0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00%
2005 2006 2007 2008 2009
Pedesaan Kota
Pangsa Penduduk Miskin Pedesaan dan Perkotaan
BOKS III
Kemiskinan Sulawesi Tenggara
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini,
kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tenggara pada bulan Maret 2009 tercatat
sebanyak 434,34 ribu orang atau mengalami penurunan sebesar -1,55%
dibandingkan bulan Maret 2008 sebanyak 435,89 orang. Penurunan laju kemiskinan
tersebut antara lain dipengaruhi oleh berbagai stimulus yang diberikan oleh
pemerintah seperti fasilitas KUR dan PNPM Mandiri. Selain itu, masih cukup baiknya
kinerja perekonomian Sulawesi Tenggara juga berpengaruh positif terhadap
berkurangnya penduduk miskin di Sulawesi Tenggara.
Penduduk Miskin Sulawesi Tenggara
Tahun 2006 2007 2008 2009
Jumlah (000) 466.7 465.4 435.93 434.34
Pertumbuhan 3.60% -0.28% -6.33% -0.36%
Sumber: Data BPS Prov. Sultra
Dalam menentukan/menghitung kemiskinan, BPS menggunakan garis
kemiskinan yang terdiri atas garis kemiskinan makanan1
dan garis kemiskinan non
makanan2. Terkait dengan
kemiskinan di Sulawesi
Tenggara, sumbangan garis
kemiskinan makanan tercatat lebih
besar dibandingkan garis
kemiskinan non makanan dimana
1
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dihitung dari kebutuhan dasar makanan yang setara dengan pemenuhan kebutuhan kalori 2.100 kkal per kapita perhari.
2
PE PERKEMBANGAN PERBANKAN
84
sumbangan garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan tercatat sebesar
77,21%. Sementara berdasarkan lokasinya, sebagian besar penduduk miskin di
Sulawesi Tenggara tinggal di daerah pedesaan yang mencapai sekitar 90% dari total
penduduk miskin. Kondisi ini antara lain dipengaruhi oleh tingkat pendapatan
masyarakat di pedesaan yang masih relatif rendah yang secara umum sektor
pertanian yang belum banyak memiliki nilai tambah karena minimnya proses
pengelolaan. Pada sisi lain, tingkat harga yang harus dibayar oleh petani tergolong
tinggi .
Sementara itu indeks pada periode Maret 2009, Indeks Kedalaman Kemiskinan
(P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun.
Indeks Kedalaman Kemiskinan turun dari 3,74 pada keadaan Maret 2008 menjadi
3,44 pada bulan Maret 2009. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan turun dari
1,08 menjadi 0,98 pada periode yang sama. Penurunan nilai kedua indeks ini
mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin
mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin