Course Title Lecturer
: :
Perumusan Strategi: Analisis SWOT Dr. Tb. Ace Hasan Syadzily M.Si
ace.hasan@gmail.com
: Facebook: acehasansyadzily Twitter: acehasan76
TEKNIK INDIKATOR
PEMBANGUNAN DAERAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN – JAKARTA
2
• Pembangunan daerah pada hakekatnya adalah upaya terencana untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah sehingga tercipta suatu kemampuan yang andal dan profesional dalam a) Memberikan pelayanan kepada masyarakat b) Mengelola sumber daya ekonomi daerah • Pembangunan daerah juga merupakan upaya
untuk memberdayakan masyarakat di seluruh daerah sehingga:
a) tercipta suatu lingkungan yang memungkinkan masyarakat untuk menikmati kualitas
kehidupan yang lebih baik, maju, dan tenteram,
b) memperluas pilihan yang dapat dilakukan
masyarakat bagi peningkatan harkat, martabat, dan harga diri.
3
• Pembangunan daerah dilaksanakan melalui penguatan otonomi daerah dan pengelolaan
sumber daya yang mengarah pada terwujudnya tata kepemerintahan yang baik (good governance) • Pelaksanaan pembangunan daerah yang baik
hanya dapat dilakukan apabila terjadi
keseimbangan peran dari tiga pilar, yaitu:
pemerintah, dunia usaha swasta , dan masyarakat. • Pemerintahan (legislatif, eksekutif, dan yudikatif)
memainkan peran yang menjalankan dan
menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif bagi unsur-unsur lain.
• Peran dunia usaha swasta adalah mewujudkan penciptaan lapangan kerja dan pendapatan
• Masyarakat berperan dalam penciptaan interaksi sosial, ekonomi dan politik
4
Pembangunan Ekonomi
• Meningkatnya pengangguran dan kemiskinan
• Menurunnya fungsi intermediasi perbankan untuk mengembangkan sektor riil
• Pola persebaran investasi untuk PMA dan PMDN secara nasional belum merata dan menunjukkan ketimpangan yang cukup tinggi antarwilayah
Pembangunan Sosial
• Menurunnya kemampuan pemerintah dalam pelayanan-pelayanan sosial dasar (pendidikan, kesehatan dan gizi).
5
Pembangunan Prasarana Wilyah
• Terbatasnya tingkat pelayanan jaringan transportasi antar dan intra wilayah
• Menurunnya kapasitas pemerintah daerah dalam pengaturan dan pengelolaan infrastruktur
• Menurunnya kapasitas dan ketersediaan sumberdaya tenaga listrik.
• Meningkatnya masalah kelangkaan air bersih dan air minum.
• Menurunnya kapasitas pembiayaan untuk
6
Pembangunan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup
• Menurunnya kualitas permukiman (kemacetan, kawasan kumuh, pencemaran lingkungan (air, udara, suara,
sampah)
• Berkurangnya ruang publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di wilayah perkotaan.
• Alih fungsi lahan pertanian produktif menjadi lahan permukiman secara signifikan
• Meningkatnya urbanisasi dan aglomerasi perkotaan
• Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) belum sepenuhnya menjadi acuan dalam pemanfaatan ruang dan fokus
hanya pada Perencanaan
• Penurunan luas kawasan Hutan Tropis dan kawasan resapan air, serta meningkatnya DAS kritis
• Kejadian bencana alam gempa, banjir dan longsor yang frekuensinya meningkat dan dampaknya semakin
7
Permasalahan Khusus
• Lemahnya daya saing investasi
• Pembangunan daerah tertinggal belum ditangani secara terpadu antar sektor dan antara pemerintah,
masyarakat, dan dunia usaha
• Pemekaran daerah yang belum mampu menyejahterakan masyarakat
• Rendahnya proses pembangunan dan penguatan stabilitas keamanan di daerah perbatasan negara.
8
• Pembangunan daerah yang baik adalah bilamana bersifat konkret, jelas faktor penentu dan terukur. Sifat yang
demikian itu sangat diperlukan supaya perencanaan pembangunan yang disusun mempunyai indikator yang jelas, sasaran dan target yang konkret, kebijakan yang tegas dan mudah dilaksanakan dalam prakteknya.
• Untuk keperluan tersebut, diperlukan analisis data secara kuantitatif dengan menggunakan metode atau teknik
matematik dan statistik yang tidak harus dengan terlalu rumit dan tinggi, tetapi cukup dengan indikator sederhana dan dapat dimengerti publik.
• Apabila perencanaan diukur hanya dengan indikator yang kualitatif dan normatif saja, maka perencanaan tersebut tidak memiliki target yang konkret dan terukur dengan jelas.
A. INDIKATOR EKONOMI: GDP & GNP
.
PEMBANGUNAN = PERTUMBUHAN EKONOMI.
B. INDIKATOR KEMISKINAN
.
PEMBANGUNAN = PENGURANGAN KEMISKINAN.
C. KESEHATAN & PENDIDIKAN
D. KUALITAS HIDUP & KESEJAHTERAAN.
PENDAPATAN, KESEHATAN, PENDIDIKAN, PELUANG, PERUMAHAN, TRAN SPORTASI, KEDAMAIAN, KEBAHAGIAAN, DSB.
E. THE HUMAN DEVELOPMENT INDEX
(HDI)
GROSS DOMESTIC PRODUCT (PRODUK DOMESTIK BRUTO)
GDP = C + I + G + (EX – IM)
C = CONSUMER EXPENDITURE; I = INVESTMENT; G = GOVERNMENT EXPENDITURE; EX = EXPORTS; IM = IMPORTSHOUSEHOLD
BUSINESS
MONEYC
LABOUR
GOODS & SERVICES•
GROSS NATIONAL PRODUCT (PRODUK
NASIONAL BRUTO)
•
GNP = GDP + INCOME FROM THE REST OF
THE WORLD – PAYMENTS TO THE REST OF
THE WORLD
•
PURCHASING POWER PARITY (PARITAS DAYA
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
(HUMAN DEVELOPMENT INDEX)
•
DIKEMBANGKAN OLEH AMARTYA SEN & MAHBUB
UL HAG (TAHUN 1990).
•
TUJUAN HDI:
–
MENEMPATKAN MANUSIA SEBAGAI TITIK
SENTRAL DALAM PEMBANGUNAN.
•
PEMBANGUNAN TIDAK SEKADAR
PENDAPATAN/PERTUMBUHAN EKONOMI
(PDB/GNP) SAJA TETAPI JUGA KEBEBASAN DAN
KELANGSUNGAN HIDUP MANUSIA.
LANJUTAN…
•
NILAI HDI : 0 - 1
–
TINGKAT PEMBANGUNAN MANUSIA
RENDAH: 0,0 – 0,499.
–
TINGKAT PEMBANGUNAN MANUSIA
MENENGAH: 0,50 – 0,799
–
TINGKAT PEMBANGUNAN MANUSIA
DIMENSI POKOK PEMBANGUNAN
MANUSIA
1.KESEHATAN
:
UMUR PANJANG DAN HIDUP SEHAT. INDIKATOR: ANGKA HARAPAN HIDUP SAAT LAHIR.INDEKS DIMENSI ADALAH INDEKS HARAPAN HIDUP.
2. PENDIDIKAN:
PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN. INDIKATOR: ANGKA MELEK HURUF (BACA, TULIS) ORANG DEWASA & RATA-RATA LAMA SEKOLAH.
INDEKS DIMENSI ADALAH INDEKS PENDIDIKAN.
3. EKONOMI:
KEHIDUPAN YANG LAYAK (KEMAMPUAN DAY INDIKATOR: PENGELUARAN PER KAPITA RIIL YANG DISESUAIKAN ( INDEKS DIMENSI ADALAH INDEKS PENDAPATAN.MENGHITUNG HDI
•
TENTUKAN NILAI MAKSIMUM & MINIMUM SETIAP
VARIABEL YAITU:
–
HARAPAN HIDUP
• MINIMUM: 25 (TAHUN) • MAKSIMUM: 85 (TAHUN).
–
PENDIDIKAN
• ANGKA LITERASI ORANG DEWASA
– MINIMUM: 0 – MAKSIMUM: 100
• ANGKA MASA SEKOLAH
– MINIMUM: 0 (%)
– MAKSIMUM: 100 (%)
–
GDP PER KAPITA (PPP $ AMERIKA) (DI LOG-KAN)
• MINIMUM: $100 (LOG 100 =?)
LANJUTAN…
INDEKS DIMENSI =
(NILAI AKTUAL − NILAI MINIMUM)
(NILAI MAKSIMUM − NILAI MINIMUM)
INDEKS PENDIDIKAN =
2/3 (INDEKS LITERASI ORANG DEWASA) + 1/3
(INDEKS MASA SEKOLAH)
NILAI HDI =
1/3 (INDEKS HARAPAN HIDUP) + 1/3
(INDEKS PENDIDIKAN) + 1/3 (INDEKS
LANJUTAN…
Provinsi 2010 2011 2012 2013 2014 Aceh 67,09 67,45 67,81 68,30 68,81 Sumatera Utara 67,09 67,34 67,74 68,36 68,87 Sumatera Barat 67,25 67,81 68,36 68,91 69,36 Riau 68,65 68,90 69,15 69,91 70,33 Jambi 65,39 66,14 66,94 67,76 68,24 Sumatera Selatan 64,44 65,12 65,79 66,16 66,75 Bengkulu 65,35 65,96 66,61 67,50 68,06 Lampung 63,71 64,20 64,87 65,73 66,42 Kep. Bangka Belitung 66,02 66,59 67,21 67,92 68,27 Kepulauan Riau 71,13 71,61 72,36 73,02 73,40 Dki Jakarta 76,31 76,98 77,53 78,08 78,39 Jawa Barat 66,15 66,67 67,32 68,25 68,80 Jawa Tengah 66,08 66,64 67,21 68,02 68,78 Daerah Istimewa Yogyakarta 75,37 75,93 76,15 76,44 76,81 Jawa Timur 65,36 66,06 66,74 67,55 68,14 Banten 67,54 68,22 68,92 69,47 69,89 Bali 70,10 70,87 71,62 72,09 72,48 Nusa Tenggara Barat 61,16 62,14 62,98 63,76 64,31 Nusa Tenggara Timur 59,21 60,24 60,81 61,68 62,26 Kalimantan Barat 61,97 62,35 63,41 64,30 64,89 Kalimantan Tengah 65,96 66,38 66,66 67,41 67,77 Kalimantan Selatan 65,20 65,89 66,68 67,17 67,63 Kalimantan Timur 71,31 72,02 72,62 73,21 73,82 Kalimantan Utara 0,00 0,00 0,00 67,99 68,64 Sulawesi Utara 67,83 68,31 69,04 69,49 69,96 Sulawesi Tengah 63,29 64,27 65,00 65,79 66,43 Sulawesi Selatan 66,00 66,65 67,26 67,92 68,49 Sulawesi Tenggara 65,99 66,52 67,07 67,55 68,07 Gorontalo 62,65 63,48 64,16 64,70 65,17 Sulawesi Barat 59,74 60,63 61,01 61,53 62,24 Maluku 64,27 64,75 65,43 66,09 66,74 Maluku Utara 62,79 63,19 63,93 64,78 65,18 Papua Barat 59,60 59,90 60,30 60,91 61,28 Papua 54,45 55,01 55,55 56,25 56,75 Indonesia 66,53 67,09 67,70 68,31 68,90INDEKS KOMPOSIT PEMBANGUNAN MANUSIA
1. INDEKS KEMISKINAN MANUSIA (HUMAN
POVERTY INDEX = HPI)
–
MENGKOMBINASIKAN BERBAGAI
DIMENSI KEMISKINAN MANUSIA YANG
DIANGGAP INDIKATOR INTI DARI UKURAN
KETERBELAKANGAN MANUSIA.
LANJUTAN…
•
HPI UNTUK NEGARA BERKEMBANG:
1. SURVIVAL (P1): % PENDUDUK MENINGGAL SEBELUM USIA
40 TAHUN
2. PENGETAHUAN (P2): % ORANG DEWASA YANG BUTA
HURUF.
3. STANDAR HIDUP YG. LAYAK (P3):
1. % ORANG TANPA AKSES THD. AIR BERSIH (P3.1)
2. % BALITA YANG KEKURANGAN BERAT BADAN (P 3.2).
•
NILAI P3:
P3 = (P3.1 + P3.2)
2
•
NILAI HPI 1:
HPI = (P1
3+ P2
3+ P3
3)
33
LANJUTAN…
•
HPI UNTUK NEGARA MAJU:
–
SURVIVAL: % MASA HIDUP INDIVIDU SEBELUM USIA 60 (P1)
–
KNOWLEDGE: ANGKA LITERASI ORANG DEWASA (P2)
–
INCOME: % PENDUDUK DI BAWAH GARIS KEMISKINAN (P3)
–
UNEMPLOYMENT: % PENDUDUK YANG MENGANGGUR
UNTUK JANGKA PANJANG (P4)
•
NILAI HPI 2 =
HPI 2 = (P1
2+ P2
3+ P3
3+ P4
3)
3LANJUTAN…
2. INDEKS PEMBANGUNAN JENDER (GENDER
DEVELOPMENT INDEX = GDI)
–
MENGUNGKAPKAN DISPARITAS GENDER
DALAM 3 KOMPONEN HDI (MASA
HIDUP, PENDIDIKAN, PENDAPATAN).
–
SEMAKIN BESAR PERBEDAAN JENDER DALAM
PEMBANGUNAN HAM MAKA SEMAKIN
RENDAH PULA IPJ/GDI DI NEGARA TERSEBUT
DIBANDINGKAN DENGAN NILAI IPM/HDI NYA.
LANJUTAN…
3. UKURAN PEMBERDAYAAN JENDER
(GENDER EMPOWERMENT MEASURE = GEM)
–
PERAN AKTIF PEREMPUAN DALAM KEHIDUPAN
EKONOMI & POLITIK TERMASUK DALAM
PENGAMBILAN KEPUTUSAN.
–
BERFOKUS PADA PARTISIPASI, MENGUKUR
KETIMPANGAN GENDER PADA BIDANG-BIDANG
KUNCI DALAM PARTISIPASI POLITIK DAN
LANJUTAN…
•
INDIKATOR YANG DIGUNAKAN:
–
% PEREMPUAN DI PARLEMEN,
PEGAWAI-PEGAWAI SENIOR, MANAJER, DAN PEKERJA
PROFESIONAL DAN TEKNIS.
–
SEMAKIN BESAR PERBEDAAN JENDER DALAM
PEMBANGUNAN HAM, SEMAKIN RENDAH PULA
IPJ/GDI DI NEGARA TERSEBUT DIBANDINGKAN
DENGAN NILAI IPM/HDI-NYA.
PENGUKURAN KEMISKINAN
DI INDONESIA
BADAN PUSAT STATISTIK
Disampaikan oleh Kepala BPS-RI di Kantor Wantimpres, Jakarta, 21 Juli 2011
DEFINISI UMUM KEMISKINAN
• Kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu
memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat.
• Hak-hak dasar antara lain:
– terpenuhinya kebutuhan pangan,
– kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air
bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup,
– rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan
– hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik
KEMISKINAN ADALAH MASALAH MULTI DIMENSIONAL.
PENGUKURAN KEMISKINAN DI INDONESIA
DATA KEMISKINAN MAKRO (tersedia sejak tahun 1976)
DATA KEMISKINAN MIKRO (tahun 2005, 2008)
1. Metodologi:
Konsep: Basic Needs Approach
Didasarkan pada Garis Kemiskinan: Makanan (2100 kkal per kapita perhari ) + Non Makanan
1. Metodologi:
Pendekatan Kualitatif
Didasarkan pada ciri-ciri RT miskin supaya pendataan cepat dan hemat biaya (14 variabel ++)
2. Sumber data: Susenas (sampel) 2. Sumber data: Sensus 3. Data menunjukkan jumlah penduduk
miskin di setiap daerah berdasarkan ESTIMASI
3. Data menunjukkan jumlah RT Sasaran (miskin + hampir miskin) - by name by
address
4. Kegunaan:
Berguna untuk perencanaan dan evaluasi program kemiskinan dengan target geografis
Tidak dapat menunjukkan siapa dan dimana alamat penduduk miskin sehingga tidak operasional untuk program bantuan langsung
4. Kegunaan:
Berguna untuk target sasaran rumah tangga secara langsung (BLT, PKH, Raskin, Jamkesmas)
KONSEP KEMISKINAN MAKRO
Konsep yang dipakai BPS dan juga beberapa
negara lain adalah kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar (basic needs approach)
“ Kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan dan bukan makanan
(diukur dari sisi pengeluaran)”
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita perbulan di bawah Garis Kemiskinan.Penghitungan Garis Kemiskinan
Garis kemiskinan adalah rupiah yang diperlukan agar
penduduk dapat hidup layak secara minimum yang mencakup
pemenuhan kebutuhan minimum pangan dan non-pangan
essential
Hidup layak secara minimum diwakili oleh 20% kelompok
terbawah penduduk tidak miskin =>
kelompok acuan
Garis Kemiskinan adalah harga yang dibayar oleh kelompok
acuan untuk memenuhi kebutuhan pangan sebesar 2.100
kkal/kapita/hari dan kebutuhan non-pangan esensial seperti
perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi
dan lainnya
Penghitungan Garis Kemiskinan
Kebutuhan pangan pokok dihitung berdasarkan 52 komoditi pangan yang dapat ditentukan harga kalori. Garis Kemiskinan Makanan adalah harga dari 2.100 kkal.
Kebutuhan non-pangan pokok dihitung berdasarkan 46 jenis komoditi non-pangan yang besaranya berbeda dan ditentukan oleh kebutuhan minimum setiap komoditi berdasarkan Survei Paket Kebutuhan Dasar. Hasil perhitungan kebutuhan pokok non-pangan disebut Garis Kemiskinan Non-Makanan
Garis Kemiskinan = Garis Kemiskinan Makanan + Garis Kemiskinan Non-Makanan dan dinyakatan dalam Rupiah per bulan per kapita
Ukuran tingkat kemiskinan: Formula Foster-Greer-Thorbecke [FGT]
INDIKATOR
KEMISKINAN
• mengukur persentase penduduk
miskin terhadap total penduduk
Headcount Index:
• ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin thd garis kemiskinan.
Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis
kemiskinan.
Indeks Kedalaman
Kemiskinan/ Poverty
Gap Index
• semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi
ketimpangan pengeluaran diantara
penduduk miskin
Indeks Keparahan
Kemiskinan/ Poverty
Severity Index
KOMPONEN GARIS KEMISKINAN (GK):
1.
GK Makanan => setara dengan
pemenuhan kebutuhan kalori 2100
kkal per kapita perhari. Paket
komoditi kebutuhan dasar makanan
diwakili oleh 52 jenis komoditi
2.
GK Non Makanan => kebutuhan
minimum untuk perumahan,
sandang, pendidikan, dan kesehatan
(51 jenis komoditi di perkotaan dan
47 jenis komoditi di perdesaan)
● Tidak Miskin Miskin Sangat Miskin (kronis) Hampir Miskin ● ● ● ● ● ● A ● ● B ● ● Garis Kemiskinan
(berbeda untuk setiap provinsi.
