpangan nilai tukar mata uang

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai tukar mata uang atau kurs adalah harga dari mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain yang dipergunakan

Mata uang amerika (Dolar) merupakan mata uang terkuat diantara mata uang yang lain. Apabila dolar naik maka investor asing akan menjual sahamnya dan ditempatkan

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa nilai tukar atau kurs adalah harga mata uang suatu negara yang dipertukarkan terhadap mata uang..

Kurs atau nilai tukar dalam penelitian ini adalah menjelaskan bagaimana nilai tukar masing-masing negara tujuan ekspor (Singapura, Inggris, Italia) diperbandingkan dengan mata uang