• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

No. 42 /08/72/Th.XVII, 04 Agustus 2014

P

ERKEMBANGAN

I

NDEKS

H

ARGA

K

ONSUMEN

/I

NFLASI

Selama Juli 2014, Inflasi Sebesar 1,53 Persen

Mulai Januari 2014, penghitungan inflasi secara nasional telah menggunakan IHK tahun dasar baru (2012=100) berdasarkan hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2012. Dibandingkan tahun dasar lama (2007=100), terdapat perluasan cakupan kota yang diikuti oleh perubahan paket komoditas dan diagram timbang. Penggunaan tahun dasar baru dilakukan untuk menyesuaikan perubahan pola konsumsi masyarakat dibandingkan periode sebelumnya. SBH 2012 dilaksanakan di 82 kota, yang terdiri dari 33 ibukota provinsi dan 49 kota besar terpilih lainnya. Dari seluruh kota pantauan, terdapat 66 kota yang merupakan cakupan kota SBH lama dan 16 lainnya merupakan cakupan kota baru. Paket komoditas Kota Palu hasil SBH 2012 mencapai 346 komoditas.

Secara nasional, terdapat beberapa kota yang mengalami inflasi selama Juli 2014 yakni Bengkulu (2,92 persen), Tual (2,84 persen), Ternate (2,55 persen), Tarakan (2,51 persen), Meulaboh (2,41 persen), Tanjung Pandan (2,24 persen), Tembilahan (2,22 persen), Sorong (2,00 persen), Palopo (1,94 persen), Pangkal Pinang (1,85 persen), Kendari (1,82 persen), Lubuk Linggau (1,72 persen), Bima (1,72 persen), Sibolga (1,62 persen), Tanjung Pinang (1,59 persen), Bau-Bau (1,57 persen), Palu (1,53 persen), dan kota

 Dari 82 kota pantauan secara nasional, seluruh kota mengalami inflasi selama Juli 2014. Kota Palu terjadi

inflasi sebesar 1,53 persen dengan indeks harga 115,38.

 Inflasi tertinggi terjadi di Kota Bengkulu sebesar 2,92 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota

Maumere sebesar 0,13 persen. Inflasi Kota Palu menduduki peringkat ke-17 secara nasional dan ke-7 di Kawasan Sulampua.

 Kenaikan indeks harga terjadi pada seluruh kelompok pengeluaran meliputi bahan makanan (3,25

persen), makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (1,92 persen), pendidikan, rekreasi, dan olahraga (1,91 persen), transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (1,28 persen), kesehatan (0,71 persen), sandang (0,43 persen), serta perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,22 persen).

Laju inflasi tahun kalender hingga Juli 2014 sebesar 4,47 persen, sedangkan laju inflasi year on year (Juli

(2)

Dari 18 kota di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua), seluruhnya mengalami inflasi. Kota Tual menduduki peringkat inflasi tertinggi yakni 2,84 persen diikuti Ternate (2,55 persen), Sorong (2,00 persen), Palopo (1,94 persen), Kendari (1,82 persen), Bau-Bau (1,57 persen), Palu (1,53 persen), dan kota lainnya di bawah 1,50 persen. Sedangkan kota yang mengalami inflasi terendah di bawah 0,50 persen adalah Ambon (0,14 persen) dan Jayapura (0,36 persen).

I. Perkembangan Inflasi/Deflasi Menurut Kelompok Pengeluaran

Selama Juli 2014, terjadi inflasi sebesar 1,53 persen yang dipengaruhi oleh seluruh kelompok pengeluaran meliputi kelompok bahan makanan (3,25 persen), makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (1,92 persen), pendidikan, rekreasi, dan olahraga (1,91 persen), transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan (1,28 persen), kesehatan (0,71 persen), sandang (0,43 persen), serta perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (0,22 persen).

Inflasi

Laju

Inflasi Inflasi

Juli 2013 Des 2013 Juli 2014 Juli 2014 Juli 2014

tahun Kalender Year on Year *** 2014 ** [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] U m u m 107.77 142.34 113.64 115.38 1.53 4.47 7.06 1.53 1 Bahan Makanan 111.31 165.50 113.26 116.94 3.25 4.10 5.06 0.64

2 Makanan Jadi, minuman, Rokok, dan

Tembakau 110.46 169.54 123.72 126.10 1.92 8.03 14.16 0.43

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan

Bahan bakar 104.73 137.98 108.97 109.21 0.22 3.30 4.28 0.05

4 Sandang 101.44 130.20 104.78 105.23 0.43 2.28 3.74 0.03

5 Kesehatan 102.72 128.08 107.79 108.56 0.71 4.28 5.69 0.03

6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga 107.06 138.09 107.42 109.47 1.91 1.78 2.25 0.12 7 Transportasi, Komunikasi, dan Jasa

Keuangan 108.61 107.51 115.67 117.15 1.28 3.92 7.86 0.24

*) Perubahan IHK bulan Juli 2014 terhadap IHK bulan Juni 2014 **) Perubahan IHK bulan Juli 2014 terhadap IHK bulan Desember 2013 ***) Perubahan IHK bulan Juli 2014 terhadap IHK bulan Juli 2013

Andil Inflasi Kelompok Pengeluaran

[1]

Tabel 1

Perkembangan Inflasi/Deflasi Kota Palu Menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100) Juli 2014

(3)

Perkembangan inflasi Kota Palu selama Juli 2014 menurut kelompok pengeluaran secara

lebih rinci sebagai berikut:

1. Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan selama Juli 2014 mengalami kenaikan indeks harga sebesar 3,25 persen yakni dari 113,26 pada Juni 2014 menjadi 116,94 pada Juli 2014. Secara keseluruhan kelompok bahan makanan memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,64 persen. Kenaikan indeks harga terjadi pada subkelompok ikan segar (6,77 persen), bumbu-bumbuan (5,94 persen), lemak dan minyak (3,01 persen), daging dan hasil-hasilnya (2,96 persen), buah-buahan (2,80 persen), sayur-sayuran (2,76 persen), telur, susu dan hasilnya (2,17 persen), ikan diawetkan (1,53 persen), serta padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya (0,16 persen). Sedangkan satu-satunya penurunan indeks harga terjadi pada subkelompok kacang-kacangan (3,23 persen).

Beberapa komoditas kelompok bahan makanan yang memiliki andil terhadap inflasi meliputi ikan cakalang (0,20 persen), ikan selar (0,07 persen), jagung manis (0,06 persen), bawang merah (0,05 persen), kakap merah (0,05 persen), dan teri (0,05 persen). Sedangkan andil komoditas lainnya terhadap inflasi masing-masing di bawah 0,05 persen.

2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

Selama Juli 2014, kelompok ini mengalami kenaikan indeks harga sebesar 1,92 persen menjadi 126,10 dibandingkan bulan sebelumnya. Andil kelompok ini terhadap inflasi sebesar 0,43 persen. Kenaikan indeks harga terjadi pada minuman yang tidak beralkohol (2,93 persen), makanan jadi (2,31 persen), serta tembakau dan minuman beralkohol (0,04 persen).

Beberapa komoditas pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang memberikan andil terhadap inflasi antara lain kue basah (0,16 persen), mie (0,10 persen), ayam goreng (0,06 persen), air kemasan (0,05 persen). Sedangkan komoditas lainnya masing-masing memiliki andil di bawah 0,05 persen.

3. Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar

Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami kenaikan indeks harga sebesar 0,22 persen, yakni dari 108,97 pada Juni 2014 menjadi 109,21 pada Juli 2014. Secara keseluruhan kelompok ini memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,05 persen. Dari empat subkelompok yang mengalami kenaikan indeks harga yakni subkelompok perlengkapan rumahtangga (0,93 persen), bahan bakar, penerangan dan air (0,62 persen) serta biaya tempat tinggal (0,14 persen). Sedangkan subkelompok penyelenggaraan rumahtangga mengalami penurunan indeks harga sebesar 0,71 persen.

Beberapa komoditas yang mempengaruhi inflasi dalam kelompok ini adalah tarif listrik (0,03 persen), seng (0,01 persen), panci (0,01 persen), kursi (0,01 persen), cat tembok (0,01 persen), pembasmi nyamuk (0,01 persen). Pengaruh harga pada komoditas lainnya masing-masing di bawah 0,01 persen.

(4)

4. S a n d a n g

Kelompok sandang mengalami kenaikan indeks harga sebesar 0,43 persen, yakni dari 104,78 pada Juni 2014 menjadi 105,23 pada Juli 2014. Secara keseluruhan, besarnya andil terhadap inflasi sebesar 0,03 persen. Dari keempat subkelompok dalam kelompok ini, seluruhnya mengalami kenaikan indeks harga yakni subkelompok sandang anak-anak (0,84 persen), sandang wanita (0,54 persen), sandang laki-laki (0,21 persen), serta barang pribadi dan sandang lain (0,20 persen).

Komoditas pada kelompok sandang yang memiliki andil terhadap inflasi meliputi celana panjang jeans (0,008 persen), gaun (0,004 persen), sandal (0,003 persen), pakaian bayi (0,003 persen), emas perhiasan (0,003 persen), sandal kulit laki-laki (0,002 persen), dan sandal kulit perempuan (0,002 persen). Komoditas lainnya masing-masing memberikan andil di bawah 0,002 persen.

5. K e s e h a t a n

Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, kelompok kesehatan selama Juli 2014 mengalami perubahan indeks harga sebesar 0,71 persen dari 107,79 pada Juni 2014 menjadi 108,56 pada Juli 2014. Kelompok kesehatan memiliki andil terhadap inflasi umum sebesar 0,03 persen.

Dari keempat subkelompok dalam kelompok ini, hanya dua subkelompok yang mengalami perubahan harga yakni subkelompok perawatan jasmani dan kosmetika (1,40 persen) dan obat-obatan (0,66 persen), sedangkan subkelompok lainnya relatif tetap. Beberapa komoditas yang memiliki andil terhadap inflasi meliputi bedak (0,01 persen), parfum (0,01 persen), sabun mandi (0,01 persen), dan komoditas lainnya dengan andil masing-masing di bawah 0,01 persen.

6. Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga selama Juli 2014 mengalami kenaikan indeks harga sebesar 1,91 persen dari 107,42 pada Juni 2014 menjadi 109,47 pada Juli 2014. Sehingga, kelompok ini secara keseluruhan memiliki andil terhadap inflasi sebesar 0,12 persen.

Dari lima subkelompok, subkelompok yang mengalami kenaikan harga adalah biaya pendidikan sebesar 3,11 persen dan perlengkapan/peralatan pendidikan sebesar 0,65 persen. Sebaliknya subkelompok rekreasi mengalami penurunan harga sebesar 1,02 persen. Sementara dua subkelompok lainnya relatif tetap. Komoditas yang memiliki andil terhadap inflasi meliputi biaya pendidikan sekolah menengah pertama (0,07 persen), biaya pendidikan sekolah dasar (0,05 persen), buku pelajaran (0,004 persen), dan sepeda anak (0,002 persen). Sedangkan komoditas yang memiliki andil terhadap deflasi yakni televisi berwarna (0,01 persen).

7. Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami kenaikan indeks harga sebesar 1,28 persen yakni dari 115,67 pada Juni 2014 menjadi 117,15 pada Juli 2014. Secara keseluruhan kelompok ini memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,24 persen.

(5)

keuangan relatif stabil selama Juli 2014. Komoditas yang memiliki andil terhadap inflasi yaitu tarif angkutan udara (0,24 persen) dan bensin (0,001 persen).

II. Perkembangan Inflasi/Deflasi Selama Tiga Tahun Terakhir

Tingkat inflasi selama Juli 2014 sebesar 1,53 persen merupakan capaian terendah dibandingkan bulan yang sama pada tahun 2012 sebesar 1,86 persen dan tahun 2013 sebesar 4,59 persen. Laju inflasi tahun kalender 2014 sebesar 4,47 persen, lebih rendah dibandingkan tahun 2013 sebesar 4,99 persen. Sebaliknya laju inflasi year on year selama tahun 2014 sebesar 7,06 persen merupakan laju inflasi tertinggi selama tiga tahun terakhir.

No. Inflasi 2012 2013 2014

1 Inflasi Juli 1.86 4.59 1.53

2 Laju Inflasi (Tahun Kalender) 4.19 4.99 4.47

3 Laju Inflasi (Year on Year ) 5.50 6.67 7.06

Tabel 2

Perbandingan Inflasi/Deflasi Bulanan dan Laju Inflasi Kota Palu Tahun 2012 - 2014

Pada periode yang sama tahun 2012 – 2014, fluktuasi harga bulanan pada sebagian besar komoditas terpilih relatif menunjukkan pola yang sama, yakni terjadi kenaikan sejak April hingga Juli. Pada bulan Juli terjadi inflasi di bawah 2,00 persen akibat pola musiman (tahun ajaran baru pendidikan dan hari raya). Terjadinya lonjakan inflasi yang sangat tinggi di atas 4,50 persen pada tahun 2013, dipicu adanya kebijakan berupa kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

-3,00 -2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Grafik 1

Inflasi/Deflasi Bulanan Kota Palu Tahun 2012 - 2014

(6)

III. Perbandingan Inflasi/Deflasi Nasional dan Kawasan Sulampua

Selama Juli 2014 secara nasional terjadi inflasi sebesar 0,93 persen, dengan laju inflasi tahun kalender sebesar 2,94 persen dan year on year sebesar 4,53 persen. Dari 82 kota pantauan, seluruh kota tercatat mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Bengkulu sebesar 2,92 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Maumere sebesar 0,13 persen.

Inflasi Kota Palu menduduki peringkat ke-17 secara nasional dan ke-7 di Kawasan Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua). Sementara itu, Kota Tual dan Ternate merupakan kota dengan capaian tingkat inflasi di atas 2,00 persen. 0,14 0,36 0,77 0,84 0,85 0,91 0,99 1,02 1,11 1,22 1,43 1,53 1,57 1,82 1,94 2,00 2,55 2,84 Gambar 2. Inflasi Kawasan Sulampua

Bulan Juli 2014

IHK Inflasi (%) Laju Inflasi

(%) Y o Y [2] [3] [4] [5] 1 Tual 116.58 2.84 3.69 4.63 2 Ternate 117.19 2.55 4.77 7.22 3 Sorong 112.08 2.00 3.19 4.47 4 Palopo 112.42 1.94 5.09 6.06 5 Kendari 110.69 1.82 2.34 1.42 6 Bau-Bau 114.49 1.57 4.60 3.76 7 Palu 115.38 1.53 4.47 7.06 8 Bulukumba 120.00 1.43 4.57 12.91 9 Watampone 112.94 1.22 4.15 6.84 10 Makassar 110.47 1.11 2.90 3.67 11 Pare-Pare 110.44 1.02 2.62 3.55 12 Merauke 114.87 0.99 4.12 7.90 13 Manokwari 108.37 0.91 1.75 3.53 14 Manado 111.22 0.85 2.84 4.02 15 Mamuju 111.21 0.84 2.68 4.72 16 Gorontalo 110.16 0.77 1.45 3.52 17 Jayapura 112.67 0.36 1.21 4.01 [1] Tabel 3

Perbandingan Indeks Harga dan Tingkat Inflasi/Deflasi Beberapa Kota di Kawasan Sulampua

Juli 2014

Gambar

Gambar 2.  Inflasi Kawasan Sulampua   Bulan Juli 2014

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pada Game Edukasi Siaga Bencana Gempa Bumi terdapat video animasi yang berisikan tentang tindakan yang harus dilakukan ketika pra bencana gempa bumi, saat

terwujudnya kemampuan Pengolahan Hasil Pertanian dan Perkebunan di dalam negeri, melalui integrasi antara Klaster Industri Pengolahan Hasil Pertanian antara Klaster Industri

Uterus tidak akan pernah kembali seperti keadaan sebelum hamil, tetapi terjadi penurunan ukuran, dari berat 1000 gr setelah melahirkan, menjadi 500 gr pada akhir minggu I

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai pretest dengan materi Software Focusky pada workshop pembuatan media pembelajaran terdapat 2 orang guru memperoleh nilai 60

Mengklik tombol “Simpan” saat data sudah terisi semua Kode User : MYG Nama user : Mayang Sulistyani Password : cantik Hak Akses : Petugas Sistem akan menampilkan pesan

Landasan teori dari penelitian Ini adalah tentang adanya ketentuan yang tertuang dalam UU penerbangan yang menyatakan bahwa apabila terjadi keterlambatan yang disebabkan

Metode penelitian menggunakan metode penelitian pengembangan, prosedur penelitian pengembangan meliputi Analisis Kebutuhan, Kajian Teori, Pembuatan Produk Awal,

Jenis penelitian ini adalah penelitian laboratorium dan observasi mendalam di Rumah Sakit Tingkat III Robert Wolter Mongisidi Manado Sulawesi Utara pada bulan