Tahun 2011: Nasional: Rp.233.740, DKI Rp.355.480, NTT Rp.198.553) ● ● ● ● ● ● ●
Note: Metode yang sama digunakan BPS sejak tahun 1998
Rumus Foster-Greer-Thorbecke (1984)
• Jika α = 0 diperoleh Head Count Indeks (P0)
• Jika α = 1 diperoleh kedalaman kemikinan (P1)
• Jika α = 2 diperoleh keparahan kemikinan (P2)
α α
∑
=
−
=
q i iz
y
z
n
P
11
n q n z y z n P q i q i i = = − =∑
∑
= = 1 0 1 0 1 1 1∑
= − = q i i z y z n P 1 1 1 2 1 2 1∑
= − = q i i z y z n P α = 0,1,2 z = garis kemiskinanyi = “rata-rata pengeluran per kapita sebulan” penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan (I = 1,2,…,q) dan yi <z q = banyaknya penduduk yang berada di bawah garis
kemiskinan
n = jumlah penduduk
Rupiah/Kap/Bulan P0 = 12,49 ∑f z=Rp233.740 Poverty Gap
%
65
,
16
%
100
49
,
12
08
,
2
%
100
0 1=
×
=
×
=
P
P
Sehingga, dana yang dibutuhkan untuk program pengentasan kemiskinan sebesar:
16,65% x Rp233.740 = Rp 38.925 per kapita per bulan Anggaran yang dibutuhkan untuk 1 tahun :
Rp 38.925 x 12 bulan x 30,02 juta penduduk miskin = Rp14,02 Triliun
POVERTY GAP
Komoditi untuk Penghitungan
Garis Kemiskinan Makanan
BERAS DAGING BABI NANGKA MUDA GULA PASIR
BERAS KETAN DAGING AYAM RAS BAWANG MERAH GULA MERAH
JAGUNG PIPILAN DAGING AYAM KAMPUNG CABE MERAH TEH
TEPUNG TERIGU TETELAN CABE RAWIT KOPI
KETELA POHON TELUR AYAM RAS KACANG TANAH GARAM
KETELA RAMBAT TELUR ITIK/MANILA TAHU KEMIRI
GAPLEK SUSU KENTAL MANIS TEMPE TERASI/PETIS
TONGKOL/TUNA SUSU BUBUK MANGGA KERUPUK
KEMBUNG BAYAM SALAK MIE INSTANT
TERI BUNCIS PISANG AMBON ROTI MANIS
BANDENG KACANG PANJANG PEPAYA KUE KERING
MUJAIR TOMAT SAYUR MINYAK KELAPA KUE BASAH
DAGING SAPI DAUN KETELA POHON KELAPA ROKOK KRETEK
Komoditi untuk Penghitungan
Garis Kemiskinan Non-Makanan
PERUMAHAN BENSIN HANDUK/IKAT PINGGANG
LISTRIK POS DAN BENDA POS PERABOT RUMAH TANGGA
AIR PENGANGKUTAN PERKAKAS RUMAHTANGGA
MINYAK TANAH FOTO ALAT DAPUR/MAKAN
KAYU BAKAR PAKAIAN JADI LAKI2
DEWASA ARLOJI/JAM DINDING
OBAT NYAMUK, BATERAI PAKAIAN JADI PEREMPUAN
DEWASA TAS
BARANG KECANTIKAN KEPERLUAN MENJAHIT MAINAN ANAK
PERAWATAN KULIT/MUKA ALAS KAKI PBB
KESEHATAN TUTUP KEPALA PUNGUTAN LAIN
PEMELIHARAAN KESEHATAN SABUN CUCI PERAYAAN HARI AGAMA
PENDIDIKAN BAHAN PEMELIHARAAN
PAKAIAN UPACARA AGAMA
PERLENGKAPAN MANDI PAKAIAN JADI ANAK-ANAK PAJAK KENDARAAN
Propinsi Maret 2010 Maret 2011
Kota Desa K+D Kota Desa K+D
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 308.306 266.285 278.389 333.355 292.085 303.692 Sumatera Utara 247.547 201.810 222.898 271.713 222.226 246.560 Sumatera Barat 262.173 214.458 230.823 293.018 241.924 261.719 Riau 276.627 235.267 256.112 306.504 267.007 282.479 Jambi 262.826 193.834 216.187 294.522 219.144 242.272 Sumatera Selatan 258.304 198.572 221.687 275.006 214.727 236.298 Bengkulu 255.762 209.616 225.857 284.337 235.983 250.949 Lampung 236.098 189.954 202.414 270.303 221.543 234.073 Bangka Belitung 289.644 283.302 286.334 323.328 323.938 323.638 Kepulauan Riau 321.668 265.258 295.095 350.828 291.693 340.581 DKI Jakarta 331.169 0 331.169 355.480 0 355.480 Jawa Barat 212.210 185.335 201.138 228.401 204.199 220.098 Jawa Tengah 205.606 179.982 192.435 222.430 198.814 209.611 DI Yogyakarta 240.282 195.406 224.258 265.752 217.923 249.629 Jawa Timur 213.383 185.879 199.327 234.546 206.275 219.727
Garis Kemiskinan Menurut Provinsi dan Daerah,
Tahun 2010-2011
Propinsi Maret 2010 Maret 2011
Kota Desa K+D Kota Desa K+D
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Banten 220.771 188.741 208.023 236.672 206.639 226.662 Bali 222.868 188.071 208.152 248.431 210.147 233.172 Nusa Tenggara Barat 223.784 176.283 196.185 244.960 194.518 215.576 Nusa Tenggara Timur 241.807 160.743 175.308 267.669 181.679 198.553 Kalimantan Barat 207.884 182.293 189.407 225.245 198.886 206.850 Kalimantan Tengah 220.658 212.790 215.466 244.312 240.121 241.525 Kalimantan selatan 230.712 196.753 210.850 256.850 225.235 238.535 Kalimantan Timur 307.479 248.583 285.218 339.392 279.920 316.819 Sulawesi Utara 202.469 188.096 194.334 220.805 206.241 212.823 Sulawesi Tengah 231.225 195.795 203.237 263.326 226.509 235.512 Sulawesi Selatan 186.693 151.879 163.089 200.781 167.862 179.933 Sulawesi Tenggara 177.787 161.451 165.208 194.234 176.799 181.577 Gorontalo 180.606 167.162 171.371 194.161 183.637 187.215 Sulawesi Barat 182.206 165.914 171.356 196.261 182.951 186.041 Maluku 249.895 217.599 226.030 265.475 233.084 245.120 Maluku Utara 238.533 202.185 212.982 251.429 215.409 225.242 Papua Barat 319.170 287.512 294.727 342.709 311.737 318.796 Papua 298.285 247.563 259.128 314.606 262.626 276.116
Garis Kemiskinan Menurut Provinsi dan Daerah, Tahun 2010-2011
Trend Kemiskinan di Indonesia 1996-2011
Perkembangan Indeks Kedalaman dan Indeks Keparahan Kemiskinan di Indonesia, 2004 - 2011 0,78 0,76 1,00 0,84 0,76 0,68 0,58 0,54 2,89 2,78 3,43 2,99 2,77 2,50 2,21 2,09 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Jumlah Dan Persentase Penduduk
Berdasarkan Beberapa Batasan GK
Batas Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Jlh
(juta) % Jlh (juta) % Jlh (juta) % Jlh (juta) % Jlh (juta) % Jlh (juta) % < GK 39,3 17,75 37,2 16,58 34,96 15,42 32,5 14,15 31,0 13,33 30,0 12,49 < 1,2 x GK 65,2 30,60 64,0 28,55 63,1 27,81 58,8 25,58 56,7 24,38 57,2 23,78 < 1,4 x GK 91,4 42,29 89,2 39,78 86,5 38,12 85,2 37,05 80,9 34,74 81,6 33,94 < 1,6 x GK 114,3 52,91 112,6 50,23 109,2 48,17 109,2 47,51 101,4 43,56 102,4 42,60 < 1,8 x GK 133,7 61,89 131,5 58,66 129,1 56,92 129,9 56,50 119,4 51,29 120,0 49,91 < 2 x GK 149,5 69,23 146,7 65,45 145,9 64,35 147,0 63,92 135,0 58,00 135,8 56,52 Catatan: - GK = Garis Kemiskinan
- BPS menggunakan batasan Hampir Miskin : 1 -1,2 GK
- 1,8 GK setara dengan US$ 2 PPP 2005, sedangkan 1,2 GK setara dengan US$ 2 PPP 1993
Persentase Penduduk Miskin Menurut Provinsi, Maret 2011
KARAKTERISTIK 1:
Disparitas Tingkat Kemiskinan Antar Provinsi Sangat Tinggi (Jakarta = 3,75%, Papua = 31,98%, Indonesia = 12.49%)
KEBIJAKAN PENGENTASAN KEMISKINAN HARUS
MEMPERHATIKAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN DI
INDONESIA …..
Disparitas Persentase Penduduk Miskin Menurut
Kabupaten di Provinsi Aceh, Maret 2011
46 9,19 14,07 15,01 15,93 16,79 17,99 18,43 18,80 19,39 19,51 19,9420,10 20,18 21,69 23,43 23,63 23,80 23,91 24,07 24,36 24,43 26,08 26,23 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00
Disparitas Persentase Penduduk Miskin Menurut
Kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur, Maret 2011
47 4,07 5,21 6,60 6,67 8,69 9,49 9,90 10,23 10,47 11,39 12,45 13,89 14,58 15,31 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00
Disparitas Persentase Penduduk Miskin Menurut
Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, Maret 2011
48 5,86 6,53 7,00 8,96 9,01 9,02 9,18 9,49 10,25 10,42 10,68 10,69 11,16 11,28 14,08 14,62 14,62 15,00 15,44 16,25 16,86 19,08 19,10 19,26 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00
Disparitas Persentase Penduduk Miskin Menurut
Kabupaten di Provinsi Papua, Maret 2011
49 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00
KARAKTERISTIK 2:
DISPARITAS TINGKAT KEMISKINAN ANTAR KOTA DAN DESA TINGGI
Tidak Bekerja 7% Pertanian 72% Industri 6% Lainnya 15%
SEBAGIAN BESAR RT MISKIN DI
PEDESAAN BEKERJA DI
PERTANIAN..
Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah 2004-2011
Persentase RT Miskin di PEDESAAN Menurut Sumber Penghasilan Utama, Maret 2010
KARAKTERISTIK 3:
Banyak penduduk yang hidup di
sekitar garis kemiskinan. Mereka
tidak tergolong miskin tetapi
sangat rentan terhadap
kemiskinan.
KONSEKWENSINYA?
12,49 % (30,02 juta
penduduk miskin dan
sangat miskin)
11,29% (27,14 juta
penduduk rentan/hampir
miskin
Di tahun 2009
Total Baris Miskin Hampir
Miskin MiskinTidak
Di tahun 2008 Miskin 46.71 20.28 33.01 100.00 Hampir Miskin 22.32 21.53 56.15 100.00 Tidak Miskin 5.37 7.65 86.98 100.00
.. akibatnya banyak penduduk keluar masuk kemiskinan
Antara tahun 2008 dan 2009, sekitar 53% penduduk miskin tahun 2008 keluar dari kemiskinan pada tahun 2009. Sebaliknya 22% penduduk hampir miskin jatuh kedalam jerat kemiskinan.
KARAKTERISTIK 4:
Kontribusi makanan (terutama beras) terhadap garis kemiskinan
tinggi → Stabilitas harga pangan harus dijaga
Komoditi Kota (%) Desa (%)
Beras 25,44 32,81 Rokok 7,70 6,23 Telur 3,41 2,47 Gula 2,84 3,89 Mie instant 2,73 2,33 Tempe 2,39 1,88 Daging Ayam Ras 2,15 1,12 Tahu 2,06 1,54 Bawang Merah 1,87 2,14
Komoditi Kota (%) Desa (%)
Perumahan 8,85 6,53
Listrik 3,48 1,92
Pendidikan 2,77 1,45
Angkutan 2,61 1,25
Upaya penanggulangan kemiskinan juga harus mengandalkan
kebijakan di bidang sosial ...
Penduduk Miskin 2011: 30,02 juta (12,49 %)
63,2% di pedesaan 57,78 % bekerja di
pertanian (K+D)
Rata2 ART: 4.82 orang Umur KRT: 49.4 tahun Tamat SD/ buta huruf Rata-rata jumlah jam
kerja pendek
Kondisi Perumahan :
Tak ada listrik Tak ada toilet
Dinding rumah bambu Tak ada air bersih
Luas lantai per kap sempit
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengurangan Kemiskinan 2011 a. Stabilitas harga-harga komoditi kebutuhan penduduk.
Contoh :
Selama periode Maret 2010-Maret 2011 inflasi umum relatif rendah, yaitu sebesar 6,65 persen.
b. Pertumbuhan ekonomi
Contoh :
Perekonomian Indonesia Triwulan I 2011 tumbuh sebesar 6,5 persen terhadap Triwulan I 2010, pertumbuhan ini lebih tinggi dari Triwulan I 2010 yang tumbuh 5,6 persen. Pada periode yang sama pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat sebesar 4,5 persen.
c. Kenaikan pendapatan penduduk
Contoh 1:
Rata-rata upah harian buruh bangunan naik sebesar 7,14 persen selama periode Maret 2010-Maret 2011.
Contoh 2:
Produksi padi tahun 2011(hasil Angka Ramalan/ARAM II) mencapai 68,06 juta ton GKG, naik sekitar 2,4 persen dari produksi padi tahun 2010 yang sebesar 66,47 juta ton GKG.
Data Kemiskinan BPS dan Bank Dunia:
MENGAPA ANGKA KEMISKINAN BPS BERBEDA DENGAN
ANGKA KEMISKINAN WORLD BANK?
•
Untuk membandingkan angka kemiskinan antar negara, World
Bank menghitung garis kemiskinan dengan menggunakan
estimasi konsumsi yang di konversi kedalam US$ PPP
(Purchasing Power Parity/ paritas daya beli),
bukan nilai tukar
US$ resmi
•
Angka konversi PPP menunjukkan banyaknya rupiah yang
dikeluarkan untuk membeli sejumlah kebutuhan barang dan
jasa di mana jumlah yang sama tersebut dapat dibeli seharga
US$1 di Amerika.
•
Angka konversi ini dihitung berdasarkan harga dan kuantitas
di masing-masing negara yang dikumpulkan dalam suatu
Garis Kemiskinan dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia, 2006 (BPS dan World Bank)
Sumber Garis Kemiskinan
per Hari Garis Kemiskinan per Bulan Persentase Penduduk Miskin BPS Rp. 5.066,57,-≈ US$1.55 PPP Rp. 151.997,- 17,8 World Bank US$1 PPP ≈ Rp. 3.240,60,- ≈ Rp. 97.218,- 7,4 US$2 PPP ≈ Rp. 6.481,30,- ≈ Rp. 194.439,- 49,0
Sumber: BPS dan World Bank (Making the New Indonesia Work for
the Poor, 2006)
Note: -
Tabel diatas dihitung dengan PPP1993. Konversi PPP 1993 pada Maret 2011, US$1 = Rp. 4468- PPP 1993 diupdate WB dengan PPP 2005. US$ 1 PPP≈ Rp. 5763.
World Bank
BPS Penduduk miskin Penduduk miskin
Tahun dibawah US$1 PPP dibawah US$2 PPP Jumlah pend % penduduk Jumlah pend % penduduk Jumlah pend % penduduk miskin (juta) miskin miskin (juta) miskin miskin (juta) miskin 1999 47,97 23,43 24,90 12,00 135,00 65,10 2000 38,70 19,14 20,90 9,90 125,30 59,50 2001 37,90 18,41 19,70 9,20 125,20 58,70 2002 38,40 18,20 15,50 7,20 115,60 53,50 2003 37,30 17,42 14,50 6,60 110,00 50,10 2004 36,10 16,66 16,50 7,40 109,10 49,00 2005 35,10 15,97 13,60 6,00 102,10 45,20 2006 39,30 17,75 19,50 8,50 113,80 49,60 2007 37,17 16,58 15,50 6,70 105,30 45,20 2008 34,96 15,42 14,00 5,90 100,70 42,60 2009 32,53 14,15 4,28 1,86 69,43 30,19 2010 31,02 13,33 3,06 1,32 61,55 26,44 2011 30,02 12,49 2,30 0,95 57,10 23,74
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Menurut penghitungan BPS dan World Bank (PPP 1993)
Catatan:
Angka Tahun 2009-2011 Dihitung BPS berdasarkan Data Susenas karena World Bank tidak mengeluarkan angka tersebut
Persentase penduduk miskin di beberapa negara menurut GK
Nasional dan World Bank
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Indo nesi a Tha iland China Phil lipin es Indi a Cam bod ia Lao PD R Pak istan Ban glad esh
US$1 PPP GK Nasional US$2 PPP
PENJELASAN TENTANG
KETIMPANGAN PENDAPATAN
UKURAN KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN
JENIS UKURAN BATAS INTERPRETASI
1. Gini Ratio 0 - 1 0 = Pemerataan Sempurna 1 = Ketimpangan sempurna 2. Ukuran Bank Dunia
(40% penduduk lapisan terbawah) < 12% 12% - 17% > 17% Ketimpangan Tinggi Ketimpangan Sedang Ketimpangan Rendah 3. Indeks Theil 0-∞ 0 = distribusi merata;
Semakin tinggi nilainya, semakin melebar tingkat ketimpangannya 4. Indeks-L 0-∞ Sama dengan Indeks Theil
5. Ratio
Q5/Q1(quantile) 0-∞ Semakin tinggi nilainya, semakin melebar tingkat ketimpangannya
SUMBER DATA: SUSENAS MODUL KONSUMSI
1. TUJUAN: Susenas Modul Konsumsi dirancang untuk
memperoleh data konsumsi dan pengeluaran rumah
tangga, bukan pendapatan.
2. METODOLOGI:
• Metode pengumpulan data: survei sampel dengan
menggunakan two stage sampling
Memilih blok sensus (1 BS rata-rata 80-120 rumah
tangga)
Kemudian memilih 16 rumah tangga dalam BS
terpilih
• Jumlah sampel 75.000 rumah tangga per triwulan, tersebar
di seluruh wilayah Indonesia
• Kemampuan estimasi: angka nasional dan provinsi
• Cara pendataan: wawancara langsung
KETIMPANGAN PENGELUARAN DI INDONESIA BERDASARKAN 5
UKURAN, 2006-2010
Tahun Gini Ratio Indeks
Theil
Indeks L
Ukuran Bank
Dunia (40 %
terbawah)
Rasio
Q5/Q1
2006
0,36
0,287
0,210
21,42
4,81
2007
0,38
0,267
0,230
18,74
5,93
2008
0,37
0,261
0,221
18,72
5,96
2009
0,37
0,221
0,206
18,96
5,85
2010
0,38
0,270
0,232
18,05
6,28
Ketimpangan di kota selalu lebih tinggi dari desa..
Perkembangan Gini Ratio di Kota dan Desa, 2002-2010
Rata-Rata Pengeluaran Penduduk (Rp/kap/Bln) Menurut Kelompok (Desil) Penduduk, Tahun 2009 dan 2010
Kelompok Penduduk 2009 2010 Perubahan (%)
D1 141 074 153 878 9,08 D2 188 832 204 418 8,25 D3 224 685 245 216 9,14 D4 260 596 289 601 11,13 D5 300 630 339 002 12,76 D6 348 260 400 830 15,10 D7 408 711 478 854 17,16 D8 496 488 586 726 18,18 D9 647 166 768 656 18,77 D10 1 284 249 1 481 397 15,35
MENGAPA GINI RATIO MENINGKAT DITAHUN 2010?
Rata-rata pengeluaran di golongan bawah tumbuh lebih lambat
Gini Ratio Menurut Provinsi, Maret 2010